Anda di halaman 1dari 37

BAB V

ANALISIS DEBIT BANJIR

Tujuan Pembelajaran Umum :


1. Mahasiswa mampu menghitung limpasan permukaan dengan metode rasional praktis,
dan debit banjir rencana dengan metode Weduwen, Haspers, maupun Melchior.
2. Mahasiswa diharapkan mampu memperluas sendiri wawasannya tentang semua cara
perhitungan debit banjir rencana seperti yang tercantum pada SNI 03-2415-1991.

Tujuan Pembelajaran Khusus :


1. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan.
2. Mahasiswa mengerti proses setiap tahapan terjadinya hidrograf aliran.
3. Mahasiswa mampu menghitung debit limpasan hujan dengan benar, sehingga dapat
digunakan untuk mendesain saluran drainase pada kawasan kecil maupun sedang.
4. Mahasiswa mampu menghitung debit banjir rencana dengan benar, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan taraf muka air banjir sungai, atau untuk mendesain
berbagai macam struktur bangunan keairan.

Limpasan (run off) adalah curah hujan kelebihan yang mengalir dari daerah
tangkapan sungai (DAS), baik di atas maupun di bawah permukaan tanah menuju saluran,
sungai atau badan air lainnya mengikuti siklus hidrologi. Limpasan ini terbagi dua, yaitu
limpasan permukaan (surface run off) dan limpasan bawah tanah (sub surface run off) yang
bersatu menjadi debit saluran atau sungai.
Limpasan permukaan adalah air hujan (presipitasi) yang mengalir langsung di atas
permukaan tanah sebelum mencapai saluran atau sungai. Terjadinya hanya pada saat dan
setelah hujan, alirannya lebih cepat tergantung dari bentuk dan kondisi topografi setempat.
Sedangkan limpasan bawah tanah adalah sebagian air hujan (presipitasi) yang meyerap
(berinfiltrasi) ke dalam lapisan tanah dan mengalir melalui lapisan (rongga) tanah menuju
elevasi yang lebih rendah, pada tempat-tempat tertentu keluar ke permukaan tanah berupa
mata air atau langsung ke dalam saluran atau sungai. Sifat alirannya (jauh) lebih lambat
dibandingkan dengan limpasan permukaan dan berlangsung lebih lama dan hampir terus
menerus. Dengan adanya aliran bawah permukaan ini, walupun sudah tidak ada hujan,

Hidrologi Rekayasa V -1
sungai selalu mempunyai aliran air yang merupakan aliran minimum dari suatu sungai.
Selanjutnya aliran ini disebut aliran dasar (base flow) dari suatu sungai.

5.1 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Limpasan

A. Yang Mempengaruhi Volume Limpasan ;


A.1 Faktor Fisik DAS.
 Ukuran DAS.
 Elevasi rata-rata DAS
A.2 Faktor Iklim.
 Jumlah presipitasi.
 Laju evapotranspirasi.

B. Yang Mempengaruhi Distribusi Waktu Limpasan.


B.1 Faktor Fisik DAS
 Topografi > bentuk DAS.
> kemiringan DAS.
 Geologi > permeabilitas.
> stratigrafi.
> jenis tanah
 Vegetasi > tertutup.
> gundul.
 Jaringan drainase > tatanan sungai.
> kerapatan drainase.

B.2 Faktor Meteorologi.


 Presipitasi > distribusi waktu / intensitas
> distribusi kawasan
> lama presipitasi
> arah gerakan hujan.
> frekuensi kejadian
> presipitasi terdahulu.

Hidrologi Rekayasa V -2
 Elemen meteorologi > suhu
> kelembaban
> kecepatan angin yang mempengaruhi evapotranspirasi
> penyinaran matahari.
> tekanan atmosfer.
B.3 Faktor Manusia.
 Bangunan air.
 Rekayasa pertanian.
 Urbanisasi.

PRESIPITASI

PRESIPITASI ALIRAN INFILTRASI KEHILANGAN


LANGSUNG DIATAS ET dsb.
TANAH

ALIRAN ALIRAN
LANGSUNG AIRTANAH

CEPAT TERTUNDA

LIMPASAN LIMPASAN
PERMUKAAN BAWAH TANAH

LIMPASAN LIMPASAN
LANGSUNG DASAR

LIMPASAN TOTAL

Gambar 5.1 Gambar


Diagram block hubungan
6.1 - Hubungan antara
Antara Presipitasi Presipitasi
dengan Limpasan dan Limpasan.

Hidrologi Rekayasa V -3
Gambar 5.2 Perkiraan limpasan rata-rata di seluruh dunia (Ward, 1967).

Hidrologi Rekayasa V- 1
Tabel 5.1 Pengaruh sifat daerah pengaliran sungai dan iklim terhadap limpasan)
KARAKTERISTIK DEBIT
VARIABEL BANJIR ALIRAN DEBIT
MINIMUM TOTAL/TAHUN
Besar Kurang Lebih
DAERAH
PENGALIRAN Tak ada beda
SUNGAI Kecil Lebih Kurang
Memanjang Kurang Lebih
BENTUK DAS Tak ada beda
Bulat Lebih Kurang
Terjal Lebih Kurang Lebih
LERENG DAS
Landai Kurang Lebih Kurang
Tertutup Kurang Lebih Kurang
VEGETASI
Gundul Lebih Kurang Lebih
Ditanami Kurang Lebih Kurang
TATAGUNA
LAHAN
Pemukiman Lebih Kurang Lebih

PERSENTASE Ada Kurang Lebih Kurang


KOLAM DAN
DANAU
Tidak ada Lebih Kurang Lebih
Tinggi Lebih Kurang Tergantung sifat
KERAPATAN airtanah dan
DRAINASE Rendah Kurang Lebih evaporasi

Tinggi Lebih Kurang Tergantung sifat


PERMEABILITAS airtanah dan
Rendah Kurang Lebih evaporasi
Tinggi Lebih Lebih Lebih
PRESIPITASI
TAHUNAN Rendah Kurang Kurang Kurang
Tinggi Lebih Lebih Lebih
PRESIPITASI TIAP
HUJAN.
Rendah Kurang Kurang Kurang
Terpusat Lebih Kurang Lebih
SEBARAN
PRESIPITASI
Tersebar Kurang Lebih Kurang
Hulu Lebih
ARAH GERAKAN Tak ada beda Tak ada beda
HUJAN Hilir Kurang
Tinggi Kurang Kurang
EVAPORASI Tak ada
Rendah pengaruh Lebih Lebih
*) E. Seyhan, 1977

Hidrologi Rekayasa V -1
5.2 Hidrograf.
 Adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan (keragaman) limpasan
terhadap waktu.
 Merupakan respons aliran sungai terhadap masukan curah hujan.
 Secara umum prosesnya terdiri dari lima tahapan.

Tahap I Periode tidak hujan.


a. Air sungai berasal dari airtanah ( aliran dasar ), MAT menurun, lapisan tak jenuh
mengering.
b. Evapotranspirasi meningkatkan defisiensi lengas tanah.
c. Hidrograf berupa kurva deflesi, limpasan sungai 100 % dari airtanah.

Tahap II. Periode hujan awal.


a. Sebagian curah hujan ditahan oleh intersepsi.
b. Sebagian curah hujan tertahan sebagai cadangan depresi.
c. Hampir tidak ada limpasan permukaan, air hanya terpakai untuk membasahi tanah.
d. Hidrograf berubah dari kurva deflesi menjadi kurva naik.

Tahap III. Periode hujan (puncak).


a. Cadangan defresi berada pada kapasitas lapangan.
b. Infiltrasi mulai.
c. Limpasan permukaan mulai, menyebabkan peningkatan muka air sungai.

Hidrologi Rekayasa V -2
d. Defisiensi lengas tanah menurun, perkolasi diduga belum berlangsung, MAT masih
tetap.

Tahap IV. Saat hujan berhenti.


a. Air sisa diatas tanah mengalir sebagai limpasan permukaan.
b. Infiltrasi berlanjut.
c. Limpasan sungai disebabkan oleh aliran saluran, cadangan saluran, menurun dengan
waktu.
d. Cadangan saluran habis, air sungai kembali berasal dari pasokan airtanah, akhir
limpasan permukaan.

Tahap V. Periode hujan baru.


a. Lengas tanah berada pada kapasitas lapangan.

Hidrologi Rekayasa V -3
b. Akifer terisi kembali, air tanah mulai menambah limpasan sungai.
c. Kurva deplesi baru berlanjut.
Presipitasi yang mengalir di permukaan tanah, dipengaruhi oleh elemen meteorologi (curah
hujan) dan elemen daerah pengaliran
a. Elemen Meteorologi :

 Jenis presipitasi >>> hujan atau salju.


 Intensitas curah hujan.
 Lamanya curah hujan.
 Distribusi curah hujan dalam DPS.
 Arah pergerakan curah hujan.
 Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah.
 Kondisi meteorologi lain.
b. Elemen Daerah Pengaliran.

 Kondisi penggunaan tanah.


 Daerah pengaliran.
 Kondisi topografi Daerah Pengaliran.
 Jenis tanah.
 Faktor-Faktor lain >>> karakteristik jaringan sungai.
pengaliran tidak langsung.
drainase buatan dll.

5.3 Debit Limpasan

Rumus Umum ( Rumus Rasional Praktis)


Q = k.c.I.A
dimana Q= debit, m3/dt.
k = Konstanta konversi
c = koefisien pengaliran, tergantung dari keadaan topografi dan penutupnya,
untuk penyederhanaan dianggap tetap ( rata-rata).
I = Intensitas curah hujan.

Hidrologi Rekayasa V -4
A= Luas daerah pengaliran.

Daerah Kecil (kawasan seluas < 80 ha)

Debit banjir : Q = k.c.I.A

Tabel 5.2 Koefisien Pengaliran ( C ), berdasarkan kondisi DAS.


Kondisi Daerah Pengaliran (DAS) Harga c
Daerah pegunungan yang curam. 0,75 - 0,90
Daerah pegunungan tersier. 0,70 - 0,80
Tanah bergelombang dan hutan 0,50 - 0,75
Tanah dataran yang ditanami 0,45 - 0,60
Persawahan yang diairi 0,70 - 0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai kecil di dataran 0,45 - 0,75
Sungai besar yang lebih dari separoh DAS nya terdiri dari dataran 0,50 - 0,75

Daerah Sedang ( Kawasan seluas 80 ha s.d. 26 km 2)

Debit banjir : Q = k . c . cs . I . A

dimana : cs = koefisien penampungan.

Untuk Q dalam m3/dt, I dalam mm/jam dan A dalam ha  k = 0,00278


Tabel 5.3 Koefisien Pengaliran ( c ), berdasar kondisi topografi.
Kondisi Topografi Nilai c
Daerah perumahan Koefisien
 tidak begitu rapat ( s.d 20 rumah / ha ) 0,25 - 0,40 penampungan
( cs )
 kerapatan sedang ( 20 - 60 rumah / ha ) 0,40 - 0,70

 sangat rapat ( > 60 rumah / ha ) 0,70 - 0,80

Taman dan daerah terbuka 0,20 - 0,30


tc = t0 + td
Daerah industri 0,80 - 0,90

Daerah perniagaan 0,90 - 0,95

Tempat parkir 0,95

Hidrologi Rekayasa V -5
di mana tc = waktu konsentrasi
t0 = waktu konsentrasi di permukaan tanah
td = waktu konsentrasi di dalam saluran

Intensitas curah hujan ( I ) diambil periode ulang 2 sampai 5 tahun.

Gambar 5.3 Untuk menentukan waktu pengaliran di permukaan tanah (t0)

Tabel 5.4 Nilai td, tergantung dari kemiringan dasar saluran / sungai.

Kemiringan Rata-Rata Dasar Saluran ( % ) Kecepatan Rata- Rata ( m/detik )


<1 0,4

Hidrologi Rekayasa V -6
1-2
2-4 0,6
4-6 0,9
6 - 10 1,2
10 - 15 1,5
2,4

Tabel 5.5 Koefisien limpasan Rasional (Chow-1964).

Hidrologi Rekayasa V -7
Hidrologi Rekayasa V -8
Diagram langkah-langkah perhitungan laju aliran dengan menggunakan rumus Rasional
diperlihatkan pada gambar berikut:

Data tata guna lahan DAS


tidak seragam

Pecah menjadi beberapa


sub-DAS dgn tata guna
lahan seragam, C i

Koefisien C gabungan :
Ukur : n
 C i .A i
luas sub-DAS, A (km 2 ) i 1
i C DAS = n
 Ai
i 1

Hitung :
n
Luas DAS =  Ai (km 2 )
i 1

Q Catatan :
t o = waktu limpas permukaan
(dari titik P ke saluran Hitung :
terdekat, titik Q). debit puncak limpasan
di titik outlet
t d = waktu limpas saluran dengan rumus Rasional,
(dari titik Q ke titik R). Q = 0,2778 CIA (m 3 /det)
R
titik outlet DAS

Ukur : Hitung :
jarak limpas permukaan, kemiringan tanah
L = PQ (m). S = L/(Elev. P - Elev. Q )

Ukur : Hitung :
panjang saluran, waktu limpas permukaan,
L d = QR (m). t 0 = (2/3*3,28*L*n d /S) 0,167
(menit).

Perkirakan kecepatan Hitung :


dalam saluran = V (m/s), Hitung : intensitas hujan dengan
dan hitung waktu alir sal., waktu konsentrasi rumus yang paling cocok,
t d = L d /(60*V) (menit). t C = t 0 + t d (menit). I Tr (mm/jam).

Gambar 5.3 Diagram block langkah-langkah perhitungan debit limpasan.

Hidrologi Rekayasa V -9
5.4 Debit Banjir Rencana.

Yang dimaksud dengan banjir rencana (design flood), adalah besarnya kemungkinan debit
sungai yang akan terjadi yang direncanakan untuk melewati suatu bangunan air dengan
aman, Artinya bangunan yang direncanakan tersebut akan mampu bertahan bila dilewati
banjir sebesar atau lebih kecil dari banjir rencana tersebut. Banjir rencana ditetapkan
berdasarkan suatu periode ulang tertentu, karena banjir maksimum yang terjadi pada suatu
periode yang lebih panjang, akan lebih besar dari pada banjir yang terjadi dalam periode
yang lebih pendek. Banjir maksimum yang terjadi dalam periode tertentu ini disebut banjir
dengan suatu periode ulang. Misalnya banjir dengan periode ulang 10 tahun, artinya banjir
sebesar ini akan terjadi setiap 10 tahun sekali. Begitu juga dengan banjir 25 tahun, 50 tahun
dan seterusnya, yang biasanya disebut dengan notasi Q10, Q25, ............ Qn.

Untuk menentukan besar banjir rencana, dapat digunakan data debit langsung, bila ada.
Atau bila tidak ada data debit, dapat ditentukan dengan cara perhitungan pendekatan
dengan menggunakan data curah hujan.

Data Debit

Di Indonesia umumnya data debit sungai-sungai masih sangat kurang, kalaupun ada masih
sangat terbatas untuk beberapa tahun saja, dan masih jauh di bawah dari periode ulang
yang diinginkan. Untuk mengatasi hal ini biasanya dilakukan peramalan / perkiraan dengan
menggunakan metoda statistik. Salah satu metoda yang banyak digunakan, adalah Metode
Gumbel.

Penentuan Metode Perhitungan Debit Banjir (SNI 03-2415-1991, Edisi Revisi)

Berdasarkan data lapangan yang tersedia, maka perhitungan debit banjir rencana dapat
diklasifikasikan berdasarkan pada pendekatan sebagai berikut :
a) Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk priode waktu > 20 tahun, metode
yang dapat digunakan adalah :
Metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir, apabila data aliran sungai yang
tersedia cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung
menggunakan metode Gumbel, Log-Pearson, atau log Normal, baik dengan cara
grafis maupun analitis.

Hidrologi Rekayasa V - 10
b) Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk priode waktu < 20 tahun, metode
yang dapat digunakan adalah :
1) Metode analisis regional, apabila data debit kurang dari 20 tahun dan lebih besar
dari 10 tahun, maka dapat digunakan metode analisis regional yang merupakan
gabungan data dari berbagai DAS yang ada.
2) Metode puncak banjir di atas ambang, apabila data debit ang tersedia diantara 3-
10 tahun, metode ini berdasarkan pengambilan puncak banjir dalam selang satu
tahun di atas ambang tertentu dan hanya cocok untuk data yang didapat dari pos
duga air otomatis (PDAO).

c) Data curah hujan bilamana data debit sesaat sangat minimum atau tidak tersedia,
metode yang dapat digunakan apabila perkiraan besarnya banjir didasarkan pada
parameter hujan dan karakteristik DAS yang antara lain :
1) Metode Rasional;
2) Metode Der Weduwen, Haspers, dan Melchior;
3) Metode hidrograf satuan :
a. Metode unit hidrograf aktual.
b. Metode unit hidrograf sintetis.
4) Metode US-Soil Conservation Service.

d) Data debit dikorelasikan dengan data curah hujan dan karakteristik DAS dengan
membuat analisis regresi.
Persamaan-persamaan regresi dihasilkan oleh Institut of Hydrology (IOH), dan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan untuk dapat mengkorelasikan data hujan dan
karakretistik DAS dengan kala ulang tertentu dengan menggunakan lengkung analisis
regional.

e) Data debit banjir sintetis yang didapat dari hasil simulasi hujan untuk periode
waktu > 20 tahun sebagai input ke analisis frekuensi.
Model matematik hubungan antara hujan dan debit melalui tahapan kalibrasi,
diupayakan mendapatkan parameter model yang dapat merepresentasikan periode
pengamatan yang ada. Parameter tersebut digunakan untuk mendapatkan banjir pada
waktu terjadi hujan yang paling lebat dari setiap tahunnya. Setelah didapat puncak-
puncak banjir dari simulasi tersebut selanjutnya debit banjir rencana dihitung dengan

Hidrologi Rekayasa V - 11
menggunakan salah satu fungsi distribusi yang tepat seperti Gumbel, Pearson, log
Pearson, Gamma, log Gamma, normal, dan log normal.

Data
Hidrologi

Debit
Storege Curah
Maximum < 20 th
Danau Hujan
Sungai

> 20 th > 20 th

> 20 th
Modeling Empiris Rasional

Hujan Actual Syntetic Intensitas Hujan


Sistem
Harian Unit Unit Parameter
Konfigurasi
Maksimum Hydrograph Hydrograph Reduksi

Debit Debit
< 10 th > 10 th

- Analisa Hidrograp Banjir


Kalibrasi - Losses
Parameter - Base Flow Separation
Basin

Peak Over Analisis


Threshold Regional
Analisa
Karakteristik Basin
Frekuensi

Desain Rainfall Hujan


Analisa Frekuensi Unit Hidrograp
(Analisa Frekuensi) Maksimum

Debit Banjir Rencana

Gambar 5.4 Diagram block cara penentuan metode perhitungan debit banjir rencana.

Dari semua metode perhitungan debit banjir rencana yang di jelaskan dalam “SNI 03-2415-
1991 tentang Analisis Debit Banjir” di atas, dalam Buku Ajar ini hanya akan membahas
sebagian saja karena terbatasnya alokasi jam pembelajaran Hidrologi Rekayasa dalam
kurikulum 2011, maka pembahasan materi debit banjir rencana seperti di bawah ini.

Hidrologi Rekayasa V - 12
Perhitungan ”Pendekatan”
Seperti telah diterangkan di atas, bila di lapangan tidak tersedia data debit atau sangat
minim data debit pengamatan langsung, maka untuk menentukan besar debit banjir
rencana, dapat dilakukan dengan perhitungan pendekatan. Cara yang sering digunakan
antara lain adalah Metode Weduwen, Harpers dan Melchior.

5.4.1 Metode der Weduwen


Metode ini berlaku untuk daerah pengaliran sungai (catchment area ) yang luasnya lebih
kecil atau sama dengan 100 kilometer persegi.

dimana Qn = debit banjir dengan periode ulang n tahun.


:  = koefisien pengaliran.
 = koefisien reduksi.
q = intensitas hujan, m3/km2/det.
f = luas daerah pengaliran, km2.
Rn = curah hujan dengan periode ulang n tahun.

dan q, dihitung dengan rumus sebagai berikut ;

dimana : t = waktu konsentrasi


i = kemiringan efektif dasar sungai.

Hidrologi Rekayasa V - 13
Perhitungan dapat dilakukan dengan cara coba-coba atau dengan menggunakan
nomogram. Untuk ini Weduwen telah membuat nomogram yang menyatakan hubungan
antara q’ =  . q dengan I dan f, seperti disajikan pada Gambar 5.3 atau = A.

Bila perhitungan dilakukan dengan coba-coba, maka prosedurnya adalah sebagai berikut ;
 mula-mula ditaksir dulu harga t, (jam).
 hitung , q dan .
 kontrol lagi harga t, dan seterusnya sampai diperoleh harga t yang konstan.
 bila Rn sudah diketahui, maka Qn dapat dihitung.

Hidrologi Rekayasa V - 14
Gambar 5.5 Nomogram Weduwen, A.

Hidrologi Rekayasa V - 15
5.4.2 Metode Harpers

Rumus debit Haspers adalah sebagai berikut ;

Qn =  . q . f

dimana : Qn = debit banjir dengan periode ulang n tahun, m3/dt.


 = koefisien pengaliran.
 = koefisien reduksi daerah pengaliran.
qn = intensitas hujan dengan periode ulang n th, mm.
f = luas derah pengaliran, km2.

Harga-harga koefisien, dihitung sebagai berikut ;

(a)

(b)

t = 0,1 . L0,8 . I-0,3 (c)

(d)

dimana t = lamanya jatuh hujan, jam.


: L = panjang sungai
i = kemiringan sungai rata-rata.
r = intensitas hujan, mm.

untuk t < 2 jam,

(e)

untuk 2 jam < t < 19 jam,


(f)
untuk 19 jam < t < 30 hari,
(g)
5.4.3 Metode Melchior

Hidrologi Rekayasa V - 16
Metode ini digunakan terutama bila luas daerah pengaliran lebih besar dari 100 km 2.
Menurut Melchior, debit banjir maksimum yan akan terjadi, dihitung dengan rumus sebagai
berikut.

dimana Qmak = debit banjir maksimum yang mungkin terjadi, m3/detik.


:  = koefisien limpasan, tergantung kondisi penutup topografi, diambil
0,52, 0,62, 0,75.
F = luas daerah pengaliran, km2.
q’ = intensitas hujan, m3/km2/detik.
Rmak = curah hujan maksimum absolut, mm.

Untuk memakai metode ini telah disusun nomogram-nomogram yang menyatakan


hubungan antara berbagai variabel yang terdapat dalam rumus-rumus. Dengan
memamakai nomogram-nomogram tersebut, perhitungan dapat dikerjakan dengan cepat.
Contoh nomogram Melchior dan Weduwen ditunjukkan pada Gambar A, B dan C.
Nomogram Melchior disusun berdasarkan C = 0,52. Untuk harga C lain, maka harga V yang

didapatkan dari nomogram harus dikalikan dengan

Bila tidak tersedia nomogram-nomogram, perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Lukis ellips yang mengelilingi daearah alairan sungai dengan sumbu panjang 1,5 kali
sumbu pendek, dan hitung luasnya : F = 0,25  a.b. Disini a dan b adalah sumbu-
sumbu ellips.
2. Ukur luas DAS (A).

3. Kemiringan rata-rata dasar sungi :

4. Dengan diketahuinya F kita tentukan 1.


5. Taksir dulu besar hujan maksimum sehari, = R1 m3/detik/km2. (Tabel 5.6)
6. Maka Q = 1 . R1 . A, m3/detik.
7. Hitung V = 1,31 (Q.S2)0,2 m/detik.

Hidrologi Rekayasa V - 17
8. Hitung jam, L dalam km dan V dalam m/detik.

9. Dengan diketahuinya t, F dan 1 kita tentukan harga .

10. Maka m3/detik/km2.

Disini R24-maks adalah besarnya curah hujan terpusat maksimum sehari yang
didapat dari data-data hujan di Jakarta (= 200 mm).
Harga R ini harus sama (mendekati sama) dengan R1 yang ditaksir pada ayat 5.
11. Akhirnya Q = C.R.A m3/detik, dan ditambah suatu persentase.
12. Untuk daerah luar Jakarta dengan hujan maksimum sehari r mm :

m3/detik dan ditambah persentasi tertentu.

Tabel 5.6 Hubungan luas ellip dengan R , menurut Melchior ( I ).

Tabel 5.7 Hubungan t dengan % , menurut Melchior ( II ).

Hidrologi Rekayasa V - 18
Hidrologi Rekayasa V - 19
Gambar 5.4 Nomogram Melchior I B.

Hidrologi Rekayasa V - 20
A dan B

Gambar 5.7 Nomogram Melchior IIC.

Hidrologi Rekayasa V - 21
5.5 Contoh Soal

Contoh 1 :

Data curah hujan harian maximum Stasiun Manokwari sebagai berikut ;


No Tahun Hujan Harian Jumlah
Maximum (mm) Setahun (mm)
1 1987 85 3374
2 1988 109 2676
3 1989 130 1968
4 1990 163 3568
5 1991 91 2698
6 1992 95 3608
7 1993 110 3315
8 1994 125 2387
9 1995 224 2926
10 1996 102 2431
11 1997 99 3275
12 1998 137 3189
13 1999 237 3052
14 2000 102 4040
15 2001 140 3404
16 2002 95 3570
17 2003 110 3684
18 2004 125 3604
19 2005 97 2169
20 2006 125 1892

Rabs.max I = 237 mm
Rabs.max II = 224 mm
= 125,05 mm

Ukuran Geometri
Luas DAS (Catchment Area) F = 186 km2
Panjang sungai (L) = 25.000 m
Panjang efektif (l) 0,9.25.000 = 22.500 m
Elevasi sungai pada 0,9 l : + 2.200,00 m
Elevasi sungai pada rencana bendung : + 222,50 m
H : 1.977,50 m

I=

Hidrologi Rekayasa V - 22
Geometri Daerah Aliran Sungai Prafi.

Hitung :
Hujan rencana dan debit banjir rencana untuk periode ulang 25, 50, 100, 1000 tahunan
dengan metode Haspers ?

Jawab :
Rabs.max I = 237 mm
Rabs.max II = 224 mm
= 125,05 mm

Hidrologi Rekayasa V - 23
Analisa Frekuwensi Curah Hujan ;

Rumus : Rn = + S . Un dan

S. Prafi
Di mana : Rn = curah hujan dengan periode ulang n tahun
= curah hujan maximum rata-rata
S = Standar deviasi
RI = curah hujan maximum absolut pertama
RII = curah hujan maximumabsolut kedua
Un = standar variabel untuk periode ulang n tahun (Tabel 4.6, halaman IV-21)
= periode ulang
m1 ; m2 = masing-masing ranking dari m1 dan m2
Dari Tabel Haspers didapat harga u untuk masing-masing periode ulang sebagai berikut :
U25 = 2,1
U50 = 2,75
U100 = 3,43
U1000 = 5,92
U21 = 1,94 (hasil interpolasi)
U10,5 = 1,31 (hasil interpolasi)

R M T U S R25 R50 R100 R1000


(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
237 1 21 1,94
66,62 264,95 308,26 353,56 519,44
224 2 10,5 1,31
Rumus debit : Q =  .  . q . f (Rumus Haspers)
Dimana : Q = debit banjir yang dihitung
 = koefisien pengliran yang dihitung dengan rumus :

 = koef. reduksi dari banyaknya hujan yang jatuh di suatu daerah, dihitung
dengan rumus :

di mana : t = lamanya jatuh hujan dihitung dengan rumus :


t = 0,1 L0,8 . i-0,3
L = panjang sungai
i = kemiringan sungai rata-rata
q = intensitas hujan rata-rata, dihitung dengan rumus :

Hidrologi Rekayasa V - 24
q= r=

R = curah hujan
f = luas daerah pengaliran

f = 186 km2
i = 0,0879
L = 25 km

= = 0,259

t = 0,1 L0,8 . i -0,3


= (0,1) . (250,8 ). (0,0879-0,3 ) = 2,72 jam.

= = 0,64

 .  . f = (0,259).(0,64).(186) = 30,83
t + 1 = 2,72 + 1 = 3,72 jam
3,6 t = 3,6.(2,72) = 9,792 jam
Rumus debit menjadi : Qn =  .  . f qn = 30,83 qn

qn = = 0,1021 rn

rn = = 0,7312 Rn

Debit banjir diperoleh sebagai berikut :


Periode Ulang (th) R (mm) r (mm) q (m3/dtk/km2 ) Q (m3/dtk)
25 264,95 193,73 19,78 609,82
50 308,26 225,40 23,01 709,50
100 353,56 258,52 26,40 813,76
1000 519,44 379,81 38,78 1195,59

Contoh 2 :

Hidrologi Rekayasa V - 25
Hitung Debit banjir rencana untuk periode ulang 25, 50, 100, dan 1000 tahunan dengan
menggunakan metode Melchior-Gumbel, dari data hujan rencana hasil analisis frekuensi
dengan cara Gumbel, seperti di bawah ini :
R25 = 228,3 mm
R50 = 255,4 mm
R100 = 282,4 mm
R1000 = 372,4 mm.
Jawab :

Rumus debit. Qn =  . F . q1 . (Rumus Melchior)

F = 186 km2
a = 17,5 km
sumbu ellif
b = 26,25 km
nF = ¼  a.b = ¼ . (17,5) . (26,25) = 360,79 km2
i = 0,0879

Dari Tabel 5.6 halaman 5.19 (I) ; untuk nF = 360,79 km2


q1 = 3,3 m3/dtk/km2
F.q1 = 186 . 3,3 = 613,8 km2
V = 1,31

= (1,31) = 1,75 m/dtk

T= = 12 857,14 dtk = 3,57 jam

T = 3,57 jam
n F = 360,79 q = 5,12 m3/dtk/km2 (grafik)
V = (1,31) = 1,95 m/dtk

T= = 11.538,46 detik = 3,21 jam

T= 3,21 jam
nF = 300,79 q = 5,15 m3/detik/km2 (grafik)
V = 1,31 = 1,95

Hidrologi Rekayasa V - 26
T= = 3,21 jam

Ditetapkan q = 5,15 m3/dtk/km2


T = 3,21 jam = 192,6 menit
Menurut Tabel 5.7 (2), untuk T = 192,6 menit
Koreksi q = 5%
q1 = 1,05 . 5,15 = 5,41 m3/dtk/km2

Debit banjir maximum : Qn =  . F . q1 .

Di mana : q1 = 5,41 m3/dtk/km2


Rn = R gumbel
F = 186 km
 = 0,62 (ditetapkan)
 . F . q1 = 623,88

Periode (thn) 25 50 100 1000


R (mm) 228,3 255,4 282,4 371,4
Q (m3/dtk) 712,07 796,59 880,81 1158,40

Contoh 3 :
Suatu DAS seluas 450 ha dengan komposisi tata guna lahan seperti pada tabel, dan
masing-masing penggunaan lahan yang terpencar di seluruh DAS tersebut, adalah
demikian :

No. Jenis tata guna lahan Luas sub-DAS, Ai (ha) Koefisien limpas, Ci

1 Lahan terbuka (taman) 140 0,20


2 Hutan 128 0,15
3 Perumahan 90 0,35
4 Industri berat 42 0,90
5 Jalan aspal 50 0,80
Sumber : Data soal.

Hidrologi Rekayasa V - 27
Ditanyakan:
Hitung debit limpasan puncak yang terjadi jika intensitas hujan dengan periode
ulang 25 tahunan sebesar I25 = 90 mm/jam.

Jawab:
Koefisien limpas , dengan persamaan (6.2):

CDAS = = =

0,35.
Sehingga debit puncak, dengan persamaan (6.1):

Qp = 0,2778 C.I.A = 0,2778*(0,35)*(90)*(4,50) = 36,13 m3/detik.

Contoh 4 :

1200 m 1200 m Gambar di samping adalah sketsa


denah dan potongan suatu lahan
pemukiman (C tidak seragam) dengan
C1 data sebagai berikut :
C3
750 m Kecepatan maksimum yang diijinkan
pada saluran drainase, V = 1,5 m/detik.
Koefisien hambat, nd = 0,015.
C2
Koefisien kekasaran saluran, n = 0,024.
Sd

Koefisien limpas, C1 = 0,8 C2 = 0,9


750 m
C4
C1 C3 = 0,86 C4 = 0,84
Kemiringan lahan, S01 = 0,0016
So1 So2 S02 = 0,0025
Kemiringan saluran drainase, Sd = 0,0026

IDF didapat dari persamaan pendekatan menurut Talbot untuk periode ulang 2 tahun,
dengan intensitas hujan sebagai berikut:
t (menit) 5 15 30 45 90 120 180 360
I (mm/jam) 45 40 35 30 25 22 20 18

Hidrologi Rekayasa V - 28
Diminta :
a) Hitung besarnya debit maksimum dari limpasan permukaan lahan pemukiman
tersebut dengan menggunakan rumus Rasional, nyatakan dalam m 3/detik ?
b) Rencanakan dimensi hidrolis saluran primer drainase lahan tersebut, dengan
bentuk penampang “Epp” yang terefisien dan tambahkan freeboard 15 cm ?
Jawab:
a) Menghitung Qmaks. limpasan permukaan lahan pemukiman.
 Untuk lahan sebelah kanan saluran.
-) Luas lahan.
A1 = 0,5 (750) (1200) = 450000 m2 (ada dua segmen )
A2 = 0,5 (1500) (1200) = 900000 m2.
Luas lahan sebelah kanan, Aka = 1800000 m2 = 1,8 km2.

-) Koefisien limpas.

CDAS = = = 0,85.

-) Waktu konsentrasi.

to = =

= 3,161 menit.

td = = 16,67 menit.
tc = to + td = 3,161 + 16,667 = 19,828 menit.

-) Perhitungan intensitas hujan.


2 2
No. t I I.t I I .t
(menit) (mm/jam)
1 5 45 225 2025 10125
2 15 40 600 1600 24000
3 30 35 1050 1225 36750
4 45 30 1350 900 40500
5 60 25 1500 625 37500
6 120 22 2640 484 58080
7 180 20 3600 400 72000
8 360 18 6480 324 116640
= 235 17445 7583 395595

Hidrologi Rekayasa V - 29
Dari persamaan (5.5) :

a= =

= 7464,903

Dari persamaan (5.6) :

b = = =

176,699
I= =  tc = 19,828 menit, maka :

I= = 37,984 mm/jam.

-) Debit maksimum dari limpasan permukaan lahan sebelah kanan.


Qka. = 0,2778 C.I.A = 0,2778 (0,85) (37,984) (1,8) = 16,156 m 3/detik.
 Untuk lahan sebelah kiri saluran.
-) Luas lahan.
A3 = 0,5 (1500) (800) = 600000 m2.
A4 = 0,5 (1500) (800) = 600000 m2.
Luas lahan sebelah kiri, Aki = 1200000 m2 = 1,2 km2.

-) Koefisien limpas.

CDAS = = = 0,85.

-) Waktu konsentrasi.

to = =

= 2,846 menit.
td = = 16,667 menit.
tc = to + td = 2,846 + 16,667 = 19,513 menit.
I = = 38,045 mm/jam.

-) Debit maksimum dari limpasan permukaan lahan sebelah kiri saluran.


Qkiri. = 0,2778 C.I.A = 0,2778 (0,85) (38,045) (1,2) = 10,788 m 3/detik.

Debit maksimum limpasan = Qka + Qki = 16,156 + 10,788 = 26,944 m3/detik.

Hidrologi Rekayasa V - 30
b) Dimensi hidrolis saluran.
Rumus umum, faktor penampang saluran :
A R2/3 = = 6,736
Penampang saluran berbentuk Epp., maka :

Untuk saluran berpenampang Epp. yang terefisien terdapat hubungan,


yaitu : b = 2h.

6,736 =

6,736 * (22/3) = 2 h8/3 .


h8/3 = .
h = (5,3463337)3/8 = 1,875 m  1,90 m (dibulatkan)
b = 2h = 2 (1,90) = 3,80 m.
Gambar dimensi hidrolis penampang saluran (hasil perhitungan di atas) :
freeboard = 15 cm

h = 1,90 m

b = 3,80 m

5.6 Soal Latihan

Latihan 1 :
Suatu lokasi pemukiman di atas bukit seperti terlihat pada Gambar 6.6
terdapat jaringan drainase yang bermuara pada S. Ciadas. Intensitas hujan
yang jatuh pada kawasan tersebut, pada waktu konsentrasi t c dan periode
ulang 5 tahun, dinyatakan oleh rimus Talbot I = 15190/(t c+56,88)
liter/detik.ha.
Data elevasi dasar dan tepi saluran tertera pada Gambar 6.6. Saluran primer dan
sekunder dibuat dari beton dengan lebar 0,80 dan 0,60 meter.
Elevasi muka air banjir tertinggi di S. Ciadas adalah +71.75, dan merupakan
Kontrol Hidrolik Jaringan.

Gambar 5.6 Skema jaringan drainase di lokasi pemukiman S.Ciadas.


Ditanyakan :

Hidrologi Rekayasa V - 31
1) Hitung elevasi muka air pada tiap nodal saluran dalam priode ulang 5 tahun ?
2) Periksalah, apakah ada bagian kawasan yang mengalami banjir ?

Jawab :
Tabel 6.5 Analisis jaringan drainase di lokasi pemukiman S.Ciadas.

Latihan 2 :
Pemukiman di tepi pantai dengan jaringan drainase pipa beton, yang bermuara
pada kolom tandon & stasion pompa (eleasi maksimum + 0,17 m.) sehingga dapat
diharapkan terjadinya aliran terbuka di dalam pipa beton tersebut (lihat Gambar 6.7
dan Tabel 6.6).

Gambar 6.7 Jaringan drainase di lokasi pemukiman tepi pantai.

Tabel 6.6 Data jaringan pipa drainase.


Jenis Nomor Elevasi Nomor Diameter
saluran nodal atas bawah saluran pipa (m)
Primer 0 + 3,12 + 1,82 0 - 1 0,80
1 + 2,55 + 0,75 1 - 2 1,00
2 + 2,40 + 0,62 2 - 3 1,00
3 + 2,25 + 0,21 3 - 4 1,20
4 + 2,10 - 0,23
Sekunder 1.1 + 3,05 + 1,55 1.1 - 1 0,60
2.1 + 3,20 + 1,52 2.1 - 2 0,60
3.1 + 3,50 + 1,85 3.1 - 3 0,80

Ditanyakan:
1) Perkirakan elevasi muka air di dalam jaringan pipa, intensitas hujan untuk
periode ulang 5 tahun dengan rumus Talbot adalah I = 16240/(t + 58,45)
liter/detik.ha?
2) Berikan komentar saudara, mengenai freebord yang terjadi ?

Jawab :
Tabel 6.7 Analisis jaringan drainase di lokasi pemukiman tepi pantai.

Hidrologi Rekayasa V - 32
Latihan 3 :
Landkap suatu kawasan tidak menghendaki saluran terbuka. Oleh karena itu dipakai
jaringan pipa lingkaran ‘armco” yang ditanam cukup dalam sehingga terjadi aliran
penuh pada pipa.
Limpasan air hujan dari rumah dan muka jalan ditampung pada saluran pengumpul
terbuka, yang dimasukkan ke dalam pipa armco melalui manhole yang ada (lihat
Gambar 6.8). Intensitas hujan untuk periode ulang 5 tahun menurut rumus Talbot I
= 14580/(t + 34,50) liter/detik/ha.

Gmbar 6.8 Skema jaringan drainase pipa aliran penuh.

Tabel 6.8 Data jaringan drainase pipa aliran penuh.


Nomor Elevasi Nomor Diameter Jarak antar
nodal atas bawah saluran pipa (m) manhole (m)
1 + 42,74 + 40,39 1-2 1,20 21
2 + 42,74 + 40,09 2-3 1,20 17
3 + 41,87 + 39,28 3-4 1,20 35
4 + 40,09 + 37,41 4-5 1,20 30
5 + 38,56 + 35,82 5-6 1,20 21
6 + 38,56 + 35,81 6-7 1,20 21
7 + 38,56 + 35,72 7-8 1,20 21
8 + 38,75 + 35,69 8-9 1,20 18
9 + 38,67 + 35,59 9 - 10 1,20 19
10 + 38,58 + 35,50

Ditanyakan :
Bilaman elevasi muka air pada muara pipa induk adalah +37,82, maka periksalah
apakah sistem ini cukup memadai untuk pematusan kawasan ?

Jawab :
Tabel 6.9 Analisis jaringan drainase pipa aliran penuh.

Hidrologi Rekayasa V - 33

Anda mungkin juga menyukai