Kendala utama yang sering dijumpai di lapangan antara lain:
1. Permintaan pembelian barang yang tanpa prosedur
Perlu adanya prosedur yang benar mulai dari tahap diterbitkan Purchase Order (PO), requisition, negosiasi harga, pembuatan PO sampai delivery. Semuanya memiliki jarak waktu tersendiri dan tidak bisa terjadi secara instan. Perusahaan sering mengalami pembelian barang yang tanpa prosedur. Biasanya kondisi ini terjadi Ketika mendadak harus memproduksi suatu produk. Namun keputusan ini justru menjadi penghambat dalam pelaksanaan produksi dan pengadaan barang. Bahkan, seandainya barang baku atau material sudah datang, kemungkinan barang baku tersebut tidak bisa langsung digunakan untuk kegiatan produksi tanpa adanya kendala purchase order (PO). Barang baku atau material yang sudah dibuat bukti penerimaan menuntut bagian purchasing untuk mengejar proses approval (persetujuan), meminta pihak pemasok untuk merevisi surat jalan, dan harus membuat memo agar barang dapat digunakan lebih dulu. Tindakan ini hanya mengandalkan surat jalan sementara tanpa menggunakan PO. Permintaan yang tidak disertai dengan prosedur bisa membuat bagian purchasing harus bekerja lebih keras mencari pemasok lain yang mempunyai ready stock. Tidak semua pemasok/supplier mempunyai barang yang diinginkan, sehingga bisa saja harga barang belum bisa ditentukan. Untuk mencegah kendala ini, maka perusahaan dan pemasok harus tetap menerapkan SOP prosedur yang telah dibuat.
2. Proses approval yang terlalu lama
PO yang sudah dibuat oleh bagian purchasing tidak bisa langsung sampai kepada supplier/pemasok, tapi harus melalui proses persetujuan divisi sampai direksi. Untuk penerbitan PO membutuhkan waktu berhari-hari bahkan mungkin berminggu-minggu. Idealnya, waktu yang dibutuhkan adalah 5 hari untuk persetujuan setiap divisi. Jika persetujuan direksi membutuhkan waktu yang lebih lama, maka purchase order (PO) untuk material yang kritis tidak langsung bisa diterima oleh pemasok. Kendala ini menyebabkan pihak pemasok harus mengusahakan material datang dahulu dan purchase order (PO) menyusul. Mengatasi kendala ini bisa dilakukan dengan mengatur waktu persetujuan (approval). Setiap divisi harus sudah memberikan approval maksimal 3 hari dan untuk direksi maksimal 4 hari. Selain itu, setiap divisi dan direksi harus tetap berpegang teguh pada PO line list yang sudah dibuat.
3. Schedule delivery yang sering berubah-ubah
Production Planning & Controlling (PPC) yang meleset dari target karena pemakaian produksi yang melebihi perencanaan, mengharuskan pemasok untuk menarik Schedule delivery bulan selanjutnya. Tapi kalua belum ada kalanya pemasok akan menerbitkan Purchase Requisition (PR) untuk kekurangan barang atau material yang kritis. Masalah ini mengharuskan bagian purchasing meminta supplier mengirim barang yang dibutuhkan dengan PO menyusul. Tindakan yang dilakukan tidak hanya sampai pada menghubungi supplier saja, tapi harus dengan cepat membuat PO dan harus cepat meminta approval dari pihak divisi dan direksi. Dari masalah tersebut, solusi yang tepat adalah ditekankan kepada pihak terkait PPC agar merencanakan permintaan barang yang sesuai target dan mencadangkan material-material yang cepat habis. Dengan demikian, permintaan akan tetap pada schedule yang sudah ada. 4. Perubahan harga tanpa pemberitahuan Dalam pembelian rutin, sudah pasti perusahaan mempunyai pemasok yang sudah dijadikan langganan sehingga bisa melakukan order secara berkala, misalnya setiap bulan. Tapi perubahan harga yang sering berubah-ubah berdampak pada delivery. Tanpa harga yang sesuai sudah pasti pemasok tidak akan mengirim material yang sudah dibuat purchase order (PO), karena tentu pemasok tidak mau mengalami kerugian. Perubahan harga yang menjadi kendala adalah perubahan harga tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Bahkan, perusahaan cenderung mengetahui perubahan harga setelah melihat purchase order (PO) yang diterbitkan. Kondisi ini menjadi kendala yang bisa menghambat pengiriman (delivery). Perubahan harga tanpa pemberitahuan juga bisa berpengaruh pada proses pembuatan purchase order (PO). Tanpa harga yang benar, maka purchase order (PO) belum dapat dibuat. Cara yang efektif untuk menghindari kendala ini adalah dengan membuat peraturan baru mengenai perubahan harga yang melibatkan pihak perusahaan dengan pihak pemasok. Peraturan tersebut harus memuat hal-hal penting seputar perubahan harga. Misalnya, perubahan harga setelah pembuatan purchase order (PO) tidak berlaku sebelum pemberitahuan dari pihak pemasok dan pihak pemasok wajib mengirimkan bahan baku dengan harga awal yang disepakati. Dalam perjanjian juga perlu dicantumkan perihal waktu penyampaian perubahan harga, misalnya 1 bulan atau 15 hari sebelum purchase order (PO) diterbitkan. Setiap perusahaan juga harus melakukan beberapa usaha dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam pelaksanaan prosedur pengawasan purchase order (PO). Perusahaan harus membuat perencanaan yang matang dalam membuat Forecast atau perencanaan produksi untuk pembelian bulan berikutnya. Selain itu, perlu komunikasi yang baik untuk mengurangi masalah dan mengatasi masalah yang kemungkinan terjadi nantinya. Permintaan terhadap pembelian barang harus sesuai dengan SOP agar bisa menghindari perubahan harga tanpa sepengetahuan yang pastinya akan merugikan pihak perusahaan. Perubahan harga bisa menghambat proses pembuatan purchase order (PO). Selanjutnya, kendala lain bisa datang, misalnya pengiriman bahan baku atau material yang tidak sesuai schedule. Selain itu, dampak yang paling fatal adalah terhambatnya proses produksi.