Anda di halaman 1dari 4

2.

Tawakal

Namun selain berdoa yang bersungguh-sungguh, tawakal kepada Allah adalah salah
satu kunci keberhasilan dalam meraih impian dan cita-cita. Dalam perang Badar,
Nabi ‫ﷺ‬ mengatur barisan tentara kaum muslimin dan mengobarkan semangat jihad
mereka. Tidak hanya itu, selain usaha zahir, beliau juga tetap berdoa dengan sungguh-
sungguh agar diberi kemenangan. Hasilnya, pasukan Muslim memenangkan perang
besar itu. Inilah balasan bagi hamba-hamba-Nya yang bertawakkal. Mengimbangi amal
dengan keyakinan yang besar terhadap kekuasaan Allah. Beramal tanpa doa adalah
sombong, berdoa saja tanpa bertindak sama saja bohong.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda 

“Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya


Allah memberimu rezeki.” (HR. Ahmad).

Salah satu hikmah yang bisa kita petik dalam perjuangan perang Badar adalah
tawakkal, meyakini pertolongan Allah pasti akan datang. Dengan dasar iman yang kita
miliki, kita meyakini tawakkal adalah salah satu pembuka pintu rezeki. Sederhana,
orang yang bertawakkal akan fokus dan berusaha maksimal pada aspek lazim yang
dapat  dilakukan. 

Misalnya, mengunci pintu adalah hal lazim yang bisa dilakukan oleh siapa pun untuk
menghindari pencuri masuk rumah, tetapi tidak tidur semalaman untuk menjaga agar
rumah tidak kemasukan pencuri adalah di luar kemampuan yang lazim dilakukan
manusia.

Sama halnya dengan mengatur keuangan merupakan proses awal tawakkal. Setelah
berikhtiar maksimal dengan membuat perencanaan atau mengatur keuangan,
kemudian kita menyerahkannya kepada Allah SWT. Dengan ikhtiar maksimal kita tidak
akan pernah rugi, meskipun hasilnya tidak sesuai yang kita harapkan.
Kita telah berikhtiar maksimal, rajin mengatur keuangan dengan menabung untuk
membeli rumah. Tetapi ternyata hingga waktu yang telah ditargetkan, tiba-tiba uang
tersebut harus terpakai untuk pengobatan anggota keluarga. Kita tak perlu kecewa atas
keinginan yang tidak tercapai. Justru kita harus bersyukur dengan menabung kita bisa
membantu anggota keluarga dari kesusahan, dan kemudian meyakini diri sendiri bahwa
semua pengeluaran untuk membantu keluarga akan kembali kepada kita berlipat-lipat
dari Allah. Jadi, mengatur keuangan dengan istiqomah adalah salah satu bentuk
tawakkal untuk membuka pintu rezeki dari Allah SWT. 

Demikian ikhtiar maksimal tidak akan pernah rugi, meskipun manfaat langsungnya
bukan kita sendiri yang menerima. Tetapi paling tidak dengan ikhtiar maksimal dengan
niat karena Allah SWT akan menerima pahala dan balasan dari-Nya.

3. Meluruskan dan Juga Membaguskan Niat

Tanpa niat yang lurus dan bagus, semua amal dan pekerjaan itu tidak akan berkah.
Seperti halnya dalam hikmah Perang Badar ini, Allah SWT telah menjanjikan dua hal
yakni perang yang menghasilkan kemenangan atau harta. Padahal pada saat itu juga,
Rasulullah dan bala tentaranya tidak ingin ada peperangan. Siapa sih yang nggak takut
untuk perang?

Namun, perang tak bisa dihindari dan sudah menjadi perintah serta ketetapan Allah
SWT. Selain itu juga, perang tersebut juga merupakan hal yang benar guna
mempertahankan ajaran Islam. Karena Nabi Muhammad ‫ﷺ‬ percaya bahwa
pertolongan Allah itu ada, meskipun dengan pasukan yang sedikit, beliau tetap berani
maju melawan pasukan kafir Quraisy.

Nah, karena mereka percaya dengan semua ketentuan yang akan terjadi kepadanya
adalah termasuk Qadha dan juga Qadharnya Allah, maka kemenangan untuk kaum
muslimin. Hal itu juga mampu meninggikan derajat para kaum muslimin.
4. Jangan Merasa Cukup dengan Amal yang Kita Lakukan Meskipun Banyak

Yang menggagalkan seseorang untuk beramal adalah ketika melihat amalnya sudah
banyak. Yang menjadikan seseorang malas untuk beramal adalah ketika melihat
amalnya sia-sia. Maka dari itu jangan ragu untuk beramal, sebab setan menipu daya
manusia dengan berkata untuk apa kamu beramal, amalmu sudah banyak. 

Perang Badar memberikan kita contoh kesungguhan dalam beramal dan tidak merasa
cukup dalam beramal. Strategi waktu itu satu unta digilir lebih dari satu orang.
Sebanyak 3- 4 orang bertukar karena berjalan di padang pasir yang sangat panas.
Perang Badar juga dilakukan saat berpuasa. Jika seseorang ingin mencapai derajat
yang tinggi, maka bersusah-susahlah dalam beramal. 

Hikmah tak pernah cepat puas atau cukup pun bisa diterapkan dalam perencanaan
keuangan. Kebanyakan orang biasanya selalu terjebak cepat puas jika tujuannya sudah
tercapai. Misalnya, seseorang yang sudah lama merencanakan atau menabung untuk
membeli mobil, lalu impiannya tercapai dengan membeli mobil. Namun, setelah
memiliki mobil ia tidak lagi menabung atau merencanakan keuangan untuk masa-masa
berikutnya. Artinya merencanakan keuangan tidak bisa berhenti pada satu titik saja.
Merencanakan keuangan harus terus berlanjut secara istiqomah atau konsisten.

5. Solidaritas

Saat perang Badar terjadi, kaum muslimin bergantian naik unta sebagai tunggangan
berperang. Pertama Nabi ‫ﷺ‬ yang naik. Setelah itu Nabi turun dan meminta yang lain
naik, namun yang lain menyerahkan untuk Nabi. Mereka lebih mengutamakan Nabi
daripada diri mereka sendiri.

Pada saat itu, apa kata Nabi? Sifat yang ada pada beliau adalah tenggang rasa dan
solidaritas yang tinggi. Beliau tidak mau enak sendiri. Nabi ‫ﷺ‬ berkata baginda, “Ya
Allah berikan kepada mereka kenyang yang lapar, yang bajunya robek pakaian dari-Mu,
yang kesusahan berikan kemudahan,”.

Yang bisa kita ambil dari peristiwa Perang Badar adalah meningkatkan solidaritas
dengan menebarkan salam dan kasih sayang. 

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda: 

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang menyelamatkan orang muslim
lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah
dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Mumpung bulan Ramadan, yuk ambil hikmah dari Perang Badar dengan selalu
menyebarkan solidaritas, kasih sayang dan salam sejahtera kepada saudara-saudara
kita yang mungkin sangat membutuhkan bantuan kita. 

6. Pentingnya Bermusyawarah 

Saat pasukan kaum muslimin sampai di sumber air terdekat di lembah Badar dan
berhenti di sana, Al-Habbab bin Al-Mundzir mengusulkan strategi kepada Rasulullah
‫ﷺ‬. Rasulullah dengan terbuka menerima usulannya. Dari sikap Rasulullah tersebut,
kita bisa mengambil pelajaran penting, bahwa musyawarah itu perlu. Kendati beliau
seorang pemimpin, tetapi  tidak membuatnya merasa paling benar. Beliau mau
menerima masukan sahabatnya dengan bijak.

Dalam hidup, usahakan untuk tidak selalu buru-buru dan egois dalam mengambil
keputusan. Setidaknya, kita bicarakan dengan beberapa orang terdekat, khususnya
mereka yang akan langsung mengalami dampak dari keputusan yang kita ambil. 

Anda mungkin juga menyukai