HARIANI
1916042005
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................7
A. Kajian Pustaka........................................................................................................7
B. Kerangka Pikir.....................................................................................................42
C. Hipotesis..............................................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................45
A. Jenis penelitian.....................................................................................................45
B. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................................45
C. Desain Penelitian..................................................................................................45
D. Populasi dan Sampel............................................................................................46
E. Variabel Penelitian..............................................................................................47
F. Definisi Operasional Variabel..............................................................................47
G. Instrumen dan Perangkat Penelitian.....................................................................48
H. Prosedur Penelitian...............................................................................................49
I. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................52
J. Teknik Analisis Data............................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................57
DAFTAR TABEL
Tabel 2 1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri 13
i
Tabel 2 2 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 16
Tabel 2 3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung 19
Tabel 2 4 Tabel Letak Benda dan Bayangan pada Cermin Cekung 36
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) Pembiasan Berkas Cahaya (b) Pembiasan pada Sendok di dalam
Gelas Berisi Air ( Zubaidah et al., 2017) 32
Gambar 2.2 Peristiwa Pemantulan ( Zubaidah et al., 2017) 33
Gambar 2.3 Pemantulan Baur dan Teratur ( Zubaidah et al., 2017) 34
Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan Cermin Datar ( Zubaidad et al., 2017) 34
Gambar 2.5 Sinar-sinar Istimewa pada Lensa Cembung ( Agustini, 2018) 39
Gambar 2.6 Lensa Cekung ( Agustini, 2018) 40
Gambar 2.7 Sinar Istimewa pada Lensa Cekung ( Agustina, 2018) 40
Gambar 2.8 Mata manusia dan bagian-bagiannya ( Campbell, 2002) 42
Gambar 2.9 Mata serangga dan bagian-bagiannya ( Campbell, 2002) 44
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran IPA berdasarkan Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisi peserta didik
terhadap lingkungna alam dan sekitarnya (Maharani, 2019). Standar proses
pendidikan berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2016, bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ke ranah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar adalah suatu upaya yang telah
dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikannya tes hasil. Belajar
disetiap akhir pembelajaran. Nilai tersebut menjadi pacuan peserta didik untuk
melihat penguasaan dalam menerima materi pembelajaran (Setianingrum, &
Wardhani, 2018). Pengenalan terhadap hasil belajar sangatlah penting, karena
dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, peserta didik akan berusaha
untuk meningkatkan hasil belajarnya di kemudian hari ( Fauji dkk. 2020).
Programne for internasional Student Assesment ( PISA) 2015 menunjukkan
hasil belajar IPA peserta didik Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut
rara-rata skor pencapaian peserta didik indonesia untuk sains, membaca, dan
matematika berada di peringkat bawah yaitu 62, 61, dan 63 dari 69 Negara
(Pratiwi, cari & Aminah, 2019). Hasil belajar peserta didik yang tergolong rendah
juga yang ditunjukkan dari hasil survey PISA tahun 2018 untuk kategori sains.
Indonesia berada pada peringkat 71 dari 80 negara yang mengikuti program ini.
Skor rata-rata Indonesia adalah 398 yang terpaut sangat jauh dengan china yang
berada di peringkat pertama dengan skor rata- rata 590 (Permana,2019).
Pembelajaran IPA berupaya untuk membekali peserta didik dengan berbagai
kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan, yang dapat
membantu peserta didik memahami alam sekitar secara mendalam. Ilmu IPA
lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung ( Learning by
doing ) dengan kegiatan belajar peserta didik yang aktif ( active learning ).
Pembelajaran melalui proses menjadikan siswa dapat lebih mudah
memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, keterampilan
2
proses sains pada siswa harus dikembangkan oleh guru karena memiliki manfaat
penting dalam mempelajari sains ( Alhudaya, Arif, & Suoriyono, 2018) .
Keterampilan proses sains menjadi sarana yang mampu dalam mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa seperti keterampilan menganalisis,
memperoleh dan menerapkan informasi dalam situasi yang baru, memecahkan
masalah, serta mengevaluasi hasil penelitian (Gazali, Hidayat, & Yuliati, 2015)
Keterampilan proses sains ( KPS ) wajib dimiliki oleh peserta didik karena
dengan keterampilan proses sains ( KPS ) yang baik maka peserta didik akan
memperoleh ilmu dan dapat mengembangkan ilmu tersebut di masa selanjutnya.
Selain itu, Keterampilan Proses Sains ( KPS) mencakup keterampilan dasar yang
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keterampilan
mengamati. Dengan keterampilan tersebut, peserta didik dapat mengamati
lingkungan sekitarya dengan baik dan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
yang berhubungan dengan apa yang peserta didik sedang amati. Maka dari itu
Keterampilan Proses Sains ( KPS ) peserta didk harus ditingkatkan dalam
pembelajaran IPA. Karena pembelajaran IPA tidak bergantung pada produk/hasil,
namun juga proses yang dialami peserta didik. Selain itu, Keterampilan Proses
Sains ( KPS ) sangatlah penting untuk menunjang peserta didik dalam menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan( Skripsi Kakak)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMP
Negeri 3 Makassar kelas VIII, bahwa pembelajaran yang selama ini dilakukan
umumnya masih bersifat teacher centered approach. Pada beberapa kesempatan
guru pernah melakukan inkuiri terbimbing. Informasi lainnya adalah keterampilan
proses sains siswa masih rendah. Belum maksimalnya proses pembelajaran yang
dilakukan seperti masih kurangnya praktikum atau percobaan untuk menguatkan
konsep-konsep yang dipelajari menjadi salah satu penyebabnya. Masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan memahami konsep
konsep IPA dan hasil belajar peserta didik sangat kurang khususnya pada materi
“Alat optik”. Dalam materi tersebut peserta didik mengalami kesulitan
membedakan sifat-sifat cahaya, pembentukan cahaya pada cermin, alat optik yang
dapat ditemui peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan
3
dengan hasil belajar peserta didik yang masih rendah dengan nilai rata-rata 57
nilai tersebut terpaut masih jauh untuk mencapai standar KKM yakni 68.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, maka perlu dilakukan perbaikan
proses pembelajaran. Salah satu cara yaitu melalui penerapan model dan media
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan (KPS)
dan penguasaan konsep siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Menurut (Widani, Sudana, & Agustiana, 2019) Inkuiri termbimbing adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang dimana guru membimbing peserta didik dalam
menemukan dan mencari sendiri jawaban dari permaslahan yang diberikan oleh
guru. Dengan model ini peserta didik belajar lebih lebih berorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru sehingga peserta didik mampu memahami
konsep-konsep pelajaran dengan baik.
Kegiatan inkuiri terbimbing fokus pada inti konsep dan prosesnya sehingga
mendorong dan menumbuhkan pemahaman yang mendalam mengenai materi dan
juga mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Tahapan dalam inkuiri
terbimbing akan membuat siswa lebih aktif dalam belajar karena siswa tidak
hanya membaca dan mendengarkan saja, tetapi siswa juga berpikir dan melakukan
kerja untuk menemukan pengetahuannya. Tahapan pembelajaran inkuiri
terbimbing memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan cara berpikir dan
cara bekerja seperti para ilmuwan. Proses yang terjadi selama pembelajaran,
meliputi proses mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan penjelasan dan
hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, menganalisis data eksperimen,
menarik kesimpulan, dan menemukan teori ( Alhudaya, Arif, & Supriyono 2018).
Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengungkapkan
bahwa penerapan inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Seperti penelitian yang
dilakukan (Alhudaya, Arif, & Supriyono, 2018) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan keterampilan proses sains siswa yang belajar dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing dan siswa yang belajar dengan pembelajaran discovery
learning dimana keterampilan proses sains siswa yang belajar dengan inkuiri
terbimbing lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan melalui
4
tidak hanya terpaku pada gambar atau teks bacaan yang terdapat pada buku
pelajaran (Siddiq, munawaroh, & Isniatun, 2008).
Berdasarkan persoalan yang telah dipaparkan, model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan media kit alat percobaan merupakan model dan media yang sesuai
dan perpaduan yang memiliki kesamaan dalam kelebihannya untuk menunjang
partisipasi aktif peserta didik melalui percobaan dan diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar, sehingga peneliti
memilih model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan kit alat percobaan
untuk membantu meningkatkan penguasaan konsep fisika peserta didik pada
materi pokok cahaya dan alat optik.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti menyusun proposal
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Alat
Peraga KIT IPA, untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil
Belajar Kelas VIII SMPN 3 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa tinggi tingkat keterampilan proses sains peserta didik kelas kelas VIII
SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA pada materi pokok cahaya dan alat
optik.
2. Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas kelas VIII SMP Negeri
3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan alat peraga KIT IPA pada materi pokok cahaya dan alat optik.
3. Seberapa tinggi tingkat keterampilan proses sains peserta didik kelas kelas VIII
SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran
konvensional pada materi pokok cahaya dan alat optik.
4. Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas kelas VIII SMP Negeri
3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional
5. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT
IPA lebih berpengaruh terhadap keterampilan proses sains jika dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa Seberapa tinggi tingkat keterampilan proses sains
peserta didik kelas kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar yang diajar
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga
KIT IPA pada materi pokok cahaya dan alat optik.
2. Untuk mengeahui Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas kelas
VIII SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA pada materi pokok cahaya
dan alat optik.
3. Untuk mengetahui Seberapa tinggi tingkat keterampilan proses sains peserta
didik kelas kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan
model pembelajaran konvensional pada materi pokok cahaya dan alat optik.
4. Untuk mengetahui Seberapa tinggi tingkat hasil belajar peserta didik kelas
kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar yang diajar menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi pokok cahaya dan alat optik.
5. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT
IPA terhadap keterampilan proses sains jika dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
6. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT
IPA terhadap hasil belajar jika dibandingkan dengan model konvensional.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA terhadap
keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Model pembelajaran inkuiri
a. Pengertian model pembelajaran inkuiri
Inkuiri berasal dari kata inquiry yang berarti penyelidikan atau meminta
keterangan. Terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “peserta didik diminta
8
percobaan.
4 Melakukan percobaan Pendidik membimbing peserta didik
untuk memperoleh mendapatkan informasi melalui percobaan
informasi
5 Mengumpulkan dan Pendidik memberi kesempatan pada tiap
menganalisis data kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
6 Membuat kesimpulan Pendidik membimbing peserta didik dalam
membuat kesimpulan.
Sumber : Trianto (2014)
d. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Terdapat beberapa kelebihan yang mendukung untuk diterapkannya model
pembelajaran inkuiri. Trianto (2014) mengemukakan beberapa kelebihan tersebut
sebagai berikut;
a. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna
b. Pembelajaran ini dapat memeberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belaja modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkat laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam
belajar.
Selain memiliki kelebihan, model pembeljaran inkuiri juga memiliki
kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Trianto (2014) mengemukakan beberapa
kelemahan dari model pembelajaran inkuiri yaitu :
a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik
14
Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA
sebagaimana dijelaskan sebelumnya yaitu adanya dukungan media atau alat bantu
mengajar. Agar peserta didik mudah mengingat, menceritakan dan melaksanakan
sesuatu (pelajaran) yang pernah diamati dan diterima di kelas perlu dukungan
peragaan-peragaan (media pengajaran) yang konkret (Daryanto, 2012).
5. Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga KIT IPA
Menggunakan rancangan kegiatan pembelajaran yang benar-benar efektif
dan sesuai dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pembelajaran yang
efektif secara umum diartikan sebagai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
memberdayakan potensi peserta didik serta mengacu pada pencapaian kompetensi
individual masing-masing peserta didik. Menurut Sudjana dalam Hidayati (2015)
langkah-langkah pemanfaatan alat peraga, yaitu.
a. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga.
b. Persiapan pendidik. Pada fase ini pendidik memilih dan menetapkan alat
peraga ynag akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan.
c. Persiapan kelas. Dalam fase ini, pendidik harus dapat memotivasi agar peserta
didik dapat menilai, menghayati pelajaran dengan menggunakan alat peraga.
d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan alat peraga. Dengan
kemampuan yang dimiliki oleh pendidik, media yang digunakan akan dapat
dikembangkan penggunaannya untuk keefektifan dan efesiensi pencapaian
tujuan.
e. Langkah kegiatan belajar peserta didik. Pemanfaatan alat peraga yang
dilakukan oleh peserta didik dapat dilakukan dengan cara praktik, baik di
dalam maupun di luar kelas.
f. Langkah evaluasi pembelajaran. pada langkah ini, kegiatan belajar dievaluasi
serta dapat dinilai sampai sejauh mana pengaruh alat perga sebagai alat bantu
sehingga dapat dijadikan dasar pada proses belajar mengajar selanjutnya.
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga KIT IPA adalah
pembelajaran dengan bantuan alat percobaan untuk menyampaikan konsep atau
materi yang masih abstrak dengan menentukan alat peraga yang tepat agar tujuan
pembelajaran tercapai. Alat peraga berfungsi memberikan penjelasan konsep,
17
1) Observasi
Observasi atau pengamatan meupakan keterampilan sains yang mendasar.
Dalam observasi kita dituntut untuk menggunakan seluruh indera, untuk
melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Kegiatan yang
berhubungan dengan observasi meliputi penghitungan, pengukuran, klasifikasi
dan hubungan ruang waktu.
2) Pembuatan hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan
biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
3) Perencanaan penelitian/eksperimen
Eksperimen adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan
praktis. Dalam merencanakan penelitian, kita perlu menentukan alat dan bahan
yang akan digunakan, objek yang akan diteliti, factor atau variabel yang perlu
diperhatikan, kriteria keberhasilan, cara dan langkah kerja, serta bagaimana
mencatat dan mengolah data untuk menarik kesimpulan.
4) Pengendalian variabel
Variabel adalah factor yang berpengaruh. Pengendalian variabel adalah
suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit seperti
yang dibayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru melatih peserta didik
untuk mengontrol dan memperlakukan variabel.
5) Interprestasi data
Interpretasi data artinya menafsirkan data yang sudah didapatkan. Data yang
dikumpulkan melalui observasi, penghitungan, pengukuran, eksperimen, dapat
dicatat atau disajikan dalah bentuk table, grafik, histogram atau diagram.
6) Inferensi
Guru melatih peserta didik dalam menyusun suatu kesimpulan sementara
dalam proses penelitian yang dilakukan. Pertama-tama data dikumpulkan,
kadang kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan
sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu.
19
4) Meramalkan/ memprediksi
a) Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
b) Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pasa keadaan yang belum
diamati
5) Berkomunikasi
a) Mengubah bentuk penyajian
b) Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau
pengamatan dengan grafik atau tabel diagram
c) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
d) Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian
e) Memvaba grafik atau tabel atau diagram
f) Mendiskudikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa
6) Mengajukan Pertanyaan
a) Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
b) Bertanya untuk meminta penjelasan
c) Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis
7) Mengajukan Hipotesis
a) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari
satu kejadian
b) Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan
memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan
masalah atau dengan memperoleh bukti
8) Merencanakan Percobaan
a) Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
b) Menentukan variabel/faktor tertentu
c) Menentukan apa yang diukur, diamati, dicatat
d) Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja
9) Menggunakan Alat/Bahan/Sumber
a) Memeakai alat/bahan/sumber
b) Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan/sumber
10) Menerapkan Konsep/ prinsip
21
dipelajari yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi.
Sedangkan proses belajar dapat berlangsung dengan kesadaran individu atau tidak
( Khairani, 2017).
Menurut Suprijono (2009), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai
nilai, pengertian-pengertian, apresiasi dan keterampilan. hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar
pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau
terpisah, melainkan komprehensif. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2020)
bahwa hasil belajar peserta didik dapat diartikan sebagai nilai yang diperoleh
peserta didik selama kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar adalah perubahan
perilaku dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh peserta didik
sertelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik yang disebakan oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek
potensi saja.
Jadi berdasarkan berbagai sumber di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan yang dapat diamati pada diri seseorang atau
peserta didik melalui perubahan tingjah laku sebagai akibat dari adanya proses
belajar mengajar. Dimana perubahan tingkah laku ini disebabkan karena
pencapaian dan penguasan atau sejumlah bahan yang telah diberikan dari suatu
tujuan pembelajaran.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Muhibbin (2008) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar sebagai berikut:
1. Faktor internal yang meliputi dua aspek yakni aspek fisiologis dan aspek
psikologis yang terdiri dari lima faktor, yaitu: a). Intelegensi peserta didik; b).
Sikap peserta didik; c). Bakat peserta didik; d). Minat peserta didik, dan e).
Motivasi peserta didik.
2. Faktor eksternal yang meliputi dua aspek yakni aspek fisiologis dan aspek
psikologis yang terdiri dari lima faktor, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan
non sosial (sarana dan prasarana), termasuk di dalamnya media pembelajaran.
24
3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pembelajaran
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik karena
dalam proses pembelajaran peserta didik sangat menentukan terjadi atau
tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar peserta didik menghadapi masalah
baik internal maupun eksternal. Jika peserta didik tidak dapat mengatasi
masalah tersebut maka mereka tidak dapat belajar dengan baik.
c. Indikator Hasil Belajar
Menurut Sanjaya (2008), menyatakan bahwa hasil belajar bekaitan dengan
pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang
direncanakan. Sebagaimana menurut Sudjana (2005), dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah
psikomotoris.
1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesia dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau refleksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilam dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yaitu (a) gerak
reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (e) kemampuan perseptual, (d)
keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilam kompleks dan (f)
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi aspek penilain hasil belajar. Ketiga ranah itu,
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para pendidik di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan
pelajaran.
25
Gambar 2.1 (a) Pembiasan Berkas Cahaya (b) Pembiasan pada Sendok di dalam Gelas
Berisi Air ( Zubaidah et al., 2017)
Kecepatan cahaya akan berubah ketika cahaya memasuki medium yang berbeda.
Perubahan kecepatan ini menyebabkan gelombang cahaya membelok. Cahaya dari
udara kemudian masuk ke dalam air, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa
pembelokan cahaya karena memasuki medium yang berbeda ini dinamakan
dengan pembiasan (refraksi). Hal inilah yang terjadi pada sendok pada Gambar
2.1 cahaya yang masuk ke dalam air dan mengenai sendok, kemudian dipantulkan
oleh sendok. Cahaya ini mengalami pembelokan ketika keluar dari air menuju
mata pengamat.
Peristiwa pembiasan cahaya, terdapat Hukum pembiasan Snellius, yang
berbunyi:
a) Sinar datang, garis normal, serta sinar bias terletak pada satu bidang dan
berpotongan di satu titik.
b) Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan dibiaskan
mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke
medium kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Indeks bias medium adalah nilai perbandingan antara cepat rambat di udara
dan cepat rambat di dalam medium.
c
n=
v
keterangan : n = indeks bias medium
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa ( 3 × 108 m/s )
v = cepat rambat cahaya dalam medium ( m/s)
Air dan udara merupakan contoh benda yang dapat membiaskan cahaya.
Kedua medium ini memiliki kerapatan optik yang berbeda. Nilai indeks bias
29
Bayangan pada cermin datar bersifat maya. Titik bayangan dihasilkan dari
perpotongan sinar-sinar pantul yang digambarkan oleh garis putus-putus. Melukis
pembentukan bayangan pada cermin datar dengan diagram sinar, ikutilah langkah-
langkah berikut ini.
a) Lukis sebuah sinar dari benda menuju cermin dan dipantulkan ke mata, sesuai
hukum pemantulan cahaya, yaitu sudut sinar datang sama dengan sudut sinar
pantul.
b) Lukis dsinar kedua sebagaimana langkah pertama
c) Lukis perpanjangan sinar-sinar pantul tersebut di belakang cermin sehingga
berpotongan. Perpotongan sinar-sinar pantul tersebut merupakan bayangan
benda.
d) Jika diukur dari cermin, jarak benda terhadap cermin (s) harus sama dengan
jarak bayangan terhadap cermin (s').
Hukum pemantulan pada cermin datar yaitu
31
a) Sinar datang akan dipantulkan dengan besar sudyut pantul sama dengan sudut
datang
b) Sinar yang datang tegak lurus cermin akan dipantulkan tegak lurus cermin.
2) Pembentukan bayangan pada cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin yang bentuknya melengkung seperti cermin
cembung, namun melengkungnya ke dalam, seperti kita melihat bola sepak yang
dibelah dan dilihat dari bagian dalamnya. Cermin cekung bersifat mengumpulkan
cahaya (konvergen). Pada cermin cekung terdapat tiga sinar istimewa, yaitu:
a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.
b) Sinar datang melalui titik fokus, akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang melalui pusat kelengkungan akan dipantulkan kembali melalui
titik pusat kelengkungan cermin.
Melukis bayangan pada cermin cekung diperlukan minimal dua buah sinar
istimewa. Akan tetapi, hasil akan lebih baik dan meyakinkan jika dilukis dengan
tiga sinar istimewa sekaligus dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar datang
melalui titik tersebut menuju cermin.
b) Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua sinar
tersebut sesuai kaidah sinar istimewa cermin cekung.
c) Tandai titik potong sinar pantul sebagai tempat bayangan benda.
d) Lukis perpotongan sinar-sinar pantul tersebut.
Salah satu contoh penggunaan cermin cekung adalah pada lampu senter.
Sementara itu, sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung dapat dijelaskan
sebagai berikut.
dan Bayangan
Benda ruangan Nyata, terbalik,
III, bayangan diperkecil
ruang II
a) Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar datang
melalui titik tersebut menuju cermin.
b) Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua sinar
tersebut sesuai kaidah sinar istimewa pada cermin cembung.
c) Tandai titik potong sinar-sinar pantul atau perpanjangan sinar sinar pantul
sebagai tempat bayangan benda.
d) Lukis bayangan benda pada perpotongan perpanjangan sinar sinar pantul
tersebut.
Sifat bayangan pada cermin cembung selalu maya, tegak, dan diperkecil.
Salah satu contoh penggunaan cermin cembung adalah untuk kaca spion
kendaraan bermotor.
4) Persamaan cermin cekung dan cembung
Baik pada cermin cekung maupun pada cermin cembung, hubungan jarak
benda (𝑠), jarak bayangan (𝑠′), jari-jari kelengkungan cermin (𝑅), dan jarak fokus
(𝑓) dinyatakan oleh persamaan:
1 1 1
= +
f s s'
Keterangan : f = jarak fokus ( cm )
s = jarak benda ke cermin ( cm )
s’ = jarak bayangan ( layar) ke cermin ( cm)
Kita ketahui bahwa panjang jari-jari kelengkungan cermin adalah dua kali
jarak fokusnya, 𝑅=2𝑓, atau 𝑓=12𝑅 sehingga persamaan di atas dapat dituliskan:
1 1 2
+ =
s s' R
Keterangan : s’ = jarak bayangan ke cermin (cm)
s = jarak benda ke cermin (cm)
R = jari-jari kelengkungan cermin (cm)
Dalam menggunakan persamaan pada cermin cekung maupun cermin
cembung, ada sejumlah aturan-aturan tanda berikut.
a) Untuk cermin cekung, 𝑓 dan 𝑅 bertanda positif (+)
b) Untuk cermin cembung, 𝑓 dan 𝑅 bertanda negatif (-)
34
c) Jarak benda (𝑠) bertanda positif untuk benda nyata (di depan cermin) dan
bertanda negatif untuk benda maya (di belakang cermin)
d) Jarak bayangan (𝑠′) bertanda positif untuk bayangan nyata (di depan cermin)
dan bertanda negatif untuk bayangan maya (di belakang cermin).
Pembesaran bayangan pada cermin ditentukan dengan menggunakan persamaan:
M =
h'
h
=||
s'
s
Keterangan : M = Perbesaran
𝑠 = Jarak benda ke cermin
ℎ = Tinggi benda
𝑠′ = Jarak bayangan (layar) ke cermin
ℎ′ = Tinggi bayangan
Catatan: ℎ′ positif (+) menyatakan bayangan adalah tegak (dan maya)
ℎ′ negatif (-) menyatakan bayangan adalah terbalik (dan nyata)
c. Lensa
Lensa adalah benda bening yang memiliki permukaan berbentuk cekung
atau cembung, berfungsi membiaskan cahaya. Jika dipegang, lensa cembung
bagian tengahnya lebih tebal daripada bagian tepi. Lensa cekung bagian
tengahnya lebih tipis daripada bagian tepi. Sifat-sifat cahaya pada lensa cembung
dan lensa cekung berbeda.
1) Pembentukan bayangan pada lensa cembung
Lensa cembung dinamakan pula lensa konvergen karena lensa cembung
memfokuskan (mengumpulkan) berkas sinar sejajar yang diterimanya. Disini kita
hanya akan membahas lensa yang kedua permukaannya cembung (bikonveks).
Karena lensa cembung seperti ini memiliki dua buah permukaan lengkung, maka
lensa cembung memiliki dua jari-jari kelengkungan dan dua titik fokus. Seperti
halnya pada cermin, jari-jari kelengkungan lensa adalah dua kali jarak fokusnya
(R = 2F). Untuk lensa cembung, jari-jari kelengkungan (R) dan titik fokus (f)
bertanda positif (+), sehingga lensa cembung sering dinamakan lensa positif.
35
Dalam menentukan sifat bayangan pada lensa cembung, terdapat sinar sinar
istimewa yang dapat kita gunakan. Sinar-sinar istimewa ini diperoleh dari
penerapan hukum pembiasan (Snellius).
Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung:
a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus (F1) di
belakang lensa.
b) Sinar datang menuju titik fokus di depan lensa (F2) akan dibiaskan sejajar
sumbu utama.
c) Sinar yang datang melewati pusat optik lensa (O) diteruskan, tidak dibiaskan.
Ketiga sinar istimewa diatas diperoleh dari penerapan Hukum Pembiasan
(Snellius).
Seperti halnya pada cermin cekung dan cermin cembung, hubungan jarak
benda (𝑠), jarak bayangan (𝑠′), jari-jari kelengkungan cermin (𝑅), dan jarak fokus
(𝑓) dinyatakan oleh persamaan:
1 1 1
= +
f s s'
Keterangan : f = jarak fokuslensa ( cm )
s = jarak benda ( cm )
s’ = jarak bayangan ( cm)
jari-jari kelengkungna lensa adalah dua kali jarak fokusnya, R = 2f, atau
1
f= R sehingga persamaan di atas dapat dituliskan :
s
1 1 2
+ =
s s' R
Keterangan : s’ = jarak bayangan (cm)
s = jarak benda (cm)
R = jari-jari kelengkungan lensa (cm)
Dalam menggunakan persamaan pada cermin cekung maupun cermin
cembung, ada sejumlah aturan-aturan tanda berikut.
a) Untuk lensa cembung (+), baik f maupun R berharga positif
b) Untuk lensa cekung (-), baik f maupun R berharga negatif
c) s’ berharga positif apabila di belakang lensa (untuk bayangan nyata) dan
negatif apabila di depan lensa (untuk bayangan maya).
d) Karena benda selalu dianggap ada di depan lensa maka s selalu berharga
positif.
Pembesaran bayangan pada lensa dapat ditentukan dengan persamaan:
||
' '
h s
M = =
h s
Tanda harga mutlak (| |) menyatakan harga M selalu positif.
d. Penglihatan
Alat optik adalah alat yang prinsip kerjanya menggunakan cahaya. Alat
optik biasanya berupa benda bening yang digunakan untuk menghasilkan
bayangan melalui pemantulan atau pembiasan.
38
1) Mata
Bagian depan bola mata adalah lapisan transparan yang dikenal dengan
kornea. Kornea adalah sebuah membran tipis yang memiliki indeks bias 1,38.
Kornea ini memiliki dua fungsi, yaitu melindungi mata dan membiaskan cahaya
yang masuk ke mata. Setelah cahaya masuk melalui kornea, sebagian cahaya
kemudian diteruskan melewati pupil. Pupil merupakan bagian hitam yang berada
di tengah-tengah bola mata.
Ukuran pupil membuka dapat diatur dengan iris. Iris adalah bagian yang
berwarna dari mata. Sebagian orang memiliki warna iris yang kebiru-biruan.
tetapi, kebanyakan di negara kita berwarna coklat atau coklat kehitaman. Iris
merupakan sebuah sekat yang mampu membesarkan dan mengecilkan ukuran
mata membuka. Dalam cahaya terang, iris mengatur ukurannya untuk
mengecilkan pupil membuka dan membatasi jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Dan sebaliknya, di dalam cahaya yang suram atau gelap, iris mengatur ukurannya
untuk memaksimalkan ukuran pupil membuka agar lebih banyak cahaya yang bisa
masuk ke mata.
Cahaya yang melewati pupil, kemudian memasuki lensa mata. Lensa mata
yang bening terbuat dari lapisan material fiber yang memiliki indeks bias 1,4.
Lensa bersifat fleksibel sehingga fokusnya dapat diatur. Lensa mata mampu
mengubah bentuknya agar proses melihat dapat berjalan dengan baik. Pada lensa
mata melekat otot-otot siliari. Otot-otot ini berelaksasi dan berkontraksi agar lensa
dapat diubah-ubah bentuknya. Dengan mengatur bentuk lensa secara perlahan-
lahan, maka otot siliari ini memiliki tugas yang penting dalam pembentukan
bayangan pada mata.
39
c) Presbiopi (mata tua) adalah cacat mata yang disebabkan oleh menurunnya daya
akomodasi mata karena usia lanjut. Penderita presbiopi dapat ditolong dengan
kacamata berlensa rangkap (bifokal).
2) Struktur mata serangga
Saat kamu mengambil gambar suatu benda dengan sebuah kamera, cahaya
dipantulkan dari benda tersebut dan masuk ke lensa kamera. Kamera memiliki
diafragma dan pengatur cahaya (shutter) untuk mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke dalam lensa. Jumlah cahaya yang tepat akan diperoleh foto atau gambar
yang jelas. Sementara itu, untuk memperoleh foto yang tajam dan tidak kabur
perlu mengatur fokus lensa. Bayangan nyata, terbalik, dan lebih kecil dari benda
aslinya.
2) Kaca pembesar ( Lup )
Sebuah kaca pembesar menempatkan objek tersebut lebih dekat ke mata kita
sehingga objek tersebut menghadapi sudut lebih besar. Seberapa besar suatu objek
terlihat dengan mata dan seberapa jelas kita dapat melihat bagian-bagan kecil pada
objek tersebut, bergantung pada ukuran bayangan objek tersebut pada retina.
3) Mikroskop
Mikroskop menggunakan dua lensa okuler dan dua lensa objektif. Lensa
okuler adalah lensa yang posisinya dengan mata pengamat. Lensa objektif adalah
lensa yang posisinya dekat dengan objek/ benda yang sedang diamati. Fungsi dari
mikroskop adalah untuk mengamati benda-benda yang bersifat mikroskopis.
Baik lensa okuler maupun lensa objektif merupakan lensa cembung yang
memiliki fokus yang berbeda. Benda yang diamati ditempatkan pada sebuah kaca
objek dan disinari dari bawah. Cahaya melalui lensa objektif dan membentuk
bayangan nyata dan diperbesar. Bayangan itu diperbesar, sebab benda itu terletak
di antara satu dan dua jarak fokus lensa objektif. Selanjutnya, bayangan nyata
diperbesar lagi oleh lensa okuler untuk menghasilkan bayangan maya dan
diperbesar.
4) Teleskop
Teleskop adalah alat optik yang dapat membuat benda-benda yang berada
pada tempat yang jauh menjadi terlihat dekat. Ada dua tipe dasar teleskop, yaitu
teleskop pembias dan teleskop pantul.
42
B. Kerangka Pikir
Pada materi indera pengelihatan dan alat optik peserta didik mengalami
kesulitan membedakan sifat-sifat cahaya, bagian-bagian mata, pembentukan
cahaya pada cermin, alat optik yang dapat ditemui peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, dan gangguan yang terdapat pada indera pengelihatan. Untuk itu perlu
dilakukan teknik penyampaian materi yang menarik peserta didik untuk belajar
agar materi pembelajaran mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.
Berhasil tidaknya tergantung dari strategi belajar yang dilakukan oleh pendidik.
Agar tujuan pembelajaran tercapai, pendidik harus menyusun rencana
pembelajaran secara efektif dan efisien. Pendidik harus menentukan media yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik yang berada pada tahap operasional
konkrit, meskipun pada buku pegangan peserta didik sudah terhapat media
gambar dan teks bacaan, pendidik dapat menggunakan media yang lain untuk
menunjang hasil belajar peserta didik, sehingga peserta didik tidah hanya terpacu
pada media yang terdapat pada buku pegangan peserta didik dan kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Pemilihan media sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran terutama untuk membantu peserta didik
dalam belajar terutama pada pembelajaran IPA, penggunaan alat peraga yang
sesuai degan materi dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik dan
mengkongkritkan suatu materi yang abstrak.
Salah satu model yang pembelajaran yang dapat diterapkan adalah inkuiri.
Menurut Suyanti (2010), pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik yang memiliki peran untuk mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator untuk
mendorong peserta didik dapat mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan ( Pramudyan,
2020)
Kegiatan inkuiri terbimbing fokus pada inti konsep dan prosesnya sehingga
mendorong dan menumbuhkan pemahaman yang mendalam mengenai materi dan
juga mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Tahapan dalam inkuiri
terbimbing akan membuat siswa lebih aktif dalam belajar karena siswa tidak
43
hanya membaca dan mendengarkan saja, tetapi siswa juga berpikir dan melakukan
kerja untuk menemukan pengetahuannya. Tahapan pembelajaran inkuiri
terbimbing memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan cara berpikir dan
cara bekerja seperti para ilmuwan. Proses yang terjadi selama pembelajaran,
meliputi proses mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan penjelasan dan
hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, menganalisis data eksperimen,
menarik kesimpulan, dan menemukan teori ( Alhudaya, 2018).
Proses pembelajaran
Keterampilan proses sains dan hasil belajar yang diajar dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA lebih
tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
penelitian ini yaitu terdapat pengaruh keterampilan proses sains dan hasil belajar
IPA peserta didik di SMP Negeri 3 Makassar dengan menggunakan alat peraga
KIT IPA melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok
indera penglihatan dan alat optik.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian esperimen semu ( Quasi Experiment
Design). Penelitian ini melibatkan peserta didik yang terbagi menjadi dua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT
IPA dan kelas kontrol diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
langsung.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain “ Nonequivalent Control Group Design”
(Sugiyono, 2014) menjelaskan pada desain ini kelompok ekperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Kedua kelas tersebut diberi pretest-
posttest dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan. Dalam desain
ini kedua kelompok terlebih dahulu diberi tes awal (pretest) dengan tes yang
sama. Kelompok ekperimen diajarkan menggunakan model pembeajaran inkuiri
terbimbimbing dan kelas kontrol diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran
Keterangan :
46
O1 : Hasil pretest keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen yang diajar menggunaka model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga KIT IPA.
O2 : Hasil posttest keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen yang diajar menggunaka model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan alat Peraga KIT IPA
O3 : Hasil pretest keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen yang diajar menggunaka model pembelajaran
konvensional
O4 : Hasil posttest keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen yang diajar menggunaka model pembelajaran
konvensional.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2014).
Adapun variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan model pembelajaran konvensional
b. Variabel terikat dalam pnelitian ini adalah keterampilan proses sains dan hasil
belajar.
4. Peningkatan hasil belajar adalah kategori N- gain yang diperoleh dari data
pretest dan postest peserta didik setelah mengerjakan soal tes hasil belajar.
Soal tes hasil belajar peserta didik dikmbangkan dalam bentuk soal objektif
pilihan ganda berdasarkan indikator materi cahaya dan alat optik yang
mencakup ranah C1- C4, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan
keterampilan proses sains peserta didik maka digunakan persamaan N-gain.
Gain adalah selisih antara nilai postest dan pretest, yang menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep pesera didik setelah
pembelajaran dilakukan pendidik
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi dalam tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan akhir yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Membuat surat izin untuk melakukan observasi awal di SMP Negeri 3
Makassar
b. Melakukan observasi di lokasi penelitian dan menentukan kelas yang akan
dijadikan objek penelitian.
50
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan dan mengolah data dari hasil penelitian
b. Menganalisis data dengan statistik deskriktif dan statistik inferensial serta
menyusun pembahasan.
c. Menarik kesimpulan dan menyusun laporan akhir penelitian
x=
∑ xi
n
(Sudjana, 2005)
b. Standar deviasi diperoleh dari persamaan :
S 2 = ∑ ¿¿ ¿
(Sudjana, 2005)
c. Varians diperoleh dari persamaan
S = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿
(Sudjana, 2005)
54
Keterangan :
S = nilai standar deviasi
S2= Varians
xi = nilai x ki –i
x = Rata-rata
n = ukuran sampel
i=1 Ei
(Sudjana,2005)
Keterangan :
x2 = Chi-Kuadrat
k = banyak kelas interval
Oi = freuensi pengmatan
Ei = frekuensi harapan
b. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas menunjukkan data hasil penelitian berdistribusi
normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas dari sampel penelitian. Uji
ini bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel pada setiap kelompok
mempunyai varian yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus Fisher atau disebut juga perhitungan uji F
dengan rumus:
varians besar
F=
varians kecil
(Sudjana,2005)
Kriteria pengujiannya adalah :
Jika F hitung ¿F tabel maka data dinyatakan bersifat homogen. Sebaliknya jika F
hitung ¿F tabel maka data dinyatakan tidak homogen, dengan derajat kebebasan
penyebut dan pembilang dk = n – 1, dengan taraf signifikasi α = 0,05.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui jawaban dari hipotesis yang telah
diajukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
56
berbantuan alat peraga KIT IPA terhadap Keterampilan Proses sains dan Hasil
Belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar pada materi pokok
cahaya dan alat optik.
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotess yang telah
diajukan. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji – t satu pihak yaitu uji pihak
kanan dengan seperti berikut :
x 1−x 2
t hitung =
√
S
(
1 1
+ ¿) ¿
n 1 n2
( Sudjana, 2005)
dimana,
2 ( n1 −1 ) S 12 + ( n2−1 ) S 22
S=
n1+ n2−2
(Sudjana, 2005)
Keterangan :
Kriteria pengujian:
DAFTAR PUSTAKA
Alhudaya, M. T., Arif, H., & Suoriyono, K. 2018. Pengaruh Inkuiri Terbimbing
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Optik
Siswa Kelas VIII. Jurnal Pendidikan, 3 (11), 1398-1404.
Anisah, S., Subiki & Bambang, S. (2018). Analisis Keterampilan Proses Sains
Siswa SMA pada materi kinematika gerak lurus. Jurnal Edukasi, 5 (8).
Djola, T. A., Tirtawaty, A., & Nova, E. N. 2021. Pengaruh Modl Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbantuan Simulasi PhET Terhadap Keterampilan
Proses Sains Siswa pada Materi Pemantulan dan Pembaiasan Cahaya.
Jurna Pendidikan Fisika Tadulako Online, 9 (2) 1-6
58
Fauji, M.M., D. A. S., Tohari, M.Si., A., Linawati, M.S., Nurdiwati, M.S.A., D.,
Agus Sumantri, M.M., B., Lukiani, M. Pd., D. E. R. M., & Purnomo,
M.M., H. (2020). Restrukturisasi Ekonomi Dan Bisnis Di Era Covid 19.
In D. A. S. Fauji, M.M (Ed), Buku Seminar ( 2020th Ed., P, 22).
Fakulytas Ekonomi.
Gazali, A., Hidayat, A., & Yuliati, L. (2015). Efektivitas Model Siklus Belajar 5E
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Jurnal Pendidikan Sains, 3(1), 10—16.
Kardi, S., & Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Press.
Kuhlthau, C.C & Todd R.J. 2006. Guided Inquiry: A framework For Learning
through school libraries in 21 st century schools.
Mun’im, A., Satnur, M.A., & Yunus, S. R. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar IPA Peserta didik.
Proceeding. Makassar . Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNM.
Prasetyarini, A., Siska, D. F., & Wakhid, A. 2015. Pemanfaatan Alata Peraga IPA
untuk Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa SMP Negeri I
Bulus Pesantren Kebumen Tahun pelajaran 2012/2013. Radiasi, 2 (1).
Wisudawati, A., & Eka. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA . Jakarta : Bumi
Aksara
Wulandasari, C., Abdul, M., & Sitti, S. 2019. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga
KIT IPA Melalui Model Pembelajaran Tipe STAD Terhadap Hasil
Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 3 Pallannga Kabupaten
Gowa. Jurnal IPA Terpadu, 2 (2), 18-23.
60
Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L., & Wayan, L. (2017). Buku Guru Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Kemendikbud.