kerja sama
DPW PETANI DIY
dengan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
dengan secara liar, tanpa memilah terlebih dahulu. Dan yang paling parah adalah
tindakan membakar, yang tentunya akan berdampak pada kesehatan manusia dan
merusak sistem ekologi.
2. LANGKAH KEDUA , Pengambilan limbah mulai teroganisir.
Pada perkembangannya tahap kedua ini lebih baik dari LANGKAH PERTAMA, pada tahap
ini mulai bisa teroganisir, dengan pengambilan limbah oleh pihak tertentu bisa dari
pemerintah maupun swasta. Akan tetapi sistemnyapun masih sangat kacau, karena
pengumpulannya masih tercampur menjadi satu, dan berakhir di tempat penampungan
akir , atau yang biasa disebut TPA ( Tempat Pembuangan Akhir). Hal ini juga menjadi
permasalahan baru bagi orang-orang yang tinggal di sekitar TPA, limbah yang bertumpuk
selain menyebarkan bau juga menjadi indikator tersebarnya berbagai penyakit. Karena
limbah organik hanya dibiarkan saja menumpuk dan menumpuk hingga menjadi gunung,
tanpa ada solusi pengolahannya. Mereka yang datang atau yang biasa disebut pemulung
hanya mengambil barang buangan yang laku dijual, sementara yang tidak laku dibiarkan
saja hingga terus menjadi gunung.
3. LANGKAH KETIGA , Pengumpulan mulai teroganisir dan mulai
disortir.
Pengumpulan tersistem sebagai Langkah berikutnya yang lebih meningkat dari tahap
atau LANGKAH KEDUA, secara kusus sudah ada TPS ( Tempat pembuangan sementara )
dimana di lokasi tersebut barang buangan yang datang akan melalui tahap pemilahan
sesuai dengan jenisnya. Sistem pemilahan meliputi mekanisme pemisahan dengan secara
manual misalnya bahan logam, plastik, gelas dan kertas. Hal tersebut dilakukan karena
hanya bahan-bahan tersebutlah yang laku dijual untuk kebutuhan industri. Sedangkan
masih banyak barang buangan yang sebenarnya bisa digunakan kembali , tetapi karena
kekurangan pengetahuan pengelola dan pembeli sehingga masih banyak barang buangan
yang terbuang dan berakhir di TPA.
Sementara limbah organik sudah mulai dikumpulkan di suatu tempat yang terpisah untuk
diproses menjadi kompos.
4. LANGKAH KEEMPAT, Perluasan Industri Daur Ulang
Langkah keempat ini adalah langkah pengolahan limbah yang sudah terorganisir dan
terpadu berbasis Ekologi, artinya apa yang dihasilkan kemudian diambil secara kontinyu
dan terjadwal sesuai dengan jenisnya. Kemudian semua bahan yang sudah dibuang
dipilah-pilah lebih teliti lagi sesuai bahan dan warnanya. Lalu masing-masing
didistribusikan ke masing-masing pabrik pengolah limbah sesuai dengan jenisnya. Ini
akan menjadikan tidak adanya barang buangan yang menumpuk di TPA lagi. Sehingga
konsep sistem Ekologi berjalan disini, semua yang dihasilkan kembali lagi diolah dan
diproduksi menjadi barang yang lebih bernilai, dan digunakan kembali.
DPW PETANI DIY
bekerjasama dengan
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
MEMAKSIMALKAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA
PROGRAM UNTUK KABUPATEN KULON PROGO
LANGKAH BERIKUTNYA,
4 (empat) macam Limbah tersebut telah ditaruh atau disimpan dalam tempat yang
terpisah. Pengambilan akan terjadwal dari 6 hari kerja ,
Dan Warga hanya akan mengeluarkan limbah yang telah dikumpulkan sesuai jenisnya
pada hari terjadwalnya pengambilan masing-masing jenis limbah. Contoh :
Pemilah Bahan dengan bantuan Conveyor, agar dalam memilah bahan bisa lebih
efektif waktunya, teliti dan lebih manusiawi.Setelah dipilah maka KSM Induk akan
mengirim masing-masing jenis ke KSM sesuai dengan jenis yang diolah di KSM
tersebut.
2. KSM B
Mempunyai Tugas Pengolah limbah Organik dan Bio Gas. Untuk awal Limbah
Organik akan diolah menjadi pupuk atau kompos, Dengan Hasil adalah pupuk cair,
pupuk padat dan larva BSF. Larva BSF digunakan sebagai pakan ternak, dalam
keadaan hidup maupun diolah bersama cangkang telur menjadi pelet.
DPW PETANI DIY
bekerjasama dengan
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
MEMAKSIMALKAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA
PROGRAM UNTUK KABUPATEN KULON PROGO
Pembuatan Bio Gas akan dilakukan setelah mendapatkan data yang lengkap
berapa besar kapasitas limbah organik, maka dapat mengkalkulasi kapasitas
Fermenter, berikut kalkulasi kapasitas alat untuk Phyrolisis. Kemudian baru dapat
memproduksi Bio Gas yang akan digunakan sebagai bahan bakar pembuatan solar
dari limbah plastik. Sachet-sachet berdiri dari plastik dan aluminium yang sampai
saat ini belum bisa didaur ulang.
3. KSM C
Tugas KSM C adalah mengolah limbah plastik, langkah pertama pengolahan plastik
adalah mengolah plastik menjadi biji plastik,yang tentunya mempunyai nilai jual
yang lebih tinggi daripada menjual plastik yang masih berbentuk botol atau
kemasan.
4. KSM D
Mengolah kertas yang sudah disortir oleh KSM Induk menjadi bubur kertas sesuai
dengan warnanya, yang akan dijual sebagai bahan baku kertas yang baru.
Mengelola limbah kain, bekerja sama dengan pengrajin limbah.
5. KSM E
Pengolah Kaca dan Logam, Pekerjaan yang bisa dilakukan pada awalnya adalah
mengolah kaca menjadi bubuk kaca dan dijual ke pabrik Gelas untuk bahan baku
pembuatan barang dari gelas yang baru.
Logam akan dijual kepada pasar yang sudah tersedia.
6. KSM F
pembongkar barang-barang elektronik, membongkar dan menyortir jenis bahan
yang terdapat dalam limbah barang2 Elektronik yang mengandung :
Plastik
Emas
Tembaga
Perak
Aluminium
DPW PETANI DIY
bekerjasama dengan
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
MEMAKSIMALKAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA
PROGRAM UNTUK KABUPATEN KULON PROGO
Target kami.
DPW PETANI DIY
bekerjasama dengan
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
MEMAKSIMALKAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA
PROGRAM UNTUK KABUPATEN KULON PROGO
lampiran :
1. SK KEMENKUMHAM
DPW PETANI DIY
bekerjasama dengan
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
MEMAKSIMALKAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA
PROGRAM UNTUK KABUPATEN KULON PROGO
2. NPWP
DPW PETANI DIY
bekerjasama dengan
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
MEMAKSIMALKAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA
PROGRAM UNTUK KABUPATEN KULON PROGO
Alat kantor, meja, kursi, computer dll 20.000.000
Instalasi lestrik 60.000.000
alat2 bantu seperti timbangan dll 60.000.000
Sozialisasi 15.000.000