Limpasan (run off) adalah curah hujan kelebihan yang mengalir dari daerah
tangkapan sungai (DAS), baik di atas maupun di bawah permukaan tanah menuju saluran,
sungai atau badan air lainnya mengikuti siklus hidrologi. Limpasan ini terbagi dua, yaitu
limpasan permukaan (surface run off) dan limpasan bawah tanah (sub surface run off) yang
bersatu menjadi debit saluran atau sungai.
Limpasan permukaan adalah air hujan (presipitasi) yang mengalir langsung di atas
permukaan tanah sebelum mencapai saluran atau sungai. Terjadinya hanya pada saat dan
setelah hujan, alirannya lebih cepat tergantung dari bentuk dan kondisi topografi setempat.
Sedangkan limpasan bawah tanah adalah sebagian air hujan (presipitasi) yang meyerap
(berinfiltrasi) ke dalam lapisan tanah dan mengalir melalui lapisan (rongga) tanah menuju
elevasi yang lebih rendah, pada tempat-tempat tertentu keluar ke permukaan tanah berupa
mata air atau langsung ke dalam saluran atau sungai. Sifat alirannya (jauh) lebih lambat
dibandingkan dengan limpasan permukaan dan berlangsung lebih lama dan hampir terus
menerus. Dengan adanya aliran bawah permukaan ini, walupun sudah tidak ada hujan,
Hidrologi Rekayasa V -1
sungai selalu mempunyai aliran air yang merupakan aliran minimum dari suatu sungai.
Selanjutnya aliran ini disebut aliran dasar (base flow) dari suatu sungai.
Hidrologi Rekayasa V -2
Elemen meteorologi > suhu
> kelembaban
> kecepatan angin yang mempengaruhi evapotranspirasi
> penyinaran matahari.
> tekanan atmosfer.
B.3 Faktor Manusia.
Bangunan air.
Rekayasa pertanian.
Urbanisasi.
PRESIPITASI
ALIRAN ALIRAN
LANGSUNG AIRTANAH
CEPAT TERTUNDA
LIMPASAN LIMPASAN
PERMUKAAN BAWAH TANAH
LIMPASAN LIMPASAN
LANGSUNG DASAR
LIMPASAN TOTAL
Hidrologi Rekayasa V -3
Gambar 5.2 Perkiraan limpasan rata-rata di seluruh dunia (Ward, 1967).
Hidrologi Rekayasa V- 1
Tabel 5.1 Pengaruh sifat daerah pengaliran sungai dan iklim terhadap limpasan)
KARAKTERISTIK DEBIT
VARIABEL BANJIR ALIRAN DEBIT
MINIMUM TOTAL/TAHUN
Besar Kurang Lebih
DAERAH
PENGALIRAN Tak ada beda
SUNGAI Kecil Lebih Kurang
Memanjang Kurang Lebih
BENTUK DAS Tak ada beda
Bulat Lebih Kurang
Terjal Lebih Kurang Lebih
LERENG DAS
Landai Kurang Lebih Kurang
Tertutup Kurang Lebih Kurang
VEGETASI
Gundul Lebih Kurang Lebih
Ditanami Kurang Lebih Kurang
TATAGUNA
LAHAN
Pemukiman Lebih Kurang Lebih
Hidrologi Rekayasa V -1
5.2 Hidrograf.
Adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan (keragaman) limpasan
terhadap waktu.
Merupakan respons aliran sungai terhadap masukan curah hujan.
Secara umum prosesnya terdiri dari lima tahapan.
Hidrologi Rekayasa V -2
d. Defisiensi lengas tanah menurun, perkolasi diduga belum berlangsung, MAT masih
tetap.
Hidrologi Rekayasa V -3
b. Akifer terisi kembali, air tanah mulai menambah limpasan sungai.
c. Kurva deplesi baru berlanjut.
Presipitasi yang mengalir di permukaan tanah, dipengaruhi oleh elemen meteorologi (curah
hujan) dan elemen daerah pengaliran
a. Elemen Meteorologi :
Hidrologi Rekayasa V -4
A= Luas daerah pengaliran.
Debit banjir : Q = k . c . cs . I . A
Hidrologi Rekayasa V -5
di mana tc = waktu konsentrasi
t0 = waktu konsentrasi di permukaan tanah
td = waktu konsentrasi di dalam saluran
Tabel 5.4 Nilai td, tergantung dari kemiringan dasar saluran / sungai.
Hidrologi Rekayasa V -6
1-2
2-4 0,6
4-6 0,9
6 - 10 1,2
10 - 15 1,5
2,4
Hidrologi Rekayasa V -7
Hidrologi Rekayasa V -8
Diagram langkah-langkah perhitungan laju aliran dengan menggunakan rumus Rasional
diperlihatkan pada gambar berikut:
Koefisien C gabungan :
Ukur : n
C i .A i
luas sub-DAS, A (km 2 ) i 1
i C DAS = n
Ai
i 1
Hitung :
n
Luas DAS = Ai (km 2 )
i 1
Q Catatan :
t o = waktu limpas permukaan
(dari titik P ke saluran Hitung :
terdekat, titik Q). debit puncak limpasan
di titik outlet
t d = waktu limpas saluran dengan rumus Rasional,
(dari titik Q ke titik R). Q = 0,2778 CIA (m 3 /det)
R
titik outlet DAS
Ukur : Hitung :
jarak limpas permukaan, kemiringan tanah
L = PQ (m). S = L/(Elev. P - Elev. Q )
Ukur : Hitung :
panjang saluran, waktu limpas permukaan,
L d = QR (m). t 0 = (2/3*3,28*L*n d /S) 0,167
(menit).
Hidrologi Rekayasa V -9
5.4 Debit Banjir Rencana.
Yang dimaksud dengan banjir rencana (design flood), adalah besarnya kemungkinan debit
sungai yang akan terjadi yang direncanakan untuk melewati suatu bangunan air dengan
aman, Artinya bangunan yang direncanakan tersebut akan mampu bertahan bila dilewati
banjir sebesar atau lebih kecil dari banjir rencana tersebut. Banjir rencana ditetapkan
berdasarkan suatu periode ulang tertentu, karena banjir maksimum yang terjadi pada suatu
periode yang lebih panjang, akan lebih besar dari pada banjir yang terjadi dalam periode
yang lebih pendek. Banjir maksimum yang terjadi dalam periode tertentu ini disebut banjir
dengan suatu periode ulang. Misalnya banjir dengan periode ulang 10 tahun, artinya banjir
sebesar ini akan terjadi setiap 10 tahun sekali. Begitu juga dengan banjir 25 tahun, 50 tahun
dan seterusnya, yang biasanya disebut dengan notasi Q10, Q25, ............ Qn.
Untuk menentukan besar banjir rencana, dapat digunakan data debit langsung, bila ada.
Atau bila tidak ada data debit, dapat ditentukan dengan cara perhitungan pendekatan
dengan menggunakan data curah hujan.
Data Debit
Di Indonesia umumnya data debit sungai-sungai masih sangat kurang, kalaupun ada masih
sangat terbatas untuk beberapa tahun saja, dan masih jauh di bawah dari periode ulang
yang diinginkan. Untuk mengatasi hal ini biasanya dilakukan peramalan / perkiraan dengan
menggunakan metoda statistik. Salah satu metoda yang banyak digunakan, adalah Metode
Gumbel.
Berdasarkan data lapangan yang tersedia, maka perhitungan debit banjir rencana dapat
diklasifikasikan berdasarkan pada pendekatan sebagai berikut :
a) Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk priode waktu > 20 tahun, metode
yang dapat digunakan adalah :
Metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir, apabila data aliran sungai yang
tersedia cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung
menggunakan metode Gumbel, Log-Pearson, atau log Normal, baik dengan cara
grafis maupun analitis.
Hidrologi Rekayasa V - 10
b) Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk priode waktu < 20 tahun, metode
yang dapat digunakan adalah :
1) Metode analisis regional, apabila data debit kurang dari 20 tahun dan lebih besar
dari 10 tahun, maka dapat digunakan metode analisis regional yang merupakan
gabungan data dari berbagai DAS yang ada.
2) Metode puncak banjir di atas ambang, apabila data debit ang tersedia diantara 3-
10 tahun, metode ini berdasarkan pengambilan puncak banjir dalam selang satu
tahun di atas ambang tertentu dan hanya cocok untuk data yang didapat dari pos
duga air otomatis (PDAO).
c) Data curah hujan bilamana data debit sesaat sangat minimum atau tidak tersedia,
metode yang dapat digunakan apabila perkiraan besarnya banjir didasarkan pada
parameter hujan dan karakteristik DAS yang antara lain :
1) Metode Rasional;
2) Metode Der Weduwen, Haspers, dan Melchior;
3) Metode hidrograf satuan :
a. Metode unit hidrograf aktual.
b. Metode unit hidrograf sintetis.
4) Metode US-Soil Conservation Service.
d) Data debit dikorelasikan dengan data curah hujan dan karakteristik DAS dengan
membuat analisis regresi.
Persamaan-persamaan regresi dihasilkan oleh Institut of Hydrology (IOH), dan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan untuk dapat mengkorelasikan data hujan dan
karakretistik DAS dengan kala ulang tertentu dengan menggunakan lengkung analisis
regional.
e) Data debit banjir sintetis yang didapat dari hasil simulasi hujan untuk periode
waktu > 20 tahun sebagai input ke analisis frekuensi.
Model matematik hubungan antara hujan dan debit melalui tahapan kalibrasi,
diupayakan mendapatkan parameter model yang dapat merepresentasikan periode
pengamatan yang ada. Parameter tersebut digunakan untuk mendapatkan banjir pada
waktu terjadi hujan yang paling lebat dari setiap tahunnya. Setelah didapat puncak-
puncak banjir dari simulasi tersebut selanjutnya debit banjir rencana dihitung dengan
Hidrologi Rekayasa V - 11
menggunakan salah satu fungsi distribusi yang tepat seperti Gumbel, Pearson, log
Pearson, Gamma, log Gamma, normal, dan log normal.
Data
Hidrologi
Debit
Storege Curah
Maximum < 20 th
Danau Hujan
Sungai
> 20 th > 20 th
> 20 th
Modeling Empiris Rasional
Debit Debit
< 10 th > 10 th
Gambar 5.4 Diagram block cara penentuan metode perhitungan debit banjir rencana.
Dari semua metode perhitungan debit banjir rencana yang di jelaskan dalam “SNI 03-2415-
1991 tentang Analisis Debit Banjir” di atas, dalam Buku Ajar ini hanya akan membahas
sebagian saja karena terbatasnya alokasi jam pembelajaran Hidrologi Rekayasa dalam
kurikulum 2011, maka pembahasan materi debit banjir rencana seperti di bawah ini.
Hidrologi Rekayasa V - 12
Perhitungan ”Pendekatan”
Seperti telah diterangkan di atas, bila di lapangan tidak tersedia data debit atau sangat
minim data debit pengamatan langsung, maka untuk menentukan besar debit banjir
rencana, dapat dilakukan dengan perhitungan pendekatan. Cara yang sering digunakan
antara lain adalah Metode Weduwen, Harpers dan Melchior.
Hidrologi Rekayasa V - 13
Perhitungan dapat dilakukan dengan cara coba-coba atau dengan menggunakan
nomogram. Untuk ini Weduwen telah membuat nomogram yang menyatakan hubungan
antara q’ = . q dengan I dan f, seperti disajikan pada Gambar 5.3 atau = A.
Bila perhitungan dilakukan dengan coba-coba, maka prosedurnya adalah sebagai berikut ;
mula-mula ditaksir dulu harga t, (jam).
hitung , q dan .
kontrol lagi harga t, dan seterusnya sampai diperoleh harga t yang konstan.
bila Rn sudah diketahui, maka Qn dapat dihitung.
Hidrologi Rekayasa V - 14
Gambar 5.5 Nomogram Weduwen, A.
Hidrologi Rekayasa V - 15
5.4.2 Metode Harpers
Qn = . q . f
(a)
(b)
(d)
(e)
Hidrologi Rekayasa V - 16
Metode ini digunakan terutama bila luas daerah pengaliran lebih besar dari 100 km 2.
Menurut Melchior, debit banjir maksimum yan akan terjadi, dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
1. Lukis ellips yang mengelilingi daearah alairan sungai dengan sumbu panjang 1,5 kali
sumbu pendek, dan hitung luasnya : F = 0,25 a.b. Disini a dan b adalah sumbu-
sumbu ellips.
2. Ukur luas DAS (A).
Hidrologi Rekayasa V - 17
8. Hitung jam, L dalam km dan V dalam m/detik.
Disini R24-maks adalah besarnya curah hujan terpusat maksimum sehari yang
didapat dari data-data hujan di Jakarta (= 200 mm).
Harga R ini harus sama (mendekati sama) dengan R1 yang ditaksir pada ayat 5.
11. Akhirnya Q = C.R.A m3/detik, dan ditambah suatu persentase.
12. Untuk daerah luar Jakarta dengan hujan maksimum sehari r mm :
Hidrologi Rekayasa V - 18
Hidrologi Rekayasa V - 19
Gambar 5.4 Nomogram Melchior I B.
Hidrologi Rekayasa V - 20
A dan B
Hidrologi Rekayasa V - 21
5.5 Contoh Soal
Contoh 1 :
Rabs.max I = 237 mm
Rabs.max II = 224 mm
= 125,05 mm
Ukuran Geometri
Luas DAS (Catchment Area) F = 186 km2
Panjang sungai (L) = 25.000 m
Panjang efektif (l) 0,9.25.000 = 22.500 m
Elevasi sungai pada 0,9 l : + 2.200,00 m
Elevasi sungai pada rencana bendung : + 222,50 m
H : 1.977,50 m
I=
Hidrologi Rekayasa V - 22
Geometri Daerah Aliran Sungai Prafi.
Hitung :
Hujan rencana dan debit banjir rencana untuk periode ulang 25, 50, 100, 1000 tahunan
dengan metode Haspers ?
Jawab :
Rabs.max I = 237 mm
Rabs.max II = 224 mm
= 125,05 mm
Hidrologi Rekayasa V - 23
Analisa Frekuwensi Curah Hujan ;
Rumus : Rn = + S . Un dan
S. Prafi
Di mana : Rn = curah hujan dengan periode ulang n tahun
= curah hujan maximum rata-rata
S = Standar deviasi
RI = curah hujan maximum absolut pertama
RII = curah hujan maximumabsolut kedua
Un = standar variabel untuk periode ulang n tahun (Tabel 4.6, halaman IV-21)
= periode ulang
m1 ; m2 = masing-masing ranking dari m1 dan m2
Dari Tabel Haspers didapat harga u untuk masing-masing periode ulang sebagai berikut :
U25 = 2,1
U50 = 2,75
U100 = 3,43
U1000 = 5,92
U21 = 1,94 (hasil interpolasi)
U10,5 = 1,31 (hasil interpolasi)
= koef. reduksi dari banyaknya hujan yang jatuh di suatu daerah, dihitung
dengan rumus :
Hidrologi Rekayasa V - 24
q= r=
R = curah hujan
f = luas daerah pengaliran
f = 186 km2
i = 0,0879
L = 25 km
= = 0,259
= = 0,64
. . f = (0,259).(0,64).(186) = 30,83
t + 1 = 2,72 + 1 = 3,72 jam
3,6 t = 3,6.(2,72) = 9,792 jam
Rumus debit menjadi : Qn = . . f qn = 30,83 qn
qn = = 0,1021 rn
rn = = 0,7312 Rn
Contoh 2 :
Hidrologi Rekayasa V - 25
Hitung Debit banjir rencana untuk periode ulang 25, 50, 100, dan 1000 tahunan dengan
menggunakan metode Melchior-Gumbel, dari data hujan rencana hasil analisis frekuensi
dengan cara Gumbel, seperti di bawah ini :
R25 = 228,3 mm
R50 = 255,4 mm
R100 = 282,4 mm
R1000 = 372,4 mm.
Jawab :
F = 186 km2
a = 17,5 km
sumbu ellif
b = 26,25 km
nF = ¼ a.b = ¼ . (17,5) . (26,25) = 360,79 km2
i = 0,0879
T = 3,57 jam
n F = 360,79 q = 5,12 m3/dtk/km2 (grafik)
V = (1,31) = 1,95 m/dtk
T= 3,21 jam
nF = 300,79 q = 5,15 m3/detik/km2 (grafik)
V = 1,31 = 1,95
Hidrologi Rekayasa V - 26
T= = 3,21 jam
Contoh 3 :
Suatu DAS seluas 450 ha dengan komposisi tata guna lahan seperti pada tabel, dan
masing-masing penggunaan lahan yang terpencar di seluruh DAS tersebut, adalah
demikian :
No. Jenis tata guna lahan Luas sub-DAS, Ai (ha) Koefisien limpas, Ci
Hidrologi Rekayasa V - 27
Ditanyakan:
Hitung debit limpasan puncak yang terjadi jika intensitas hujan dengan periode
ulang 25 tahunan sebesar I25 = 90 mm/jam.
Jawab:
Koefisien limpas , dengan persamaan (6.2):
CDAS = = =
0,35.
Sehingga debit puncak, dengan persamaan (6.1):
Contoh 4 :
IDF didapat dari persamaan pendekatan menurut Talbot untuk periode ulang 2 tahun,
dengan intensitas hujan sebagai berikut:
t (menit) 5 15 30 45 90 120 180 360
I (mm/jam) 45 40 35 30 25 22 20 18
Hidrologi Rekayasa V - 28
Diminta :
a) Hitung besarnya debit maksimum dari limpasan permukaan lahan pemukiman
tersebut dengan menggunakan rumus Rasional, nyatakan dalam m 3/detik ?
b) Rencanakan dimensi hidrolis saluran primer drainase lahan tersebut, dengan
bentuk penampang “Epp” yang terefisien dan tambahkan freeboard 15 cm ?
Jawab:
a) Menghitung Qmaks. limpasan permukaan lahan pemukiman.
Untuk lahan sebelah kanan saluran.
-) Luas lahan.
A1 = 0,5 (750) (1200) = 450000 m2 (ada dua segmen )
A2 = 0,5 (1500) (1200) = 900000 m2.
Luas lahan sebelah kanan, Aka = 1800000 m2 = 1,8 km2.
-) Koefisien limpas.
CDAS = = = 0,85.
-) Waktu konsentrasi.
to = =
= 3,161 menit.
td = = 16,67 menit.
tc = to + td = 3,161 + 16,667 = 19,828 menit.
Hidrologi Rekayasa V - 29
Dari persamaan (5.5) :
a= =
= 7464,903
b = = =
176,699
I= = tc = 19,828 menit, maka :
I= = 37,984 mm/jam.
-) Koefisien limpas.
CDAS = = = 0,85.
-) Waktu konsentrasi.
to = =
= 2,846 menit.
td = = 16,667 menit.
tc = to + td = 2,846 + 16,667 = 19,513 menit.
I = = 38,045 mm/jam.
Hidrologi Rekayasa V - 30
b) Dimensi hidrolis saluran.
Rumus umum, faktor penampang saluran :
A R2/3 = = 6,736
Penampang saluran berbentuk Epp., maka :
6,736 =
h = 1,90 m
b = 3,80 m
Latihan 1 :
Suatu lokasi pemukiman di atas bukit seperti terlihat pada Gambar 6.6
terdapat jaringan drainase yang bermuara pada S. Ciadas. Intensitas hujan
yang jatuh pada kawasan tersebut, pada waktu konsentrasi t c dan periode
ulang 5 tahun, dinyatakan oleh rimus Talbot I = 15190/(t c+56,88)
liter/detik.ha.
Data elevasi dasar dan tepi saluran tertera pada Gambar 6.6. Saluran primer dan
sekunder dibuat dari beton dengan lebar 0,80 dan 0,60 meter.
Elevasi muka air banjir tertinggi di S. Ciadas adalah +71.75, dan merupakan
Kontrol Hidrolik Jaringan.
Hidrologi Rekayasa V - 31
1) Hitung elevasi muka air pada tiap nodal saluran dalam priode ulang 5 tahun ?
2) Periksalah, apakah ada bagian kawasan yang mengalami banjir ?
Jawab :
Tabel 6.5 Analisis jaringan drainase di lokasi pemukiman S.Ciadas.
Latihan 2 :
Pemukiman di tepi pantai dengan jaringan drainase pipa beton, yang bermuara
pada kolom tandon & stasion pompa (eleasi maksimum + 0,17 m.) sehingga dapat
diharapkan terjadinya aliran terbuka di dalam pipa beton tersebut (lihat Gambar 6.7
dan Tabel 6.6).
Ditanyakan:
1) Perkirakan elevasi muka air di dalam jaringan pipa, intensitas hujan untuk
periode ulang 5 tahun dengan rumus Talbot adalah I = 16240/(t + 58,45)
liter/detik.ha?
2) Berikan komentar saudara, mengenai freebord yang terjadi ?
Jawab :
Tabel 6.7 Analisis jaringan drainase di lokasi pemukiman tepi pantai.
Hidrologi Rekayasa V - 32
Latihan 3 :
Landkap suatu kawasan tidak menghendaki saluran terbuka. Oleh karena itu dipakai
jaringan pipa lingkaran ‘armco” yang ditanam cukup dalam sehingga terjadi aliran
penuh pada pipa.
Limpasan air hujan dari rumah dan muka jalan ditampung pada saluran pengumpul
terbuka, yang dimasukkan ke dalam pipa armco melalui manhole yang ada (lihat
Gambar 6.8). Intensitas hujan untuk periode ulang 5 tahun menurut rumus Talbot I
= 14580/(t + 34,50) liter/detik/ha.
Ditanyakan :
Bilaman elevasi muka air pada muara pipa induk adalah +37,82, maka periksalah
apakah sistem ini cukup memadai untuk pematusan kawasan ?
Jawab :
Tabel 6.9 Analisis jaringan drainase pipa aliran penuh.
Hidrologi Rekayasa V - 33