Anda di halaman 1dari 46

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING

CYCLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI


POKOK SUHU DAN KALOR KELAS XI TEKNIK SEPEDA MOTOR

SMK NEGERI 2 BAUBAU

Disusun Oleh :
HARNI RAHMAN, S.Pd

NIP. 19800727 200312 2 011

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMK NEGERI 2 BAUBAU


v
LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian Tindakan Kelas :


PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS
XI.TEKNIK SEPEDA MOTOR SMK NEGERI 2 BAUBAUI

Oleh

Nama : HARNI RAHMAN, S.Pd

NIP : 19800727 200312 2 011

Pangkat Golongan : Penata Tingkat 1 / III d

Jabatan : Guru SMK Negeri 2 Baubau

Alamat rumah : Jln. Sipanjonga No. 3 Kel. Lamangga Kec. Muruhum Kota
Baubau

Telah mendapat pengesahan dari pihak yang berwenang

Baubau, Agustus 2015


Kepala
Perpustakaan SMKN 2 BAUBAU Penulis

LAODE ZARMIN, S.Pd., M.Pd. HARNI RAHMAN, S.Pd


NIP. 19671231 199102 1 006 NIP. 19800727 200312 2 011

Mengetahui,
Kepala SMKN 2 BAUBAU

LA SAFINI, S.Pd.
NIP. 19600818 198103 1 020

v
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT saya sampaikan keharibaanNya, yang telah menuntun,
membimbing dan meridhoi sehingga terselesainya penelitian ini, dan saya sampaikan
ucapan terima kasih kepada :

1. Bpk LA SAFINI, S.Pd. selaku Kepala sekolah SMKN 2 BAUBAU


2. Rekan – rekan Guru SMKN 2 BAUBAU
3. Suami dan Anak saya yang tercinta
4. Siswa kelas XI TEKNIK SEPEDA MOTOR SMKN 2 BAUBAU
5. Serta semua pihak yang telah membantu dan partisipasinya sehingga
penulisan PTK dapak terselesaikan

Dan sebuah harapan kritik dan sarannya, sebab saya menyadari hasil penulisan ini
jauh dari kesempurnaan.
Semoga penelitian ini dapat membawa manfaat, masalah untuk kemajuan
pendidikan pada masa yang akan datang.

Baubau, Agustus 2015


Penulis

Harni Rahman, S.Pd.


NIP. 19800727 200312 2 011

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………. 3

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

E. Definisi Operasional .................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Belajar dan Mengajar ...................................................................... 5

B. Prinsip-Prinsip Belajar-Mengajar ................................................................... 7

C. Belajar Fisika ................................................................................................. 9

D. Model Pembelajaran Learning Cycle ............................................................. 10

E. Aktivitas Belajar ............................................................................................. 11

F. Hasil Belajar.................................................................................................... 12

G. Penelitian Yang Relevan................................................................................. 13

H. Hipotesis Tindakan........................................................................................ 14

v
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 15

B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 15

C. Subjek Penelitian ........................................................................................... 15

D. Faktor yang Diteliti ........................................................................................ 15

E. Prosedur Penelitian....................................................................... ............... 15

F. Kriteria Keberhasilan Tindakan ...................................................................... 19

G. Data dan Teknik Pengambilan Data............................................................... 19

H. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ..................................................................................... 22


B. Analisis dan Pembahasan……. ............................................................................... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 39

B. Saran .................................................................................................................……39

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 41

LAMPIRAN

v
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang
lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan
pnerkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem
nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar
sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan
penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi
anak adalah mata pelajaran Fisika.

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan


tcknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagaj ilmu yang mempelajari
fenomena alam, fisika memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup
selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta
pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa
pemahaman yang baik tentang fisika. Oleh karena itu fisika dipandang penting untuk
diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama,
selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan
sebagai wahana untuk menumbuhkan kembangkan kemampuan berpikir yang berguna
untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran
fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik
dalam pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan
teknologi.

Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya


bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal
siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata, hal ini

v
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu belajar merupakan proses
adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya
stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk kedalam
struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang disebut
kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah. Dengan demikian jelas
bahwa tahap berfikir anak usia SMK harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan
pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya.
Berdasarkan hasil observasi di SMK Negeri 2 Baubau khususnya terhadap
proses pembelajaran menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran berlangsung, guru
diawal pembelajaran kurang memberikan apersepsi dan langsung menulis materi di
papan tulis, kemudian siswa disuruh mencatat materi tersebut, setelah siswa
mencatat guru langsung menjelaskan materi, ketika guru menjelaskan beberapa siswa
sibuk dengan urusannya sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru.Guru
cenderung aktif mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan
siswacenderung pasif dalam menerima informasi, pengetahuan dan keterampilan guru.
Guru juga lebih senang memilih strategi yang cepat dan praktis untuk mentransfer ilmu
pengetahuan di banding dengan menggunakan metode yang membuat siswa aktif.
Akibatnya siswa yang sebelumnya kreatif dan kritis menjadi apatis dalam pembelajaran.
Peneliti telah melakukan observasi awal dalam kelas, ditemukan bahwa
aktivitas keterlibatan belajar siswa dalam pembelajaran fisika di kelas hanya sekitar
40 - 50%. Persentase aktivitas ini menunjukan bahwa siswa dalam kelas tersebut hanya
setengahnya yang melakukan aktivitas. Pada tahun ajaran sebelumnya rata-rata
ketuntasan individu siswa baru mencapai 61,60 dengan KKM 67. Selain hasil belajar
masih rendah pembelajaran yang dilaksanakan guru lebih banyak menekankan pada
aspek pengetahuan dan pemahaman, sedangkan aspek aplikasi, analisis, dan evaluasi
hanya sebagian kecil dari pembelajaran yang dilakukan. Guru selama pembelajaran lebih
banyak memberikan ceramah yang hanya menyampaikan produk sains saja. Hal ini
menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya berfikirnya dalam
dalam mengembangkan aplikasi konsep yang telah dipelajaridalam kehidupan nyata.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti mencoba menerapkan model
pembelajaran Learning Cycle dalam pembelajaran fisika. Karena pembelajaran yang
mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan

v
siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, dengan kata lain siswa lebih
berpengalaman untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi. Latar belakang di atas mendorong penulis untuk megambil
fokus penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme Model
Learning Cycle untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok
Suhu dan Kalor Kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian


ini adalah :
1. Bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK
Negeri 2 Baubau yang di ajar dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle pada materi pokok suhu dan kalor?
2. Bagaimana gambaran hasil belajar Fisika siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK
Negeri 2 Baubau yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle pada materi pokok suhu dan kalor?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK
Negeri 2 Baubau yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle pada materi pokok suhu dan kalor?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2
Baubau pada materi pokok suhu dan kalor yang diajar dengan model pembelajaran
Learning Cycle
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2
Baubau yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK
Negeri 2 Baubau yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle

v
D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang berarti
sebagai berikut :
1. Bagi guru : dengan penerapan model pembelajaran ini, Guru dapat: (a)
mengorganisir siswa dan mentransfer informasi lebih mantap, (b) dan dengan
dilaksankannya penelitian ini, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
model pembelajaran di kelas, sehingga konsep-konsep yang diajarakan oleh guru
dapat dikuasai oleh siswa
2. Bagi siswa : dengan model Learning Cycle diharapkan siswa lebih tertarik terhadap
pelajaran Fisika, aktivitas dan hasil belajarnya juga diharapkan dapat meningkat
karena siswa akan terbiasa belajar secara aktif dalam kelompok untuk
menyelesaikan masalah-masalah Fisika
3. Bagi sekolah : hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif pada sekolah
dalam rangka perbaikan kualitas, proses dan hasil pembelajaran.

E. Definisi Operasional

Mengingat luasnya penelitian ini, maka masalah yang diangkat dibatasi pada
model pembelajaran Learning Cycle, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa setelah
pembelajaran berlangsung, yakni :
1. Pembelajaran kostruktivisme model Learning Cycle adalah siklus pembelajaran yang
berfokus pada aktivitas siswa dan Guru sebagai fasilitator serta pengontrol kegiatan
pembelajaran yang tingkat pembelalajaranya meliputi eksplorasi, pengenalan
konsep, dan aplikasi konsep.
2. Metode konvensional adalah metode pembelajaran yang penyampaianya lebih
banyak didomonasi Guru sementara siswa lebih bersikap pasif dalam menerima
pengetahuan
3. Hasil belajar Fisika adalah nilai yang diperoleh siswa setelah diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Learning Cycleyang diukur dengan tes hasil
belajar.

v
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Belajar Mengajar
a. Belajar

Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan


tentang pengertian belajar ini, dimana mereka mengemukakanya sesuai dengan bidang
keahlian mereka masing-masing. Dimana pendapat mereka yaitu seperti yang
dikemukakan berikut.

Djamarah (2002), merumuskan belajar. James Whitataker merumuskan belajar


sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Senada dengan James, Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu
aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Adapun Howard mengatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam
arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan
diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari suatu pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik Djamarah (2002).
Sejalan dengan hal tersebut di atas, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya
sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.

b. Mengajar

Slameto (2003) mengemukakan masalah mengajar telah menjadi persoalan para


ahli pendidikan sejak dahulu hingga sekarang. Pengertian mengajar mengalami
perkembangan, bahkan hingga dewasa ini, belum ada defenisi yang tepat bagi semua
v
pihak mengenai mengajar itu. Pendapat yang dilontarkan oleh para pendidik ialah untuk
mendapatkan jawaban mengenai apakah mengajar itu? Untuk mencari jawaban
pertanyaan tersebut, perlu dikemukakan beberapa teori tentang mengajar. Adapun
beberapa teori tentang mengajar yang dikemukakan yaitu sebagai berikut:

Suatu proses mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-


pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Atau usaha mewariskan kebudayaan
masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus. Defenisi dari DeQueley dan
Gazali (2003) mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara
paling singkat dan tepat.
Adapun defenisi yang paling modern di Negara-negara yang sudah maju:
mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Sedangkan guru hanya
membimbing, menunjukan jalan dengan memperhatikan kepribadian siswa.Sedangkan
defenisi dari Musell: mengajar digambarkan sebagai “mengorganisasikan belajar”,
sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi
siswa.
Itulah teori-teori mengajar yang dikaitkan dengan pengertian mengajar yang
dapat dikemukakan, sehingga para calon guru atau pembibimbing dapat membanding-
bandingkan diantara teori itu, kemudian dapat mengambil kesimpulan teori mana yang
dapat diambil, dan diterapkan didalam tugas mengajar atau memberi layanan kepada
siswa.

c. Proses Belajar Mengajar

Dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar, Abin Syamsudin (2000: 155)
mengemukakan hal-hal penting terlibat dalam proses tersebut yaitu: 1) siswa dengan
segala karakteristik/sifat/prilkau yang berusaha mengembangkan dirinya pada tahap
perkembangan yang dialaminya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar guna
mencapai tujuanya; 2) tujuan yang diharapkan tercapai setelah adanya kegiatan belajar
megajar merupakan seperangkat nilai dan tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi
atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakterisitik
kepribadian siswa; dan 3) guru yang selalu mengusahakan terciptanya situasi mengajar
sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan
mengerahkan segala sumber dan pengguna strategi mengajar yang tepat.

v
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi
dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan. Siswa perlu
dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Dalam hal ini, pengajar bukan hanya menyampaikan pesan
berupa materi pelajaran melainkan juga nilai-nilai dan sikap pada diri siswa yang sedang
belajar. Pengertian proses dalam tulisan ini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur-unsur yang satu dan lainya saling berhubungan dalam kaitan mencapai tujuan
(Usman, 1990: 17). Ketercapaian tujuan dimaksud disini adalah situasi mengajar dan
tingkat pencapaian hasil proses intruksilonal. Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar
yang salah dan terus-menerus diterapkan akan mempengaruhi struktur otak siswa, dan
yang pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang berperilaku.
Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik guru
dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Interaksi dari proses ini mempunyai arti luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan
siswa, tetapi interaksi eduktif.

B. Prinsip-Prinsip Belajar Mengajar

Rusyan (1989: 90) mengemukakan prinsip-prinsip belajar yang mendapat


dukungan psikologi modern, yaitu: 1) belajar selalu dimulai dengan suatu masalah dan
berlangsung sebagai usaha memecahkan masalah itu; 2) proses belajar merupakan
usaha untuk memecahkan atau memahami hubungan antara bagian-bagian masalah itu;
3) belajar itu berhasil bila disadari telah ditemukan hubungan antara unsur-unsur dalam
masalah itu sehingga dipeoleh insting atau wawasan. Insting dapat timbul tiba-tiba atau
dengan susah payah.
Agar memperoleh hasil yang baik, maka dalam melakukan proses belajar
mengajar perlu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip mengajar yang harus
dilakukan dan direalisasikan dalam pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip mengajar
tersebut menurut Rusyan (1989: 91) adalah sebagai berikut:
a. Apersepsi
Apersepsi bertitik tolak dari mental states atau kesan-kesan atau sensasi-sensasi.
Pengalaman-pengalaman merupakan integrasi dari unsur-unsur: 1) kesan-kesan

v
tedahulu; 2) bayangan atau tanggapan terdahulu yang telah terasosiasi; dan 3) senang
atau tidak senang.
b. Motivasi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poewadarminta, 1976) dijelaskan bahwa


motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebab-sebab yang menjadi dorongan atau
tindakan seseorang.

Woodwort dalamPasaribu dan Simanjuntak (1993) menyatakan bahwa suatu


motif adalah kumpulan kegiatan tertentu yang dapat dilakukan oleh individu untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motif adalah kehendak dorongan
dari diri seseorang untuk melakukan kegiatan, dan supaya kegiatan tersebut dapat
terlaksana maka diperlukan motivasi dari orang tersebut. Kata motif dan motivasi
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainya karena motivasi
merupakan penjelmaan dari motif. Jika motif merupakan dorongan yang menggerakan
seseorang untuk berbuat, maka motivasi adalah proses pembangkit gerakanya sehingga
kemudian orang tersebut melakukan suatu tindakan. Menurut Donald dalamLambertus
(1995) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya rasa dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Mc Donald dalam Hamalik (2001) mengatakan bahwa motivasi berprestasi
adalah harapan untuk memperoleh kepuasaan dalam penguasaan perilaku yang
menantang dan sulit. Winkel (1984) mengemukakan motivasi berprestasi adalah suatu
motivasi intrinsik yaitu daya penggerak dalam diri seseorang untuk mencapai prestasi
belajar setinggi mungkin demi penghargaan diri sendiri. Ukuran mengenai taraf setinggi
mungkin itu ditentukan oleh diri siswa itu sendiri. Kalau taraf yang ditentukan tersebut
tercapai, maka siswa merasa puas dan memberikan pujian kepada dirinya sendiri, kalau
tidak demikian maka siswa tersebut merasa kecewa.

Motivasi adalah dorongan yang timbul karena tingkah laku dan kegiatan
manusia. Dalam proses belajar mengajar, aspek motivasi ini penting karena: 1) motivasi
memberi semangat terhadap seseorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya; 2)
motivasi-motivasi penguatan merupakan pemilih dari kegiatan dimana seseorang

v
berkeinginan melakukanya; 3) motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku; 4)
aktivitas.
Dalam proses belajar mengajar, keaktifan peserta didik merupakan hal yang
sangat penting dan perlu diperhatikan olehg guru sehingga proses belajar yang
ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal.

C. Belajar Fisika
Salah satu dari indikator perubahan-perubahan yang terjadi pada individu
setelah mengalami proses belajar dapat berupa prestasi belajar. Pengungkapan prestasi
belajar ini biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun guru atau tim
penilai. Menurut Hudoyo (1979) belajar adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan
atau pengalaman, sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia secara tepat.
Seorang siswa dikatakan mempunyai kemampuan belajar apabila sanggup
memperthankan secara terus menerus, atau dengan kata lain bahwa siswa tersebut
tidak melupakan pelajaran yang diterimanya. Lebih lanjut, Sadirman (1987: 22)
menyatakan bahwa belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
keterampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengar
dan lain sebagainya.
Salah satu ciri pendidikan Fisika adalah bahwa Fisika lebih dari sekedar kumpulan
fakta-fakta. Bagaimanapun juga, kebanyakan anak tidak berkembang dalam hal
pemahaman konsep-konsep ilmiah apabila prosesnya terintegrasi dan bersifat fleksibel.
Sebagai contoh, mereka dapat menghafalkan berbagai konsep dan fakta, tetapi tidak
dapat menggunakanya untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan yang
berhubungan dengan konsep tersebut (Sumaji, 1997: 118). Konsekuensinya, untuk
memperkecil permasalahan ini, pembelajaran fisika di sekolah diharap dapat
memberikan berbagai penulusuran yang relevan. Dalam mempelajari fisika maka
seseorang siswa harus memperhatikan beberapa hal yaitu: 1) komponen yang
merupakan bagian-bagian dalam sistem atau diluar sistem yang berupa benda.
Komponen ini merupakan komponen yang teramati oleh indera maupun komponen
yang tidak teramati oleh indera; 2) volume, ukuran, warna dan sebagainya; 3) aturan
yaitu aturan yang berkaitan dengan konsep fisik; dan 4) syarat adalah hal yang
menentukan kapan konsep itu berlaku. Di dalam pelajaran Fisika konsep-konsep

v
(rumus-rumus) dibentuk secara ideal sehingga penggunaanya harus memperhatikan
syarat-syaratnya (Depdikbud, 2000: 42).
Pembelajaran fisika di sekolah diharap memberikan berbagai pengalaman pada
anak yang mengizinkan mereka untuk melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang
relevan. Anak juga didorong untuk memberikan penjelasan atas pengamatan mereka
dalam diskusi kelas dan melalui tulisan. Manakala fisika hanya diajarkan melalui hafalan,
anak yang kerap kali memiliki pengetahuan awal yang kaya akan berbagai fenomena
tidak dapat mempergunakan pengetahuan mereka dalam proses belajarnya. Belajar
fisika seharusnya memberikan kesenangan intelektual bagi anak dalam membongkar
seluk-beluk dan memperbaiki berbagai macam konsep yang masih keliru. Pembelajaran
fisika menjadi sangat berarti bila di ajarkan sedemikian sehingga anak menjalani suatu
proses perubahan konsepsi.
Dengan demikian belajar fisika merupakan suatu bentuk belajar yang dilakukan
secara sadar dan terencana serta dalam pelaksanaanya dibutuhkan suatu proses aktif
individu dalam memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan
tingkah laku.
D. Model Pembelajaran Learning Cycle
Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu tidak dapat ditransmisi
langsung oleh guru kedalam pikiran siswa, melainkan proses perubahan ini memerlukan
konstruktif aktif oleh si pembelajar (Glynn & Duit, 1995: 35). Untuk mengkonstruksi
makna baru, siswa harus mempunyai pengalaman mengadakan keterampilan proses,
seperti keterampilan observasi, mengklasifikasi, mengidentifikasi dan lain sebagainya.
Jadi, inti dari pandangan konstruktivisme adalah pengetahuan seseorang itu merupakan
hasil konstruksi individu melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungan.
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Karplus dalam proyek science
curiculum inprovment study pada tahun 1970 yan terdiri atas tiga fase yaitu :
a. Eksplorasi
Pada fase ini Guru berperan secara tidak langsung. Guru merupakan fasilitator
dan membantu. Siswa secara langsung diberi kesempatan menggunakan pengetahuan
awalnya dalam mengobservasi, memahami fenomena alam dan mengkomunikasikanya

v
pada orang lain. Peran siswa sangat aktif pada fase ini, mereka manipulasi materi yang
dibagikan Guru.
b. Pengenalan konsep
Pada fase ini, guru mengontrol langsung pengembangan konsep yang dilakukan
siswa dan membantu dalam mengidentifikasi konsep serta menghubungkan antara
konsep yang telah mereka dapat pada fase eksplorasi.
c. Aplikasi konsep
Pada fase ini, siswa melakukan kegiatan menerapkan konsep sains dalam konteks
kehidupan sehari-hari atau disiplin ilmu lain dan selanjutunya menerapkan konsep pada
situasi baru.
Dengan menggunakan pembelajaran konstruktivisme model learning cycle, guru
dapat menciptakan kesempatan untuk memberikan siswa pengalaman fisik, interaksi
social, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuanya. Tahap eksplorasi memberikan siswa
pengalaman fisik dan interaksi social. Pengalaman ini mendorong asimilasi atau mungkin
menyebabkan siswa untuk bertanya tentang pikiran mereka mengenal konsep utama,
menciptakan disekuilibrasi pengalaman fisik yang membantu siswa dalam
menambahkan image mental dan gagasan baru.
Karena gagasan-gagasan dan istilah-istilah baru disampaikan dal;am
pengetahuan konsep sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan
guru dan teman-temanya, interaksi ini cukup membantu siswa mengasimilasi atau
mengakomodasi gagasan tertentu.

E. Aktivitas Belajar

Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan
proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang
telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka
sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu.
Aktifitas belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dimana siswa bekerja atau berperan aktif
dalam pembelajaran, sehingga dengan demikan siswa tersebut akan memperoleh

v
pengetahuan, pengalaman, pemahaman, dan aspek-aspek yang lain tentang apa yang
dilakukan (Hamalik, 2003: 172).
Paul D. Dierich (Hamalik, 2003: 174) membagi aktivitas atau kegiatan belajar
kelompok menjadi delapan yaitu : (1) kegiatan visual, seperti membaca, melihat gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja; (2) kegiatan-
kegiatan lisan, seperti mengemukakan fakta, atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi dan interupsi; (3) Kegiatan-kegiatan pendengaran, seperti
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio; (4) kegiatan-kegiatn menulis,
seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat rangkuman, mengerjakan tes atau angket; (5) kegiatan-kegiatan menggambar,
seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta atau pola; (6) kegiatan-
kegiatan metrik, seprti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan
pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun; (7)
kegiatan-kegiatan mental, seprti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan; dan (8) kegiatan-
kegiatan emosional seperti minap, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan
kondisi pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini adalah suatu proses belajar
mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA. Pembelajaran yang dimaksud diatas
adalah pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa, menerangkan pada
kemampuan minds-on dan hands-on serta terjadi interaksi dan mengakui adanya
konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya.
F. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tingkat keberhasilan yang dicapai
pada akhir suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan (Arifin, 1991: 13). Sehingga
hasil belajar fisika dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai dari suatu proses belajar
siswa setelah mengalami porses belajar-mengajar pada bidang fisika. Lebih spesifik
belajar, hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mencapai tujuan
intruksional yang telah disusun sebelumnya. Hasil belajar biasanya ditunjukan dengan

v
angka-angka yang diperoleh dari hail tes belajar siswa dan sebagai evaluasi dari proses
kegiatan belajar-mengajar tersebut. Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal siswa.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa penting diketahui oleh guru dalam merencanakan kegiatan belajar-mengajar
secara tepat. Secara umum, dapat didefenisikan bahwa hasil belajar adalah penguasaan
yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
Menurut Sudjana, 1990: 13 hasil belajar adalah mencerminkan tujuan pada
tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh siswa yang dinyatakan dengan angka dan
huruf. Dalam bidang Fisika hasil belajar yang dimaksud adalah tingkat penguasaan
materi setelah proses evaluasi diberikan, sebagai tolak ukur kemampuan siswa setelah
proses belajar-mengajar berlangsung.
Hasil belajar yang diciptakan setelah terjadinya proses belajar itu, merupakan
bukti utama dari proses belajar karena didalamnya akan menampakan suatu perubahan
tingkah laku sebagai cermin yang nyata dari kegiatan belajar yang khas, karena setiap
macam kegiatan akan menghasilkan perubahan yang khas pula yaitu belajar.
Dari pengertian diatas, dapat dinyatakan bahwa hasil belajar Fisika adalah
perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai
pengetahuan tetapi kemampuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan sikap,
pengertian penguasaan dan penghargaan dalam diri individu yang belajar. Hasil belajar
merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa setelah pembelajaran dalam selang
waktu tertentu, yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu.
Hasil belajar yang dimaksud dengan penelitian disini adalah hasil belajar siswa
kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau yang berupa nilai atau skor yang
diperoleh setelah diberikan tes setelah akhir siklus.

G. Penelitian yang relevan


Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah hasi penelitian yang
dilakukan oleh Ariadi (2004) menyimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivisme
dengan model Learning Cycle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

v
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar dan aktivitas aktivitas siswa kelas
XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau melalui pembelajaran konstruktivisme
dengan model Learning Cycle.

v
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang khas
dalam penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan atau (aksi) tertentu untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dikelas ini dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran Learning Cycle sebagai alternatif tindakan untuk meningkatrkan aktivitas
dan hasil belajar Fisika pada siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubaui
pada materi pokok Suhu dan Kalor.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016
yang bertempat di SMK Negeri 2 Baubau

C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2
Baubau yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

D. Faktor yang Diteliti


Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Faktor siswa: untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
mempelajari fisika khususnya pada kompetensi dasar menguasai konsep suhu dan
kalor dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle
b) Faktor guru: memperhatikan bagaimana guru mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle khususnya
pada kompetensi dasar menguasai konsep suhu dan kalor.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
dengan menyelidiki variabel penelitian yaitu hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle pada kompetensi dasar menguasai
konsep suhu dan kalor .

v
 Desain Penelitian
Tindakan kelas ini merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau

siklus seperti gambar berikut:

Model Pelaksanaan Siklus


Permasalahan
Pembelajaranlearni RPP 1&2 I
ng cycle

Refleksi Evaluasi I Observasi I

Belum Terselesaikan

Model Pelaksanaan
Permasalahan Siklus
Pembelajaranlearnin RPP 3
II
g cycle

Terselesaikan Refleksi Evaluasi II


Observasi II

Gambar 1. Rancangan dan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus.
Siklus 1 dilaksanakan dua kali pertemuan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai,
seperti apa yang didesain dalam faktor yang diselidiki, untuk melihat sejauh mana
pemahaman siswa pada pada kompetensi dasar menguasai konsep suhu dan kalor.
Dengan mengacu pada gambar 1, maka prosedur penelitian tindakan ini meliputi : 1)
perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) observasi dan evaluasi; 4) refleksi dalam
setiap siklus.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai
berikut :

v
a. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini meliputi:
1) Peneliti mengidentifikasi masalah pembelajaran serta memilih kelas yang paling
rendah hasil belajarnya. Kemudian menetapkan alternatif tindakan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran fisika yaitu menerapkan model
pembelajaran Learning Cycle dalam pembelajaran dengan materi suhu dan kalor.
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada kompetensi dasar
menguasai konsep suhu dan kalor.
3) Membuat LKS pada sub pokok bahasan suhu dan kalor, dan perpindahan kalor dan
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan demonstrasi.
4) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa
memahami konsep-konsep fisika dengan baik.
5) Mendesain dan merencanakan siklus penelitian yang terdiri atas 2 siklus yang
dengan mempertimbangkan alokasi waktu pelajaran dalam silabus, yang diuraikan
sebagai berikut:
1. Siklus 1
Perencanaan pelaksanaan penelitian pada siklus 1 terdiri dari beberapa tahap
yaitu:
a. Perencanaan tindakan
Merencanakan tindakan pembelajaran untuk mengatasi kurang aktifnya siswa dalam
pembelajaran dan rendahnya hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Learning Cycle pada materi suhu dan kalor.
b. Pelaksanaan pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle
c. Analisis data evaluasi
Menganalisis atau mengaevaluasi aktivitas dan hasil belajar pada siklus 1, dimana
aktivitas siswa dalam pembelajaran masih tergolong cukup, demikian juga dengan
hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Merefleksi atau mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar pada siklus 1 antara guru
dan peneliti setelah pembelajaran di kelas, kemudian menentukan tindakan

v
perbaikan pembelajaran pada siklus 2. Dari analisis tersebut diatas kemudian
direncanakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran siklus 2.

2. Siklus II
Perencanaan pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus 2 terdiri dari beberapa
tahap, yaitu:
a. Perencanaan tindakan
Merencanakan perbaikan tindakan pembelajaran dan siklus 1 dengan memperbaiki
tahapan pelaksanaan pembelajaran Learning Cycle dari siklus 1 dalam materi pokok
bahasan suhu dan kalor
b. Peleksanaan pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle
c. Analisis data evaluasi
Menganalisis atau mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa siklus 2, dimana
aktivitas siswa dalam pembelajaran masih tergolong baik, demikian juga dengan
hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Merefleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 antara guru dan peneliti setelah
pembelajaran di kelas. Akibat adanya aktivitas belajar siswa semakin baik dalam
pembelajaran dan juga hasil belajar siswa yang sudah tergolong baik, maka
pelaksanaan penelitian ini sampai pada siklus 2.
e. Merancang dan membuat instrumen peneliti sehubungan dengan materi yang
diajarkan yang terdiri atas tes uji coba hasil belajar, tes hasil belajar untuk setiap
siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang telah dirancang dan akan dilaksanakan oleh peneliti yang
merupakan guru Fisika SMK Negeri 2 Baubau. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle
c. Observasi
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat dan mengamati guru dalam kelas selama melaksanakan tindakan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle. Pengamatan juga dilakukan

v
terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan
dampak yang ditimbulkan dari perilaku guru terhadap siswa selama proses
pembelajaran setiap kali pertemuanya.
d. Evaluasi
Evalausi dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Evaluasi
tersebut digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan hasil belajar
terhadap materi pokok materi yang diajarkan. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes
hasil belajar yang disusun peneliti. Bilamana secara klasikal minimal 75% siswa telah
mencapai nilai paling rendah 6,7 maka tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.
e. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis. Selanjutnya
dilakukan pertimbangan-pertimbangan tentang kelemahan dan keunggulan dari model
pembelajaran yang dilakukan. Selain itu juga dipikirkan harapan dan peluang untuk
menyempurnakan model pembelajaran tersebut. Kelemahan-kelemahan atau
kekurangan-kurangan yang terjadi pada setiap siklus akan dikurangi, sedangkan
keunggulanya akan dioptimalkan pada siklus berikutnya.
F. Kriteria Keberhasilan Tindakan
a. Secara individu, jika hasil belajar fisika siswa yang menjadi subjek penelitian telah
mencapai ketuntasan belajar minimal 67 atau 6,7 (KKM dari sekolah).
b. Secara klasikal, jika jumlah siswa yang telah mencapai tingkat pencapaian ketuntasan
belajar ≥ 67 dalam penelitian ini adalah minimal 75%.
G. Data dan Teknik Pengambilan Data
a. Sumber data : yaitu guru dan siswa
b. Teknik pengambilan data :
1) Data mengenai aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi
dengan cara memberikan skor pada aspek aktivitas yang dilakukan untuk siswa
sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
2) Data hasil belajar Fisika diambil dengan menggunakan tes hasil belajar yang
dikembangkan berdasarkan ruang lingkup materi pokok suhu dan kalor dengan
bentuk tes berupa essay test yang mencakup semua indikator pembelajaran pada
siklus I dan siklus II.
H. Teknik Analisis Data

v
Data yang diperoleh dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan statistik
deskriptif yaitu digunakan untuk mendeskripsikan nilai yang diperoleh masing-masing
kelas dalam bentuk nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Membuat tabulasi data dalam bentuk skor perolehan hasil belajar tiap item soal
pada lampiran
b) Menentukan nilai hasil belajar
Dalam menentukan nilai hasil belajar siswa rentang nilai yang digunakan untuk tes
objektif dalam penilaian ini adalah 0-100, dengan rumus :
Spi
Xi   100 (Usman dan Setiawati, 2001).
Sm
Keterangan :
X i = nilai yang diperoleh siswa ke-i

Sp i = skor yang diperoleh siswa ke-i

Sm = skor maksimum yang mungkin dicapai (skor ideal).


c) Menentukan nilai rata-rata siswa
n

X i
X  i 1

n
Dengan:
_
X = nilai rata-rata
i = nilai tiap-tiap siswa
n = jumlah siswa (Sudjana, 2002:67)

21
d) Menetukan standar deviasi dengan menggunakan rumus:
2

 X  X
n

i
S 
2 i 1
(Sudjana,2002 : 93)
n 1
Keterangan:
S = standar deviasi

X = rata-rata nilai hasil belajar siswa

v
X i = nilai setiap harga X

n = jumlah data
e) Mengklasifikasikan rata-rata skor aktivtas sswa sebagai berikut :
1 ≤ Xi < 2 : kategori kurang
2 ≤ Xi < 3 : kategori cukup
3≤X<4 : kategori baik
Xi = 4 : kategori sangat baik (Ramly, 2006: 10)
f) Menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar
Nilai yang dicapai
Secara individu TB =  100%
Nilai ideal

Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan kriteria keberhasilan tindakan untuk


mengetahui:
1) Siswa yang hasil belajarnya sudah tuntas
a. Persentase jumlah siswa yang hasil belajarnya sudah tuntas, dengan menggunakan
rumus:

% tuntas =
 TB  100%
N
Keterangan:

TB  jumlah siswa yang tuntas belajar


N = jumlah siswa secara keseluruhan
Nilai rata  rata
Secara klasikal =  100%
Nilai Ideal

Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan kriteria keberhasilan tindakan khususnya


mengenai rata-rata nilai hasil belajar siswa (Sudjana, 1996: 67).

v
BAB IV

DATA, HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Deskripsi Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Belajar Mengajar Berlangsung
a. Siklus I
Data mengenai aktivitas siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2
Baubau selama pembelajaran dengan penerapan pembelajaran konstruktivisme dengan
model Learning Cycle yang di ambil dengan menggunakan lembar observasi dengan cara
memberikan skor pada aspek aktivitas yang dilakukan oleh siswa sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan oleh observer sebanyak 1 orang. Data mengenai aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Skor Aktivitas Siswa pada Siklus I

Skor Kelompok Rata-


Aspek Yang Dinilai kategori
1 2 3 4 5 6 rata

1. Siswa memperhatikan
penyampaian guru dengan
seksama dengan pembelajaran 3 3 4 4 3 3,5 3,4 B
menggunakan model learning
cycle
2. Siswa bergabung bersama anggota
kelompok dalam menyelesaiakn 3 4 3 4 3 4 3,5 B
masalah yang diberikan
(eksplorasi)
3. Siswa dalam kelompok sudah
dapat mengkonstruksi konsep 3,5 3 3,5 3 3,5 3 3,25 B
berdasarkan masalah yang
diberikan
4. Siswa dapat mempresentasikan
jawaban masalah kontekstual
dengan benar yang diberikan 3 3 3 3 3 3 3 B
(pengenalan konsep)

5. Siswa dalam kelompok lain


memberikan pertanyaan atau 2 2 3,5 3 2 2 2,4 C
tanggapan tentang hasil presentasi
jawaban masalah kontekstual

v
6. Siswa (kelompok yang
mempresentasikan) sudah
memberikan jawaban yang benar 2 1 2 2 1 2 1,7 K
tentang pertanyaan atau
tanggapan kelompok lain
7. Siswa dapat menyimpulkan 1 2 2 2 2 2 1,8 K
masalah kontekstual.
Skor Rata-Rata Aktivitas Kelompok 2,5 2,6 3 3 2,5 2,8 2,7 C

Kategori C C B B C C

Dari Tabel 4.1 di atas, menunjukkan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1
tergolong cukup, yaitu sebesar 2,7, dimana rata-rata aktivitas siswa untuk masing-
masing kelompok adalah kelompok 1 mempunyai rata-rata 2,5 kelompok 2 sebesar 2,6,
kelompok 3 sebesar 3, kelompok 4 sebesar 3, kelompok 5 sebesar 2,5 dan kelompok 6
sebesar 2,8. Dari data tersebut dapat dikategorikan aktivitas siswa pada siklus I adalah
termasuk kategori cukup meskipun ada dua kelompok berkategorikan baik.

b. Siklus II

Untuk mendapatkan gambaran aktivitas belajar siswa pada siklus 2 dapat dilihat
tabel berikut :

Tabel 4.2 Skor Aktivitas Siswa pada Siklus 2

Skor Kelompok Rata-


Aspek Yang Dinilai kategori
1 2 3 4 5 6 rata

1. Siswa memperhatikan
penyampaian guru dengan
4 4 4 4 3 3 3,7 B
seksama dengan pembelajaran
menggunakan model learning
cycle
2. Siswa bergabung bersama
anggota kelompok dalam 3 4 3 4 3 4 3,5 B
menyelesaiakn masalah yang
diberikan (eksplorasi)
3. Siswa dalam kelompok sudah
dapat mengkonstruksi konsep 4 4 4 3 4 3 3,7 B
berdasarkan masalah yang
diberikan

v
4. Siswa dapat mempresentasikan
jawaban masalah kontekstual
dengan benar yang diberikan 3 3 3 4 3 3 3,2 B
(pengenalan konsep)

5. Siswa dalam kelompok lain


memberikan pertanyaan atau
tanggapan tentang hasil 3 3 3 3 3 3 3 B
presentasi jawaban masalah
kontekstual
6. Siswa (kelompok yang
mempresentasikan) sudah
memberikan jawaban yang 2 3 2 3 3 2 2,5 C
benar tentang pertanyaan atau
tanggapan kelompok lain

7. Siswa dapat menyimpulkan 2 2 3 2 3 2 2,3 C


masalah kontekstual.
Skor Rata-Rata Aktivitas Kelompok 3 3,3 3,1 3,3 3,1 2,9 3,1 B

Kategori B B B B B B B

Dari Tabel 4.2 di atas, menunjukkan skor rata-rata aktivitas siswa mengalami
peningkatan, yang terlihat dari skor rata-rata aktivitas siswa yaitu kelompok 1 sebesar 3,
kelompok 2 sebesar 3,3, kelompok 3 sebesar 3,1, kelompok 4 sebesar 3,3 kelompok 5
sebesar 3,1 dan kelompok 6 sebesar 2,9. Dari data data tersebut, dapat dikategorikan
bahwa pada siklus II ini mengalami peningkatan dilihat dari skor rata-rata tiap
kelompoknya, meskipun ada satu kelompok yang berkategori cukup.

Distribusi skor rata-rata aktivitas siswa pada setiap siklus, dapat dilihat pada
Gambar 4.1 berikut.

rata-rata tiap siklus


4
Axis Title

3
2
1
0
1 2 3 4 5 6
SIKLUS I 2.5 2.6 3 3 2.5 2.8
SIKLUS II 3 3.3 3.1 3.3 3.1 2.9

v
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Skor Rata-Rata Aktivitas Setiap Kelompok pada Setiap
Siklus

Dari Gambar 4.1 di atas, menunjukkan skor rata-rata aktivitas siswa baik dari
siklus 1 sampai siklus 2 cenderung mengalami peningkatan yang signifikan dari
semua aktivitas yang diamati.

a. Deskripsi aktivitas siswa secara keseluruhan


Untuk melihat destribusi rata-rata aktivitas siswa pada setiap siklus persatuan
aktivitas dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.3 Rata-Rata Skor Persatuan Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus

Siklus
Aspek Yang Dinilai
I Kategori II Kategori

1. Siswa memperhatikan penyampaian guru dengan


3,4 Baik 3,7 Baik
seksama dengan pembelajaran menggunakan
model learning cycle
2. Siswa bergabung bersama anggota kelompok
3,5 Baik 3,5 Baik
dalam menyelesaiakn masalah yang diberikan
(eksplorasi
3. Siswa dalam kelompok sudah dapat
mengkonstruksi konsep berdasarkan masalah yang 3,25 Baik 3,7 Baik

diberikan
4. Siswa dapat mempresentasikan jawaban masalah
kontekstual dengan benar yang diberikan 3 Baik 3,2 Baik

(pengenalan konsep)
5. Siswa dalam kelompok lain memberikan
2,4 Cukup 3 Baik
pertanyaan atau tanggapan tentang hasil
presentasi jawaban masalah kontekstual
6. Siswa (kelompok yang mempresentasikan) sudah
1,7 Kurang 2,5 Cukup
memberikan jawaban yang benar tentang
pertanyaan atau tanggapan kelompok lain
7. Siswa dapat menyimpulkan masalah kontekstual. 1,8 Kurang 2,3 Cukup

Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa 2,7 3,1

Kategori C B

v
Dari Tabel 4.3 di atas, menunjukkan rata-rata skor persatuan aktivitas siswa
persiklus cenderung mengalami peningkatan. Pada siklus 1 rata-rata skor persatuan
aktivitas siswa adalah sebesar 2,7 yang termasuk kategori cukup, sedangkan pada
siklus 2 rata-rata skor persatuan aktivitas siswa adalah 3,1 yang termasuk kategori
baik. Pada siklus 2 terdapat beberapa aktivitas siswa yang berhasil ditingkatkan dari
kategori kurang menjadi kategori baik diantaranya adalah siswa (kelompok
mempresentasikan yang mempresentasikan) sudah memberikan jawaban yang
benar tentang pertanyaan atau tanggapan kelompok lain dan menyimpulkan
masalah kontekstual.

Gambaran skor rata-rata aktivitas siswa baik pada siklus 1 maupun siklus 2,
dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.

3.2

2.8

2.6

2.4
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 4.2 Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Setiap Siklus

Dari Gambar 4.2 di atas, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa yang
signifikan baik pada siklus 1 maupun siklus 2, dengan skor rata-rata aktivitas siswa pada
siklus 1 sebesar 2,7 mengalami peningkatan sebesar 0,4 pada siklus 2 atau meningkat
menjadi 3,1.

2. Aktivitas Guru selama KBM Berlangsung

Gambaran aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle pada materi pokok suhu dan kalor dalam setiap

siklus dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

v
Tabel 4.4 Skor Aktivitas Guru Tiap Siklus

Skor Rata-rata
Aspek- aspek yang diobservasi
Siklus I Siklus II
A. Kegitan pendahuluan
1. Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam 3 4 3,5
2. Mengkondisikan kelas dengan mengabsen siswa 3,5 4 3,75
3. Guru menyampaikan materi yang diajarkan
3 4 3,5
dengan model Learning Cycle
4. Memotivasi siswa
3 4 3,5
B. Kegiatan Inti
 Fase eksplorasi
5. Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok
2,5 4 3,25
belajar (5-6 orang)
6. Membagi LKS kepada setiap kelompok 3
4 3,5
7. Siswa dengan pengetahuan awalnya menjawab
3 3 3
permasalahan yang tercantum dalam LKS
 Fase pengenalan konsep
1. Mengontrol pengembangan konsep yang
dilakukan oleh siswa dan membantu 3 4 3,5
mengedentifikasi konsep
2. Guru membimbing siswa kedalam kelompok 2,5 3 2,75
3. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan
jawaban yang telah mereka kembangkan melalui 2 4 3
LKS.
4. Jika ada jawaban yang tidak sesuai dengan konsep
akan diarahkan oleh Guru kekonsep yang 3 4 3,5
sebenarnya.
5. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
memastikan bahwa siswa telah mengetahui
3 3 3
jawaban permasalahan

C. Kegiatan akhir

 Fase aplikasi konsep


1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
menyelesaikan soal atau permasalahan lain
2,5 4 3,25
sebagai aplikasi ide mereka dalam mengkonstruk
pengetahuan sesuai dengan materi yang
diajarkan.
2. Memberikan tugas rumah 3 4 3,5
3. Membimbing siswa membuat rangkuman 2 3 2,5

D. Suasana kelas

1. Siswa antusias 2,5 4 3,25

v
2. Guru antusias 2 3 2,5
3. Waktu sesuai alokasi 2,5 3 2,75
4. KBM sesuai skenario
3 3 3
Rata-rata aktivitas
Guru 2,7 3,6 3,2

Dari Tabel di atas, menunjukkan skor rata-rata aktivitas guru dalam mengelola
pembelajaran pada siklus 1 tergolong cukup. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
aspek pembelajaran konstruktivisme dengan model Learning Cycle yang kurang
diperhatikan guru untuk dilaksanakan. Beberapa aspek tersebut diantaranya adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari penjelasan konsep permasalahan
kontekstual, memberikan penguatan kepada siswa jika terdapat jawaban konsep yang
keliru untuk dibenarkan oleh guru dan koreksi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran,
menciptakan suasana tanya jawab antara guru dan siswa, memberikan pelatihan
lanjutan.. Skor rata-rata aktivitas guru pada siklus 1 adalah 2,6 yang termasuk kategori
cukup.

Sedangkan bahwa aktivitas guru sudah menunjukkan peningkatan dari siklus 1,


dimana skor rata-rata aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus 2 adalah
sebesar 3,6 yang termasuk kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah mampu
menerapkan model pembelajaran Learning Cycle pada materi pokok zat dan wujudnya.
Hal ini tercermin pada seluruh fase pembelajaran. Selain itu, dalam hal membimbing
siswa melakukan penyelidikan secara individu dan kelompok, memberikan penguatan
dan koreksi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran, memberikan pelatihan lanjutan
dan pengenalan konsep/gagasan, menciptakan suasana tanya jawab antara guru/siswa
dan mereview sambil menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

Untuk lebih jelas perolehan skor rata-rata pada setiap siklus dapat dilihat pada
Gambar 4.3 berikut:

v
4

0
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar grafik 4.3 Skor Rata-Rata Aktivitas Guru Setiap Siklus

Dari Gambar tersebut, menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata aktivitas


guru dari siklus I menuju siklus II, dengan skor rata-rata aktivitas guru pada siklus I
sebesar 2,7 mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 3,6.

3. Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar Fisika siswa diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar.
Berdasarkan analisis deskriptif terhadap hasil belajar Fisika siswa pada materi pokok
suhu dan kalor ditunjukkan dalam bentuk tes siklus yang terdiri dari tes siklus I dan tes
siklus II, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.5 Data Analisis Hasil Belajar Siswa

Siklus
No. Nilai
I II

1 Minimum 45
47,1

2 Maksimum 95
83,9

3 Rata-rata 70,6
67,5

4 Standar Deviasi 15,2


17,1

Gambaran hasil belajar Fisika siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor dari siklus

I ke siklus II dapat dilihat pada Gambar berikut:

v
100 95
90 83,9
80
70 67.5 70.6
60
50 47.1 45
40
30
20 17.1 15.2
10
0
Maximum minimum standar rata-rata
deviasi

siklus I siklus II

Dari Tabel 4.4 tersebut terlihat bahwa hasil belajar Fisika siswa kelas XI Teknik
Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau pada materi pokok suhu dan kalor setelah diajar
dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cyclemenunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut juga dapat dilihat pada Gambar 4 yang
menunjukkan peningkatan hasil belajar Fisika siswa dari siklus I ke siklus II yang terlihat
jelas dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasinya.
Pengkategorian hasil belajar siswa pada setiap siklus dapat dilihat pada Tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6 Pengkategorian Hasil Belajar Siswa

Interval Nilai Siklus I Siklus II

f % Kategori f % Kategori

0 – 39 0 0 Gagal 0 0 Gagal

40 – 55 12 35,3 Kurang 4 11,8 Kurang

56 – 65 8 23,5 Cukup 12 35,3 Cukup

66 – 79 14 41,2 Baik 13 38,2 Baik

80 – 100 0 0 Sangat Baik 5 14,7 Sangat Baik

v
Grafik pengkategorian hasil belajar Fisika siswa dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut:

pengkategorian
50
40
30 38.2
35.3
siklus I %
20
siklus II %
10 14.7
0 11.8
0
gagal kurang cukup baik baik sekali

Gambar 4.5 Grafik Pengkategorian Hasil Belajar Fisika Siswa


Dari Gambar 4.5 di atas menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I
tidak ada siswa yang berada dalam kategori baik sekali, sebagian besar sebaran nilai
berada dalam kategori kurang, cukup dan baik. Sedangkan pada siklus II juga ada
beberapa siswa yang berada dalam kategori kurang, sebagian besar sebaran nilai berada
dalam kategori baik (38,2%), kategori cukup (35,3%), kategori kurang (11,8%) dan
kategori baik sekali (14,7%).
Ketuntasan belajar siswa secara klasikal tiap siklus dapat dilihat pada Tabel 4.7
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa

Ketuntasan

Jenis Tuntas Belum Tuntas


No.
Evaluasi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

(orang) (%) (orang) (%)

1. Siklus I 14 41,2 20 58,8

2. Siklus II 28 82,4 6 17,6

v
Gambaran jumlah siswa yang sudah tuntas dengan belum tuntas belajar pada
tiap siklus dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut:

100
82.4
80
58.8
60
41.2
40
17.6
20

0
siklus I siklus II

belum tuntas sudah tuntas

Gambar 4.5 Grafik Persentase Jumlah Siswa Sudah Tuntas dan Belum Tuntas Belajar

Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar
dari silkus I ke siklus II, pada siklus I persentase ketuntasan sebesar 41,2% berada dalam
kategori kurang atau 14 orang siswa telah mencapai KKM akan tetapi ketuntasan secara
klasikal belum terpenuhi yaitu 75% siswa mencapai nilai minimal 67 sedangkan pada
siklus II persentase ketuntasan sebesar 82,4% berada pada kategori baik atau 20 orang
siswa telah mencapai KKM, dengan demikian ketuntasan secara klasikal dari penelitian
tindakan kelas ini telah terpenuhi yang berarti pula model pembelajaran Learning Cycle
dapat memecahkan masalah belajar siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor

B. Analisis dan Pembahasan

1. Aktivitas Siswa selama KBM Berlangsung

Berdasarkan permasalahan pertama tentang bagaimana gambaran aktivitas


belajar siswa dalam kegiatan belajar-mengajar pada materi pokok suhu dan kalor yang
diajar dengan menerapkan model pembelajaranLearning Cycle, dapat dijelaskan
berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 dan siklus 2 yang cenderung mengalami
peningkatan. Skor rata-rata aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari tabel
tersebut, skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1 sampai siklus 2 cenderung
mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa tersebut, menunjukkan
adanyaminat dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran pada materi pokok suhu
dan kalor dengan penerapan pembelajaran konstruktivisme model Learning Cycle
v
Siklus 1

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa pada siklus 1, seperti
yang terlihat pada Tabel 4.3, menunjukkan bahwa skor rata-rata aktivitas siswa pada
siklus 1 adalah sebesar 2,7 yang termasuk kategori cukup. Pada siklus 1 juga terdapat
beberapa aspek aktivitas siswa yang memiliki skor rendah diantaranya siswa dalam
kelompok lain memberikan pertanyaan atau tanggapan tentang hasil presentasi jawaban
masalah kontekstual, siswa (kelompok yang mempresentasikan) belum memberikan
jawaban yang benar tentang pertanyaan atau tanggapan kelompok lain, dan siswa
belum dapat menyimpulkan masalah kontekstual..

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas siswa pada siklus 1
tersebut karena siswa masih asing dengan model pembelajaran yang diterapkan dan
cenderung terbiasa dengan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru
sehingga siswa masih ragu-ragu untuk menanyakan masalah yang belum dipahaminya
baik pada teman sekelompoknya maupun pada guru.

Di samping itu pula, adanya faktor lain seperti tingkah laku guru dalam
pembelajaran yang belum sepenuhnya belum maksimal melaksanakan model
pembelajaran yang dimaksud. Hal ini sebagaimana pada Tabel 4.4, menunjukkan skor
rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran adalah 2,7 yang termasuk kategori cukup.
Tidak maksimalnya aktivitas guru dalam pembelajaran disebabkan oleh suasana kelas
yang pada saat itu sangat tidak kondusif dan adanya sebagian siswa yang tidak mau
duduk dalam kelompok-kelompok yang telah ditentukan, sehingga sebagian waktu
tersita untuk membenahi kelompok siswa. Oleh karena itu, sebagian aktivitas guru
dalam model pembelajaran ini masih kurang diperhatikan oleh guru.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru bersama peneliti melakukan analisis
dan refleksi terhadap faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas siswa
maupun aktivitas guru dalam pembelajaran dan disepakati adanya beberapa kelemahan
guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan model ini di kelas khususnya materi
pokok suhu dan kalor, yaitu:

a. Guru belum dapat mengorganisasikan waktu dengan baik.

v
b. Pada saat pembagian kelompok. Guru belum dapat mengorganisasikan siswa dengan
baik sehingga suasana kelas menjadi gaduh dan pembagian kelompok tidak dapat
berjalan lancar.
c. Guru kurang mengorganisasikan siswa untuk belajar pada setiap kelompok, dalam
hal ini mengarahkan siswa untuk menelaah buku teks atau LKS serta mengarahkan
siswa untuk selalu berdiskusi memecahkan masalah pada materi mata antara
sesama siswa dalam kelompoknya.
d. Guru kurang mengontrol siswa dalam kelompok ketika sedang melakukan
eksperimen sesuai dengan LKS yag diberikan.
e. Pada saat guru menunjuk dan meminta siswa maju ke depan untuk
mempresetasikan hasil karyanya, ada beberapa siswa yang menolak untuk mewakili
kelompoknya dan guru menuruti keinginan siswa tersebut ini dapat berakibat fatal
juga terhadap pengefesienan waktu.

Kemudian, peneliti melakukan analisis dan refleksi terhadap kelemahan-


kelemahan pelaksanaan pembelajaran Learning Cycle dan kaitannya dengan satuan
aktivitas siswa yang dinilai. Dari hasil refleksi tersebut, kemudian ditentukan langkah-
langkah perbaikan pada siklus 2, yaitu sebagai berikut:

a. Selama pembelajaran berlangsung, guru harus dapat mengorganisasikan waktu


dengan baik.

b. Guru hendaknya mengorganisasikan dan memberikan motivasi pada siswa dalam


setiap kelompok untuk selalu belajar.

c. Bimbingan intensif dan pengontrolan merata kepada semua kelompok.

d. Guru harus dapat bersikap lebih tegas terhadap semua siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.

e. Guru hendaknya lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk


merumuskan konsep mereka sendiri

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut di atas, guru melakukan


perbaikan-perbaikan dalam mengajarkan materi pokok suhu dan kalor dengan model
pembelajaran Learning Cycle untuk diterapkan pada siklus 2. Bagian lain yang diperbaiki
adalah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan selalu melibatkan siswa dalam

v
pembelajaran. Diharapkan dengan proses pembelajaran tersebut akan merangsang dan
membangkitkan perubahan konseptual serta daya nalar siswa dan kemampuannya
dalam menyelesaikan masalah khususnya pada siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK
Negeri 2 Baubau.

Siklus 2

Dari hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa pada siklus 2 menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas siswa yang sangat signifikan dari siklus 1. Hal ini
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.3, skor rata-rata aktivitas siswa untuk siklus 1 adalah
2,7 dengan kategori cukup meningkat pada siklus 2 menjadi 3,1 dengan kategori baik,
dan untuk semua rata-rata skor persatuan aktivitas siswa juga mengalami peningkatan
yang sangat baik. Selain itu, pada siklus 2 ini ada beberapa aktivitas siswa yang berhasil
ditingkatkan dari kategori kurang menjadi kategori baik diantaranya.

Peningkatan skor rata-rata aktivitas siswa menandakan bahwa siswa mulai aktif
dalam mengikuti pembelajaran dengan model yang diterapkan. Disamping itu pula
adanya motivasi serta minat belajar siswa yang tinggi, Peningkatan aktivitas belajar
siswa tersebut juga dipengaruhi oleh adanya kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan model pembelajaran yang Learning Cycle. Hal ini sebagaimana
pada Tabel 4.5, menunjukkan skor rata-rata aktivitas guru pada siklus 2 dalam mengelola
pembelajaran Learning Cycle mengalami peningkatan menjadi 3,6 yang termasuk
kategori baik. Adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus 2 menunjukkan bahwa guru

sudah dapat mengelola pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Learning


Cycle khususnya di kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau.

Adanya motivasi dan minat belajar siswa yang cukup tinggi tersebut, disebabkan
karena dalam pembelajaran Learning Cycle ini siswa dituntut untuk aktif dalam
pembelajaran dan disini guru hanya sebagai fasilitator. Hal ini sebagaimana wawancara
yang dilakukan peneliti bersama beberapa orang siswa di kelas XI Teknik Sepeda Motor
pada akhir pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran dengan model Learning
Cycle ini sangat bagus dan menyenangkan, karena mereka yang melakukan sendiri
kegiatan pembelajaran melalui pengamatan secara langsung dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar.

v
Peningkatan skor rata-rata aktivitas siswa pada setiap siklus tersebut
menandakan bahwa siswa mulai aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hasil observasi
yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan konstruktivisme model pembelajaran Learning Cycle dapat memberikan hasil
yang lebih baik karena siswa sudah aktif membantu rekan-rekan sekelompoknya untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa pada setiap siklus
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle mampu
meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga tampak bahwa pembelajaran yang
dilakukan dalam penelitian ini lebih terpusat pada siswa (student centre), dimana peran
guru dalam pembelajaran hanya bersifat sebagai mediator/fasilitator.

2. Hasil Belajar Siswa


Berdasarkan permasalahan kedua, tentang bagaimana gambaran hasil belajar
siswa kelas XI TEKNIK SEPEDA MOTOR SMK Negeri 2 Baubau pada materi pokok suhu
dan kalor setelah diajar melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle, dapat
dijelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan terhadap hasil
belajar siswa pada setiap siklus cenderung mengalami peningkatan, ini dapat dilihat
pada Tabel.

Siklus 1

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa pada siklus 1
dengan nilai minimum 47,1, nilai maksimum 83,9, nilai rata-rata hasil belajar siswa 67,5
dan standar deviasi 17,1. Pada kondisi ini terdapat 58,8% (20 orang) siswa yang belum
tuntas karena memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu
≥ 67, dan 41,2% (14 orang) siswa yang sudah tuntas karena memperoleh nilai ≥ 67.

Dalam pembelajaran ini tampak bahwa siswa dalam kelompoknya masih


cenderung pasif/diam dalam menerima pelajaran dari guru, artinya ini bisa imbas dari
kebiasaan pembelajaran dengan model konvensional tersebut. Setelah melakukan
analisis dan refleksi pada siklus 1, peneliti mencoba mengadakan beberapa perbaikan
dalam proses belajar-mengajar. Beberapa perbaikan yang dilakukan diantaranya: 1)
pengontrolan dalam pengorganisasian siswa untuk belajar.Dan 2) kemampuan dalam

v
menyampaikan ide-ide siswa kepada siswa lainnya yang diwujudkan dalam hal
menjawab permasalahan kontekstual tersebut.

Siklus 2

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa pada siklus 2,
terlihat bahwa hasil belajar pada materi ini dengan nilai minimum 45, nilai maksimum
95, nilai rata-rata hasil belajar siswa 70,6 dan standar deviasi 15,2. Pada kondisi ini
terdapat 17,6% (6 orang) siswa yang belum tuntas karena memperoleh nilai di bawah
KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu ≥ 67, dan 82,4% (28 orang) siswa yang
sudah tuntas karena memperoleh nilai ≥ 67.

Dari hasil analisis deskriptif terhadap peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1
sampai siklus 2, menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang
signifikan dari siklus 1 ke siklus 2. Namun masih ada beberapa siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar disebabkan karena masih adanya siswa yang kurang
memperbanyak bacaan bukunya.

Dari hasil penelitian di atas, ada beberapa kelebihan dan kekurangan penerapan
model pembelaran Learning Cycle. Kelebihan-kelebihannya adalah.....
(1) membiasakan siswa belajar aktif dan mandiri dalam memecahkan suatu masalah
sehingga mampu mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran sehingga berdampak
pada meningkatnya hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok; (2) menciptakan
situasi belajar yang demokratis; (3) menciptakan kreatifitas; dan (4) menciptakan belajar
menjadi bermakna, karena timbulnya kebanggaan siswa menemukan sendiri konsep
ilmiah yang sedang dipelajari dan siswa akan bangga dengan hasil temuannya.
Sedangkan kekurangannya adalah (1) guru dituntut untuk menyiapkan model
pembelajaran untuk setiap topik pelajaran dan juga sarana laboratorium harus lengkap;
(2) siswa belum terbiasa belajar mandiri atau kelompok akan merasa asing dan sulit
menguasai konsep.
Secara umum penelitian tindakan kelas ini dilakukan berdasarkan permasalah
pembelajaran di kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau yaitu kurangnya
aktivitas siswa dalam pembelajaran dan rendahnya hasil belajar siswa, sehingga peneliti
model pembelajaran Learning Cycle untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
v
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1 tergolong rendah, demikian pula rata-rata
hasil belajar siswa. Hal ini diduga disebabkan karena adanya beberapa kelemahan guru
dalam mengelola pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle
pada fase-fase pembelajarannya.
Kemudian, dilakukan analisis dan refleksi sebagai perbaikan pembelajaran pada
siklus 2 yang mencakup beberapa aspek pembelajaran yaitu:
a. Guru harus lebih mengefektifkan pengontrolanterhadap kegiatan eksperimen.
b. Pembimbinganintensif dan merata kepada semua kelompok.
c. Guru hendaknya lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merumuskan pengenalan konsep
d. Guru hendaknya lebih banyak memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan.
e. Guru harus dapat bersikap lebih tegas terhadap semua siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
f. Selama pembelajaran berlangsung, guru harus dapat mengorganisasikan waktu
dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap rata-rata aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa pada siklus 2 terlihat bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar-
mengajar cukup tinggi atau menunjukkan peningkatan yang signifikan dari siklus 1
sampai siklus 2, serta tingginya hasil belajar siswa yang telah mencapai kriteria
ketuntasan minimal baik secara individu maupun klasikal seperti dipersyaratkan
kurikulum. Akibatnya penelitian tindakan kelas di kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK
Negeri 2 Baubau dianggap selesai sampai pada siklus 2.
Dengan demikian, jawaban atas permasalahan penelitian telah terungkap yakni
ada peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau
dengan menggunakan penerapan pembelajaran konstruktivisme model pembelajaran
Learning Cycle sekaligus dapat mencapai Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM sekolah)
dalam pembelajaran Fisika khususnya pada materi pokok suhu dan kalor.

v
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil-hasil analisis data penelitian dapat


ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle pada setiap
siklus cenderung membaik dan meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,7 yang termasuk pada kategori cukup
meningkat pada siklus II menjadi 3,1 yang termasuk pada kategori baik.
2. Hasil belajar Fisika siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle yang diperoleh
sebaran nilai: nilai minimum pada siklus I diperoleh 47,1 sedangkan siklus II
diperoleh 45; nilai maksimum pada siklus I diperoleh 83,9 sedangkan siklus II
diperoleh 95.
3. Hasil belajar Fisika siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 2 Baubau pada
materi pokok suhu dan kalor dapat ditingkatkan dengan menerapkan model
pembelajaran Learning Cycle. Hal ini ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh setiap
individu cenderung mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yang
ditunjukkan oleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 67,5 dengan
presentase yang sudah tuntas sebesar 41,2% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar
siswa meningkat menjadi 70,6 dengan persentase siswa yang sudah tuntas sebesar
82,4%.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai


berikut:

1. Bagi Sekolah, khususnya SMK Negeri 2 Baubau selalu menggunakan model


pembelajaran Learning Cycle dalam pembelajaran khususnya pembelajaran pada
mata pelajaran Fisika.

v
2. Bagi guru mata pelajaran Fisika diharapkan dapat mengetahui, memahami dan
menerapkan model pembelajaran Learning Cycle sebagai dalam upaya peningkatan
hasil belajar Fisika siswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya, untuk memperhatikan setiap tahap dalam model
pembelajaran Learning Cycle.

v
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. ,1991. Evaluasi instrusional. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Asikin, M. 2001. Model Pembelajaran Berbasis Konstruktivis Untuk Pengembangan Ide


Pembuktian IPA-FISIKA. Makalah Seminar, Disjikan pada Seminar Nasional IPA-
FISIKA di Jurusan IPA-FISIKA ITS. Surabaya.

Djamarah, 2002. Belajar Mengajar. Departemen P dan K. Direktorat Jenderal pendidikan.

Depdiknas, 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti, Direktorat


Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Glynn, S.M & Duit, R, 1995. Learning Science In The School: Research Reforming Practive.
New jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher Mahwa.

Hamalik, O., 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hudoyo, Herman. (1992). Pengembangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Di Kelas. Usaha


Nasional. Surabaya.

Kurniawan, Dedy. (2000). Upaya Mengaktifkan Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme


Pada Siswa. Makalah. Bandar Lampung: FKIP Universitas Negeri Lampung.

Marpaung, Y. (2001). Pembelajaran IPA-FIISIKA Berdasarkan Filsafat Konstruktivisme.


Makalah seminar, disajikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematic
Education (RME) di Jurusan IPA-FISIKA, FMIPA UNHESA. Surabaya.

Rusyan, ATT, dkk., 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.

Sadia, IW., 1996. Pengembangan Model Mengajar Konstruktivis Dalam Pembelajaran Fisika
di Sekolah Menengah Atas (SMA). Disertai Doktor PPS IKIP Bandung: tidak
diterbitkan.

Sudjana, 1996. Metode Statistic (Edisi Revisi): Bandung Tarsito.

, 2002. Metode Statistic (Edisi Revisi): Bandung Tarsito.

Usman, M.U., 1990. Menjadi Guru yang Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya

Anda mungkin juga menyukai