Anda di halaman 1dari 6

SINERGI SABAR DAN SHALAT

Tidak berputus asa saat menghadapi musibah atau sesuatu yang tidak mengenakkan
“ Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. merupakan tingkat terendah dari kesabaran. Satu tingkat diatasnya adalah sabar untuk
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar “ (Al-Quran surat Al-Baqarah, menjauhi maksiat dan kesabaran berlaku taat. Mengapa demikian? Kesabaran
155). menghadapi musibah disebut kesabaran idhthirari (tidak bisa dihindari). Pada saat
ditimpa musibah, seseorang tidak memiliki pilihan kecuali menerima cobaan tyersebut
Secara etimologi, sabar (ash-shabr) bermakna “menahan” (al-habs). Dari sini sabar
dengan sabar. Dengan tidak sabar pun, musibah tetap terjadi. Lain halnya dengan sabar
dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan
menjauhi maksiat dan sabar dalam taat, keduanya bersifat ikhtiari (bisa dihindari).
sesuatu untuk mencapai ridha Allah.
Dengan kata lain, manusia dihadapkan pada pilihan, bisa melakukan bisa pula tidak.
Lebih dari seratus kali kata “sabar” disebut dalam Al-Quran. Tidak mengherankan,
Dari sini, secara psikologis kita bisa memaknai sabar sebagai sebuah kemampuan
karena sabar adalah poros sekaligus asas segala macam kemuliaan akhlak. Jika kita
untuk menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan. Dengan kata lain, sabar adalah
menelusuri hakikat akhlak mulia, maka sabar selalu menjadi asas dan landasannya.
upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meningggalkan sesuatu untuk
. Iffah (menjaga kesucian diri) misalnya, adalah bentuk kesabaran dalam menahan diri
mencapai ridha Allah.
dari memperturutkan syahwat. Syukur adalah bentuk kesabaran untuk tidak mengingkari
Salah satu ciri orang sabar adalah mampu menempatkan diri dan bersikap optimal
nikmat dari Allah. Qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada) adalah sabar dengan
dalam setiap keadaan. Sabar bukanlah sebuah bentuk keputusasaan, melainkan optimisme
menahan diri dari angan-angan dan keserakahan. Hilm (lemah lembut) adalah kesabaran
yang terukur. Ketika menghadapi situasi dimana kita harus marah misalnya, maka
dalam mengendalikan amarah. Pemaaf adalah sabar untuk tidak membalas dendam.
marahlah secara bijak dan diniatkan untuk mendapatkan kebaikan bersama. Karena itu,
Demikian pula keutamaan akhlak lainnya. Pengukuh agama semuanya bersumbu pada
mekanisme sabar dapat melembut kan hati, menghantarkan sebuah kemenangan yang
kesabaran.
manis atas dorongan syaithaniyah untuk menuruti ketidakseimbangan hawa nafsu.
Dari sini terlihat bahwa sabar itu cakupannya sangat luas. Sehingga sabar bernilai
Dalam shalat dan proses sabar terintegrasi proses latihan yang meletakkan kendali diri
setengah keimanan. Setengah lainnya adalah syukur. Sabar ini terbagi ke dalam tiga
secara proporsional, mulai dari gerakan (kecerdasan motorik), inderawi (kecerdasan
tingkatan. Pertama sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan, seperti musibah
sensibilitas), akal, dan pengelolaan nafs menjadi motivasi yang bersifat Muth-ma’innah.
dan bencana. Kedua, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat, baik maksiat
Jiwa yang tenang inilah yang akan memiliki karakteristik malakut untuk
badaniah (seperti mabuk, judi, zina dll) maupun maksiat batiniah (seperti ujub, takbur,
mengekspresikan nilai-nilai kebenaran absolute. “Hai jiwa yang tenang (nafs muth-
sombong, iri, dengki, dll).. Ketiga, sabar dalam menjalankan ketaatan, seperti taat
melaksanakan shalat, puasa, zakat, dll.
ma’innah) kembalilah kepada TuhanMu dengan hati yang bening dalam ridha-Nya”
(QS. Al-Fajr :27-28).

Orang-orang yang memiliki jiwa muth-ma’innah pada akhirnya akan mampu


mengaplikasikan nilai-nilai shalat dalam kesehariannya. Nilai shalat adalah nilai-nilai
TIGA SERANGKAI SIFAT DESTRUKTIF
yang didominasi kesabaran paripurna. Praktiknya tercermin dari sikap penuh syukur,
pemaaf, lemah lembut (hilm), penyanyang, tawakal, merasa cukup dengan yang ada
Sungguh Maha Kasih Allah swt kepada hamba-Nya, umat manusia.
(qana’ah), pandai menjaga kesucian diri (iffah), konsisten (istiqamah), dan sebagainya.
Kendatipun pada awal penciptaannya, manusia diciptakan dari tanah
Tak heran jika Rasulullah SAW, para sahabat dan orang-orang saleh menjadikan shalat yang tidak berharga dan pada penciptaan berikutnya manusia
sebagai istirahat, sebagai sarana pembelajaran, sebagai media pembangkit energy, diciptakan dari perpaduan antara sperma dan laki-laki (ayah) dan ovum
sebagai sumber kekuatan, dan sebagai pemandu meraih kemenangan. Ketika mendapat perempuan (ibu) yang menjijikkan, Allah swt menciptakan manusia
rezeki berlimpah, shalatlah ungkapan kesyukurannya Ketika beban hidup semakin berat, dengan penciptaan yang sempurna. Anatomi yang tersusun
shalatlah yang meringankannya, ketika rasa cemas membelengu shalatlah yang mengagumkan, memfasilitasi manusia untuk berkarya dan berprestasi.
membebaskannya. Lebih menakjubkan lagi, tidak satupun diantara makhluk ciptaannya
Khubaib bin Adi dapat kita jadikan teladan. Ketika akan menjalni eksekusi mati, itu yang sama persis. Sejuta manusia yang Ia ciptakan sejuta rupa pula
seorang dedengkot kafir Quraisy memberi Khubaib kesempatan untuk mengungkap kan yang ia adakan, tidak pernah seorang ibu tertukar anaknya karena tidak
keinginan terakhirnya. Apa yang ia minta? ternyata, Khubaib minta diberi kesempatan bisa membedakannya. Semua diciptakan dengan rupa dan karakter
untuk shalat. Permintaan itu dikabulkan. Dengan khusuk ia shalat dua rakaat. Selepas itu yang berbeda-beda dengan kelebihan dan kekurangan yang beragam
pengagum berat Rasulullah SAW ini berkata, “Andai saja aku tidak ingin dianggap takut pula. Allah memberikan penjelasan dalam al-Qur`an surat al-Tin 95 ; 4
dan mengulur-ngulur waktu, niscaya akan kuperpanjang lagi shalatku ini “. sebagai berikut:

Ya, shalat yang baik akan menghasilkan kemampuan bersabar. Sebaliknya kesabaran )4( ‫ـو ٍيم‬ ِ ‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ْا ِال ْن َسـانَ فِي َأحْ َس‬
ِ ‫ـن تَ ْق‬
yang baik akan menghasilkan shalat yang berkualitas. Ciri shalat yang berkualitas adalah Disamping pencipataan manusia dengan anantomi yang indah dan rupa
terjadinya dialog dengan Allah sehingga melahirkan ketenangan di hati. Komunikasi yang menawan, Allah pun menganugerahkan kemulian dasar,
dengan Allah tidak didasari “titipan” kepentingan. Dengan terbebas dari gangguan kemuliaan generic, kepada setiap manusia yang dilahirkan. Untuk
“kepentingan” tersebut, shalat akan mencapai derajat komunikasi tertinggi. Komunikasi kemuliaan itu Allah swt lengkapi manusia dengan soft were yang super
dengan Dzat Yang Mahakuasa, Pemilik Alam Semesta. canggih yang disebut akal atau ratio. Dengan akal yang terbimbing dan
terpimpin serta bertumpu pada nurani yang disinari hidayah Allah yang kualitasnya menjadi takabur. Apa bila takabbur ditambah dengan
dilengkapi dengan tuntunan ilmu pengetahuan yang memadai, maka kebanggaan-kebanggaan yang berlebihan maka menjadilah ia sifat
akan memungkinkan bagi manusia untuk menjalankan fungsi dan tafakhur. Ketiga sikap yang berjenjang ini merupakan penyakit hati yang
tugas kekhalifahannya di muka bumi ini secara benar dan bertanggung dahsyat, yang apa bila sudah tumbuh di dalam hati tidak mudah
jawab. mengatasi apa lagi membasminya.
Memang harus disadari dan diakui, bahwa betapapun mulianya Sebagai contoh proses lahirnya ujub, takabbur, dan tafakhur dapat
manusia dalam ciptaan Allah Allah swt, tetap saja ada kelemahan dilihat pada ungkapan berikut ini: “Sungguh hebat saya ini, hartaku
dan kekurangan yang menyertainya. Kiranya kelemahan itu sudah berlimpah, amal solehku banyak, dosaku sedikit”. Di saat itu dia sudah
terbukti sejak orang tua kita Adam mengantongi sifat ujub. Namun jika ia berkata: “Aku ini hebat, aku lebih
kelemahan itu sudah terbukti sejak orang tua kita Adam dan kaya dari pada si fulan, dia itu miskin, amal solehku lebih banyak dari
Hawa tinggal di surga. Diantara kelemahan manusia adalah terkadang dia sementara dosanya labih banyak dari dosaku”, maka ketika itu
tidak mampu menghadapi dan menahan godaan sebagai mana dialami ujubnya sudah meningkat menjadi takabbur. Apa bila perkataannya ia
oleh leluhur kita Adam dan Hawa. Ketidakmampuan menahan godaan lanjutkan dengan: “Kamu tidak usah mimpi untuk menyaingi kekayaan
setan menggiring mereka berdua terusir dari singgasana surga lalu dan amal solehku, karena kamu tidak akan mampu”, maka
tercampak ke dunia. sesungguhnya pada waktu itu ketakabburan yang bersangkutan telah
Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari yang kita saksikan akhir-akhir meningkat menjadi tafakhur.
ini, tidak sedikit diantara kita orang yang terjerembat kelembah Orang yang memiliki tiga sifat buruk diatas pada mulanya bermaksud
kehinaan dan kesengsaran karena terseret oleh dahsyatnya arus godaan untuk menambah kemuliaan dan martabatnya, tetapi sesungguhnya
dunia. ujub dan kesombongan itu sepanjang sejarah telah terbukti justru akan
Hal lain yang sering menjatuhkan martabat dan kemuliaan manusia menjatuhkan kemuliaan dan martabat kemanusiaan. Firun dan Namrud
adalah tiga serangkai sifat buruk, yaitu ‫ والتفاخر‬,‫ والتكبر‬,‫( العجب‬ujub sombong, merupakan dua contoh korban kesombongan dan keangkuhan.
merasa bangga dengan diri sendiri). Sifat ujub dimulai dari kegemaran Betapapun kecilnya kesombongan atau ketakabburan yang bersemayam
kita melihat dan memuji diri sendiri dengan memfokuskan pada di lubuk hati kita, kiranya tetap akan membawa dampak buruk bagi diri
kelebihan dan dan keberhasilan (prestasi) tanpa membanding- dan keluarga, serta lingkungan. Sungguh kesombongan akan
bandingkan dengan orang lain. Ujub ini apa bila ditambah dengan membuahkan kebencian dan ketidaksenangan dan bahkan akan
kegemaran merandahkan orang lain, maka  ujub itu meningkat memunculkan sikap anti pati mansuia lain terhadap dirinya. Sifat
sombong itu datangnya perlahan-lahan sehingga sering tidak terasakan, QANA’AH DAN TAWAKKAL
bahkan hampir-hampir tidak disadari. Kesombongan itu menyelinap
dibilik hati kita, terkadang berbaju keindahan, terkadang berbusana Rasulullah Muhammad SAW bersabda : “ Qana’ah itu adalah
kekuatan dan terkadang tampil seperti satria penolong, dan bahkan harta yang tak akan hilang dan simpanan yang tidak akan
terkadang hadir sebagai orang yang mengerti agama dan berupaya lenyap “. ( HR. Thabrani dari Jabir )
melawan syari’at dengan berpura-pura mengkajinya. Qana’ah ialah menerima cukup, dan mengandung lima perkara :
Rasa takut kita terhadap dahsyatnya siksa neraka mungkin akan 1. Menerima dengan rela akan apa yang ada
menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus-virus 2. Memohon kepada Allah tambahan yang pantas, dan berusaha
kesombongan, sementara kerinduan yang mendalam kita kepada 3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah
kenikmatan syurga akan menjadi pertimbangan bagi kita untuk segera 4. Bertawakkal kepada Allah
meninggalkan dan menjauhi kesombongan yang sesunguhnya tidak 5. Tidak tertarik oleh tipu-daya dunia
pernah menguntungkan. Itulah yang dinamai qana’ah, dan itu adalah kekayaan yang
Untuk membentengi diri dari intervensi kesombongan dalam bersikap sebenarnya, artinya, diri yang kenyang dengan apa yang ada, tidak
dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya, bahkan terlalu loba dan cemburu. Orang tidak dilarang bekerja mencari
seharusnya, kita memilih dan membangun sikap tawadlu’ ( rendah hati ) penghasilan, tidak disuruh berpangku tangan dan malas lantaran harta
di dalam diri kita masing-masing. Kembali kepada sikap tawadlu’ telah ada, karena yang demikian bukan qana’ah, tapi kemalasan.
merupakan langkah yang bijaksana dan terpuji serta aman dan Bekerjalah, karena manusia dikirim kedunia buat bekerja, tetapi
menyenangkan, lebih-lebih bila dihubungkan dengan keadaan tenangkan hati, yakinlah bahwa didalam pekerjaan itu ada kalah dan
kehidupan di zaman modern yang penuh dengan godaan yang menang. Kita bekerja bukan lantaran memandang harta yang telah ada
menyilaukan. ( Uraian lebih lanjut tentang Tawadlu’, bersambung pada belum mencukupi, tetapi bekerja lantaran orang hidup tak boleh
edisi yang akan datang, Insya Allah ). menganggur.

Hal ini kerap menerbitkan salah sangka dalam kalangan mereka


yang tidak faham rahasia agama. Mereka lemparkan tuduhan agama
membawa manusia malas, mengajak umatnya membenci dunia, terima
saja apa yang ada, terima saja takdir, jangan berikhtiar melepaskan diri.
Mereka namai taqwa orang yang hanya karam dalam mihrab. Mereka jangan ragu-ragu dan syak, tetap fikiran, tegap kalbu. Bertawakkal
katakana sholeh orang yang menjunjung serban besar, tetapi tidak kepada Allah, mengharap pertolongaNya, serta tidak merasa jengkel jika
memperdulikan gerak-gerik dunia. Mengatur hidup, mengatur ada maksud yang belum berhasil, atau yang dicari tidak dapat. Apalah
kepandaian, ilmu dunia, semuanya mereka sangka tidak boleh /dilarang gunanya jengkel dan ragu, karena semuanya sudah tertulis lebih dahulu
agama. pada azal, menurut jalan sebab dan musabab.
Sejatinya pelajaran agama menyuruh qana’ah itu ialah qana’ah Islam mengajak ummatnya hidup dengan qana’ah, sekali-kali
hati, bukan qana’ah ikhtiar. Sebab itu terdapatlah dalam masa Nabi tidaklah dia menyuruh malas, lalai dan lengah, tiada perduli akan
SAW dan para sahabatnya manusia mulya yang beraneka macam keperluan dan kemestian hidup. Hanya sebaliknya, Islam membawa
usaha, Amr bin Ash pemuka Mesir, seorang tukang potong hewan. pengikutnya mencari sukses dalam hidup, menyuruh ummatnya maju,
Zubeir bin Awwam, Abu Bakar, Usman, Thalhah bin Ubaidillah, tampil ke muka perjuangan. Dapatkah kekayaan dengan tidak
Abdurrahman bin Auf, semuanya saudagar yang pintar, Umar bin berusaha? Dapatkah ilmu dengan tak menuntut? Dapatkah kemuliaan
Khattab menjadi sales-man, Sa’ad bin Abu Waqqas tukang pintal tali, kalau tak ditempuh jalannya? Apakah yang disuruh Islam pada
Abu Sufyan penjual minyak, Ash bin Wail, dokter hewan. Dan yang ummatnya didalam menyembah Tuhan? Bila datang seruan
lainnya. sembahyang pada hari jumat, pergilah mengingatNya tinggalkan jual-
beli
Maksud qana’ah amatlah luas. Menyuruh percaya yang betul-betul
akan adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan kita, menyuruh sabar “ Bila sembahyang telah selesai, bertebaranlah di muka bumi, dan
menerima ketentuan Ilahi jika ketentuan itu tidak menyenangkan diri, cari karunia Allah. Ingatlah Allah banyak-banyak supaya beroleh
dan bersyukur jika dipinjamiNya nikmat, sebab entah terbang pula kemenangan “. (QS. Al-Jum’ah:10).
nikmat itu kelak. Jika ditimpa susah, dia sabar dan senang sebab dapat Allah tiada menahan kita, bila sembahyang itu telah selesai pergilah,
mengingat kelemahan dirinya dan kekuatan Tuhannya. Jika dia carilah kehidupan, rupanya cukup dan lengkap kewajiban yang harus
dihujani rahmat, dia senang pula, sebab dapat bersyukur. Dalam hal dibayarkan. Cuma satu saja peringatanNya yaitu ingatlah padaNya
yang demikian disuruh bekerja, berusaha, bergiat sehabis tenaga, sebab dengan sebanyak-banyak gunanya juga untuk keberuntungan kita.
semasa nyawa dikandung badan, kewajiban belum berakhir. Qana’ah Qana’ah tidak berlawanan dengan harta, selama harta itu belum
menjadi modal yang paling teguh untuk menghadapi penghidupan, menghilangkan ketentraman hati, sebab qana’ah ialah tangga
menimbulkan kesungguhan dalam hidup. Jangan takut dan gentar, ketentraman hati. Dan selama harta itu masih diikat oleh niat yang
suci yaitu untuk menyokong segala keperluan hidup, berhubung jangan lekas naik darah, fikirkan dahulu, karena sebanyak hinaan, agak
dengan sesama manusia dan ibadah. Didalam qana’ah tersimpullah sebuah atau dua entah ada juga yang betul. Akuilah dahulu bahwa diri
tawakkal, yaitu menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar dan sendiri manusia, tak sunyi dari salah dan kilaf.
usaha kepada Tuhan semesta alam. Tidaklah keluar dari garis tawakkal Serupa dengan itu tawakkal kepada Allah di dalam perkara
jika dikunci pintu lebih dahulu sebelum keluar rumah, ditutup kandang mengobati penyakit. Berobat ketika sakit, tidak mengurangi tawakkal
ayam sebelum malam, dimasukkan kerbau kekandang sebelum senja. bukan pula menunjukkan kurang terima atas takdir dan ketentuan
Karena menurut sunnatulah, dikunci rumah dahulu baru maling Tuhan. Karena berobatpun takdir juga. Junjungan kita Muhammmad
tertahan masuk, ditutup pintu kandang baru musang tak mencuri SAW bersabda: “ Hai hamba Allah, berobatlah, karena bahwa
ayam. Memang diakui bahwa kunci pintu tak dapat menolak kadar, sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan penyakit melainkan
kunci kandang tak dapat menangkis nasib, melainkan dengan izin Allah dijadikanNya obatnya, kecuali semacam penyakit saja, yaitu tua “.
jua. Tetapi tidaklah boleh kita lantas terus saja lari kepada takdir, (HR. Imam Ahmad)
kalau ikhtiar belum sempurna.
Jika ikhtiar maksimal baru dengan hati tulus ikhlas, kepada Ilahi
kita memohon: “ Ya Ilahi, jika barang-barang yang ada dalam rumah ini,
dengan kekuasaan Engkau, dapat juga diambil orang, setelah dia saya
kuncikan, maka saya serahkanlah kepada keredaan Engkau, hilangnya
dalam jalan Engkau, tinggalnyapun dalam keredaan Engkau, saya redha
menerima, tidaklah ada tempat berlindung, ditanganMu terpegang
segala sebab dan musabab”.
Kalau bahaya yang mengancam itu akan datang dari sesama
manusia, maka sekiranya ada jalan sabar atau jalan untuk
mengelakkan diri atau menangkis, pilihlah lebih dahulu yang pertama
yaitu sabar. Kalau tak dapat lagi, pilihlah yang kedua yaitu
mengelakkan diri. Kalau tak dapat juga, barulah menangkis. Kalau
hanya tinggal jalan semata-mata menangkis, tidak juga ditangkis,
tidaklah bernama tawakkal lagi, tetapi sia-sia. Dicela dan dihina orang,

Anda mungkin juga menyukai