Anda di halaman 1dari 11

SYAR’U MANQABLANA

OLEH

KELOMPOK 10

NAMA : 1. ULFA SAPURI (2012022046)

2. NORA JULIKA (2012022020)

FAKULTAS : SYARIAH

PRODI : HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEMESTER/UNIT : I/1

MATA KULIAH :USHUL FIQH

DOSEN PEMBIMBING : ANIZAR, MA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA


TAHUN AJARAN 2022-2023
BAB 1

PENDAHULUAN

Syar’u manqablana adalah syari’at atau ajaran-ajaran nabi-nabi sebelum islam yang
berhubungan dengan hukum,seperti syari’at nabi Ibrahim as,nabi musa as,nabi isa as,dan
lain-lain.

Banyak orang islam yang menjalankan amal ibadah itu karena faktor taqlid (ikut-
ikutan) bukan berdasarkan ilmu yang dia ketahui.untuk mengatasi hal tersebut maka judul ini
dirasa penting untuk diangkat,dalam rangka menyiapkan umat islam yang beramal
berdasarkan ilmu.
BAB II

PEMBAHASAN

A..PENGERTIAN SYAR’U MAN QABLANA

Syar’u manqablana artinya syari’at sebelum islam.para ulama sepakat mengakatakan


bahwa semua syari’at yang diturunkan Allah Sebelum islam melalui para Rasul-Nya telah
dibatalkan secara umum oleh syari’at islam.pembatalan itu secara menyeluruh dan
rinci,karena masih banyak hukum-hukum syari’at sebelum islam yang masih berlaku dalam
syari’at islam seperti beriman pada Allah,hukuman bagi orang yang melakukan
zina,hukuman qisbasb dan hukuman bagi orang yang melakukan tindak pidana pencurian.

B. RASULULLAH SEBELUM DAN SESUDAH BI’TSAB (DIUTUS MENJADI


RASUL)

1. Keterikatan Rasulullah sebelum diutus menjadi rasul terhadap syari’at sebelum


islam,terjadi perbedaan pendapat.para jumhur mutakalimin dan sebagian ulama
malikiyah mengatakan bahwa nabi sebelum diutus menjadi rasul tidak terikat dengan
peraturan/syari’at sebelum islam,karena jika nabi saw terikat dengan syari’at sebelum
islam aka nada dalil yang menunjukkannya.sedangkan ulama
hanafiyah,hanabillah,ibn al-hajib mengatakan bahwa rasulullah sebelum diangkat
menjadi rasulullah terikat dengan syari’at sebelum islam,karena:
a. Setiap rasul allah diseru untuk mengikuti syari’at rasul-rasul sebelumnya.
b. Banyak riwayat yang menunjukkan bahwa nabi saw sebelum menjadi rasul
telah melakukan perbuatan/amalan tertentu yang sumbernya bukan dari akal
semata,seperti melaksanakan shalat,haji,umrah,mengagunggkan ka’bah dan
thawaf di sekelilingnya serta menyembelih binatang.hal tersebut berdasarkan
firman allah sebagai berikut:
ٰۤ ُ
 ‫ك الَّ ِذي َْن هَ َدى هّٰللا ُ فَبِه ُٰدىهُ ُم ا ْقتَ ِد ۗ ْه‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ا‬
mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh allah,maka ikutilah petunjuk itu (al-
an’am:90)

2. Keterikatan rasulullah dan umatnya terhadap syari’at sebelum islam ketika telah
diangkat menjadi rasul.para ulama berpendapat bahwa untuk masalah aqidah,syari’at
islam tidak membatalkannya.sedangkan syari’at sebelum islam yang tidak terdapat
dalam al-qur’an dan sunnah tidak menjadi syari’at bagi rasulullah saw dan
umatnya,kecuali yang ditegaskan dalam al-qur’an dan sunnah.
Namun untuk hokum-hukum yang tercantum dalam al-qur’an tetapi tidak di tegaskan
berlakunya untuk umat muhammad saw,tetapi diketahui secara pasti bahwa hokum
itu berlaku bagi umat sebelum islam dan tidak ada pembatalan dalam al-qur’an dan
sunnah,terjadi perbedaan pendapat diantaranya:
a. Jumhur ulama yang terdiri dari ulama hanafiyah,malikiyah dan sebagian
ulama syafi’iyah menyatakan bahwa jika hukum syari’at sebelum islam itu
disampaikan pada nabi saw melalui wahyu al-qur’an bukan melalui kitab
agama mereka yang telah diubah,maka umat islam terikat dengan hukum
tersebut.alasannya syari’at sebelum islam juga merupakan syari’at yang
diturunkan allah dan tidak ada indikasi yang menunjukkan pembatalan
syari’at,seperti yang tercantum dalam surat an-nahl ayat 123 yang
artinya :”kemudian kami wahyukan kepadamu (muhammad) ikutilah agama
ibrahim yang hanif.kemudian hadis rasulullah yang artinya:

“siapa yang tertidur dan lupa untuk mengerjakan shalat itu,maka kerjakanlah
ketika ia ingat/bangun,kemudian rasulullah membacakan ayat :”kerjakanlah
shalat itu untuk mengingat-ku”(hr.bukhari,muslim,tirmidzi,nasa’i,dan abu
daud).
b. Ulama asy’arriyah,mu’tazillah ,syi’ah dan sebagian ulama syafi’iyah
mengatakan bahwa syari’at sebelum islam tidak menjadi syari’at bagi
rasulullah saw dan umatnya.alasannya:
1) Ketika rasul saw mengutus mu’az bin jabal untuk menjadi qadi
di yaman,rasul bertanya : “bagaimana engkau menetapkan
hukum,mu’az menjawab: “dengan kitabullah,jika tidak ada
dalam kitabullah maka dengan sunnah rasulullah saw,dan
apabila tidak ada juga maka saya akan berijtihad.
Nabi saw memuji sikap mu’az tersebut.
2) Firman allah dalam surat al-maidah ayat 48 yang
artinya:”untuk tiap-tiap umat di antara kamu kami berikan
aturan dan jalan yang terang
3) Syari’at islam merupakan syari’at yang berlaku untuk seluruh
umat manusia,sedangkan syari’at sebelum islam hanya berlaku
bagi umat tertentu seperti sabda rasul saw berikut ini: ”para
nabi diutus khusus untuk kaumnya dan saya diutus untuk
seluruh umat manusia(Hr.Bukhari,Muslim Dan Nasa’i)1.

1
Dr.h.nazar bakry,fiqh dan ushul fiqh (jakarta :rajawali,1993),hlm:239
C.PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG SYAR’U MAN QABLANA

Para ulama ushul fiqh sepakat bahwa syari’at para nabi terdahulu yang tidak tercantum
dalam al-qur’an dan sunnah Rasulullah Saw,tidak berlaku lagi bagi umat islam karena
kedatangan syari’at islam telah mengakhiri berlakunya syari’at-syari’at terdahulu.demikian
pula para ulama ushul fiqh sepakat,bahwa syari’at sebelum islam yang dicantumkan dalam
Al-Qur’an adalah berlaku bagi umat islam bilamana ada ketegasan bahwa syari’at itu berlaku
bagi umat nabi Muhammad Saw,namun keberlakuannya itu bukan karena kedudukannya
sebagai syari’at sebelum islam tetapi karena ditetapkan oleh al-qur’an.misalnya puasa
ramadhan yang diwajibkan kepada umat islam adalah syari’at sebelum islam,seperti dalam
ayat 183 surat al-baqarah :

َ‫ب َعلَى الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ۙن‬ َ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكت‬
َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬

hai orang-orang yang beriman,diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas “
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.(Qs.Al-Baqarah/2:183)

Para ulama ushul fiqh berbeda pendapat tentang hukum-hukum syari’at nabi terdahulu yang
tercantum dalam al-qur’an tetapi tidak ada ketegasan bahwa hukum-hukum itu masih berlaku
bagi umat islam dan tidak pula ada penjelasan yang membatalkannya.

Menurut kalangan hanafiyah,malikiyah,mayoritas kalangan syafi’iyah,dan salah satu


riwayat Dai Ahmad Bin Hanbal,hukum-hukum seperti itu berlaku bagi umat islam.diantara
alasan mereka :

1) Pada dasarnya syari’at itu adalah satu karena dating dari allah juga.oleh karena itu,apa
yang di syari’atkan kepada para nabi terdahulu dan sebutkan dalam al-qur’an berlaku
kepada umat muhammad saw.
2) Menurut para ulama mu’tazilah,syi’ah,sebagian kalangan syafi’iyah,dan salah satu
pendapat imam ahmad bin hanbal,syari’at sebelum islam yang disebut dalam al-
qur’an,tidak menjadi syari’at bagi umat nabi muhammad saw.
3) Abdul wahhab khallaf dalam bukunya’ilmu ushul al-fiqh’menjelaskan,bahwa yang
terkuat dari dua pendapat tersebut adalah pendapat yang pertama.alasannya,bahwa
syari’at islam hanya membatalkan hukum yang kebetulan berbeda dengan syari’at
islam.oleh karena itu,segala hukum-hukum syari’at para nabi terdahulu yang disebut
dalam al-qur’an tanpa ada ketegasan bahwa hukum-hukum itu telah dinasakh
(dihapuskan),maka hukum-hukum itu berlaku bagi umat nabi muhammad saw.
4) Sebagian ulama,termasuk abu husein al-basri,berpendapat bahwa nabi Muhammad
saw tidak pernah mengikuti syari’at mana pun dari syri’at nabi-nabi sebelumnya
ketika beliau belum menerima wahyu.alasannya karena sekiranya nabi Muhammad
saw beramal dengan salah satu syari’at yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya tentu
akan ada penukilan dari beliau dan akan dikenal luas (populer) tentang beramalnya
dengan syari’at itu,serta nabi Muhammad saw sendiri akan bergabung dan berbaur
dengan sesama umat yang menjalankan syari’at tersebut.
5) Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa nabi Muhammad saw mengikuti salah
satu syari’at yang dibawa oleh nabi dan rasul sebelumnya menjelang beliau menerima
risalah.
Dikalangan ulama yang menyatakan bahwa nabi Muhammad saw mengikuti suatu
syari’at sebelumnya berbeda pendapat dalam hal syari’at nabi yang diikutinya itu:
a. Ada yang menyatakan beliau mengikuti syari’at nabi nuh as dengan alasan
bahwa nuh adalah nabi yang paling awal disebut membawa syari’at.
b. Ada juga yang mengatakan bahwa Muhammad mengikuti syari’at nabi
Ibrahim,karena nabi Ibrahim adalah yang mengasaskan agama islam.
c. Ada juga yang berpendapat bahwa nabi Muhammad saw mengikuti syari’at
nabi musa,karena nabi musa adalah yang pertama disebut sebagai pembawa
kitab.
d. Juga ada yang mengatakan bahwa Muhammad mengikuti syari’at nabi
isa,karena syari’at nabi isa itulah yang paling dekat kepada masa
Muhammad,sekaligus telah mengoreksi syri’at sebelumnya.
6) Pendapat ulama yang bersikap tawaqquf,dalam arti tidak menentukan sikap tentang
apakah nabi menjalankan syari’at yang dibawa nabi dan rasulsebelumnya atau
tidak,meskipun ada kemungkinan masih berlakunya syari’at lama tersebut.

Pembahasan ulama ushul berikutnya berkembang kepada kemungkinan nabi


muhammad mengikuti syari’at sebelumnya sesudah beliau menerima risalah.dalam
hal ini timbul beberapa pendapat :
(1) Abu hanifah,ahmad dan sebagian pengikut al-syafi’i berpendapat bahwa nabi
Muhammad ada mengikuti syari’at sebelumnya yang sah yang diterima nya
melalui wahyu,dan tidak melalui kitab suci para nabi dan rasul terdahulu yang
sudah diperbarui allah atau diubah oleh para pendeta atau rabbi nya,selama
syari’at tersebut belum dinasakh.

a.Surat an-nahl (16):123;

‫ْك اَ ِن اتَّبِ ْع ِملَّةَ اِب ْٰر ِه ْي َم َحنِ ْيفًا‬


َ ‫ثُ َّم اَ ْو َح ْينَٓا اِلَي‬
“kemudian kami wahyukan kepada mu untuk mengikuti agama nabi
ibrahim”.

b.Surat al-maidah (5):44;

‫اِنَّٓا اَ ْن َز ْلنَا التَّ ْو ٰرىةَ فِ ْيهَا هُ ًدى َّونُ ْو ۚ ٌر يَحْ ُك ُم ِبهَا النَّبِي ُّْو َن‬ 
“kami telah menurunkan taurat yang didalamnya terdapat petunjuk dan
cahaya yang para nabi berhukum dengannya”.
c. ada hadis nabi yang menjelaskan hukum rajam dan qishash dengan
merujuk kepada taurat.
(2) Ulama kalam asy’ariyah dan mu’tazilah berpendapat bahwa nabi setelah
menerima risalah (wahyu) tidak pernah lagi mengikuti syari’at
sebelumnya.mereka mengemukakan argumen sebagai berikut:
a. Dalam dialog yang berlangsung antara nabi dengan mu’adz ibn
jabal tentang cara mu’adz menyelesaikan perkara sewaktu
tidak menemukan jawabannya dalam al-qur’an dan
sunah,mu’adz mengatakan bahwa ia akan menggunakan ijtihad
dengan akal pikirannya (ra’yu)
b. Kalau nabi dan umatnya mengikuti syari’at sebelumnya dalam
beribadah,tentu mempelajari syari’at sebelumnya itu menjadi
wajib kifayah dan nabi sendiri wajib merujuknya, dan nabi
sendiri tidak akan berhenti memberikan jawaban terhadap
suatu masalah saat tidak (belum) menerima wahyu.
c. Ijma’ ulama menetapkan bahwa syari’at islam yang dibawa
nabi Muhammad itu me – nasakh syari’at sebelumnya2.

2
Prof.Dr.H.Satria Effendi,M.Zein,M.A,Ushul Fiqh,(Jakarta:Kencana,2015),Hlm:163
Prof.Dr.H.Amir Syarifuddin,Ushul Fiqh Jilid 2,(Jakarta:Kencana,2008),Hlm:438
D. KEHUJAHAN SYAR’U MANQABLANA

Para ulama berbeda pendapat mengenai apakah syari’at sebelum kita itu menjadi dalil
dalam menetapkan hukum bagi umat nabi Muhammad.pendapat mereka adalah sebagai
berikut:

1. Jumhur ulama hanafiyah dan hanabilah dan sebagian syafi’iyah dan malikiyah serta
ulama kalam asy’ariyah dan mu’tazilah berpendapat bahwa hukum-hukum syara’
sebelum kita dalam bentuk ketiga tersebut tidak berlaku untuk kita (umat nabi
Muhammad)selama tidak dijelaskan pemberlakuannya untuk umat nabi Muhammad
saw.alasannya adalah bahwa syari’at sebelum kita itu berlaku secara khusus untuk
umat ketika itu dan tidak berlaku secara umum.lain halnya syari’at yang dibawa nabi
Muhammad sebagai rasul terakhir yang berlaku secara umum dan me-nasakh syari’at
sebelumnya.
2. Sebagian sahabat abu hanifah,sebagian ulama malkiyah,sebagian sahabat imam
syafi’i dan imam ahmad dalam salah satu riwayat mengatakan bahwa hukum-hukum
yang disebutkan dalam al-qur’an atau sunah nabi meskipun tidak diarahkan untuk
umat nabi Muhammad.
Alasan yang mereka kemukakan adalah beberapa petunjuk dari ayat al-qur’an yang
diantara nya :
a. Surat as-syuura (42);13:

‫ص ْينَا‬
َّ ‫ْك َو َما َو‬ ْٓ ‫صى بِ ٖه نُ ْوحًا َّوالَّ ِذ‬
َ ‫ي اَ ْو َح ْينَٓا اِلَي‬ ّ ٰ ‫َش َر َع لَ ُك ْم ِّم َن ال ِّد ْي ِن َما َو‬
‫بِ ٖ ٓه اِب ْٰر ِه ْي َم َو ُم ْو ٰسى َو ِعي ٰ ْٓسى اَ ْن اَقِ ْي ُموا ال ِّدي َْن َواَل تَتَفَ َّرقُ ْوا فِ ْي ۗ ِه‬ 
“dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama,apa yang telah
diwasiatkan nya kepada nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepada mu
dari apa yang kami wasiatkan kepada Ibrahim,musa,dan isa
yaitu:”tegakkanlah agama dan jangan kamu berpecah belah tentang nya”.

b. Surat an-nahl (16);123:

‫ك اَ ِن اتَّبِ ْع ِملَّةَ اِب ْٰر ِه ْي َم َحنِ ْيفًا‬


َ ‫ثُ َّم اَ ْو َح ْينَٓا اِلَ ْي‬
“kemudian kami wahyukan kepadamu untuk mengikuti agama nabi Ibrahim
yang lurus”.

Sehubungan dengan pendapat tersebut,ulama hanafiyah memberlakukan


hukum qishash yang seimbang sebagaimana tersebut dalam surat al-maidah
(5):45,bagi umat islam,meskipun ayat tersebut diarahkan kepada orang
yahudi.berdasarkan pendapat ini orang muslim yang membunuh kafir dzimmi
(yang dalam perlindungan) dikenai qishash bagaimana orang kafir dzimmi
membunuh orang islam. Sedangkan kalangan ulaman Syafi’iyah yang tidak
memberlakukan syari’at umat yahudi itu untuk umat islam memahami ayat
tersebut bahwa tidak perlu ada keseimbangan dalam pelaksanaan qishash
antara muslim dan non muslim sebagaimana yang diberlakukan terhadap
orang yahudi. Oleh Karena itu, bila orang muslim membunuh kafir dzimmi,
maka tidak diberlakukan hukum qhisash. Tetapi bila kafir dzimmi yang
membunuh orang islam, maka diberlakukan qhisash.

Sebenarnya perbedaan pendapat dalam soal qhisash itu tidak semata


disebabkan oleh pebedaan pendapat dalam hal pemberlakuan syari’at
sebelum kita tersebut, tetapi ada beberapa faktor (pertimbangan) lainnya.
Meskipun dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat, namun yang
berpendapat bahwa syari’at sebelum kita itu dapat menjadi syari’at bagi
kita (umat nabi Muhammad) adalah bukan Karena dia adalah syari’at
sebelum kita tetapi dia terdapat dalam al-qur’an dan sunah nabi yang
harus dijadikan pedoman. Dengan demikian, kedudukannya Sebagai salah
satu sumber hukum islam tidak berdiri sendiri3.

3
Prof.dr.h.amir syarifuddin(jakarta:kencana2008)hlm:444
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Syar’u manqablana adalah syari’at sebelum islam.para ulama sepakat
mengatakan bahwa semua syari’at yang diturunkan allah sebelum islam
melalui para rasul nya telah dibatalkan secara umum oleh syari’at islam.
2. Para ulama ushul fiqh berbeda pendapat tentang hukum-hukum syari’at nabi
terdahulu yang tercantum dalam al-qur’an tetapi tidak ada ketegasan bahwa
hukum-hukum itu masih berlaku bagi umat islam dan tidak pula ada
penjelasan yang membatalkannya.
3. Para ulama berbeda pendapat mengenai apakah syari’at sebelum kita itu
menjadi dalil dalam menetapkan hukum bagi umat nabi muhammad.
4. Sebenarnya perbedaan pendapat dalam soal qhisash itu tidak semata
disebabkan oleh perbedaan pendapat dalam hal pemberlakuan syari’at
sebelum kita tersebut,tetapi ada beberapa faktor(pertimbangan)lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, S., & Effendi, S. (2015). Ushul Fiqh. Jakarta: Jakarta:Kencana.


Nazar, B. (1993). Fiqh Dan Ushul Fiqh. Jakarta: Jakarta,Rajawali.
Syarifuddin, A. (2008). Ushul Fiqh Jilid 2. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai