Anda di halaman 1dari 2

BAB I.

JALAN DAKWAH

Sebagai pendahuluan bab ini, penulis memberikan penjelasan umum terkait dengan jalan dakwah. Tugas
terbesar umat Islam ialah memimpin dunia, mengajar seluruh kemanusian kepada sistem Islam,
membimbing cara hidup Islam, membimbing kepada ajaran yang baik, karena tanpa Islam, manusia
tidak mungkin bahagia. Dimana tugas tersebut bukan tugas yang juz’iah, sampingan atau sebagian-
sebagian serta bukan hanya mencapai tujuan-tujuan terbatas dalam aspek, tempat, daerah, bangsa,
atau tanah air tertentu. Akan tetapi tugas ini merupakan satu tugas agung yang meliputi segenap sisi
kehidupan demi kebaikan seluruh manusia bahkan untuk seluruh makhluk Allah. Karena Rasulullah
diutus untuk membawa rahmat ke seluruh alam.

Tabiat jalan dakwah (seperti yang tercantum di dalam surat al-ankabut: 1-3) tidaklah mudah tetapi
merupakan jalan yang sukar dan panjang. Dalam dakwah memerlukan kesabaran, ketekunan memikul
beban berat, kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa
putus asa dan putus harapan. Dengan kata lain berusaha dengan sebaik mungkin dan menyerahkan
hasilnya kepada Allah. Diingatkan pula bahwa selalu ada balasan baik bagi yang beriman dan bertakwa
kepada ALLAH.

Ada tiga wasilah dan kebijaksanaan umum dalam dakwah, yaitu:

1. Iman yang mendalam (Iman Amiq)

2. Pembentukan yang rapi (Takwin Daqiq)

3. Usaha dan Amal yang berkesinambungan (Amal Mutawasil)

Ada tiga pula untuk tahapan dakwahnya yaitu:

1. Tahap penerangan (ta’rif) atau tahap propaganda

Dimana merupakan langkah pertama suatu perjalanan dakwah. Kesuksesan dan keselamatan tahap
inilah yang menentukan dan akan mempengaruhi tahap-tahap selanjutnya. Dalam tahap ini diharuskan
seorang muslim (aktivis dakwah) memahami islam dengan pemahama yang murni dan benar. Serta
harus kembali kepada pedoman kita yang selalu dijaga oleh Allah SWT yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul-Nya. Dalam tahap ini juga para aktivis dakwah harus paham bahwa ketika menyampaikan dakwah
dan peringatan harus mengemukakan keuniversalan islam dengan lengkap, utuh, total tanpa
memisahkan antara satu bagian dan bagian lain atau bahkan menghapus satu bagian dari keseluruhan.
Untuk mewujudkan cita-cita dalam memperkenalkan dan mengembangkan dakwah, seorang da’i harus
memiliki sifat-sifat asasi dan harus berpegang pada uslub atau cara yang baik dan benar dalam
pelaksanaan dakwahnya. Salah satunya yaitu harus menjadi contoh, teladan, dan model yang baik bagi
Islam yang didakwahkan. Harus melaksanakan semua rukun Islam, mengikuti Sunnah dan cara hidup
Rasulullah saw., menjauhi yang syubhat dan yang meragukan dan menjauhi segala yang haram. Serta
senantiasa mengingat Allah dalam persolan kecil ataupun besar. Intinya adalah, seorang da’i harus
mempunyai niat yang ikhlas dan kebulatan tekad semata-mata karena Allah dan dakwah Allah. Da’i juga
dituntut punya pengetahuan luas, mengikuti perkembangan dan situasi, dan mengetahui berbagai aliran
pemikiran dan ideologi modern.

2. Tahap pembinaan dan pembentukan (takwin)

Tahap ini harus mengikuti tahap sebelumnya agar tahap penerangan dan pengenalan ide dakwah tidak
menjadi sia-sia dan tidak hilang tanpa bekas. Sebelum masuk ke tahap ini, para da’i harus
mempersiapkan dirinya dengan melakukan perubahan yang menuju pada segala sesuatu yang Islami
mulai dari dirinya sendiri. Ada ungkapan indah dari Hasan Al-Hudhaibi mengenai masalah ini, yaitu:

“Tegakkan daulah Islamiyah di dalam hatimu, agar ia tegak diatas bumimu”

Anda mungkin juga menyukai