Anda di halaman 1dari 7

Nama : Edomora hesekiel Siahaan

Nim : 106222043

Kelas : IR-1

Kapitalisme dan Masyarakat Pedesaan jerman

Pada setiap komunitas yang ada di pedesaan memiliki tingkah laku yang individu dan
memiliki kaitan yang cukup erat dengan perkembangan tingkah laku yang sebelumnya. Hal ini
terjadi karena masyarakat pedesaan terpisah dari komunitas luar. Pada masa dunia yang modern
ini, pemilik tanah bukanlah seorang yang memiliki profesi sebagai petani, melainkan seorang tuan
tanah yang menyewakan tanahnya, dan seorang yang menyewakan atau menghuni tanah tersebut
sementara merupakan seorang pengusaha dan kapitalis. Sebagian tenaga kerja yang bekerja di
tanah tersebut merupakan seorang pekerja musiman dan sisanya merupakan pekerja yang menjual
jasa ataupun tenaganya tanpa meraih keuntungan sedikitpun.

Di Amerika Serikat, masyarakat pedesaan sudah tidak dapat ditemukan lagi di sana. Hal ini
terjadi karena para petani yang ada di sana sudah merupakan seorang pengusaha yang sama seperti
pengusaha pada umumnya. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada masalah terkait pertanian di
Amerika. Tetapi masalah-masalah terkait dengan pertanian tidak terlalu mencuat di daearah ini.
Masalah yang mencuat melainkan masalah sosial yang bersifat etnis.

Pentingnya revolusi teknis dalam produksi pertanian tertutupi oleh hukum penurunan
produktivitas tanah yang lebih kuat dan kondisi produksi yang lebih tetap terhadap kualitas dan
kuantitas alat produksi. Petani Eropa sangat berbeda dengan petani Inggris atau Amerika. Saat ini
petani Inggris dapat dilihat secara jelas merupakan seorang pengusaha yang menyewakan lahan
miliknya. Petani Amerika merupakan seorang petani yang mendapatkan lahannya dengan cara
membeli atau menjadi pemilik pertama lahan tersebut, namun terkadang ia menyewakannya.
Sedangkan petani Eropa merupakan seorang petani yang mengelola tanahnya hanya untuk
keperluannya sendiri, petani Eropa hampir tidak pernah menyewakan lahan miliknya.

Pecahnya revolusi Perancis, petani-petani eropa bertindak sebagai pendukung untuk


memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Para petani eropa menjual hasil pertanian mereka
dengan harga yang sangat murah di kota-kota tersebut. Hal ini mereka lakukan karena pemerintah
memberi larangan untuk melakukan larangan perdagangan keluar apabila warganya sendiri belum
tercukupi. Para petani diwajibkan untuk membayar pajak atas lahan yang mereka miliki. Kondisi
ini terus berjalan hingga pada akhir abad kedelapan belas. Pada abad kesembilan belas, akhirnya
petani terbebas dari komunitas komunis yang pada akhirnya dilenyapkan.

Eropa merupakan sebuah wilayah yang terbatas. Hal ini menyebabkan masyarakat Eropa
cenderung untuk mempertahankan dan mewariskan tanah yang mereka miliki kepada masing-
masing keluarga mereka. Kondisi ini menyebabkan tingginya harga tanah di daerah tersebut.
Kondisi ini menyebabkan kompetisi kapitalisitk terhadap tanah. Timbulnya kompetisi kapitalistik
modern sangat bertentangan dalam budi daya pertanian, karena kondisi tersebut akan memicu
kapitalisme meningkat. Pendongkrakan harga tanah yang sangat tinggi oleh pemerintah
menyebabkan meningkatnya modal pertanian yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas budi
daya pertanian dan meningkatkan jumlah orang yang menyewakan tanah yang sedang menganggur
daripada membeli tanah yang sedang mengalami kenaikan.

Kenaikan bahan budi daya pertanian ini memeberi dampak yang signifikan pada ekonomi
pasar. Melambungnya tingkat sewa di sekitar perkotaan, meningkatnya harga daging, produk-
produl susu, dan sayur mayur hasil perkebunan, dan biaya yang lebih besar untuk menyewa jasa
manusia. Dalam hal ini petani-petani tersebut harus mampu bebas ataupun beradadptasi dalam
kondisi-kondisi tersebut. Hal ini dilakukan agar proses produksi dapat berkembang ke arah para
tenaga kerja bukan ke arah kapitalis. Dengan demikian para petani harus memperlengkapi dirinya
dengan alat produksinya sendiri seperti yang terjadi di Perancis dan Jerman Barat Daya. Mereka
tetap mempertahankan kebebasannya dalam jumlah dan kualitas pekerjaan mereka dalam
melakukan sebuah proses produksi untuk memenuhi kebutuhan ataupun permintaan pasar demi
kepentingan pribadi mereka sendiri. Hal ini dapat menjadi sebuah keunggulan ekonomi yang
berlanjut apabila dapat mendominasi pasar.

Kesuksesan koperasi dalam kalangan petani kecil Eropa daratan dalam memiliki tanggung
jawab atas keunggulan buruh sewaan pemilik perkebunan besar. Koperasi-koperasi ini menjadi
sebuah alat pendidikan bagi para petani yang memiliki pengaruh sangat penting bagi proses
produksi ataupun peternakan milik mereka. Melalui koperasi-koperasi ini, terbentuk sebuah
komunitas yang memiliki fokus terhadap bidang peternakan. Komunitas ini menyatukan para
petani dan mengarahkan mereka cara berpikir dan mengarahkan perasaan dalam ekonomi yang
membawa mereka kedalam sifat individualistik yang muncul akibat sebuah pertarungan ekonomi
di bawah tekanan kompetisi.

Keunggulan-keunggulan tersebut apabila tidak terjadi ataupun tidak ada, maka para petani
akan bertarung dan berjuang sendiri demi keberadaan mereka. Ketidakadanya keunggulan-
keunggulan tersebut akan membuat diferensiasi ekonomi sosial dalam kondisi sosial para petani
tersebut. Perjuangan tersebut akan berakhir pada sebuah seleksi ekonomi yang mampu akan akan
bertahan. Di beberapa daerah, pemerintah berusaha menciptakan kesembangan antara tanah milik
dan sewa. Tetapi karena harga yang tinggi terhadap tanah, petani tidak bisa selamanya tetap
sebagai petani akibat biaya sewa yang tinggi akan membebani petani.

Di negara yang berperadaban lama dan dengan keterbatasan perluasan ekonomi, upaya yang
dilakukan untuk mendatangkan uang akan memainkan peran social yang jauh lebih kecil dari pada
di negara yang masih baru. Pentingnya lapisan pejabat negara yang sudah seharusnya lebih besar
di Eropa dari pada Amerika Serikat. Dengan demikian akan menciptakan sekumpulan besar para
pejabat yang terlatih. Namun dalam mengisi posisi tersebut dibutuhkan seorang yang memiliki
pendidikan intensif, berusia minimal tiga puluh lima tahun serta berasal dari lingkungan kaya raya
agar dia terlatih untuk tidak digaji atau bertugas dengan bayaran rendah. Dengan begitu maka
sebuah karakter akan terbentuk dan melekat pada dirinya untuck menjauh dari kepentingan untuk
menghasilkan uang saja.

Gereja tergolong ke dalam kekuatan konservatif di negara Eropa, dan yang pertama sekali
tergolong adalah Gereja Katolik Roma yang ada di Eropa. Gereja-gereja ini dan juga Gereja
Lutheran sangat mendukung petani dengan cara menerapkan gaya hidup yang konservatif. Hal ini
dilakukan untuk melawan dominasi budaya oleh urban. Bahkan segala koperasi yang ada di
pedesaan mulai dari tingkat yang paling rendah hingga ke tingkat yang paling tinggi di bawah
pimpinan seorang rohaniwan. Di belgia, koperasi pedesaan yang ada di sana, digunakan oleh para
rohaniwan sebagai alat untuk kepentingan konflik mereka dalam melawan kubu sosialis.
Sedangkan kubu sosialis mendapat dukungan dari komunitas serikat konsumen dan serikat buruh.
Di italia apabila kita ingin mendapatkan kredit dari sebuah koperasi, kita harus menunjukkan
sertifikat pengakuan dari sebuah gereja. Karena koperasi ini juga dipegang oleh para rohaniwan.
Apabila kita tidak dapat menunjukkan surat tersebut maka akan sulit untuk mendapatkan kredit
dari koperasi tersebut. Begitu pula dengan para penguasa tanah, mereka harus mendapatkan sebuah
dukungan yang kuat dari gereja. Gereka katolik pada saat ini sangat mengarah kepada demokratis
dari pada yang sebelumnya. Gereja bersifat lebih condong terhadap hubungan kerja patriarkial.
Hal ini dilakukan karena gereja bertolak belakang dengan kapitalisme. Berbagai perbedaan yang
telah ada sejak dulu akan selalu memisahkan Katolikisme dan Lutheranisme dari Calvinisme untuk
mengekspresika sikap anti terhadap kapitalistik gereja-gereja yang ada di Eropa. Negara yang
sudah beradab lama tersebut memandang kapitalistik dengan perasaan yang skeptis dan kerap
menuai kritikan dari berbagai lapisan sosial.

Pendidikan intilektual menjadi sebuah profesi yang terikat di dalam sebuah batin dalam
membawa budaya sosial kuno mereka. Sebab bagi mereka profesi ini adalah sesuatu yang serius
untuk dijalankan tanpa memikirkan pendapatan ataupun gaji yang dihasilkan dari profesi ini.
Kemudian masyarakat yang terdapat di dalamnya hanya ingin diperintah oleh seseorang yang
berasal dari budaya sosial mereka ataupun budaya yang setara dengan budaya yang mereka sendiri.
Namun dengan fakta-fakta yang ada para pengemban kepentingan dari budaya mereka tersebut
justru memalingkan pandangannya terhadap mereka, perkembangan kapitalis yang sangat
mendominasi, bahkan menolak bekerjasama dalam membangun sebuah struktur masa depan. Para
kapitalis mulai bersatu serta meningkatnya rasa keinginan para kapitalis dalam meraih kekuasaan
politik. Hal ini menjadi kejatuhan liberalism jepang Jerman akibat gabungan dari beberapa faktor
tersebut.

Di Jerman, tanah-tanah pedesaan dikuasai oleh kelas bangsawan yang merupakan seorang
penguasa politik yang terkemuka. Para penguasa tersebut sebgian besar tinggal di daerah timur
Elbe. Lima abad yang lalu tuan tanah juga mendominasi struktur sosial pedesaan. Hal ini
menyebabkan banyak petani yang kehidupannya harus bergantung kepada mereka. Meskipun
begitu struktur sosial masyarakat pedesaan berjalan dengan harmoni pada abad ketiga belas dan
keempat belas. Terkait dengan proses pembudidayaan lahan-lahan tersebut, walaupun tuan tanah
tersebut mengelola sebagian tanah yang ia miliki hasil dari budidaya tersebut justru sedikit lebih
banyak dari hasil tanah yang digarap oleh para petani. Hal ini menunjukkan bahwa hasil perolehan
yang didapat oleh tuan tanah tersebut bergantung pada biaya pajak tanah yang telah ia sewakan
kepada para petani tersebut.

Pada tahun tahun 1848, terjadi sebuah revolusi di perancis. Terjadi perubahan aturan secara
besar-besaran. Pembagian hak kepemilikan tanah antara tuan tanah dan petani dihapuskan dan juga
kewajiban pajak petani dihapuskan. Professor G.F.Knapp melakukan penelitian terhadap hal ini.
Mereka memaparkan bahwa hal ini menjadi penentu jenis corak agraria dari masa sebelumnya
hingga saat ini. Namun ada sebuah masalah yang menjadi penghambat berjalannya proses ini yaitu,
bagaimana cara membagi lahan yang merupakan bekas tuan tanah dan petani setelah komunitas
tuan tanah tersebut dihapuskan?. Di daerah bagian barat dan juga selatan, pembagian tanah tersebut
sebagian besar jatuh ke dalam tangan para petani. Tetapi berbeda dengan daerah timur, pembagian
tanah tersebut sebagian besar jatuh ke dalam tangan para tuan tanah atau bekas majikan dari para
petani tersebut. Dari peristiwa ini perbedaan yang terjadi antara barat dan timur sudah ada sejak
abad keenam belas.

Di barat dan timur, para tuan tanah berusaha untuk meningkatkan keuntungan mereka.
Hasrat untuk meningkatkan keuntungan ingin muncul bersamaan dengan hasrat yang dimiliki oleh
para kapitalis. Untuk merealisasikan tujuan tersebut para tuan tanah menaikkan harga sewa, suku
bunga, dan pajak petani. Dan mereka tidak ikut serta dalam penggarapan tanah miliki mereka. Di
Timur para tuan mengambil tanah-tanah yang mennjadi bagian para petani. Dengan demikian, para
tuan tanah tersebut akhirnya memiliki lahan yang besar bagi mereka. Kemudian untuk mengelola
tanah sebesar itu, para tuan tanah memanfaatkan para petani untuk dijadikan sebagai budak yang
digunakan untuk menggarap lahan mereka.

Kemudian timbul pertanyaan, mengapa kedua hal ini bisa terjadi?. Pada saat itu pertanyaan
ini mulai didiskusikan. Namun untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menitikberatkan pada
tingkah laku para penguasa politik. Semakin kuat penguasa suatu negeri, maka ia semakin berhasil
namun sebaliknya apabila kaum bangsawan semakin perkasa, maka para penguasa akan semakin
kurang berhasil. Karena untuk membuat peraturan terkait dengan perampasan tanah serta
perlindungan terhadap petani diatur oleh para penguasa politik yang merupakan seorang tuan
tanah. Tetapi berbeda dengan daerah yang ada di barat dan selatan. Di daerah tersebut meskipun
para tuan tanah mampu melakukan tindakan pencaplokan atau kelemahan lainnya terhadap tanah-
tanah yang dimiliki oleh para petani, para tuan tanah tidak melakukannya. Para tuan tanah bahkan
tidak menunjukkan rasa bersaing untuk menyingkirkan para petani di sana. Dapat disimpulkan
bahwa di Timur para petani yang memiliki hak kuat terhadap tanah yang mereka miliki menjadi
tidak ada karena dirampas oleh para penguasa, berbeda dengan di Barat dan Selatan, meskipun
mereka masih lemah atas kepemilikan tanah milik mereka, tanah mereka masih bertahan hingga
saat ini karena para tuan tanah tidak berkeinginan untuk menyingkirkan mereka.

Dari hasil diskusi tersebut kemudian muncul kembali pertanyaan baru yaitu, mengapa tuan
tanah di Barat dan Selatan berbeda dengan tuan tanah di Timur?. Hal ini terjadi karena tuan tanah
di Barat dan Selatan menggunakan para petani sebagai pembayar pajak untuk sumber pendapatan
mereka, sedangkan para tuan tanah di Timur menjadi pembudidaya atas lahan yang mereka miliki
sendiri sebagai sumber pendapatan mereka.

Dalam keseimbangan politis suatu negara, lapisan sosial tuan tanah memang tidak dapat
tergantikan. Kaum junker di Timur kerap sekali diagung-agungkan, dan juga kerap sekali
mendapat lontaran fitnahan. Siapapun yang mengenal para kaum junker ini secara dekat akan
memperoleh keuntungan dari kedekatan tersebut. Secara ekonomi, kaum junker sepenuhnya hidup
dengan bergantung sebagai pengusaha dalam bidang pertanian. Kaum junker juga kerap terlibat
dalam kompetisi ekonomi. Kompetisi ini berjalan dengan keras dan kejam serta berwatak
kapitalistik.

Kaum junker hanyalah salah satu contoh dalam pembahasan ini, kurangnya karakter yang
berpendidikan di dalam lingkungan kita tidak hanya berasal dari kaum junker, tetapi juga berasal
dari karakter borjuis kecil yang telah mengakar. Namun pada kondisi yang seperti ini keluarga
para perwira lama mereka tetap memegang teguh dan melesstarikan tradisi lama tantara Prusia.
Keluarga pegawai negeri juga menerapkan hal yang sama. Mereka tidak memperdulikan apakah
keluarga mereka terlahir sebagai seorang bangsawan atau tidak, namun satu hal yang mereka tahu
bahwa secara ekonomi mereka termasuk kedalam kelompok menengah borjuis.

Sudah menjadi hal yang wajar bagi mahasiswa yang pendidikan sosial mereka
mengharapkan jabatan diluar non-militer. Kehidupan yang dengan kebebasan akademis, minum-
minum, dan membolos. Hal ini hampir tidak ditemukan di Jerman. Bahkan ada juga orang yang
sama sekali tidak menyentuh minum-minuman keras pada satuan tantara. Adanya rasa sejati
terhadap negara menjadi sebuah budaya di Jerman dan dapat dengan mudah kita lihat di
Scarnhorst, Gneisenau, Boyen, dan Moltke.
Aturan-aturan negara Anglo-Saxon juga ikut membentuk karakter masyarakat hingga ke
lapisan yang paling rendah. Aturan ini berangkat dari kebiasaan sosial yang cenderung dianggap
baik. Dalam semua kasus tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa untuk membentuk sebuah
peraturan diperlukan sebuah ciri yang relevan dan berakar pada kebiasaan yang dapat dengan
mudah ditiru dan dan dipraktikkan.
Jerman merupakan sebuah bangsa orang awam. Secara sosial, demokrasi dibawa atau
diangkat oleh tatanan politik tidak akan menhancurkan nilai-nilai aristokratis. Demokrasi juga
tidak dapat mencabut nilai-nilai ketertutupan mereka dari pengaruh-pengaruh luar kemudian
menyebarkannya ke masyarakat luar. Pada tahun 1870, perkembangan bentuk Jerman yang
berbudaya , norma-norma sipil yang berkembang tidak berlanjut, hal ini dipengaruhi oleh dampak
perubahan ekonomi dan politik sejak 1870.

Anda mungkin juga menyukai