Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SMESTER GASAL

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : Iswandi Nur


BKU :
NPM : 121160010
Mata kuliah : Politik hukum
Nama Dosen : Prof. Dr. Ibnu Artadi, SH., M.Hum
Dr. Hj. Ayih Sutarih, SH., M.Hum

JAWABAN :
1. Hukum menurut Maryyman dan Nonet-Selznick terhadap Penegakan Hukum di
Indonesia yang Legisme (legal positivism) mereka menggagas modelisasi hukum
kedalam teori besarnya “hukum responsif mencakup hukum represif, hukum
otonom dan hukum responsive”. Model yang di tawarkan cocok dengan
pluralisme dan  realisme bangsa Indonesia. Hukum responsif adalah model atau
teori yang digagas Nonet-Selznick di tengah kritik pedas Neo-Marxis terhadap
liberal legalism. Seperti diketahui, legalisme liberal mengandaikan hukum sebagai
institusi mandiri dengan sistem peraturan dan prosedur yang objektif, tidak
memihak, dan benar-benar otonom. Ikon legalisme liberal adalah otonomi hukum.
Wujud paling nyata dari otonomi itu adalah rezim rule of law. Dengan karakternya
yang otonom itu, diyakini bahwa hukum dapat mengendalikan represi dan
menjaga integritasnya sendiri. Dilihat dari kepentingan internal sistem hukum itu
sendiri, dalil integritas itu memang dapat dipahami. Tapi hukum bukanlah tujuan
pada dirinya sendiri. Hukum adalah alat bagi manusia. Ia merupakan instrumen
untuk melayani kebutuhan manusia. Dalam makna ini, isolasi sistem hukum dari
berbagai institusi sosial di sekitarnya, justru berdampak buruk dari sisi kebutuhan
manusia itu sendiri. Hukum dengan mudah berubah menjadi institusi yang
melayani diri sendiri, bukan lagi melayani manusia. Hukum tidak lagi bisa
diandalkan sebagai alat perubahan dan sebagai alat untuk mencapai keadilan
substantif. Tanda bahaya tentang terkikisnya otoritas tersebut dan macetnya
keadilan substantif, telah menjadi fokus kritik terhadap hukum itu sendiri. Dengan
demikian, dari uraian diatas bila melihat terhadap Karakter yang terdapat dalam
Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law) sungguh sangat terjadi kontradiktif
atau bertentangan dengan sebuah konsep teori yang dikembangkan serta
dikemukakan oleh Maryyman dan Nonet-Selznick, mengapa demikian? Bahwa
ruh dari Karakter Undang-Undang Cipta Kerja itu tidaklah bersifat Responsif dan
tidak bersifat Otonom.

2. Undang-Udang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Omnibus Law) itu
tidak dapat digolongkan kepada (Politik) Hukum Permanen, Sebab selain
Karakter Hukum Undang-Udang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Omnibus Law) tidak memenuhi sebuah prasyarat atau kriteria jika dikaitkan
dengan teori pendapatnya Maryyman dan Nonet-Selznick. setiap prouk hukum itu
haruslah bersifat minimal ada 2 karakter yang melekat di dalamnya, diantaranya
yaitu : bersifat Responsif dan bersifat Otonom. Dengan demikian, hemat penulis
Undang-Udang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Omnibus Law) tidak
mempunyai kedua sifat diatas apalagi terlebih setelah keluarnya Putusan
Mahkamah Konstitusi 91/PUU-XVIII/2020 tentang Inkonstitusionalnya Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

3. 1. a. Pembahasan : Penggunaan NIK sebagai NPWP pribadi

b. Maksud dan tujuan : yaitu mengintegrasikan basis data kependudukan


dengan sistem administrasi perpajakan dan
mempermudah WP orang pribadi melaksanakan
pemenuhan kewajiban hak dan kewajiban perpajakan.

2. a. Pembahasan : kuasa wajib pajak

b. Maksud dan tujuan : Kuasa Wajib Pajak dapat dilakukan oleh siapapun,
sepanjang memenuhi persyaratan kompetensi
menguasai bidang perpajakan. Pengecualian syarat
diberikan jika kuasa yang ditunjuk merupakan suami, istri,
atau keluarga sedarah/semenda 2 (dua) derajat.

3. a. Pembahasan :penegakan hukum pidana pajak dengan mengedepan


kan pemulihan kerugian pendapatan negara

b. Maksud dan tujuan : - Menambah wewenang Penyidik Pajak untuk


melakukan pemblokiran dan/atau penyitaan aset sebagai
jaminan pemulihan kerugian pada pendapatan negara.
- Hingga tahap persidangan, WP diberikan kesempatan
untuk mengembalikan kerugian pada pendapatan negara
dengan membayar pokok pajak dan sanksi, sebagai
pertimbangan untuk dituntut tanpa penjatuhan pidana
penjara (ultimum remedium).

4. a. Pembahasan : pajak atas natura dan/atau kenikmatan

b. Maksud dan tujuan : Pemberian natura dan/atau kenikmatan kepada


pegawai dapat dibiayakan oleh pemberi kerja dan
merupakan penghasilan bagi pegawai. Natura tertentu
bukan merupakan penghasilan bagi penerima:

a. Penyediaan makan/minum, bahan makanan/minuman


bagi seluruh pegawai
b. Natura di daerah tertentu
c. Natura karena keharusan pekerjaaan, contoh: alat
keselamatan kerja atau seragam
d. Natura yang bersumber dari APBN/APBD/APBDes

5. a. Pembahasan : pengecualian objek PPN dan fasilitas PPN


b. Maksud dan tujuan : - Pengurangan atas pengecualian dan fasilitas PPN
agar lebih mencerminkan keadilan dan tepat sasaran,
namun dengan tetap menjaga kepentingan masyarakat
dan dunia usaha.
- Barang kebutuhan pokok, jasa kesehatan, jasa
pendidikan, jasa pelayanan sosial, dan beberapa jenis
jasa lainnya, diberikan fasilitas pembebasan PPN
sehingga masyarakat berpenghasilan menengah dan
kecil tetap terlindungi dari kenaikan harga karena
perubahan UU PPN

Anda mungkin juga menyukai