Anda di halaman 1dari 1

Ketika Nabi Muhammad Saw.

masihhidup, umat Islam masih bersatu-padu, belum ada


aliran-aliran/firqah. Apabila terjadi perbedaan pemahaman terhadap suatu persoalan, maka para
sahabat langsung berkonsultasi kepada Nabi. Dengan petunjuk Nabi tersebut, maka segala persoalan
dapat diselesaikan dan para sahabat mematuhinya. (QS. Al-Anfâl [8]: 46) Para sahabat dilarang oleh
Rasulullah Saw. memperdebatkan sesuatu yang dapat memicu perpecahan, misalnya tentang qadar.
Sehingga pada masa ini, corak aqidah bersifat monopolitik.

Pada masa Khulafa ar-Rasyidin, khususnya pada masa pemerintahan Abu Bakar (11-13 H), dan Umar bin
Khattab (13-23 H) persatuan umat Islam masih bisa dipertahankan, biarpun pada awal masa
kekhalifahan Abu Bakar ash-Ṣiddiq sempat muncul beberapa nabi palsu dan keengganan sebagian umat
Islam membayar zakat, namun semua permasalahan tersebut dapat diatasi oleh Abu Bakar ash-Ṣiddiq.
ketika Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H) melakukan reformasi di bidang administratur pemerintahan.
Kebijakan tersebut berdampak kepada situasi politik yang tidak stabil.

Pada masa ini, perdebatan di bidang aqidah sudah sangat tajam. Kondisi ini terjadi karena kedaulatan
Islam sudah mulai kokoh, sehingga umat Islam semakin leluasa untuk mengembangkan pemikiran-
pemikiran yang sebelumnya tidak disentuh. Masuknya pemeluk Islam yang berasal dari berbagai daerah
yang masih membawa alam pikiran dari keyakinan sebelum memeluk Islam juga menjadi
faktor.perkembangan pemikiran kalam. Umat Islam mulai tertarik untuk mendiskusikan masalah qadar,
begitu juga masalah istiṭa’ah.

Pada masa ini, hubungan antara bangsa Arab dengan bangsa Ajam mencapai puncaknya Gerakan
penerjemahan filsafat Yunani dan Persia gencar dilakukan, sehingga terjadi transfer ilmu pengetahuan
yang berasal dari luar Islam. Pada masa pemerintahan al-Ma’mun, al-Mu’tashim, dan al-Watsiq, aliran
Mu’tazilah dijadikan sebagai faham resmi kekhalifahan Bani Abasiyah, sehingga para ulama yang
berpengaruh diuji aqidahnya, yang dalam sejarah dikenal dengan mihnah.

Pada masa ini, paham Asy’ariyah dan Maturidiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat
sehingga menjadi paham mayoritas umat Islam. Corak pemikiran yang mudah dipahami, dan mampu
mengkolabirasikan antara dalil naqli/nash dan pendekatan akal/filsafat menjadikan aliran Asy’ariyah dan
Maturidiyah menjadi aliran yang banyak dikikuti oleh umat Islam. Aliran ini kemudian dikenal dengan
sebutan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dan menjadi paham mayoritas umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai