Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDUAL

PENUGASAN KE - 4

MATA KULIAH METODOGI PENELITIAN


Dosen : Ns. Dini Rachmaniah, M.Kep.Sp.Kep.An

OLEH :

NAMA : ARGO KELANA


NIM : 1019031024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021

PSIK Reguler Universitas Faletehan 1


EVALUATION FOR RESEARCH METHODE COURSE
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FIKES UNIVERSITAS FALETEHAN
Jl. Raya Cilegon KM.06 Pelamunan Kramatwatu Serang
e-mail : info@uf.ac.id

A. POINT PENUGASAN
1. Salin Sisipkan referensi ke dalam artikel dibawah ini dan susun daftar pustakanya
menggunakan sistem harvard ............!

Komunikasi di ruang perawatan kritis tidak kalah pentingnya, karena perawat


seringkali di tuntut untuk menyampaikan informasi penting yang mungkin tidak
mudah untuk diterima oleh pasien dan keluarga, dan seringkali perawat tidak
mengatakan yang sebenarnya demi menjaga perasasan pasien dan keluarga agar terus
memiliki harapan (a). Oleh karan itu, Memilih tekhnik yang tepat dalam setiap
situasi keperawatan merupakan sebuah tantangan bagi perawat. Penelitian lainnya
yang sejalan mengemukakan bahwa komunikasi efektif dengan keluarga
diidentifikasi sebagai aspek yang menantang bagi perawat dalam memberikan
pelayanan kegawat daruratan, dan dari hasil penelitiannya ini merekomendasikan
bahwa komunikasi merupakan fundamental dasar dalam kualitas penyedia layanan
keperawatan, oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang berkelanjutan dibidang
pendidikan dan klinis untuk memperkuat kompetensi perawat dalam berkomunikasi
(b).

Keterangan:
(a).
 Pengarang : Christopher G Slatore, Lissi Hansen, Linda
Ganzini, Nancy Press, Molly L Osborne, Mark S Chesnutt, & Richard A
Mularski
 Judul Artikel : Communication by Nurse in the Intensive Care Unit :
Qualitative Analysis of Domain Patient Centered Care.
 Nama Jurnal : American Journal of Critical Care
 Volume , Edisi : Volume 21, Edisi 6
 Halaman : 410 - 8

PSIK Reguler Universitas Faletehan 2


 Tahun terbit : 2012

(b).
 Pengarang : Margaret Sowney , Owen Barr
 Judul Artikel: The challenges for nurses communicating with and gaining
valid consent from adults with intellectual disabilities within the accident and
emergency care service
 Nama Jurnal : Journal of Clinical Nursing
 Volume , Edisi : Volume 16, Edisi 9
 Halaman : 1678 86
 Tahun terbit : 2007

2. Buatlah parafrasa dari kutipan artikel berikut!

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi baik dengan
pasien dan keluarga serta memegang peranan penting dalam proses asuhan
keperawatan. Hasil penelitian Roberti dan Fitzpatrick (2010), keluarga
menjadi subtitusi pasien dalam memberikan penilaian selama proses
perawatan ketika pasien tidak mampu melakukannya dan berharap keluarga
dapat berinteraksi dan mendapatkan informasi lebih dari tindakan apa yang
sedang dilakukan perawat.
Komunikasi dalam pelayanan di Ruang Unit Gawat Darurat didominasi oleh
komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien, didukung hasi penelitian
Woloshynowych, Devis, Brown, dan Vincent (2007) melalui studi observasi
non-eksperimen yang dilakukan di Ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit
London dengan melibatkan 11 perawat sebagai sampel yang diamati selama
18 kali dalam melakukan komunikasi, ditemukan bahwa ada 2.019 kejadian
komunikasi dalam 20 jam dan 76% komunikasi perawat dilakukan dengan
tatap muka dengan keluarga. Penelitian lain yang senada dilakukan oleh Happ,
Tuite, Dobbin, Thomas, dan Kitutu (2004) yang menemukan bahwa frekuensi
komunikasi terbanyak di 8 ruang perawatan kritis dilakukan oleh perawat
yaitu sebanyak 639 kali 694 episode komunikasi dengan pasien dan keluarga.

PSIK Reguler Universitas Faletehan 3


Tingginya frekuensi komunikasi yang dilakukan oleh perawat dengan
keluarga di Ruang UGD mendorong perawat untuk melakukan perannya
sebagai komunikator yang baik yang dapat menjadikan komunikasi lebih
efektif disamping melakukan aktivitas kesehariannya untuk melaksanakan
praktik asuhan keperawatan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Norman, Rutledge, Keefer-Lynch, dan Alberg (2008), bahwa perawat
harus bertanggung jawab terhadap perannya dalam komunikasi dengan
keluarga serta pemberi pelayanan keperawatan secara komperhensif. Perawat
yang melakukan perannya sebagai komunikator yang baik dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

3. Susunlah secara ringkas outline tinjauan pustaka yang sesuai dengan judul,
latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang akan anda
dilakukan............!
4. Susunlah Tinjauan Pustaka, konsep teori berdasarkan outline yang telah
kalian susun ......! dan Susun Daftar pustaka nya

JAWABAN
1. Komunikasi di ruang perawatan kritis tidak kalah pentingnya, karena perawat
seringkali di tuntut untuk menyampaikan informasi penting yang mungkin tidak
mudah untuk diterima oleh pasien dan keluarga, dan seringkali perawat tidak
mengatakan yang sebenarnya demi menjaga perasasan pasien dan keluarga agar
terus memiliki harapan (Slatore et al. 2012)
Oleh karan itu, Memilih tekhnik yang tepat dalam setiap situasi keperawatan
merupakan sebuah tantangan bagi perawat. Penelitian lainnya yang sejalan
mengemukakan bahwa komunikasi efektif dengan keluarga diidentifikasi sebagai
aspek yang menantang bagi perawat dalam memberikan pelayanan kegawat
daruratan, dan dari hasil penelitiannya ini merekomendasikan bahwa komunikasi
merupakan fundamental dasar dalam kualitas penyedia layanan keperawatan,
oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang berkelanjutan dibidang pendidikan
dan klinis untuk memperkuat kompetensi perawat dalam berkomunikasi (Sowney
and Barr 2007)

PSIK Reguler Universitas Faletehan 4


DAFTAR PUSTAKA

Slatore, Christopher G., Lissi Hansen, Linda Ganzini, Nancy Press, Molly L.
Osborne, Mark S. Chesnutt, and Richard A. Mularski. 2012.
“Communication by Nurses in the Intensive Care Unit: Qualitative Analysis
of Domains of Patient-Centered Care.” American Journal of Critical Care
21(6):410–18.
Sowney, Margaret, and Owen Barr. 2007. “The Challenges for Nurses
Communicating with and Gaining Valid Consent from Adults with
Intellectual Disabilities within the Accident and Emergency Care Service.”
Journal of Clinical Nursing 16(9):1678–86.

2. Perawat selaku tenaga kesehatan yang sangat kerap berhubungan baik


dengan pasien serta keluarga dan memegang peranan penting dalam proses
asuhan keperawatan. Hasil penelitian Roberti dan Fitzpatrick( 2010),
keluarga jadi subtitusi penderita dalam membagikan evaluasi sepanjang
proses perawatan pada saat penderita tidak sanggup melaksanakannya dan
berharap keluarga bisa berinteraksi serta memperoleh data lebih dari aksi
apa yang tengah dilakukan perawat.

Komunikasi dalam pelayanan di Ruang Unit Gawat Darurat didominasi


oleh komunikasi antara perawat dengan keluarga penderita, didukung hasi
riset Woloshynowych, Devis, Brown, serta Vincent( 2007) lewat riset
observasi non- eksperimen yang dicoba di Ruang Unit Gawat Darurat
Rumah Sakit London dengan mengaitkan 11 perawat selaku ilustrasi yang
diamati sepanjang 18 kali dalam melaksanakan komunikasi, ditemui kalau
terdapat 2. 019 peristiwa komunikasi dalam 20 jam serta 76% komunikasi
perawat dicoba dengan tatap muka dengan keluarga. Penelitian lain yang
senada dicoba oleh Happ, Tuite, Dobbin, Thomas, dan Kitutu( 2004) yang
menciptakan kalau frekuensi komunikasi paling banyak di 8 ruang

PSIK Reguler Universitas Faletehan 5


perawatan kritis dicoba oleh perawat ialah sebanyak 639 kali 694 episode
komunikasi dengan penderita serta keluarga.

Tingginya frekuensi komunikasi yang dicoba oleh perawat dengan


keluarga di Ruang Unit gawat darurat mendorong perawat buat
melaksanakan kedudukannya selaku komunikator yang baik yang bisa
menjadikan komunikasi lebih efisien disamping melaksanakan kegiatan
kesehariannya untuk melakukan penerapan asuhan keperawatan. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Norman, Rutledge,
Keefer-Lynch, dan Alberg( 2008), bahwa perawat wajib bertanggung
jawab terhadap kedudukannya dalam komunikasi dengan keluarga dan
pemberi pelayanan keperawatan secara komperhensif. Perawat yang
melaksanakan kedudukannya selaku komunikator yang baik bisa
tingkatkan mutu asuhan keperawatan.

3. Judul penelitian : Pengaruh Slow Stroke Back Masage (SSBM) Terhadap Tekanan
Darah Menopause Penderita Hipertensi.

- SLOW STOKE BACK MASAGE (SSBM)


- MENOPAUSE
- HIPERTENSI

4.
TINJAUAN PUSTAKA
Lanjut usia paling utama menopause ialah umur rawan terserang penyakit
degeneratif. Penyakit tekanan darah besar kerapkali tidak diperhatikan. Di banyak
permasalahan hipertensi yang tidak memperoleh penindakan secara maksiamal
justru menimbulkan terdapatnya komplikasi semacam stroke, jantung, kendala
penglihatan dan masih banyak komplikasi yang lain. Bersumber pada hasil
penelitian pendahuluan yang dicoba di Puskesmas Kertosono Kabupaten Nganjuk
kalau dari 25 orang yang mengidap Hipertensi 1 orang antara lain terserang
komplikasi Stroke. Informasi dari World Health Organitation( World Health
Organization) mengatakan kalau terjalin satu kematian akibat penyakit
kardiovaskular tiap 2 detik, serbuan jantung tiap lima detik serta akibat stroke

PSIK Reguler Universitas Faletehan 6


tiap 6 detik. Tiap tahunnya diperkirakan 17 juta orang wafat akibat penyakit
kardiovaskular( World Health Organization, 2013). Perempuan menopause ialah
kelompok yang rentan terhadap peristiwa Hipertensi serta penyakit
kardiovaskuler yang lain. Perihal ini diperburuk lagi dengan keadaan menopause
yang pada biasanya diawali pada umur lanjut usia dini, dimana pada umur
tersebut orang akan cenderung melaksanakan kegiatan raga yang ringan,
terbentuknya pergantian komposisi badan, serta penyusutan sebagian guna organ
badan bersamaan bertambahnya usia ( Mahan LK, dkk. 2004).

Hipertensi maupun penyakit darah besar sebenarnya merupakan sesuatu


gangguan pada pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen serta nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat hingga ke jaringan badan yang membutuhkan.
Hipertensi kerap kali diucap selaku pembunuh gelap( Silent Killer), sebab
tercantum penyakit yang mematikan tanpa diiringi dengan gejala- gejalanya lebih
dulu sebagai peringatan untuk korbannya( Lanny Sustrani, dkk, 2004).

Slow- Stroke Back Massage yaitu tindakan masase pada punggung dengan
usapan yang lama- lama sepanjang 3- 10 menit( Potter& Perry, 2005).
Masase punggung ini bisa menimbulkan terbentuknya mekanisme penutupan
terhadap impuls perih saat melaksanakan gosokan penggungpasien dengan
lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor. Apabila
masukan yang dominan berasal dari Serabutdelta- A serta serabut C, hingga
hendak membuka sistem pertahanan disepanjang urat saraf serta klien
mempersepsikan perih. Alur saraf desenden membebaskan opiate endogen ialah
pembunuh perih natural yang berasal dari badan. Neuromedulator ini menutup
mekanisme pertahanan dengan membatasi substansi P. Tehnik distraksi,
konseling serta pemberian stimulus kutaneus ialah upaya buat membebaskan
endrofin( Potter& Perry, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Yuniarti, Anggi Ika, Elok Sari Dewi, Kebidanan Wiyata, Mitra Husada, Akademi
Kebidanan, Wiyata Mitra, and Husada Nganjuk. 2019. “Pengaruh Slow

PSIK Reguler Universitas Faletehan 7


Stroke Back Masage (SSBM) Terhadap Tekanan Darah Menopause
Penderita Hipertensi.” Conference on Innovation and Application of Science
and Technology (Ciastech):171–76.

PSIK Reguler Universitas Faletehan 8

Anda mungkin juga menyukai