Anda di halaman 1dari 64

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Alat Peraga


KIT IPA, untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil
Belajar Kelas VIII SMPN 3 Makassar

( Studi Pada Materi Pokok Cahaya dan Alat Optik)

HARIANI

1916042005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................7
A. Kajian Pustaka........................................................................................................7
B. Kerangka Pikir.....................................................................................................42
C. Hipotesis..............................................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................45
A. Jenis penelitian.....................................................................................................45
B. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................................45
C. Desain Penelitian..................................................................................................45
D. Populasi dan Sampel............................................................................................46
E. Variabel Penelitian..............................................................................................47
F. Definisi Operasional Variabel..............................................................................47
G. Instrumen dan Perangkat Penelitian.....................................................................48
H. Prosedur Penelitian...............................................................................................49
I. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................52
J. Teknik Analisis Data............................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................57

DAFTAR TABEL
Tabel 2 1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri 13

i
Tabel 2 2 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 16
Tabel 2 3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung 19
Tabel 2 4 Tabel Letak Benda dan Bayangan pada Cermin Cekung 36

Tabel 3. 1 Desain Penelitian 49

Tabel 3.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Kegatan Pembelajaran pada Kelas


Eksperimen dan Kontrol 54
Tabel 3. 3 Kriteria Tingkat N-gain 58

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 (a) Pembiasan Berkas Cahaya (b) Pembiasan pada Sendok di dalam
Gelas Berisi Air ( Zubaidah et al., 2017) 32
Gambar 2.2 Peristiwa Pemantulan ( Zubaidah et al., 2017) 33
Gambar 2.3 Pemantulan Baur dan Teratur ( Zubaidah et al., 2017) 34
Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan Cermin Datar ( Zubaidad et al., 2017) 34
Gambar 2.5 Sinar-sinar Istimewa pada Lensa Cembung ( Agustini, 2018) 39
Gambar 2.6 Lensa Cekung ( Agustini, 2018) 40
Gambar 2.7 Sinar Istimewa pada Lensa Cekung ( Agustina, 2018) 40
Gambar 2.8 Mata manusia dan bagian-bagiannya ( Campbell, 2002) 42
Gambar 2.9 Mata serangga dan bagian-bagiannya ( Campbell, 2002) 44

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran IPA berdasarkan Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisi peserta didik
terhadap lingkungna alam dan sekitarnya (Maharani, 2019). Standar proses
pendidikan berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2016, bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ke ranah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar adalah suatu upaya yang telah
dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikannya tes hasil. Belajar
disetiap akhir pembelajaran. Nilai tersebut menjadi pacuan peserta didik untuk
melihat penguasaan dalam menerima materi pembelajaran (Setianingrum, &
Wardhani, 2018). Pengenalan terhadap hasil belajar sangatlah penting, karena
dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, peserta didik akan berusaha
untuk meningkatkan hasil belajarnya di kemudian hari ( Fauji dkk. 2020).
Programne for internasional Student Assesment ( PISA) 2015 menunjukkan
hasil belajar IPA peserta didik Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut
rara-rata skor pencapaian peserta didik indonesia untuk sains, membaca, dan
matematika berada di peringkat bawah yaitu 62, 61, dan 63 dari 69 Negara
(Pratiwi, cari & Aminah, 2019). Hasil belajar peserta didik yang tergolong rendah
juga yang ditunjukkan dari hasil survey PISA tahun 2018 untuk kategori sains.
Indonesia berada pada peringkat 71 dari 80 negara yang mengikuti program ini.
Skor rata-rata Indonesia adalah 398 yang terpaut sangat jauh dengan china yang
berada di peringkat pertama dengan skor rata- rata 590 (Permana,2019).
Pembelajaran IPA berupaya untuk membekali peserta didik dengan berbagai
kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan, yang dapat
membantu peserta didik memahami alam sekitar secara mendalam. Ilmu IPA
lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung ( Learning by
doing ) dengan kegiatan belajar peserta didik yang aktif ( active learning ).
Pembelajaran melalui proses menjadikan siswa dapat lebih mudah
memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, keterampilan
2

proses sains pada siswa harus dikembangkan oleh guru karena memiliki manfaat
penting dalam mempelajari sains ( Alhudaya, Arif, & Suoriyono, 2018) .
Keterampilan proses sains menjadi sarana yang mampu dalam mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa seperti keterampilan menganalisis,
memperoleh dan menerapkan informasi dalam situasi yang baru, memecahkan
masalah, serta mengevaluasi hasil penelitian (Gazali, Hidayat, & Yuliati, 2015)
Keterampilan proses sains ( KPS ) wajib dimiliki oleh peserta didik karena
dengan keterampilan proses sains ( KPS ) yang baik maka peserta didik akan
memperoleh ilmu dan dapat mengembangkan ilmu tersebut di masa selanjutnya.
Selain itu, Keterampilan Proses Sains ( KPS) mencakup keterampilan dasar yang
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keterampilan
mengamati. Dengan keterampilan tersebut, peserta didik dapat mengamati
lingkungan sekitarya dengan baik dan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
yang berhubungan dengan apa yang peserta didik sedang amati. Maka dari itu
Keterampilan Proses Sains ( KPS ) peserta didk harus ditingkatkan dalam
pembelajaran IPA. Karena pembelajaran IPA tidak bergantung pada produk/hasil,
namun juga proses yang dialami peserta didik. Selain itu, Keterampilan Proses
Sains ( KPS ) sangatlah penting untuk menunjang peserta didik dalam menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan( Skripsi Kakak)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMP
Negeri 3 Makassar kelas VIII, bahwa pembelajaran yang selama ini dilakukan
umumnya masih bersifat teacher centered approach. Pada beberapa kesempatan
guru pernah melakukan inkuiri terbimbing. Informasi lainnya adalah keterampilan
proses sains siswa masih rendah. Belum maksimalnya proses pembelajaran yang
dilakukan seperti masih kurangnya praktikum atau percobaan untuk menguatkan
konsep-konsep yang dipelajari menjadi salah satu penyebabnya. Masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan memahami konsep
konsep IPA dan hasil belajar peserta didik sangat kurang khususnya pada materi
“Alat optik”. Dalam materi tersebut peserta didik mengalami kesulitan
membedakan sifat-sifat cahaya, pembentukan cahaya pada cermin, alat optik yang
dapat ditemui peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan
3

dengan hasil belajar peserta didik yang masih rendah dengan nilai rata-rata 57
nilai tersebut terpaut masih jauh untuk mencapai standar KKM yakni 68.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, maka perlu dilakukan perbaikan
proses pembelajaran. Salah satu cara yaitu melalui penerapan model dan media
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan (KPS)
dan penguasaan konsep siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Menurut (Widani, Sudana, & Agustiana, 2019) Inkuiri termbimbing adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang dimana guru membimbing peserta didik dalam
menemukan dan mencari sendiri jawaban dari permaslahan yang diberikan oleh
guru. Dengan model ini peserta didik belajar lebih lebih berorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru sehingga peserta didik mampu memahami
konsep-konsep pelajaran dengan baik.
Kegiatan inkuiri terbimbing fokus pada inti konsep dan prosesnya sehingga
mendorong dan menumbuhkan pemahaman yang mendalam mengenai materi dan
juga mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Tahapan dalam inkuiri
terbimbing akan membuat siswa lebih aktif dalam belajar karena siswa tidak
hanya membaca dan mendengarkan saja, tetapi siswa juga berpikir dan melakukan
kerja untuk menemukan pengetahuannya. Tahapan pembelajaran inkuiri
terbimbing memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan cara berpikir dan
cara bekerja seperti para ilmuwan. Proses yang terjadi selama pembelajaran,
meliputi proses mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan penjelasan dan
hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, menganalisis data eksperimen,
menarik kesimpulan, dan menemukan teori ( Alhudaya, Arif, & Supriyono 2018).
Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengungkapkan
bahwa penerapan inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Seperti penelitian yang
dilakukan (Alhudaya, Arif, & Supriyono, 2018) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan keterampilan proses sains siswa yang belajar dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing dan siswa yang belajar dengan pembelajaran discovery
learning dimana keterampilan proses sains siswa yang belajar dengan inkuiri
terbimbing lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan melalui
4

pembelajaran discovery learning. Hasil penelitian (Djola, Tirtawarty, & Nova,


2021), juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dalam penggunaan
model pemebelajaran inkuiri terbimbing berbantuan PhET Simulations terhadap
keterampilan proses sains siswa. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh t hitung
sebesar 5,08 dan t tabel sebesar 1,71. Jadi nilai t hitung lebih besar dari t tabel
dapat disimpulkan Hi ditolak, dalam hal ini Ho diterima. Berdasarkan hasil gain
terrnormalisasi juga didapatkan hasil sebesar 0,721 ini berarti termasuk dalam
kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan PhET Simulations berpengaruh positif terhadap
keterampilan proses sain siswa. berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik
Selain memvariasikan model pembelajaran, salah satu metode yang tepat
dan menyenangkan untuk pembelajaran fisika dan dianggap dapat membantu
partisipasi aktif peserta didik adalah pembelajaran berbantuan media. Media yang
dimaksud oleh peneliti adalah kit alat percobaan fisika, yang memiliki kelebihan
yaitu peserta didik akan mendapatkan pengalaman langsung dalam
menggunakannya. Selain itu, dengan penggunaan kit alat percobaan diharapkan
materi yang disampaikan lebih menarik, lebih efisien waktu dan mampu
mendorong peserta didik menjadi lebih aktif ( Pramudwayan, Aris, & Jannatin,
2020). Hasil penelitian oleh (Wulandasari, Abdul, & Sitti, 2019) menyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan alat peraga KIT IPA
terhadap hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi pokok alat optik kelas VIII SMP Negeri 3 Pallangga, Kabupaten Gowa
dengan thitung > ttabel (6.21 > 1,67).
Alat peraga berperan sebagai komponen yang berfungsi memperjelas materi
pembelajaran sehingga lebih realistis dan objektif. Alat peraga juga dapat
menumbuhkan minat belajar peserta didik dan membuat peserta didik lebih aktif
melakukan kegiatan pembelajaran. Selain itu, keterbatasan pendidik dalam
menyampaikan materi yang bersifat verbalisme juga dapat diatasi dengan
pengguanan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik
5

tidak hanya terpaku pada gambar atau teks bacaan yang terdapat pada buku
pelajaran (Siddiq, munawaroh, & Isniatun, 2008).
Berdasarkan persoalan yang telah dipaparkan, model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan media kit alat percobaan merupakan model dan media yang sesuai
dan perpaduan yang memiliki kesamaan dalam kelebihannya untuk menunjang
partisipasi aktif peserta didik melalui percobaan dan diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar, sehingga peneliti
memilih model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan kit alat percobaan
untuk membantu meningkatkan penguasaan konsep fisika peserta didik pada
materi pokok cahaya dan alat optik.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti menyusun proposal
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Alat
Peraga KIT IPA, untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil
Belajar Kelas VIII SMPN 3 Makassar”.

B. Rumusan Masalah
1. Seberapa tinggi tingkat keterampilan proses sains peserta didik kelas kelas VIII
SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA pada materi pokok cahaya dan alat
optik.
2. Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas kelas VIII SMP Negeri
3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan alat peraga KIT IPA pada materi pokok cahaya dan alat optik.
3. Seberapa tinggi tingkat keterampilan proses sains peserta didik kelas kelas VIII
SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran
konvensional pada materi pokok cahaya dan alat optik.
4. Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas kelas VIII SMP Negeri
3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional
5. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT
IPA lebih berpengaruh terhadap keterampilan proses sains jika dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional
6

6. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT


IPA lebih berpengaruh terhadap hasil belajar jika dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Makssar
pada materi pokok cahaya dan alat optik.

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa Seberapa tinggi tingkat keterampilan proses sains
peserta didik kelas kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar yang diajar
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga
KIT IPA pada materi pokok cahaya dan alat optik.
2. Untuk mengeahui Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas kelas
VIII SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA pada materi pokok cahaya
dan alat optik.
3. Untuk mengetahui Seberapa tinggi tingkat keterampilan proses sains peserta
didik kelas kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan
model pembelajaran konvensional pada materi pokok cahaya dan alat optik.
4. Untuk mengetahui Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas
kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi pokok cahaya dan alat optik.
5. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT
IPA terhadap keterampilan proses sains jika dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
6. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT
IPA terhadap hasil belajar jika dibandingkan dengan model konvensional.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA terhadap
keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik.
7

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat djadikan sebagai infrmasi dalam


peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan kualitas pembelajaran IPA.
c. Sebagai rujukan dalam penelitian yang terkait
d. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung teori-
teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang
pendidikan sebagai berikut :
a. Bagi peserta didik
1) Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA
2) Mengembangkan potensi peserta didik dalam pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
3) Lebih terampil dalam melakukan percobaan dan menganalisis masalah.
b. Bagi peneliti
1) Menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang model pembelajaran
inkuiri terbimbing
2) Memberikan sumbangsi terhadap pembelajarn IPA dalam berupaya
meningkatkan kemampuan hasil belajar peserta didik melalui model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
3) Sebagai bahan perbandingan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Model pembelajaran inkuiri
a. Pengertian model pembelajaran inkuiri
Inkuiri berasal dari kata inquiry yang berarti penyelidikan atau meminta
keterangan. Terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “peserta didik diminta
8

untuk mencari dan menemukan sendiri”, dalam konteks penggunaan inkuiri


sebagai metode belajar mengajar, peserta didik ditempatkan sebagai subjek
pembelajaran, yang berarti peserta didik memiliki andil besar dalam menentukan
suasana dan model pembelajaran (Anam, 2015). Model inkuiri merupakan suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri (Gulo, 2008).
Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk melibatkan peserta didik dalam
penyelidikan yang aktif baik untuk pengetahuan maupun pemahaman untuk
memenuhi keingintahuan peserta didik (Rustaman, 2011).Berdasarkan beberapa
pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model inkuiri adalah
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir dan analisis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan,
dimana proses berpikir dilakukan melalui tanya jawab antara pendidik dan peserta
didik.
b. Tingkatan inkuiri
Model pembelajaran inkuiri memiliki tingkatan berdasarkan kompleksitas
dalam penerapanya. Llewellyn (2013), mengelompokkan model pembelajaran
inkuiri menjadi empat tingkatan, yaitu:
1) Inkuiri demonstrasi ( Demonstrated inquiry )
Pembelajaran yang diawali dengan kegiatan demonstrasi yang dilakukan pendidik
untuk mengarahkan atau menarik perhatian peserta didik, fenomena yang
didemonstrasikan dirancang bertentangan dengan penalaran sehingga
menimbulkan konflik kognitif pada peserta didik.
2) Inkuiri terstruktur ( Structural inquiry )
Peserta didik akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan
pada pernyataan dan prosedur yang disediakan pendidik pada model inkuiri ini.
3) Inkuiri terbimbing ( Guided inquiry )
9

Model inkuiri ini akan mengikutsertakan dalam penyelidikan yang berdasarkan


pada pertanyaan yang diajukan pendidik dan menentukan sendiri prosedur
penyelidikannya.
4) Inkuiri penuh ( Full inquiry )
Pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan mengenai suatu topik atau fenomena. Selanjutnya peserta didik
merancang kegiatan penyelidikan, mengidentifikasi variabel, melaksanakan
penyelidikan untuk menjawab pertanyaan yang mereka ajukan sebelumnya.
c. Tahapan pembelajaran inkuiri
Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran inkuiri secara umum
terdiri dari (Sanjaya, 2008):

Tabel 2 1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri

Tahap pembelajaran Kegiatan pendidik


Orientasi pendidik mengkondisikan agar peserta didik
siap melaksanakan proses pembelajaran
Merumuskan masalah penddk membawa peserta didik pada suatu
persoalan yang menantang peserta didik untuk
berpikir memecahkan teka-teki
Merumuskan hipotesis pendidik mengajukan berbagai pertanyaan yang
dapat mendorong peserta didik untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji
Mengumpulkan data pendidik membimbing mengumpulkan data dari
aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang akan diajukan
Menguji hipotesis pendidik membimbing peserta didik untuk
menguji hipotesis berdasarkan data hasil
percobaan yang telah dikumpulkan
Merumuskan kesimpulan Pendidik membimbing peserta didik
10

mendeskripsikan temuan yang diperoleh


berdasarkan hasil pengujian hipotesis
( sumber : Sanjaya, 2008)
2. Inkuiri Terbimbimbing
a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran esensial dalam
melaksanakan proses pembelajaran IPA. Model pembelajaran ini melandasi dan
menjadi bagian dari model-model pembelajaran IPA yang lain. Proses
pembelajaran IPA yang menitikberatkan pada suatu proses penemuan tentang
alam sehingga diperlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan proses
mental, rasa ingin tahu, berpikir logis-kritis peserta didik. Proses penemuan
terhadap suatu objek dalam IPA mengarah pada suatu penyelidikan ( Wisudawati
& Eka, 2014).
Model pembelajaran inkuiri termbimbing adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang dimana guru membimbing peserta didik dalam menemukan
dan mencari sendiri jawaban dari permaslahan yang diberikan oleh guru. Dengan
model ini peserta didik belajar lebih lebih berorientasi pada bimbingan dan
petunjuk dari guru sehingga peserta didik mampu memahami onsep-konsep
pelajaran dengan baik ( Widani dkk,2019).
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang
menempatakan peserta didik lebh banyak belajar sendiri untuk menemukan
konseo-konsep dan prinsip ilmiah serta mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam pemecahan masalah, yang dalam pelaksanaannya masih dibimbingi oleh
guru ( Juhji, 2016).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang menuntun siswa
dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan menekankan sikap ilmiah.
b. Karakteristik
Menurut Kuhlthau & Todd (2006) mengemukan terdapat enam
karakterisrtik inkuiri terbimbing yaitu :
1) Peserta didik belajar aktif dan terfleksikan pada pengalaman
11

John dewey menggambarkan pembelajaram sebagai proses aktif individu,


bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan
oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari tindakan dan
refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran Hands On
(berdasar pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap bahwa
pengalaman dan inkuiri (penemuan) sangat penting dalam pembelajaran
bermakna.
2) Peserta didik belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu
Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar
umtuk membangun pengetahuan baru. Ausubel berpendapat faktor terpenting
yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang mereka tahu
3) Peserta didik mengembangkam rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran
melalui bimbingan
Rangkaian berpikir kearah yang lebih tinggi memerlukan proses mendalam
yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan
waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang otentik
mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan
peserta didik. Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan
kemampuan intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpula fakta.
Bloom menyatakan bahwa kemampuan intelektual seperti pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi membantu merangsang untuk
berinkuiri yang membawa kepada pengetahuan dan pendalaman yang mendalam.
4) Perkembangan peserta didik terjadi secara bertahap
Peserta didik berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapsitas
mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini
merupakan proses kompeks yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan, refleksi,
menemukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan
mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan serta sikap dan nilai.
5) Peserta didik mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran
12

Peserta didik belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan


seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang
mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.
6) Peserta didik belajar melalui interaksi social dengan orang lain
Peserta didik hidup di lingkunagan social dimana mereka terus menerus belajar
melalui interaksi dengan orang lain disekitar mereka. Orang tua, teman, saudara,
guru, kenalan dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang
membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan dimana mereka membangun
pemahaman mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka. Vigotsky
berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada interaksi sosial
dan pembelajaran social berperan penting untuk perkembangan kognitif.
c. Sintaks
Eggen dan Kauchak ( Trianto, 2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa
sintaks atau tahapan pembelajaran inkuiri berikut disajikan pada tabel 2.2

Tabel 2 2 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No Fase Perilaku Pendidik

1 Mengajukan pertanyaan Pendidik membimbing peserta didik


atau masalah mengidentifikasi masalah. Pendidik memebagi
peserta didik dalam kelompok
2 Membuat hipotesis Pendidik memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk curah pendapat dalam
membentuk hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan mempriotaskan hipotesis
mana yang menjadi prioritas penyelidikan
3 Merancang percobaan Pendidik memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menetukan langkah-
langkah yang sesuai dengan hipotesis yang
akan dilakukan. Pendidik membimbing peserta
didik mengurutkan langkah-langkah
13

percobaan.
4 Melakukan percobaan Pendidik membimbing peserta didik
untuk memperoleh mendapatkan informasi melalui percobaan
informasi
5 Mengumpulkan dan Pendidik memberi kesempatan pada tiap
menganalisis data kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
6 Membuat kesimpulan Pendidik membimbing peserta didik dalam
membuat kesimpulan.
Sumber : Trianto (2014)
d. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Terdapat beberapa kelebihan yang mendukung untuk diterapkannya model
pembelajaran inkuiri. Trianto (2014) mengemukakan beberapa kelebihan tersebut
sebagai berikut;
a. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna
b. Pembelajaran ini dapat memeberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belaja modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkat laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam
belajar.
Selain memiliki kelebihan, model pembeljaran inkuiri juga memiliki
kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Trianto (2014) mengemukakan beberapa
kelemahan dari model pembelajaran inkuiri yaitu :
a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik
14

b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan


kebiasaan peserta didik dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik
menguasai materi pelajara, mka strategi ini tampaknya akan sulit
diimplementasikan.
3. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran langsung. Menurut Arends dalam Trianto (2016),
model pengajaran langsung adalah salah satu model mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik,
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah, terstruktur, mengarahkan kegiatan mempertahankan fokus pencapaian
akademik.
Pembelajaran langsung menurut Kardi & Nur (2009) dapat berbentuk
ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Pengajaran
langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasi langsung
oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang
dengan tepat waktu yang digunakan.
Sintaks model pengajaran langsung tersebut disajikan dalam 5 (lima) tahap
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3
Tabel 2 3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Fase Peran Pendidik


Menyampaikkan tujuan pendidik menjelaskan informasi latar belakang
pelajaran, pentingnya pembelajaran, mempersiapkan
peserta didik untuk belajar
Menyajikan materi pendidik menjelaskan konsep dan keterampilan baru
15

tahap demi tahap


Latihan terstruktur pendidik menilai kemampuan peserta didik melalui
contoh latihan
Membimbing pelatihan pendidik menilai kemampuan peserta didik dalam
mengikuti latihan secara berkelompok
Latihan mandiri pendidik melakukan evaluasi untuk
mengecek apakah pesera didik telah berhasil
melakukan tugas dengan baik

4. Alat Peraga KIT IPA


Yang dimaksud dengan alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran,
dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi
pembelajaran. Alat peraga disini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu
yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat
agar dapat ditinjau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang,
dan dirasakan. Dengan demikian, alat peraga lebih khusus dari media dan
teknologi pembelajaran karena berfungsi hanya untuk memperagakan materi
pelajaran yang bersifat abstrak (Arsyad, 2014).
Menurut Soelarko dalam Preliana (2015), alat peraga adalah tiap-tiap benda
yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hokum alam. Soelarko juga
menjelaskan bahwa fungsi alat peraga adalah memvisualisasikan sesuatu yang
tidak dapat dilihat atau sukar dilihat hingga Nampak jelas dan dapat menimbulkan
pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang.
Alat peraga KIT IPA dalam proses pembelajaran IPA memegang peranan
penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran IPA yang
efektif (Sudjana, 2005). Alat peraga KIT IPA dapat memperjelas bahan
pengajaran yang diberikan pendidik kepada siswa sehingga peserta didik lebih
mudah memahami materi atau soal yang disajikan oleh pendidik. Alat peraga KIT
IPA juga menarik perhatian peserta didik dan dapat menumbuhkan minat untuk
mengikuti pembelajaran IPA.
16

Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA
sebagaimana dijelaskan sebelumnya yaitu adanya dukungan media atau alat bantu
mengajar. Agar peserta didik mudah mengingat, menceritakan dan melaksanakan
sesuatu (pelajaran) yang pernah diamati dan diterima di kelas perlu dukungan
peragaan-peragaan (media pengajaran) yang konkret (Daryanto, 2012).
5. Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga KIT IPA
Menggunakan rancangan kegiatan pembelajaran yang benar-benar efektif
dan sesuai dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pembelajaran yang
efektif secara umum diartikan sebagai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
memberdayakan potensi peserta didik serta mengacu pada pencapaian kompetensi
individual masing-masing peserta didik. Menurut Sudjana dalam Hidayati (2015)
langkah-langkah pemanfaatan alat peraga, yaitu.
a. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga.
b. Persiapan pendidik. Pada fase ini pendidik memilih dan menetapkan alat
peraga ynag akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan.
c. Persiapan kelas. Dalam fase ini, pendidik harus dapat memotivasi agar peserta
didik dapat menilai, menghayati pelajaran dengan menggunakan alat peraga.
d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan alat peraga. Dengan
kemampuan yang dimiliki oleh pendidik, media yang digunakan akan dapat
dikembangkan penggunaannya untuk keefektifan dan efesiensi pencapaian
tujuan.
e. Langkah kegiatan belajar peserta didik. Pemanfaatan alat peraga yang
dilakukan oleh peserta didik dapat dilakukan dengan cara praktik, baik di
dalam maupun di luar kelas.
f. Langkah evaluasi pembelajaran. pada langkah ini, kegiatan belajar dievaluasi
serta dapat dinilai sampai sejauh mana pengaruh alat perga sebagai alat bantu
sehingga dapat dijadikan dasar pada proses belajar mengajar selanjutnya.
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga KIT IPA adalah
pembelajaran dengan bantuan alat percobaan untuk menyampaikan konsep atau
materi yang masih abstrak dengan menentukan alat peraga yang tepat agar tujuan
pembelajaran tercapai. Alat peraga berfungsi memberikan penjelasan konsep,
17

merumuskan konsep, melatih peserta didik dalam keterampilan melakukan


percobaan, penguatan konsep pada peserta didik, melatih peserta didik dalam
pemecahan masalah, serta mendorong peserta didik berpikir kritis (Hidayati,
2015). Dengan adanya alat peraga maka diharapkan peserta didik aktif dan kreatif
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga hasil belajar diperoleh secara
maksiamal dan tujuan pembelajran dapat tercapai.
6. Keterampilan Proses Sains
a. Pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS)
Keterampilan proses sains merupakan kemampuan dalam mengolah
tindakan sekaligus pemikiran ilmiah guna mengembangkan pemahaman konsep
ilmiah untuk menunjang kemampuan-kemampuan berikutnya ( Darmaji, 2018).
Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang
terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep
yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap
suatu penemuan/flasifikasi. Dengan kata lain keterampilan ini dapat digunakan
sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep/prinsip/teori.
Konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan
memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut (Trianto, 2013).
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang biasa dipakai dan
dilatihkan dalam meakukan eksperimen pada pembelajaran IPA agar siswa
mampu memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah dalam IPA (
Anisaha, 2018).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli terkait dengan keterampilan proses
sains dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan
yang dimiliki peserta didik dan dilatihkan dalam kegiatan pembelajaran untuk
melaksanakan suatu kegiatan ilmiah atau saintifik guna menemukan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki peserta didik.
b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains
Semiawan Conny et al. (1992) mengemukakan beberapa keterampilan proses
yang dikembangkan dalam kegiatan praktikum meliputi:
18

1) Observasi
Observasi atau pengamatan meupakan keterampilan sains yang mendasar.
Dalam observasi kita dituntut untuk menggunakan seluruh indera, untuk
melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Kegiatan yang
berhubungan dengan observasi meliputi penghitungan, pengukuran, klasifikasi
dan hubungan ruang waktu.
2) Pembuatan hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan
biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
3) Perencanaan penelitian/eksperimen
Eksperimen adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan
praktis. Dalam merencanakan penelitian, kita perlu menentukan alat dan bahan
yang akan digunakan, objek yang akan diteliti, factor atau variabel yang perlu
diperhatikan, kriteria keberhasilan, cara dan langkah kerja, serta bagaimana
mencatat dan mengolah data untuk menarik kesimpulan.
4) Pengendalian variabel
Variabel adalah factor yang berpengaruh. Pengendalian variabel adalah
suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit seperti
yang dibayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru melatih peserta didik
untuk mengontrol dan memperlakukan variabel.
5) Interprestasi data
Interpretasi data artinya menafsirkan data yang sudah didapatkan. Data yang
dikumpulkan melalui observasi, penghitungan, pengukuran, eksperimen, dapat
dicatat atau disajikan dalah bentuk table, grafik, histogram atau diagram.
6) Inferensi
Guru melatih peserta didik dalam menyusun suatu kesimpulan sementara
dalam proses penelitian yang dilakukan. Pertama-tama data dikumpulkan,
kadang kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan
sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu.
19

Kesimpulan tersebut bukan merupakan kesimpulan sementara yang dapat


diterima sampai pada saat itu.
7) Peramalan
Para ilmuwan sering membuat ramalan atau prediksi berdasarkan hasil
observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan
gejala tertentu.
8) Aplikasi
Guru melatih peserta didik untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai
untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru
dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki.
9) Komunikasi
Setelah menemukan hasil penelitian, kita dituntut untuk menyampaikan
kepada penelitian, membuat paper, jurnal atau dapat dikomunikasikan secara
lisan.
c. Indikator Keterampilan Proses Sains
Beberapa indikator kegiatan peserta didik dalam setiap tahap keterampilan
proses sains, yaitu : (Mut Tawil dan Liliasari, 2014).
1) Mengobservasi/ mengamati
a) Menggunakan sebanyak mungkin indera
b) Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan
2) Mengklasifikasikan
a) Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
b) Mencari perbedaan/persamaan
c) Mengontraskan ciri-ciri
d) Membandingkan
e) Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan
f) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan.
3) Menafsirkan/menginterpretasi
a) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
b) Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan
c) Menyimpulkan
20

4) Meramalkan/ memprediksi
a) Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
b) Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pasa keadaan yang belum
diamati
5) Berkomunikasi
a) Mengubah bentuk penyajian
b) Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau
pengamatan dengan grafik atau tabel diagram
c) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
d) Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian
e) Memvaba grafik atau tabel atau diagram
f) Mendiskudikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa
6) Mengajukan Pertanyaan
a) Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
b) Bertanya untuk meminta penjelasan
c) Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis
7) Mengajukan Hipotesis
a) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari
satu kejadian
b) Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan
memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan
masalah atau dengan memperoleh bukti
8) Merencanakan Percobaan
a) Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
b) Menentukan variabel/faktor tertentu
c) Menentukan apa yang diukur, diamati, dicatat
d) Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja
9) Menggunakan Alat/Bahan/Sumber
a) Memeakai alat/bahan/sumber
b) Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan/sumber
10) Menerapkan Konsep/ prinsip
21

a) Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru


b) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa
yang sedang terjadi
11) Melaksanakan Percobaan
Melakukan percobaan sesuai langkah-lankah percobaan yang sudah
direncanakan
Indrawati (Susanto, 2013) membagi keterampilan proses menjadi dua
tingkatan, yaitu: keterampilan proses tingkat dasar (meliputi: observasi,
klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inference), dan keterampilan
terpadu (meliputi: menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik,
memberikan hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan,
menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan
penyelidikan, dan melakukan eksperimen).
d. Pengukuran Keterampilan Proses Sains
Beberapa pengukuran keterampilan proses sains yang memiliki
karakteristik umum dan khusus, yaitu : (Tawil dan Liliasari, 2014).
1) Karakteristi Umum
a) Pokok uji tidak boleh dibebani konsep (non concept burden ). Hal ini
diupayakan agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan
konsepnya. Konsep dijadikan konteks, konsep yang terlibat harus diyakini oleh
penyusun dan pokok uji sudah tidak asing lagi bagi peserta didik (dekat dengan
keadaan sehari-hari peserta didik).
b) Pokok uji keterampilan proses mengandung sejumlah informasi yang harus
diolah oleh responden atau peserta didik. Informasi pokok uji dalam
keterampilan proses dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel
atau uraian objek aslinya.
c) Seperti pokok uji pada umumnya aspek yang akan diukur oleh pokok uji
keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja,
misalnya interpretasi.
d) Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.
2) Karakteristik Khusus
22

a) Pengamatan: harus dari objek atau peristiwa yang sesungguhnya.


b) Interpretasi: harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola.
c) Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan, perbedaan,
atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau
ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk.
d) Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan
atau ramalan.
e) Berkomunikasi : harus ada saja bentuk pernyataan tertentu untuk diubah ke
bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bagan atau tabel ke
bentuk grafik.
f) Berhipotesis: harus dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau
menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau
lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan.
g) Merencanakan percobaan atau penyelidikan: harus memberi kesempatan untuk
mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan,
urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan variabel.
h) Menerapkan konsep atau prinsip : harus memuat konsep/prinsip yang akan
diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya
7. Hasil Belajar
a. Hakikat Hasil Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis belajar
memiliki arti "berusaha memeroleh kepandaian atau ilmu". Menurut Rahyubi
(2014), definisi tersebut memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas
seseorang untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang tidak dimiliki sebelumnya
melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan
informasi.
Belajar adalah suatu proses psikis yang berangsung dalam interaksi antara
subjek dengan lingkunganya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relatif
konstan/tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek. Perubahan itu
bisa sesuatu yang baru atau hanya penyempurnaan terhadap hal-hal yang sudah
23

dipelajari yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi.
Sedangkan proses belajar dapat berlangsung dengan kesadaran individu atau tidak
( Khairani, 2017).
Menurut Suprijono (2009), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai
nilai, pengertian-pengertian, apresiasi dan keterampilan. hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar
pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau
terpisah, melainkan komprehensif. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2020)
bahwa hasil belajar peserta didik dapat diartikan sebagai nilai yang diperoleh
peserta didik selama kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar adalah perubahan
perilaku dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh peserta didik
sertelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik yang disebakan oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek
potensi saja.
Jadi berdasarkan berbagai sumber di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan yang dapat diamati pada diri seseorang atau
peserta didik melalui perubahan tingjah laku sebagai akibat dari adanya proses
belajar mengajar. Dimana perubahan tingkah laku ini disebabkan karena
pencapaian dan penguasan atau sejumlah bahan yang telah diberikan dari suatu
tujuan pembelajaran.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Muhibbin (2008) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar sebagai berikut:
1. Faktor internal yang meliputi dua aspek yakni aspek fisiologis dan aspek
psikologis yang terdiri dari lima faktor, yaitu: a). Intelegensi peserta didik; b).
Sikap peserta didik; c). Bakat peserta didik; d). Minat peserta didik, dan e).
Motivasi peserta didik.
2. Faktor eksternal yang meliputi dua aspek yakni aspek fisiologis dan aspek
psikologis yang terdiri dari lima faktor, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan
non sosial (sarana dan prasarana), termasuk di dalamnya media pembelajaran.
24

3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pembelajaran
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik karena
dalam proses pembelajaran peserta didik sangat menentukan terjadi atau
tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar peserta didik menghadapi masalah
baik internal maupun eksternal. Jika peserta didik tidak dapat mengatasi
masalah tersebut maka mereka tidak dapat belajar dengan baik.
c. Indikator Hasil Belajar
Menurut Sanjaya (2008), menyatakan bahwa hasil belajar bekaitan dengan
pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang
direncanakan. Sebagaimana menurut Sudjana (2005), dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah
psikomotoris.
1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesia dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau refleksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilam dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yaitu (a) gerak
reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (e) kemampuan perseptual, (d)
keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilam kompleks dan (f)
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi aspek penilain hasil belajar. Ketiga ranah itu,
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para pendidik di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan
pelajaran.
25

Menurut Anderson (2010), mendefinisikan bahwa hasil belajar dalam revisi


ranah kognitif menurut Bloom:
1) Mengingat (C1): Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang
dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan
inibolch jadi pengetahuan factual, konseptual, procedural, atau metakognitif,
atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.
2) Memahami (C2): Peserta didik dikatakan memahami bila mereka dapat
mengkontruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan,
tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar
komputer.
3) Mengaplikasikan (C3): Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan
penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan untuk
menyelesaikan masalah.
4) Menganalisis (C4): Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi
jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan-hubungan
antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori
proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan,
mengorganisasi, dan mengatribusikan.
5) Mengevaluasi (C5): Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan
adalah kualitas, efektivitas, efesiensi, dan konsistensi.
6) Mencipta (C6): Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi
sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang di
klasifikasikan dalam mencipta meminta peserta didik membuat produk baru
dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau
struktur yang tidak pernah ada sebelumnya.
8. Tinjauan Materi Alat Optik
Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Alat Optik. Adapun
kompotensi dasar pada materi Alat Optik adalah sebagai berikut:
a. Kompotensi Dasar :
26

3.11 : Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta


aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia, proses
pembentukan bayangan pada mata serangga, dan prinsip kerja alat
optik.
4.11 Membuat laporan hasil penyelidikan tentang pembentukan
bayangan pada cermin, lensa, dan alat optik.
b. Indikator Pencapaian Kompotensi :
3.11.1 Menyebutkan sifat-sifat cahaya
3.11.2 Menghitung sudut pantul dari suatu sinar datang
3.11.3 Menganalisis sifat-sifat cahaya
3.11.4 Membandingkan jenis pemantulan
3.11.5 Menyebutkan penerapan cermin datar dan cekung
3.11.6 Menggambar pembentukan bayangan pada cermin datar dan cermin
cekung
3.11.7 Menjelaskan pembentukan bayangan pada cermin datar dan cermin
cembung
3.11.8 Mengukur jarak fokus cermin cekung
3.11.9 Menghitung bayangan benda pada cermin cekung
3.11.10 Menganalisis keterkaitan antara titik fokus, jarak benda, dan jarak
bayangan pada cermin cekung
3.11.11 Menyebutkan contoh penerapan lensa
3.11.12 Menjelaskan letak bayangan melalui persamaan umum lensa
3.11.13 Menganalisis letak bayangan melalui persamaan umum lensa
3.11.14 Menganalisis keterkaitan antara titik fokus, jarak benda, dan jarak
bayangan pada lensa cembung
3.11.15 Menyebutkan struktur bagian pada mata
3.11.16 Menjelaskan fungsi rhodopsin pada mata
3.11.17 Menjelaskan gangguan pada mata
3.11.18 Membandingkan proses pembentukan bayangan pada mata manusia dan
serangga
3.11.19 Menyipulkan manfaat alat optik bagi kehidupan makhluk hidup
27

4.11.1 Menyajikan hasil percobaan sifat-sifat cahaya


4.11.2 Menyajikan hasil percobaan pembentukan bayangan pada cermin cekung
4.11.3 Menyajikan hasil percobaan pembentukan bayangan pada lensa cembung
4.11.4 Melakukan penyelidikan pembentukan bayangan pada mata
9. Materi cahaya dan alat optik
a. Sifat-sifat cahaya
Mungkin di antara kamu masih ada yang bertanya-tanya tentang cahaya,
karena kita tidak mengetahui wujud dan tidak dapat memegang cahaya. Cahaya
tidak memiliki wujud, namun cahaya di sekitar kamu dan dapat dirasakan
keberadaannya. Untuk mengenali cahaya, kita perlu mengetahui dan memahami
sifat-sifat cahaya dan kegunaannya pada alat-alat optik.
1) Cahaya merambat lurus
Contoh yang menunjukkan bahwa cahaya berjalan atau merambat lurus,
antara lain: kita tidak bisa melihat benda yang berada di balik dinding. Mengapa?
Mata kita terkesan melihat benda apabila ada sinar cahaya dari benda tersebut
masuk ke mata. Jadi kita tidak bisa melihat adanya benda dibalik dinding
disebabkan oleh tidak adanya sinar cahaya dari benda tersebut ke mata kita karena
terhalang dinding. Contoh lain adalah adanya sinar matahari yang memancar ke
segala arah dan seberkas masuk ke ruangan melalui lubang kecil di atap rumah,
sedangkan lainnya terhalang oleh atap. Akan tetapi lama kelamaan seluruh
ruangan terlihat terang. Mengapa ini terjadi? Sinar yang masuk lubang dipantul-
pantulkan oleh dinding, sehingga akhirnya semua sisi ruangan menjadi terang.
2) Cahaya dapat dibiaskan
Pembiasan cahaya adalah pembelokan berkas cahaya yang merambat dari
satu medium ke medium lainnya yang berbeda kerapatan optiknya. Perhatikan
ketika memasukkan pensil ke dalam gelas yang berisi air bening. Bagaimana
pensil itu terlihat dari luar gelas?
28

Gambar 2.1 (a) Pembiasan Berkas Cahaya (b) Pembiasan pada Sendok di dalam Gelas
Berisi Air ( Zubaidah et al., 2017)

Kecepatan cahaya akan berubah ketika cahaya memasuki medium yang berbeda.
Perubahan kecepatan ini menyebabkan gelombang cahaya membelok. Cahaya dari
udara kemudian masuk ke dalam air, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa
pembelokan cahaya karena memasuki medium yang berbeda ini dinamakan
dengan pembiasan (refraksi). Hal inilah yang terjadi pada sendok pada Gambar
2.1 cahaya yang masuk ke dalam air dan mengenai sendok, kemudian dipantulkan
oleh sendok. Cahaya ini mengalami pembelokan ketika keluar dari air menuju
mata pengamat.
Peristiwa pembiasan cahaya, terdapat Hukum pembiasan Snellius, yang
berbunyi:
a) Sinar datang, garis normal, serta sinar bias terletak pada satu bidang dan
berpotongan di satu titik.
b) Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan dibiaskan
mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke
medium kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Indeks bias medium adalah nilai perbandingan antara cepat rambat di udara
dan cepat rambat di dalam medium.
c
n=
v
keterangan : n = indeks bias medium
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa ( 3 × 108 m/s )
v = cepat rambat cahaya dalam medium ( m/s)
Air dan udara merupakan contoh benda yang dapat membiaskan cahaya.
Kedua medium ini memiliki kerapatan optik yang berbeda. Nilai indeks bias
29

menunjukkan kerapatan medium. Semakin besar kerapatan medium, maka


semakin besar indeks biasnya.
3) Cahaya dapat dipantulkan
Apabila kita cermati, ketika kita berada di tepi sebuah kolam atau pantai.
Air yang mengenai tepi pantai ternyata kembali lagi ke arah datangnya gelombang
air tersebut. Ini merupakan contoh pemantulan pada gelombang air. Hal yang
sama terjadi pada gelombang cahaya ketika menumbuk suatu permukaan benda.
Selain merambat pada garis lurus, cahaya juga dapat dipantulkan. Pemantulan
adalah kembalinya gelombang ke arah datangnya gelombang setelah gelombang
menumbuk suatu penghalang. Peristiwa pemantulan cahaya ini dapat dijelaskan
dengan hukum Snellius berikut.
a) Sinar datang, garis normal, serta sinar pantul terletak pada satu bidang dan
berpotongan di satu titik.
b) Besar sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).

Gambar 2.2 Peristiwa Pemantulan ( Zubaidah et al., 2017)

Permukaan benda yang memantulkan cahaya sangat menentukan


karakteristik pemantulannya. Jika cahaya datang pada permukaan yang datar
maka cahaya akan dipantulkan secara sempurna. Namun, jika cahaya datang
permukaan yang tidak rata maka, cahaya akan dipantulkan ke berbagai arah,
sehingga menjadi tidak teratur. Pemantulan ini dinamakan pemantulan baur.

Gambar 2.3 Pemantulan Baur dan Teratur ( Zubaidah et al., 2017)


30

b. Pembentukan bayangan pada cermin


1) Pembentukan bayangan pada cermin datar
Menentukan bayangan pada cermin datar melalui diagram sinar, titik
bayangan adalah titik potong berkas sinar-sinar pantul. Bayangan bersifat nyata
apabila titik potongnya diperoleh dari perpotongan sinar-sinar pantul yang
konvergen (mengumpul). Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik
potongnya merupakan hasil perpanjangan sinar-sinar pantul yang divergen
(menyebar).

Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan Cermin Datar ( Zubaidad et al., 2017)

Bayangan pada cermin datar bersifat maya. Titik bayangan dihasilkan dari
perpotongan sinar-sinar pantul yang digambarkan oleh garis putus-putus. Melukis
pembentukan bayangan pada cermin datar dengan diagram sinar, ikutilah langkah-
langkah berikut ini.
a) Lukis sebuah sinar dari benda menuju cermin dan dipantulkan ke mata, sesuai
hukum pemantulan cahaya, yaitu sudut sinar datang sama dengan sudut sinar
pantul.
b) Lukis dsinar kedua sebagaimana langkah pertama
c) Lukis perpanjangan sinar-sinar pantul tersebut di belakang cermin sehingga
berpotongan. Perpotongan sinar-sinar pantul tersebut merupakan bayangan
benda.
d) Jika diukur dari cermin, jarak benda terhadap cermin (s) harus sama dengan
jarak bayangan terhadap cermin (s').
Hukum pemantulan pada cermin datar yaitu
31

a) Sinar datang akan dipantulkan dengan besar sudyut pantul sama dengan sudut
datang
b) Sinar yang datang tegak lurus cermin akan dipantulkan tegak lurus cermin.
2) Pembentukan bayangan pada cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin yang bentuknya melengkung seperti cermin
cembung, namun melengkungnya ke dalam, seperti kita melihat bola sepak yang
dibelah dan dilihat dari bagian dalamnya. Cermin cekung bersifat mengumpulkan
cahaya (konvergen). Pada cermin cekung terdapat tiga sinar istimewa, yaitu:
a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.
b) Sinar datang melalui titik fokus, akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang melalui pusat kelengkungan akan dipantulkan kembali melalui
titik pusat kelengkungan cermin.
Melukis bayangan pada cermin cekung diperlukan minimal dua buah sinar
istimewa. Akan tetapi, hasil akan lebih baik dan meyakinkan jika dilukis dengan
tiga sinar istimewa sekaligus dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar datang
melalui titik tersebut menuju cermin.
b) Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua sinar
tersebut sesuai kaidah sinar istimewa cermin cekung.
c) Tandai titik potong sinar pantul sebagai tempat bayangan benda.
d) Lukis perpotongan sinar-sinar pantul tersebut.
Salah satu contoh penggunaan cermin cekung adalah pada lampu senter.
Sementara itu, sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung dapat dijelaskan
sebagai berikut.

Tabel 2 4 Tabel Letak Benda dan Bayangan pada Cermin Cekung

Letak Benda Ruang Sifat Bayangan


32

dan Bayangan
Benda ruangan Nyata, terbalik,
III, bayangan diperkecil
ruang II

Benda Ruang II, Nyata, terbalik,


bayangan ruang diperbesar
III

Benda ruang I, Maya, tegak,


bayangan ruang diperbesar
IV

3) Pembentukan bayangan pada cermin cembung


Cermin cembung adalah cermin yang bentuknya melengkung ke luar.
Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya (divergen), ada tiga sinar istimewa
yang dapat membantu dalam menentukan sifat bayangan yang terbentuk, yaitu:
a) Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal
dari titik fokus.
b) Sinar yang datang seolah-olah menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar
sumbu utama
c) Sinar yang datang menuju pusat kelengkungan cermin, akan dipantulkan
seolah-olah berasal dari pusat kelengkungan yang sama.
Melukis bayangan pada cermin cembung dibutuhkan minimal dua buah
sinar istimewa dengan langkah-langkah sebagai berikut.
33

a) Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar datang
melalui titik tersebut menuju cermin.
b) Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua sinar
tersebut sesuai kaidah sinar istimewa pada cermin cembung.
c) Tandai titik potong sinar-sinar pantul atau perpanjangan sinar sinar pantul
sebagai tempat bayangan benda.
d) Lukis bayangan benda pada perpotongan perpanjangan sinar sinar pantul
tersebut.
Sifat bayangan pada cermin cembung selalu maya, tegak, dan diperkecil.
Salah satu contoh penggunaan cermin cembung adalah untuk kaca spion
kendaraan bermotor.
4) Persamaan cermin cekung dan cembung
Baik pada cermin cekung maupun pada cermin cembung, hubungan jarak
benda (𝑠), jarak bayangan (𝑠′), jari-jari kelengkungan cermin (𝑅), dan jarak fokus
(𝑓) dinyatakan oleh persamaan:
1 1 1
= +
f s s'
Keterangan : f = jarak fokus ( cm )
s = jarak benda ke cermin ( cm )
s’ = jarak bayangan ( layar) ke cermin ( cm)
Kita ketahui bahwa panjang jari-jari kelengkungan cermin adalah dua kali
jarak fokusnya, 𝑅=2𝑓, atau 𝑓=12𝑅 sehingga persamaan di atas dapat dituliskan:
1 1 2
+ =
s s' R
Keterangan : s’ = jarak bayangan ke cermin (cm)
s = jarak benda ke cermin (cm)
R = jari-jari kelengkungan cermin (cm)
Dalam menggunakan persamaan pada cermin cekung maupun cermin
cembung, ada sejumlah aturan-aturan tanda berikut.
a) Untuk cermin cekung, 𝑓 dan 𝑅 bertanda positif (+)
b) Untuk cermin cembung, 𝑓 dan 𝑅 bertanda negatif (-)
34

c) Jarak benda (𝑠) bertanda positif untuk benda nyata (di depan cermin) dan
bertanda negatif untuk benda maya (di belakang cermin)
d) Jarak bayangan (𝑠′) bertanda positif untuk bayangan nyata (di depan cermin)
dan bertanda negatif untuk bayangan maya (di belakang cermin).
Pembesaran bayangan pada cermin ditentukan dengan menggunakan persamaan:

M =
h'
h
=||
s'
s
Keterangan : M = Perbesaran
𝑠 = Jarak benda ke cermin
ℎ = Tinggi benda
𝑠′ = Jarak bayangan (layar) ke cermin
ℎ′ = Tinggi bayangan
Catatan: ℎ′ positif (+) menyatakan bayangan adalah tegak (dan maya)
ℎ′ negatif (-) menyatakan bayangan adalah terbalik (dan nyata)
c. Lensa
Lensa adalah benda bening yang memiliki permukaan berbentuk cekung
atau cembung, berfungsi membiaskan cahaya. Jika dipegang, lensa cembung
bagian tengahnya lebih tebal daripada bagian tepi. Lensa cekung bagian
tengahnya lebih tipis daripada bagian tepi. Sifat-sifat cahaya pada lensa cembung
dan lensa cekung berbeda.
1) Pembentukan bayangan pada lensa cembung
Lensa cembung dinamakan pula lensa konvergen karena lensa cembung
memfokuskan (mengumpulkan) berkas sinar sejajar yang diterimanya. Disini kita
hanya akan membahas lensa yang kedua permukaannya cembung (bikonveks).
Karena lensa cembung seperti ini memiliki dua buah permukaan lengkung, maka
lensa cembung memiliki dua jari-jari kelengkungan dan dua titik fokus. Seperti
halnya pada cermin, jari-jari kelengkungan lensa adalah dua kali jarak fokusnya
(R = 2F). Untuk lensa cembung, jari-jari kelengkungan (R) dan titik fokus (f)
bertanda positif (+), sehingga lensa cembung sering dinamakan lensa positif.
35

Dalam menentukan sifat bayangan pada lensa cembung, terdapat sinar sinar
istimewa yang dapat kita gunakan. Sinar-sinar istimewa ini diperoleh dari
penerapan hukum pembiasan (Snellius).
Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung:
a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus (F1) di
belakang lensa.
b) Sinar datang menuju titik fokus di depan lensa (F2) akan dibiaskan sejajar
sumbu utama.
c) Sinar yang datang melewati pusat optik lensa (O) diteruskan, tidak dibiaskan.
Ketiga sinar istimewa diatas diperoleh dari penerapan Hukum Pembiasan
(Snellius).

Gambar 2.5 Sinar-sinar Istimewa pada Lensa Cembung ( Agustini, 2018)

Sifat bayangan yang dibentuk oleh pembiasan lensa cembung mempunyai


beberapa kemungkinan, yaitu:
a) Benda terletak di ruang I, yaitu antara O dan F, maka bayangan bersifat maya,
tegak, diperbesar.
b) Benda terletak di ruang II, yaitu antara F dan 2F, maka bayangan bersifat
nyata, terbalik, diperbesar.
c) Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri 2F, maka bayangan bersifat
nyata, terbalik diperkecil.
d) Benda terletak di titik fokus utama (F), maka tidak terbentuk bayangan karena
sinar-sinar bias dan perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar).
e) Benda terletak di pusat kelengkungan lensa (di R; dimana R = 2F), maka
bayangan bersifat nyata, terbalik, sama besar.
2) Pembiasan pada lensa cekung
36

Lensa cekung dinamakan pula lensa divergen karena lensa cekung


menyebarkan berkas sinar sejajar yang diterimanya. Disini pun kita hanya akan
membahas lensa yang kedua permukaannya cekung (bikonkaf). Lensa cekung
seperti ini memiliki dua buah permukaan lengkung, sehingga lensa cekung
memiliki dua jari-jari kelengkungan dan dua titik fokus. Pada lensa cekung, jari-
jari kelengkungan (R) dan titik fokus (F) bertanda negatif (-), sehingga lensa
cekung sering dinamakan lensa negatif.

Gambar 2.6 Lensa Cekung ( Agustini, 2018)

Dalam menentukan sifat bayangan pada lensa cekung, terdapat sinar-sinar


istimewa yang dapat kita gunakan. Sinar-sinar istimewa diperoleh dari penerapan
hukum pembiasan Snellius. Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung:
a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah berasal dari titik
fokus.
b) Sinar yang datang seolah-olah menuju titik fokus lensa pertama (F1) akan
dibiaskan sejajar sumbu utama.
c) Sinar yang datang melewati pusat optik lensa (O) tidak dibiaskan.

Gambar 2.7 Sinar Istimewa pada Lensa Cekung ( Agustina, 2018)

Menentukan bayangan oleh lensa cekung diperlukan sekurang-kurangnya dua


berkas sinar utama. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan
perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias, sehingga bayangan yang dibentuk oleh
lensa cekung selalu bersifat maya.
5) Persamaan cermin cekung dan cembung
37

Seperti halnya pada cermin cekung dan cermin cembung, hubungan jarak
benda (𝑠), jarak bayangan (𝑠′), jari-jari kelengkungan cermin (𝑅), dan jarak fokus
(𝑓) dinyatakan oleh persamaan:
1 1 1
= +
f s s'
Keterangan : f = jarak fokuslensa ( cm )
s = jarak benda ( cm )
s’ = jarak bayangan ( cm)
jari-jari kelengkungna lensa adalah dua kali jarak fokusnya, R = 2f, atau
1
f= R sehingga persamaan di atas dapat dituliskan :
s
1 1 2
+ =
s s' R
Keterangan : s’ = jarak bayangan (cm)
s = jarak benda (cm)
R = jari-jari kelengkungan lensa (cm)
Dalam menggunakan persamaan pada cermin cekung maupun cermin
cembung, ada sejumlah aturan-aturan tanda berikut.
a) Untuk lensa cembung (+), baik f maupun R berharga positif
b) Untuk lensa cekung (-), baik f maupun R berharga negatif
c) s’ berharga positif apabila di belakang lensa (untuk bayangan nyata) dan
negatif apabila di depan lensa (untuk bayangan maya).
d) Karena benda selalu dianggap ada di depan lensa maka s selalu berharga
positif.
Pembesaran bayangan pada lensa dapat ditentukan dengan persamaan:

||
' '
h s
M = =
h s
Tanda harga mutlak (| |) menyatakan harga M selalu positif.
d. Penglihatan
Alat optik adalah alat yang prinsip kerjanya menggunakan cahaya. Alat
optik biasanya berupa benda bening yang digunakan untuk menghasilkan
bayangan melalui pemantulan atau pembiasan.
38

1) Mata

Gambar 2.8 Mata manusia dan bagian-bagiannya ( Campbell, 2002)

Bagian depan bola mata adalah lapisan transparan yang dikenal dengan
kornea. Kornea adalah sebuah membran tipis yang memiliki indeks bias 1,38.
Kornea ini memiliki dua fungsi, yaitu melindungi mata dan membiaskan cahaya
yang masuk ke mata. Setelah cahaya masuk melalui kornea, sebagian cahaya
kemudian diteruskan melewati pupil. Pupil merupakan bagian hitam yang berada
di tengah-tengah bola mata.
Ukuran pupil membuka dapat diatur dengan iris. Iris adalah bagian yang
berwarna dari mata. Sebagian orang memiliki warna iris yang kebiru-biruan.
tetapi, kebanyakan di negara kita berwarna coklat atau coklat kehitaman. Iris
merupakan sebuah sekat yang mampu membesarkan dan mengecilkan ukuran
mata membuka. Dalam cahaya terang, iris mengatur ukurannya untuk
mengecilkan pupil membuka dan membatasi jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Dan sebaliknya, di dalam cahaya yang suram atau gelap, iris mengatur ukurannya
untuk memaksimalkan ukuran pupil membuka agar lebih banyak cahaya yang bisa
masuk ke mata.
Cahaya yang melewati pupil, kemudian memasuki lensa mata. Lensa mata
yang bening terbuat dari lapisan material fiber yang memiliki indeks bias 1,4.
Lensa bersifat fleksibel sehingga fokusnya dapat diatur. Lensa mata mampu
mengubah bentuknya agar proses melihat dapat berjalan dengan baik. Pada lensa
mata melekat otot-otot siliari. Otot-otot ini berelaksasi dan berkontraksi agar lensa
dapat diubah-ubah bentuknya. Dengan mengatur bentuk lensa secara perlahan-
lahan, maka otot siliari ini memiliki tugas yang penting dalam pembentukan
bayangan pada mata.
39

Setiap bagian mata memainkan peran yang berbeda dalam kemampuan


manusia untuk melihat. Namun, terdapat empat bagian mata yang utama yakni
kornea, lensa, otot siliari, dan retina yang berperan dalam dalam membiaskan
cahaya sehingga menghasilkan bayangan tepat di retina. Retina merupakan
permukaan bagian-dalam mata. Retina terdiri atas batang dan kerucut yang
memiliki tugas mendeteksi intensitas dan frekuensi cahaya yang masuk. Batang
dan kerucut ini mengirimkan impuls saraf pada otak. Impuls saraf kemudian
berjalan melalui sebuah jaringan sel-sel saraf. Jaringan sel saraf ini diikat bersama
membentuk saraf optik di setiap ujung belakang bola mata.
Bayangan yang ditangkap retina bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil.
Otak akan menerima informasi tentang benda yang kita lihat tersebut.
Selanjutnya, otak mengolahnya sehingga kita dapat melihat benda sesuai dengan
sebenarnya, tidak terbalik seperti yang ditangkap retina.
Kemampuan mata untuk melebar atau mengkerut dibantu otot-otot mata.
Melebar dan mengerutnya mata kita akan mengakibatkan lensa mata menjadi
menebal atau menipis. Kemampuan lensa mata untuk menipis atau menebal sesuai
dengan jarak benda yang dilihat disebut daya akomodasi. Daya akomodasi dapat
mengatur fokus lensa mata. Jika mata melihat benda yang makin dekat, maka
daya akomodasinya makin besar. Sebaliknya jika melihat benda yang makin jauh,
maka daya akomodasinya makin kecil. Hal ini dilakukan dengan mengatur fokus
lensa mata.
Berikut contoh cacat mata atau kelainan pada mata :
a) Miopi (rabun jauh) adalah cacat mata yang menyebabkan penderita tidak dapat
melihat benda secara jauh. Hal ini terjadi karena bayangan benda jatuh di
depan retina. Penderita miopi dapat ditolong dengan kacamata negatif
(cekung).
b) Hipermetropi (rabun dekat) adalah cacat mata yang menyebabkan penderita
tidak dapat melihat benda secara dekat. Hal ini terjadi karena bayangan benda
jatuh di belakang retina. Penderita hipermetropi dapat ditolong dengan
kacamata positif (cembung).
40

c) Presbiopi (mata tua) adalah cacat mata yang disebabkan oleh menurunnya daya
akomodasi mata karena usia lanjut. Penderita presbiopi dapat ditolong dengan
kacamata berlensa rangkap (bifokal).
2) Struktur mata serangga

Gambar 2.9 Mata serangga dan bagian-bagiannya ( Campbell, 2002)

Masing-masing mata serangga disebut ommatidium (jamak: ommatidia).


Masing-masing ommatidium berfungsi sebagai reseptor penglihatan yang
terpisah. Setiap omatidum terdiri atas beberapa bagian, diantaranya berikut ini: 1)
Lensa, permukaan depan lensa merupakan satu faset mata majemuk. 2) Kerucut
kristalin, yang tembus cahaya. 3) Sel-sel penglihatan, yang peka terhadap adanya
cahaya. 4) Sel-sel yang mengandung pigmen, yang memisahkan ommatidia dari
ommatidia di sekelilingnya. Setiap ommatidium akan menyumbangkan informasi
penglihatan dari dari satu daerah objek yang dilihat serangga, dari arah yang
berbeda-beda. Gabungan dari gambar-gambar yang dihasilkan dari ommatidium
merupakan bayangan mosaik, yang menyusun seluruh pandangan serangga.
Sebagai contoh, mata lalat rumah terdiri atas 6.000 bentuk mata yang ditata
dalam bentuk segi enam (ommatidium). Setiap ommatidium dihadapkan ke arah
yang berbeda-beda, seperti depan, belakang, atas, bawah dan ke setiap sisi,
sehingga lalat dapat melihat kemana-mana. Demikian, lalat dapat mengindrai
dalam daerah penglihatan dari semua arah. Pada setiap ommatidium, terdapat
delapan neuron sel saraf reseptor (saraf penerima cahaya), sehingga secara
keseluruhan terdapat sekitar 48.000 sel pengindra didalam matanya. Dengan
kelebihan tersebut, mata lalat dapat memproses hingga seratus gambar per detik.
e. Alat –alat optik
1) Kamera
41

Saat kamu mengambil gambar suatu benda dengan sebuah kamera, cahaya
dipantulkan dari benda tersebut dan masuk ke lensa kamera. Kamera memiliki
diafragma dan pengatur cahaya (shutter) untuk mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke dalam lensa. Jumlah cahaya yang tepat akan diperoleh foto atau gambar
yang jelas. Sementara itu, untuk memperoleh foto yang tajam dan tidak kabur
perlu mengatur fokus lensa. Bayangan nyata, terbalik, dan lebih kecil dari benda
aslinya.
2) Kaca pembesar ( Lup )
Sebuah kaca pembesar menempatkan objek tersebut lebih dekat ke mata kita
sehingga objek tersebut menghadapi sudut lebih besar. Seberapa besar suatu objek
terlihat dengan mata dan seberapa jelas kita dapat melihat bagian-bagan kecil pada
objek tersebut, bergantung pada ukuran bayangan objek tersebut pada retina.
3) Mikroskop
Mikroskop menggunakan dua lensa okuler dan dua lensa objektif. Lensa
okuler adalah lensa yang posisinya dengan mata pengamat. Lensa objektif adalah
lensa yang posisinya dekat dengan objek/ benda yang sedang diamati. Fungsi dari
mikroskop adalah untuk mengamati benda-benda yang bersifat mikroskopis.
Baik lensa okuler maupun lensa objektif merupakan lensa cembung yang
memiliki fokus yang berbeda. Benda yang diamati ditempatkan pada sebuah kaca
objek dan disinari dari bawah. Cahaya melalui lensa objektif dan membentuk
bayangan nyata dan diperbesar. Bayangan itu diperbesar, sebab benda itu terletak
di antara satu dan dua jarak fokus lensa objektif. Selanjutnya, bayangan nyata
diperbesar lagi oleh lensa okuler untuk menghasilkan bayangan maya dan
diperbesar.
4) Teleskop
Teleskop adalah alat optik yang dapat membuat benda-benda yang berada
pada tempat yang jauh menjadi terlihat dekat. Ada dua tipe dasar teleskop, yaitu
teleskop pembias dan teleskop pantul.
42

B. Kerangka Pikir
Pada materi indera pengelihatan dan alat optik peserta didik mengalami
kesulitan membedakan sifat-sifat cahaya, bagian-bagian mata, pembentukan
cahaya pada cermin, alat optik yang dapat ditemui peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, dan gangguan yang terdapat pada indera pengelihatan. Untuk itu perlu
dilakukan teknik penyampaian materi yang menarik peserta didik untuk belajar
agar materi pembelajaran mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.
Berhasil tidaknya tergantung dari strategi belajar yang dilakukan oleh pendidik.
Agar tujuan pembelajaran tercapai, pendidik harus menyusun rencana
pembelajaran secara efektif dan efisien. Pendidik harus menentukan media yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik yang berada pada tahap operasional
konkrit, meskipun pada buku pegangan peserta didik sudah terhapat media
gambar dan teks bacaan, pendidik dapat menggunakan media yang lain untuk
menunjang hasil belajar peserta didik, sehingga peserta didik tidah hanya terpacu
pada media yang terdapat pada buku pegangan peserta didik dan kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Pemilihan media sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran terutama untuk membantu peserta didik
dalam belajar terutama pada pembelajaran IPA, penggunaan alat peraga yang
sesuai degan materi dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik dan
mengkongkritkan suatu materi yang abstrak.
Salah satu model yang pembelajaran yang dapat diterapkan adalah inkuiri.
Menurut Suyanti (2010), pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik yang memiliki peran untuk mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator untuk
mendorong peserta didik dapat mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan ( Pramudyan,
2020)
Kegiatan inkuiri terbimbing fokus pada inti konsep dan prosesnya sehingga
mendorong dan menumbuhkan pemahaman yang mendalam mengenai materi dan
juga mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Tahapan dalam inkuiri
terbimbing akan membuat siswa lebih aktif dalam belajar karena siswa tidak
43

hanya membaca dan mendengarkan saja, tetapi siswa juga berpikir dan melakukan
kerja untuk menemukan pengetahuannya. Tahapan pembelajaran inkuiri
terbimbing memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan cara berpikir dan
cara bekerja seperti para ilmuwan. Proses yang terjadi selama pembelajaran,
meliputi proses mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan penjelasan dan
hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, menganalisis data eksperimen,
menarik kesimpulan, dan menemukan teori ( Alhudaya, 2018).

Proses Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar

Keterampilan Proses Sains dan hasil Belajar


Rendah

Proses pembelajaran

Kelas Kontrol : Kelas Ekperimen :


Model Pembelajaran Inkuiri
Model Pembelajaran langsung
Terbimbing Berbantuan Alat
Peraga KIT IPA

Keterampilan Proses Sains dan Keterampilan Proses Sains dan


Hasil Belajar Rendah Hail Belajar meningkat

Keterampilan proses sains dan hasil belajar yang diajar dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA lebih
tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung

Gambar 2.10 Bagan Alur kerangka Pikir


44

C. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
penelitian ini yaitu terdapat pengaruh keterampilan proses sains dan hasil belajar
IPA peserta didik di SMP Negeri 3 Makassar dengan menggunakan alat peraga
KIT IPA melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok
indera penglihatan dan alat optik.
45

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian esperimen semu ( Quasi Experiment
Design). Penelitian ini melibatkan peserta didik yang terbagi menjadi dua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT
IPA dan kelas kontrol diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
langsung.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023
2. Tempat penelitian
Penelitian ini akan akan dilaksanakan di SMP Negeri 3 Makassar

C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain “ Nonequivalent Control Group Design”
(Sugiyono, 2014) menjelaskan pada desain ini kelompok ekperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Kedua kelas tersebut diberi pretest-
posttest dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan. Dalam desain
ini kedua kelompok terlebih dahulu diberi tes awal (pretest) dengan tes yang
sama. Kelompok ekperimen diajarkan menggunakan model pembeajaran inkuiri
terbimbimbing dan kelas kontrol diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran

Label 3. 1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest


Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Sumber : Sugiyoo, 2014

Keterangan :
46

O1 : Hasil pretest keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen yang diajar menggunaka model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA.
O2 : Hasil posttest keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen yang diajar menggunaka model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan alat Peraga KIT IPA
O3 : Hasil pretest keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen yang diajar menggunaka model pembelajaran
konvensional

O4 : Hasil posttest keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen yang diajar menggunaka model pembelajaran
konvensional.

X : Pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri terbimbing

- : Tanpa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan di teliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar,
Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Yang terdiri dari 11 kelas dengan jumlah
418 peserta didik.
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas yaitu kelas VIII
10 dengan jumlah 38 peserta didik sebagai kelas ekperimen dan kelas VIII 11
dengan jumlah peserta 38 didik sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan peneliti adalah teknik purposive sampling dimana teknik
penentuan sampel dilakukan dengan melihat nilai rata-rata hasil belajar kedua
kelas yang hampir sama. Berdasarkan instansi dari guru mata pelajaran IPA, kelas
yang memiliki rata-rata hasil belajar yang hampir sama.
47

E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2014).
Adapun variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan model pembelajaran konvensional
b. Variabel terikat dalam pnelitian ini adalah keterampilan proses sains dan hasil
belajar.

F. Definisi Operasional Variabel


1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu model pembelajaran yang
diterapkan pada peserta didik melalui langkah-langkah pembelajaran yaitu
mengarahkan peserta didik pada sebuah masalah, membuat hipotesis,
merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi,
mengumulkan dan menganalisis data serta membuat simpulan.
2. Pembelajaran konvensional ialah pembelajaran yang dilaksanakan oleh
pendidik di sekolahh, dimana peserta didik melalui langkah-langkah
pembelajaran yaitu mereka diarahkan untuk melakukan sebuah kegiatan
praktikum dan pada kegiatan tersebut pendidik tetap sebagai fasilitator yang
menyediakan pertanyaan dan prosedur percobaan atau bisa juga pendidik
mengarahkan peserta didik melakukan sebuah percobaan yang mengikuti
langkah kerja dari sebuah buku teks,. Dari kegiatan tersebut peserta didik tetap
mencari jawaban dari sebuah pertanyaan melalui bukti yang relevan
3. Peningkatan keterampilan proses sains peserta didk adalah kategori N-gain
yang diperoleh dari data pretest dan postest peserta didik setelah diajar
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diukur
menggunakan soal pilihan ganda dengan aspk KPS yaitu mengamati,
mengklasifikasi, mengomunikasikan, mengukur, menginferensi dan
memprediksi.
48

4. Peningkatan hasil belajar adalah kategori N- gain yang diperoleh dari data
pretest dan postest peserta didik setelah mengerjakan soal tes hasil belajar.
Soal tes hasil belajar peserta didik dikmbangkan dalam bentuk soal objektif
pilihan ganda berdasarkan indikator materi cahaya dan alat optik yang
mencakup ranah C1- C4, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan
keterampilan proses sains peserta didik maka digunakan persamaan N-gain.
Gain adalah selisih antara nilai postest dan pretest, yang menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep pesera didik setelah
pembelajaran dilakukan pendidik

G. Instrumen dan Perangkat Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Instrumen penelitian
a. Tes keterampilan proses sains
Instrumen penelitian untuk tes keterampilan proses sains peserta didik yaitu
menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 20 item soal berdasarkan indikator
keyerampilan proses sains. Indikator yang diukur yaitu mengamati, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, mengkomunikasikan,
dan menarik kesimpulan. Sebelum menggunaka tes keterampilan proses sains ini
telah divalidasi ahli oleh dua validator yang berkompeten dibidangnya.
b. Tes hasil Belajar
Instrumen penelitian untuk tes hasil belajar berupa pretest dan posttest. Tipe
tes yang akan digunakan dalam instrumen penelitian adalah tes objektif berupa
soal pilihan ganda sebanyak 25 nomor yang terdiri dari dari 4 pilihan jawaban
yang didasarkan pada aspek kognitif. Meliputi jenjang mengingat ( C1),
memahami (C2), mengaplikasikan ( C3), dan menganalisis ( C4).
2. Perangkat
Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) adalah rencana yang
menggambaerkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai suatu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam
49

silabus. RPP dapat menjadi panduan langkah-langkah yang akan dilakukan


pendidik dalam kegiatan pembelajaran yang disususn dalam skenario kegiatan.
Skenario kegiatan pembelajarandikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran
yang mengacu pada indikator untuk mencapai hasil belajar.
Pada penelitian ini RPP dibuat dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Pada langkah-langkah pembelajaran dalam RPP ini dibagi menjadi 6 (
enam ) tahap, yaitu (1) menyajikan pertanyaan atau maslah; (2) membuat
hipotesis; (3) merancang percobaan; (4) melakukan percobaan untuk memperoleh
informasi; (5) mengumpulkan dan menganalisi data; dan (6) membuat
kesimpulan. RPP dibuat sedemikian rupa sehingga keterampilan proses sains
peserta didik dapat teramati selama kegiatan pembelajaran.
b. Lembar Kerja peserta Didik ( LKPD )
LKPD merupakan panduan yang digunakan peserta didik selama melakukan
kegiatan praktikum. LKPD yang digunakan berisi judul, tujuan praktikum, alat
dan bahan, petunjuk kerja dan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
materi praktikum. LKPD dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan
keterampilan proses sains peserta didik. Indikator Keterampilan Proses Sains
yang ada di dalam LKPD yaitu: (1) mengamati fenomena; ( merumuskan maslah
secara tertulis ; (3) merumuskan hipotesis secar tertulis; (4) merencanakan
percobaan secara tertulis; mengkomunikasikan data secara tertulis; dan (6)
penarika kesimpulan.

H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi dalam tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan akhir yaitu :

1. Tahap persiapan
a. Membuat surat izin untuk melakukan observasi awal di SMP Negeri 3
Makassar
b. Melakukan observasi di lokasi penelitian dan menentukan kelas yang akan
dijadikan objek penelitian.
50

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum


yang diterapkan di SMP Negeri 3 Makassar
d. Menyusun instrumen dan dikonsultasikan pada para dosen ahli.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan
model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA dan kelas
kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Adapun kegiatan pembelajaran
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel. 3.2

Label 3. 2 Langkah-langkah Pelaksanaan Kegatan Pembelajaran pada Kelas


Eksperimen dan Kontrol

Fase Langkah-langakh pelaksanaan


Kegiatan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
( Model Inkuiri Terbimbing ) ( Model Pembelajaran langsung)

Fase 1 Menyajikan masalah Menyampaikan tujuan


1. Pendidk membimbing 1. Pendidik menjelaskan,
peserta didik informasi latar belakang
mengidentifikasi masalah. pelajaran, dan pentingnya
Pendidik membagi peserta pembelajaran.
didik dalam kelompok dan 2. Peserta didik menyimak
membagikan LKPD penjelasan pendidik
51

Fase 2 Membuat hipotesis Menyajikan materi


1. Pendidik memberikan 1. Pendidik menjelaskan konsep
kesempatan kepada peserta dan keterampilan baru
didik untuk curah pendapat 2. Pendidik menyajkan
dalam membentuk demonstrasi atau contoh
hipotesis. Pendidik 3. Peserta didik mengidentifikais
membimbing peserta didik langkah-langkah keterampilan
daam menentukan hipotesis atau diskusi tentang konsep
yang relevan dengan 4. Mengecek pemahaman peserta
permasalahan dan didik
memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
Fase 3 Merancang percobaan Latihan terstruktur
1. Pendidik memberikan 1. Pendidik memandu peserta
kesempatan kepada peserta didik melalui contoh latihan
didik untuk melihat tutorial 2. Peserta didik mengerjakan
mengenai percobaan yang latihans ecara berkelompok
akan dilakukan dengan 3. Pendidik memberikan umpan
memperhatikan penjelasan balik
yang disampaikan pendidik
di depan kelas dan siswa
akan melakukan praktikum
sesuai yang tersedia di
LKPD siswa
Fase 4 Melakukan percobaan Membimbing pelatihan
1. Pendidik membimbing 1. Peserta didik mengikuti latihan
peserta didik untuk secara berkelompok
mendapatkan informasi 2. Pendidik menilai kemampuan
melalui praktikum peserta didik
Fase 5 Megumpulkan data Latihan mandiri
52

1. Pendidik membimbing 1. Peserta didik melakukan


peserta didik untuk latihan tanpa bantuan pendidik
mendapatkan data dari 2. Pendidik melakukan evaluasi
hasil percobaan yang
dilakukan
Fase 6 Menganalisis data
1. Pendidik memberikan
kesempatan pada setiap
kelompok untuk
menyampaikan hasil
pengolahan data yang
terkumpul
Fase 7 Membuat kesimpulan
1. Pendidik membimbing
peserta didik dalam
membuat kesimpulan

3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan dan mengolah data dari hasil penelitian
b. Menganalisis data dengan statistik deskriktif dan statistik inferensial serta
menyusun pembahasan.
c. Menarik kesimpulan dan menyusun laporan akhir penelitian

I. Teknik Pengumpulan Data


1. Tes Keterampilan Proses Sains
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka data
diperoleh dengan menggunakan instrumen tes keterampilan proses sains. Tes
keterampilan proses sains berupa soal pilihan ganda yang terdiri dari 20 item
soal yang telah dibuat berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Soal
pretest dan posttest yang diberikan masing-masing sama untuk kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0.
53

2. Tes Hasil Belajar


Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu data hasil belajar peserta didik
diperoleh melalui pemberian tes hasil belajar kognitif yang dibuat dalam
bentuk pilihan ganda sebanyak 25 nomor yang diberikan saat pretest dan
posttest, yang terdiri dari 4 pilihan jawaban yang didasarkan pada aspek
kognitif meliputi jenjang mengingat (C1), memahami (C2), dan
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4) Jika benar diberi skor 1 dan jika
salah diberi skor 0

J. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data kuantitatif yang
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan dua macam teknik analisis data, yaitu
analisis deskritif dan analisis inferensial.
1. Analisis statistik deskritif
Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan objek yang diteliti
melalui data sampel. Data keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta
didik dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Menentukan skor rata-rata, varian, standar deviasi, interval kelas dan
panjang kelas dengan persamaan
a. Skor rata-rata

x=
∑ xi
n
(Sudjana, 2005)
b. Standar deviasi diperoleh dari persamaan :
S 2 = ∑ ¿¿ ¿
(Sudjana, 2005)
c. Varians diperoleh dari persamaan
S = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿
(Sudjana, 2005)
54

Keterangan :
S = nilai standar deviasi
S2= Varians
xi = nilai x ki –i
x = Rata-rata
n = ukuran sampel

d. Jumlah kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n


(Sudjana, 2005)
e. Rentang = Skor max – skor min
(Sudjana, 2005)
Rentang skor
f. Panjang Kelas =
jumlah kelas interval
(Sudjana, 2005)
Selisish nilai keterampilan proses sains ( KPS ) dan hasil belajar peserta didik
antara pretest dan post test dihitung dengan rumus normalisai gain atau N- gain
S post −S pre
N – gain =
S maks−S pre
Keterangan :
Spost = skor tes akhir
Spre = skor tes awal
Smaks = skor maksimum
Tingkat perolehan skor kemudian dikategorikan ke dalam tiga kategori pada
tabel 3.3
Tabel 3. 3 Kriteria Tingkat N-gain

Interval nilai Kategori


0,7 ≤g ≤1,0 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
0≤ g < 0,3 Rendah
Sumber : Hake ( 1999) yang dimodifikasi
55

2. Analisis statistik inferensial


a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untu mengetahui apakah data atau sampel yang
diteliti terdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan
persamaan Chi- Kuadrat, yaitu :
k
( Oi−Ei ) 2
x =∑
2

i=1 Ei
(Sudjana,2005)
Keterangan :
x2 = Chi-Kuadrat
k = banyak kelas interval
Oi = freuensi pengmatan
Ei = frekuensi harapan
b. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas menunjukkan data hasil penelitian berdistribusi
normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas dari sampel penelitian. Uji
ini bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel pada setiap kelompok
mempunyai varian yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus Fisher atau disebut juga perhitungan uji F
dengan rumus:
varians besar
F=
varians kecil
(Sudjana,2005)
Kriteria pengujiannya adalah :
Jika F hitung ¿F tabel maka data dinyatakan bersifat homogen. Sebaliknya jika F
hitung ¿F tabel maka data dinyatakan tidak homogen, dengan derajat kebebasan
penyebut dan pembilang dk = n – 1, dengan taraf signifikasi α = 0,05.

c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui jawaban dari hipotesis yang telah
diajukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
56

berbantuan alat peraga KIT IPA terhadap Keterampilan Proses sains dan Hasil
Belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar pada materi pokok
cahaya dan alat optik.
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotess yang telah
diajukan. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji – t satu pihak yaitu uji pihak
kanan dengan seperti berikut :

x 1−x 2
t hitung =


S
(
1 1
+ ¿) ¿
n 1 n2

( Sudjana, 2005)

dimana,

2 ( n1 −1 ) S 12 + ( n2−1 ) S 22
S=
n1+ n2−2

(Sudjana, 2005)

Keterangan :

x 1= rata-rata skor kelompok eksperimen


x 2= rata-rata skor kelas kontrol
n1 = jumlah sampel anggota kelas eksperimen
n2 = jumlah sampel anggota kelas kontrol
S12 = varians kelas eksperimen
S22 = varians kelas kontrol

Kriteria pengujian:

Ho diterima jika t hitung < t tabel


Ho ditolak jika t hitung > t tabel
H1 diterima jika t hitung > t tabel
H1 ditolak jika t hitung < t tabel
Derajat kebebasan dk = 𝑛1 + 𝑛2 − 2
57

DAFTAR PUSTAKA

Alhudaya, M. T., Arif, H., & Suoriyono, K. 2018. Pengaruh Inkuiri Terbimbing
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Optik
Siswa Kelas VIII. Jurnal Pendidikan, 3 (11), 1398-1404.

Agustina, I. S. (2018). Pendalaman Materi Fisika. Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan.

Anderson L. W. & Krathwohl D. R. 2010. Kerangka Landasan Untuk


Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Anisah, S., Subiki & Bambang, S. (2018). Analisis Keterampilan Proses Sains
Siswa SMA pada materi kinematika gerak lurus. Jurnal Edukasi, 5 (8).

Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran ( Edisi Revisi). Jakarta : Radja Grafindo


Persada.

Agustina, I. S. (2018). Pendalaman Materi Fisika. Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan.

Campbell, N. A., & Reece., J. B. (2002). Biology. Sixth Edition: Pearson


Education. Inc. San Francisco. 802-831.
Darmaji., Dwi Agus Kurniawan., Hanaiyah parasdila.,& Irdiati. (2018). Deskripsi
Keterampilan Proses Sains Mahasiswa pada Materi Termodinamika.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6 (3).

Djola, T. A., Tirtawaty, A., & Nova, E. N. 2021. Pengaruh Modl Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbantuan Simulasi PhET Terhadap Keterampilan
Proses Sains Siswa pada Materi Pemantulan dan Pembaiasan Cahaya.
Jurna Pendidikan Fisika Tadulako Online, 9 (2) 1-6
58

Fauji, M.M., D. A. S., Tohari, M.Si., A., Linawati, M.S., Nurdiwati, M.S.A., D.,
Agus Sumantri, M.M., B., Lukiani, M. Pd., D. E. R. M., & Purnomo,
M.M., H. (2020). Restrukturisasi Ekonomi Dan Bisnis Di Era Covid 19.
In D. A. S. Fauji, M.M (Ed), Buku Seminar ( 2020th Ed., P, 22).
Fakulytas Ekonomi.

Gazali, A., Hidayat, A., & Yuliati, L. (2015). Efektivitas Model Siklus Belajar 5E
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Jurnal Pendidikan Sains, 3(1), 10—16.

Juhji. 2016. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan


Inkuiri Terbimbing. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2, 58-70.

Kardi, S., & Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Press.
Kuhlthau, C.C & Todd R.J. 2006. Guided Inquiry: A framework For Learning
through school libraries in 21 st century schools.

Khairani, M. 2017. Psikologi Belajar.Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Maharani, A. D. ( 2019). HOTS pada assesment pembelajaran tematik muatan


pembelajaran IPA siswa sekolah dasar. In Seminar Nasional Pendidikan
Dasar I (Vol. 1).

Muhibbin, S. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Pelajar.

Mun’im, A., Satnur, M.A., & Yunus, S. R. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar IPA Peserta didik.
Proceeding. Makassar . Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNM.

Sanjaya, w. Pernecanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana


Prenada Media Group.

Semaiawan, Conny, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta :


Gramedia Widiasarana Indonesia.

Setianingrum, S., & Wardhani, N. S. (2018). Upaya Peningj=katan Hasil Belajar


Tematik melalui Discovery learning Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Dasar 9(2), 149-158.

Siahan, K. W. A., dkk. 2021. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


dengan Multi Representasi terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Penguasaan Konsep IPA. Jurnal Basicedu, 5 (1), 195- 205.

Sudjana. 2005. Metode Statistika edisi ke 6. Bandung : Tarsito.


59

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta :


Prenadamedia Group.

Tawil, & Liliasari. 2014. Keterampilan –keterampilan Sains Dan Implementasi


Dalam pembelajaran IPA. Makassar : Universitas Negeri Makassar.

Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progres dan


Kontekstual. Jakarta : Kencana

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan


implementasinya dalam kurikulum Tingkat satuan Pendidikan ( KTSP).
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Permana, R. H. (2019). Survei Kualitas PendidikanPISA 2018: RI Sepuluh Besar


dari Bawah. Retrieved Novembe, 23, 2019.

Pramudyawan, M. T. S., Aris, D., & Jannatin, A. 2020. Pengaruh Model


Pembelajaran Inkuiri terbimbing Berbantuan Kit Alat Percobaan Usaha
dan Energi terhadap Penguasaan Konsep Fisika Peserta Didik. Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA, 6 (1), 40-44.

Pratiwi, S. N., Cari, C. & Aminah , N. S. (2019). Pembelajaran IPA Abad 21


Dengan Literasi Sains Peserta Didik. Jurnal Materi dan Pembelajaran
Fisik. 9, 34-42.

Prasetyarini, A., Siska, D. F., & Wakhid, A. 2015. Pemanfaatan Alata Peraga IPA
untuk Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa SMP Negeri I
Bulus Pesantren Kebumen Tahun pelajaran 2012/2013. Radiasi, 2 (1).

Wisudawati, A., & Eka. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA . Jakarta : Bumi
Aksara

Widani. N. K. T., Sudana. D. N., & Agustiana. I. G. A. T. 2019. Pengaruh Model


pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap HOTS Ipa Dan Sikap Ilmiah
Pada Siswa Kelas V Sd Gugus I Kecamatan Nusa. Penida. Journal of
Education Technology, 3, 15-21.

Wulandasari, C., Abdul, M., & Sitti, S. 2019. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga
KIT IPA Melalui Model Pembelajaran Tipe STAD Terhadap Hasil
Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 3 Pallannga Kabupaten
Gowa. Jurnal IPA Terpadu, 2 (2), 18-23.
60

Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L., & Wayan, L. (2017). Buku Guru Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai