Anda di halaman 1dari 1

pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akut

DI Yogyakarta dan Bali. Indonesia masih pada fase 3 pandemi (penularan dari hewan
ke manusia), belum ada bukti penularan antar manusia yang efisien. Indonesia adalah
yang terbanyak kasus FB di dunia dengan kematian 149 orang dari 181 kasus positif
(CFR 82,3%) dan 15 klaster (Oktober 2011).
Walaupun kasus FB di Indonesia tetap ditemukan, namun jumlah kumulatif kasus
pertahun sudah menunjukkan penurunan. Disaat Indonesia sedang berupaya
menanggulangi kasus flu burung, dunia dikejutkan dengan munculnya virus Influenza
A Baru (H1N1) di San Diego, Amerika Serikat dan menyebar ke Mexico pada April
2009, yang menyebar dengan cepat ke berbagai negara di dunia. Sampai dengan
Februari 2010, sudah menyebar lebih dari 211 negara dan menyebabkan kematian
sekitar 15.000 orang. Sedangkan di Indonesia ditemukan 1.097 kasus positif dan 10
orang (CFR 0.9%) diantaranya meninggal (10 Februari 2010).
Melihat kejadian pandemi sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa kemungkinan akan
terjadi mutasi virus flu burung atau reassortment (pencampuran genetik 2 virus
influenza atau lebih) yang akan menyebabkan timbulnya virus baru yang patogenitasnya
tinggi dan menular antar manusia secara efisien. Oleh karena itu semua negara di
dunia tetap mewaspadai kemungkinan tersebut dengan penguatan kesiapsiagaan dan
respon (core capability) sesuai situasi negara masing-masing.
Indonesia telah menyusun Rencana Strategi Penanggulangan Flu Burung dan
Kesiapsiagaan Pandemi Influenza tahun 2005. Berbagai upaya pengendalian telah
dilakukan oleh Kemenkes antara lain penyiapan rumah sakit rujukan,penguatan
surveilans, laboratorium virologi dan BSL-3, KIE, aspek hukum, logistik, koordinasi
LP/LS, kerjasama internasional dan simulasi.
Subdit ISPA bekerjasama dengan LP/LS telah melaksanakan simulasi penanggulangan
episenter pandemi influenza di Bali (April 2008) dan Makassar (April 2009), Table-
top Exercise di 6 propinsi (Jabar, Sumut, Jambi, Bengkulu, Sulut dan Sulteng),
penyusunan rencana kontijensi penanggulangan episenter di 11 propinsi (Sumut,
Sumsel, Sumbar, Lampung, Riau, Banten, Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Sulsel) dan
80 kabupaten/kota, penyusunan pedoman dan modul, sosialisasi H1N1 ke 33 propinsi
dengan melibatkan LP/LS, dll.
Melihat data diatas masih banyak propinsi dan kabupaten/kota yang diharapkan dapat
mengadopsi atau mereplikasi sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.
3. Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun
Sejak pertengahan tahun 2007 Pengendalian ISPA telah mengembangkan Surveilans
Sentinel Pneumonia di 10 provinsi masing-masing 1 kabupaten/kota (10 Puskesmas,
10 RS). Pada tahun 2010 telah dikembangkan menjadi 20 provinsi masing-masing
2 kabupaten/kota (40 RS, 40 Puskesmas – terlampir). Secara bertahap akan
dikembangkan di semua provinsi, sehingga pada 2014 lokasi sentinel menjadi 132
lokasi (66 RS dan 66 Puskesmas). Biaya operasional sentinel ini dibebankan pada
anggaran rutin ISPA.
6

Anda mungkin juga menyukai