Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MIKRO EVOLUSI”

DISUSUN OLEH:

KELOMOK 9

1. Alfin (A1J119011)

2. Muhammad Sa’aduddin (A1J119018)

3. Silva Julia Pratami Saripin (A1J119022)

4. Wa Darni (A1J119028)

5. Yusrianti (A1J119057)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah yang berjudul "Mikro Evolusi”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Evolusi.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan pembaca serta penulis
tentang materi mikro evolusi ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 17 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Evolusi...................................................................................

B. Konsep Mikro Evolusi

C. Mekanisme Utama Mikro Evolusi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................

B. Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang menjelaskan
berbagai macam proses mengenai spesiasi. Spesiasi merupakan proses dari
satu spesies asal yang berkembang menjadi satu atau lebih spesies baru yang
berbeda dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Spesiasi adalah
dasar dari semua perubahan makroevolusi. Evolusi tidak hanya terjadi dalam
besar namun juga skala terkecil yang seringkali tidak nampak. Perubahan
tidak nampak ini biasa disebut mikroevolusi yang mengarah pada perubahan
frekuensi gen atau kromosom. Sifat yang menjadi dasar evolusi dibawa oleh
gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi
bervariasi dalam suatu populasi.
Mikroevolusi merupakan evolusi pada tingkat populasi, perubahan
frekuensi alel atau genotip di dalam suatu populasi dari generasi ke generasi.
Perubahan ini merupakan perubahan dalam skala terkecil yang seringkali
tidak nampak, maka sering disebut sebagai mikroevolusi Mikroevolusi tetap
berlangsung sekalipun frekuensi alel berubah hanya untuk lokus genetik
tunggal, sedang beberapa lokus gen lainnya dalam keadaan keseimbangan
sementara.
Keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Hal ini
dikemukakan oleh Lamarck, Darwin, maupun para pakar lain sesudah mereka.
Tanpa ada keanekaragaman, evolusi tidak akan terjadi. Untuk melihat
bagaimana keanekaragaman, kita harus mulai dari suatu struktur yang paling
kecil. Struktur tersebut adalah asam deoksiribonukleat yang terdiri dari 4
macam asam nukleat, yaitu adenine, mitosin (C), guanine (G) dan timidin (T).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan evolusi
2. Apa yang dimaksud dengan konsep mikro evolusi
3. Apa mekanisme utama mikro evolusi
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep evolusi
2. Mengetahui konsep mikro evolusi
3. Mengetahui mekanisme utama mikro evolusi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Evolusi
Evolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi
sedikit dan memakan waktu yang lama. Perubahan yang dimaksudkan
disini adalah perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari yang
sederhana menuju struktur dan fungsi yang kompleks dan beragam.
Evolusi merupakan kata umum yang di pakai orang untuk merujuk
adanya perubahan, perkembangan atau pertumbuhan secara berangsur-
angsur. Perubahan tersebut dapat terjadi karena pengaruh alam atau
rekayasa manusia. Perubahan yang terjadi menuju ke arah semakin
kompleks struktur dan fungsi makhluk hidup dan semakin banyak ragam
jenis yang ada. Evolsi juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan
secara bertahap dalam waktu yang lama akibat seleksi alam terhadap
variasi gen dalam suatu individu hingga menghasilkan perkembangan
spesies baru. Spesies baru yang terbentuk mengalami perkembangan dari
sederhana menuju kompleks.
Proses evolusi dapat dibedakan atas dasar beberapa faktor :
1. Evolusi berdasarkan arahnya, terdiri dari 2 yaitu:
a. Evolusi progresif yang merupakan evolusi menuju pada
kemungkinan yang dapat bertahan hidup (survival). Proses ini
dapat dijumpai pada peristiwa evolusi burung finch.
b. Evolusi regresif yang merupakan proses menuju pada
kemungkinan kepunahan. Hal ini dapat di jumpai melalui peristiwa
yang terjadi pada dinosurus.

2. Evolusi berdasarkan hasil akhi, terdiri dari 2 yaitu:

a. Evolusi divergen yang merupakan perubahan yang berasal dari


satu spesies menjadi banyak spesies baru. Contohnya peristiwa
terdapatnya lima jari pada vertebrata yang berasal dari nenek
moyang yang sama dan sekarang dimiliki oleh bangsa primata dan
manusia.
b. Evolusi konvergen yang mkerupakan perubahan yang
didasarkan pada kesaamaan struktur antara dua organ atau
organisme pada garis yang sama dari nenek moyang. Contohnya
pada hou dan lumba-lumba.
3. Evolusi berdasarkan skala perubahannya, terdiri dari 2 yaitu:

a. Mikroevolusi yang merupakan perubahan proses evolusi yang


dapat mengakibatkan perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi
hanya mengarah kepada terjadinya perubahan frekuensi gen atau
kromosom.
b. Makroevolusi yang merupakan perubahan evolusi yang dapat
mengakibatkan perubahan dalam skala besar. Adanya
makroevolusi dapat mengarah kepada terbentuknya spesies baru.

B. Konsep Mikro Evolusi

Mikroevolusi adalah perubahan dari generasi ke generasi dalam


alel atau frekuensi genotipe suatu populasi (Campbell, 2003: 25).
Mikroevolusi merupakan proses evolusi yang hanya mengakibatkan
perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi ini hanya mengarah pada
perubahan frekuensi gen atau kromosom. Perubahan evolusioner yang
kecil, disebut sebagai “perubahan di bawah tingkat spesies”.

Mikroevolusi merupakan perubahan dari generasi ke generasi


dalam alel atau frekuensi genotipe suatu populasi. Jika frekuensi alel atau
genotip menyimpang dari nilai pada kesetimbangan Hardy-Weinberg,
maka populasi itu dapat berevolusi, dalam hal ini pada level mikro.
Dengan kata lain, mikroevolusi terjadi dalam tingkat frekuensi alel dan
genotip, bukan frekuensi individu dalam populasi tersebut. Penelitian
mikroevolusi tidak bisa lepas dari teori Hardy-Weinberg yang
menyatakan “frekuensi alel dan genotipe dalam kumpulan gen suatu
populasi tetap konstan selama beberapa generasi kecuali apabila ada yang
bertindak sebagai agen lain selain rekombinasi seksual”. Mikroevolusi
tetap berlangsung sekalipun frekuensi alel berubah hanya untuk lokus
genetik tunggal, sedang beberapa lokus gen lainnya dalam keadaan
keseimbangan sementara. Ada lima penyebeb terjadinya mikro evolusi
yaitu:

1. Genetic drift (hanyutan genetik)


Genetic drift (hanyutan genetik) merupakan perubahan dalam
kumpulan gen (genpool) karena kejadian acak yang menyebabkan
frekuensi alel dalam populasi tersebut mengalami perubahan. Pada
populasi yang kecil dapat terjadi kesalahan pengambilan sampel
dimana frekuensi alel antara sifat dominan dan resesif berfluktuasi
selama beberapa generasi dan hanya sebagian dari individu populasi
yg bereproduksi, maka dalam beberapa generasi, variasi genetic akan
berkurang yang dapat menyebabkan populasi berevolusi.
Hanyutan genetika juga terjadi karena peranan probabilitas
dalam penentuan apakah suatu individu akan bertahan hidup dan
bereproduksi atau tidak. Dalam istilah matematika, alel berpotensi
mengalami galat percontohan (sampling error). Karenanya, ketika
gaya dorong selektif tidak ada ataupun secara relatif lemah, frekuensi-
frekuensi alel cenderung "menghanyut" ke atas atau ke bawah secara
acak (langkah acak). Hanyutan ini berhenti ketika sebuah alel pada
akhirnya menjadi tetap, baik karena menghilang dari populasi, ataupun
menggantikan keseluruhan alel lainnya, oleh karena itu hanyutan
genetik dapat mengeliminasi beberapa alel dari sebuah populasi hanya
karena kebetulan saja. Bahkan hanyutan genetika dapat menyebabkan
dua populasi yang terpisah dengan stuktur genetik yang sama
menghanyut menjadi dua populasi divergen dengan set alel yang
berbeda. Dua situasi yang dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran
genetic adalah leher botol populasi dan pembentukan koloni baru oleh
sejumlah kecil individu(efek pendiri).
a) Efek leher botol (bottleneck effect)
Efek leher botol (bottleneck effect), adanya kebakaran hutan,
banjir, gempabumi dsb, dapat mengakibatkan penurunan
populasi secara drastis. Akibatnya individuindividu yang
selamat, tidak lagi dapat mewakili variasi genetik yang pernah
ada, bahkan mungkin alel dengan sifat tertentu yang khas
hilang sama sekali.
b) Efek pendiri (founder effect)
Efek pendiri (founder effect) Suatu kelompok kecil individu
yang menempati habitat baru yang terpencil yang tidak
berpenghuni, tidak akan mewakili keanekaragaman genetik
dari populasi asal yang ditinggalkan. Keanekaragaman yang
dibawa oleh kelompok kecil tersebut akan menentukan
komposisi genetik populasi yang terbentuk, sehingga sering
dikatakan bahwa pada daerah-daerah tersebut terdapat spesies
yang endemik (hanya terdapat di daerah tersebut).
2. Gen Flow(Aliran gen)
Gen flow merupakan suatu populasi mempunyai yang
kemungkinan untuk kemasukkan alel atau kehilangan alel karena gen
flow atau aliran gen, pertukaran gametik, karena migrasi dari
individual yang fertil atau gamet antar populasi. Gen flow dapat terjadi
apabila satu individu pergi meninggalkan populasi asal atau
melakukan emigrasi ke populasi lain dan masuknya individu ke dalam
populasiyang berbeda sehingga mengakibatkan perubahan alel pada
individu.Migrasi ke dalam atau keluar suatu populasi dapat
bertanggungjawab terhadap perubahan frekuensi alel (proporsi
anggota yang membawa varian gen tertentu). Imigrasi juga dapat
menyebabkan penambahan varian genetika baru ke dalam lungkang
gen spesies atau populasi tertentu yang telah ada.
Terdapat sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi aliran gen
antara populasipopulasi yang berbeda. Salah satu faktor yang paling
signifikan adalah mobilitas.Semakin besar mobilitas suatu individu,
semakin besar potensi migrasi individu tersebut.Hewan cenderung
lebih mudah berpindah daripada tumbuhan, walaupun serbuk sari dan
biji dapat diangkut oleh hewan atau angin ke lokasi yang sangat jauh.
Aliran gen antara dua populasi secara terus menerus dan
terjaga juga dapat menyebabkan kombinasi dua lengkung gen,
mengurangi variasi genetika antara dua kelompok. Karena alasan ini,
aliran gen dengan kuat memperlambat/ mengurangi spesiasi dengan
merekombinasi longkang gen antar kelompok.Aliran gen merupakan
pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan spesies yang
sama. Contoh aliran gen dalam sebuah spesies meliputi migrasi dan
perkembangbiakan organisme atau pertukaran serbuk sari. Transfer
gen antar spesies meliputi pembentukan organisme hibrid dan transfer
gen horizontal.
Migrasi ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah
frekuensi alel, serta menambah variasi genetika ke dalam suatu
populasi. Imigrasi dapat menambah bahan genetika baru ke lungkang
gen yang telah ada pada suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi dapat
menghilangkan bahan genetika. Karena pemisahan reproduksi antara
dua populasi yang berdivergen diperlukan agar terjadi spesiasi, aliran
gen dapat memperlambat proses ini dengan menyebarkan genetika
yang berbeda antar populasi. Aliran gen dihalangi oleh barisan
gunung, samudera, dan padang pasir. Bahkan bangunan manusia
sepertiTembok Raksasa Cina dapat menghalangi aliran gen tanaman.
Bergantung dari sejauh mana dua spesies telah berdivergen
sejak leluhur bersama terbaru mereka, adalah mungkin kedua spesies
tersebut menghasilkan keturunan, seperti pada kuda dan keledai yang
hasil perkawinan campurannya menghasilkan bagal. Hibrid tersebut
biasanya mandul, oleh karena dua set kromosom yang berbeda tidak
dapat berpasangan selama meiosis. Pada kasus ini, spesies yang
berhubungan dekat dapat secara reguler saling kawin, namun hibrid
yang dihasilkan akan terseleksi keluar, dan kedua spesies ini tetap
berbeda. Namun, hibrid yang berkemampuan berkembang biak
kadang-kadang terbentuk, dan spesies baru ini dapat memiliki sifat-
sifat antara kedua spesies leluhur ataupun fenotipe yang secara
keseluruhan baru. Pentingnya hibridisasi dalam pembentukan spesies
baru hewan tidaklah jelas, walaupun beberapa kasus telah ditemukan
pada banyak jenis hewan, Hyla versicolor merupakan contoh hewan
yang telah dikaji dengan baik.
Hibridisasi merupakan cara spesiasi yang penting pada
tanaman, karena poliploidi (memiliki lebih dari dua kopi pada setiap
kromosom) dapat lebih ditoleransi pada tanaman dibandingkan hewan.
Poliploidi sangat penting pada hibdrid karena ia mengijinkan
reproduksi, dengan dua set kromosom yang berbeda, tiap-tiap
kromosom dapat berpasangan dengan pasangan yang identik selama
meiosis. Poliploid juga memiliki keanekaragaman genetika yeng lebih
yang mengijinkannya menghindari depresi penangkaran
sanak(inbreeding depression) pada populasi yang kecil.
Transfer gen horizontal merupakan transfer bahan genetika dari
satu organisme ke organisme lainnya yang bukan keturunannya. Hal
ini paling umum terjadi pada bakteri. Pada bidang pengobatan, hal ini
berkontribusi terhadap resistansi antibiotik. Ketika satu bakteri
mendapatkan gen resistansi, ia akan dengan cepat mentransfernya ke
spesies lainnya. Transfer gen horizontal dari bakteri ke eukariota
seperti khamir Saccharomyces cerevisiae dan kumbang
Callosobruchus chinensis juga dapat terjadi. Contoh transfer dalam
skala besar adalah pada eukariota bdelloid rotifers, yang tampaknya
telah menerima gen dari bakteri, fungi, dan tanaman. Virus juga dapat
membawa DNA antar organisme, mengijinkan transfer gen
antardomain.
3. Mutasi
Perubahan dalam susunan DNA suatu organisme. Perubahan
susunan DNA yang terjadi pada gamet akan merubah genpool populasi
dengan menggantinya dengan alel yang telah mengalami mutasi
Misal : mutasi yang disebabkan perubahan warna bunga putih yang
disebabkan oleh alel aa menjadi alel dominan A yang berwarna merah,
hal ini akan menyebabkan penurunan frekuensi alel a menurun dan
meningkatkan frekuensi alel A. Perubahan ferekuensi alel karena
mutasi seringkali baru nampak setelah beberapa generasi atau bahkan
ratusan generasi, terutama kalau mutasi terjadi dari alel dominan
menjadi resesif. Peningkatan frekuensi alel karena mutasi itu baru
nampak nyata, kalau individu dengan alel tersebut mempunyai
keturunan banyak, adanya seleksi alam atau karena genetik drift.
Mutasi terjadi kurang lebih secara acak. Kebanyakan mutasi
adalah mengganggu, dan banyak yang hilang dari populasi itu.
Melewati waktu, kekuatan evolusi sudah membuat banyak populasi
yang baik menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan gen dan gen
kompleks populasi yang lebih sesuai untuk pertumbuhan dan
reproduksi. Kesempatan mutasi acak akan meningkatkan sistem
koordinasi yang baik adalah sangat kecil.
4. Perkawinan tidak acak
Perkawinan tak acak dapat mengakibatkan alel yang membawa
sifat lebih disukai akan menjadi lebih sering dijumpai dalam populasi,
sedangkan alel dengan sifat yang tidak disukai akan berkurang dan
mungkin akan hilang dari populasi. Perkawinan yang terjadi antar
keluarga dekat dapat mengakibatkan frekuensi gen abnormal atau gen
resesif.
Yang dimaksud dengan perkawinan tak acak dalah pelanggaran
syarat kesetimbangan Hardy Weinberg yang mengharapkan
perkawinan acak. Nyatanya, individu akan lebih sering kawin dengan
tetangganya (bahkan kawin dengan dirinya sendiri / selfing yang amat
umum pada tumbuhan). Hal ini akan mengurangi jumlah heterozygote
dan meningkatkan jumlah homozygote dominan dan resesif. Pun ada
jenis perkawinan berdasar pilihan (assortative mating), yakni individu
(biasanya betina) cenderung memilih jantan dengan ciri-ciri khusus.
Bisa ditebak, ini menyebabkan pergeseran dalam perbandingan alel
tertentu. Perkawinan acak sangat jarang terjadi dan banyak faktor yang
menjadi penyebabnya.
 Inkompatibilitas : tdk dpt terjadi fertilisasi walau masing2
mempunyai alel yang sama
 Umur organ reproduksi tidak sama
 Adanya musim kawin yang menyebabkan persaingan untuk
memperoleh pasangan
 Letak organ reproduksi yang menyebabkan kesulitan terjadinya
fertilisasi
 Adanya naluri untuk memilih pasangan sesuai dengan
keinginannya
5. Seleksi alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori
bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah
mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama
makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Menurut Hukum H - W, seluruh individu di dalam populasi
mempunyai kemampuan yang sama untuk hidup dan menghasilkan
keturunan yang mempunyai kemampuan hidup dan fertil. Tetapi
kenyataannya di dalam populasi terdapat keanekaragaman dan diantara
varianvarian tersebut ada yang mempunyai keturunan lebih banyak
daripada yang lain. Perbedaan ini karena adanya seleksi alam, adanya
sifat-sifat khusus yang menyebabkan tidak mengalami seleksi alam.
Sifat ini diwariskan Dari ke 5 penyebab evolusi mikro yang dapat
mengubah frekuensi gen pool hanya seleksi alam yang kemungkinan
besar merupakan proses kemampuan adaptasi dari populasi terhadap
lingkungan. Seleksi alam akan mempertahankan genotip yang baik di
dalam populasi. Apabila lingkungan berubah, respons terhadap seleksi
dapat dilakukan oleh individu yang mempunyai genotip tertentu.
Ada sumber yang menjelaskan bahwa seleksi alam adalah
proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan keberlangsungan
dan reproduksi suatu organisme menjadi (dan tetap) lebih umum dari
generasi yang satu ke genarasi yang lain pada sebuah populasi. Ia
sering disebut sebagai mekanisme yang "terbukti sendiri" karena:
 Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme.
 Organisme menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat
bertahan hidup
 Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya
bertahan hidup dan bereproduksi.

Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme


untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme
dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan akan lebih
berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak
menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi
selanjutnya.

Konsep pusat seleksi alam adalah kebugaran


evolusiorganisme.Kebugaran evolusi mengukur kontribusi genetika
organisme pada generasi selanjutnya. Namun, ini tidaklah sama
dengan jumlah total keturunan, melainkan kebugaran mengukur
proporsi generasi tersebut untuk membawa gen sebuah organisme.
Karena itu, jika sebuah alel meningkatkan kebugaran lebih daripada
alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi, alel tersebut menjadi lebih
umum dalam populasi. Contoh-contoh sifat yang dapat meningkatkan
kebugaran adalah peningkatan keberlangsungan hidup dan
fekunditas.Sebaliknya, kebugaran yang lebih rendah yang disebabkan
oleh alel yang kurang menguntungkan atau merugikan mengakibatkan
alel ini menjadi lebih langka.Adalah penting untuk diperhatikan bahwa
kebugaran sebuah alel bukanlah karakteristik yang tetap.Jika
lingkungan berubah, sifat-sifat yang sebelumnya bersifat netral atau
merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang sebelumnya
menguntungkan bisa menjadi merugikan.

Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang


nilainya bervariasi, misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan
menjadi tiga jenis.Yang pertama adalah seleksi berarah (directional
selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang
waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih
tinggi.Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan
seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang
berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-
rata).Hal ini terjadi apabila baik organisme yang pendek ataupun
panjang menguntungkan, sedangkan organisme dengan tinggi
menengah tidak.Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu
seleksi terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di
sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan organisme secara
pelahan memiliki tinggi badan yang sama.

Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang


merupakan seleksi untuk sifatsifat yang meningkatkan keberhasilan
perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu organisme.Sifat-
sifat yang berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada
pejantan beberapa spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat
menurunkan keberlangsungan hidup individu jantan tersebut (misalnya
pada tanduk rusa yang besar dan warna yang cerah dapat menarik
predator). Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini diseimbangkan
oleh keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.

Bidang riset yang aktif dalam bidang biologi evolusi pada saat
ini adalah satuan seleksi, dengan seleksi alam diajukan bekerja pada
tingkat gen, sel, organisme individu, kelompok organisme, dan bahkan
spesies. Dari model-model ini, tiada yang eksklusif, dan seleksi dapat
bekerja pada beberapa tingkatan secara serentak. Di bawah tingkat
individu, gen yang disebut transposon berusaha menkopi dirinya di
seluruh genom.Seleksi pada tingkat di atas individu, seperti seleksi
kelompok, dapat mengijinkan evolusi ko-operasi.

Apakah seleksi alami bekerja untuk menyokong heterozygotes


(memelihara variabilitas) atau homozygotes (mengurangi variabilitas)
sekarang ini suatu topik patut dipertimbangkanwalaupun kebanyakan
ahli genetika berpikir bahwa seleksi bekerja mengurangi variasi
dengan kebaikan alleles terbaik dalam suatu kondisi homozygous.
Sering sukar untuk menilai efek seleksi sebab sangat banyak faktor
terlibat dalam penentuan pohon yang terbaik dicoba untuk tumbuh dan
bereproduksi. Masing-Masing karakteristik baik mempunyai nilai
seleksi sendiri, dan adaptasi yang diciptakan oleh satu faktor positif
lain atau dengan mengurangi pengaruh yang lain. Secara umum,
seleksi alami dianggap sebagai suatu kekuatan kuat untuk mengurangi
variabilitas di dalam suatu populasi dalam arah yang ditentukan.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat biston
betularia.Ngengat biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi
industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston betularia
hitam.Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat
biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat biston betularia
hitam.Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat biston betularia
putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat
sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas
dari asap industri, sehingga populasi ngengat biston betularia hitam
menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh
asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat biston betularia
putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan,
akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.

Intinya adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi.


Seleksi alam menyebabkan perbandingan alel yang diturunkan ke
generasi berikutnya menjadi berubah dibandingkan perbandingan alel
di populasi awal. Di antara semua faktor mikroevolusi yang kita bahas,
hanya seleksi alam yang mampu menyesuaikan populasi dengan
lingkungannya. Seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan
genotipe yang menguntungkan dalam populasi. Jika lingkungan
berubah, seleksi alam akan “merespons” dengan mempertahankan
genotipe yang cocok dengan lingkungan yang baru. Akan tetapi,
derajat adaptasi hanya dapat diperluas dalam ruang lingkup
keanekaragaman genetik populasi tersebut.

Gambar 1.1 Menggambarkan contoh dari mikroevolusi dari


penurunan sifat pada spesies babi hutan
C. Mekanisme Utama Mikro Evolusi

Mekanisme utama untuk menghasilkan perubahan evolusioner


adalah seleksi alam dan hanyutan genetika. Seleksi alam memfavoritkan
gen yang meningkatkan kapasitas keberlangsungan dan reproduksi.
Hanyutan genetika merupakan perubahan acak pada frekuensi alel,
disebabkan oleh percontohan acak (random sampling) gen generasi
selama reproduksi. Aliran gen merupakan transfer gen dalam dan antar
populasi. Kepentingan relatif seleksi alam dan hanyutan genetika dalam
sebuah populasi bervariasi, tergantung pada kuatnya seleksi dan ukuran
populasi efektif, yang merupakan jumlah individu yang berkemampuan
untuk berkembang biak. Seleksi alam biasanya mendominasi pada
populasi yang besar, sedangkan hanyutan genetika mendominasi pada
populasi yang kecil.Dominansi hanyutan genetika pada populasi yang
kecil bahkan dapat menyebabkan fiksasi mutasi yang sedikit
merugikan.Karenanya, dengan mengubah ukuran populasi dapat secara
dramatis mempengaruhi arah evolusi. Leher botol populasi, di mana
populasi mengecil untuk sementara waktu dan kehilangan variasi
genetika, menyebabkan populasi yang lebih seragam.Leher botol
disebabkan oleh perubahan pada aliran gen, seperti migrasi yang
menurun, ekspansi ke habitat yang baru, ataupun subdivisi populasi.

Mikroevolusi dapat dikontraskan dengan makroevolusi, yang


merupakan peristiwa terjadinya perubahan skala besar pada frekuensi gen
dalam suatu populasi selama periode geologis yang panjang.Perbedaan ini
pada dasarnya hanya berbeda pada pendekatan yang dilakukan saja.
Mikroevolusi bersifat reduksionis, sedangkan makroevolusi bersifat
holistik. Darwin dalam bukunya The Origin of Species menyatakan
bahwa :

1) Spesies itu tidak diciptakan sesuai dengan keadaannya / bentuknya


yang sekarang, tetapi mengalami evolusi dari spesies yang telah ada
pada jaman dulu.
2) Mekanisme evolusi menurut konsep Darwin ialah karena adanya
seleksi alam. Menurut Darwin, dalam populasi suatu organisme ada
individu-individu yang mempunyai sifat tertentu, yang sifatnya
diwariskan dan dapat bertahan hidup. Organisme lainnya tidak
mempunyai sifat tersebut sehingga populasinya semakin menurun.
Seleksi alam dibedakan menjadi 3, yaitu :

1) Seleksi Stabilisasi (stabilizing selection) Pada seleksi tipe ini, fenotip


yang ekstrim yang selalu terseleksi.
2) Seleksi Mengarah (directional selection) Seleksi mengarah
mengakibatkan frekuensi alel akan mengarah kepada salah satu
ekstrim dari kisaran salah satu ciri
3) Seleksi Memisahkan (diversifying/distruptive selection) Pada
keadaan tipe seleksi ini selalu tertuju pada individu heterozigot.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Evolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit
dan memakan waktu yang lama. Perubahan yang dimaksudkan disini
adalah perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari yang
sederhana menuju struktur dan fungsi yang kompleks dan beragam.
Evolusi merupakan kata umum yang di pakai orang untuk merujuk
adanya perubahan, perkembangan atau pertumbuhan secara berangsur-
angsur.
2. Mikroevolusi ini hanya mengarah pada perubahan frekuensi gen atau
kromosom. Perubahan evolusioner yang kecil, disebut sebagai
“perubahan di bawah tingkat spesies”. Mikroevolusi merupakan
perubahan dari generasi ke generasi dalam alel atau frekuensi genotipe
suatu populasi. Jika frekuensi alel atau genotip menyimpang dari nilai
pada kesetimbangan Hardy-Weinberg, maka populasi itu dapat
berevolusi, dalam hal ini pada level mikro. Dengan kata lain,
mikroevolusi terjadi dalam tingkat frekuensi alel dan genotip, bukan
frekuensi individu dalam populasi tersebut. Penelitian mikroevolusi
tidak bisa lepas dari teori Hardy-Weinberg yang menyatakan
“frekuensi alel dan genotipe dalam kumpulan gen suatu populasi tetap
konstan selama beberapa generasi kecuali apabila ada yang bertindak
sebagai agen lain selain rekombinasi seksual”. Frekuensi alel dan
genotip dapat berubah oleh adanya genetic drift(hanyutan genetik),
gene flow(aliran gen), mutasi, perkawinan tidak acak dan seleksi alam.
3. Mekanisme utama untuk menghasilkan perubahan evolusioner adalah
seleksi alam dan hanyutan genetika. Seleksi alam memfavoritkan gen
yang meningkatkan kapasitas keberlangsungan dan reproduksi.
Hanyutan genetika merupakan perubahan acak pada frekuensi alel,
disebabkan oleh percontohan acak (random sampling) gen generasi
selama reproduksi. Aliran gen merupakan transfer gen dalam dan antar
populasi.

B. Saran

Kami penulis secara sadar dan mengakui banyaknya kekurangan


yang terdapat pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis dengan sangat
mengharapkan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah yang
akan ditulis kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Prasetyo U & Supratman. 2011. Dinamika Gen dalam Populasi. Malang : UM
Press.

BSCS, 2006, Biology, A Molecular Approach, ninth edition, Mc Graw Hill,


Glencoe, New York

Campbell, N. A., J. B. Reece dan L.G. Mitchell, 1999, Biology, Fifth Edition,
Addison Wesley Longman, Inc. New York

Henuhili, Victoria. 2008. Genetika dan Evolusi. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA
UNY

Medina. M.H., Correa. J.A., Barata. C., 2007. Micro-evolution due to pollution:
Possible consequences for ecosystem responses to oxic stress. Chemosphere.
Vol 67:2105-2114.

Anda mungkin juga menyukai