Anda di halaman 1dari 7

 

BAB II
PEMBAHASAN
  

a. Pengertian
Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas,
sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching  adalah
redaksi  yang berbeda-beda namun mempunyai subtansi makna yang sama. Berikut
pengertian micro teaching menurut para ahli:

1. Menurut cooperandAllen(1971), pengajaran mikro (microteaching) merupakan 
salahsatubentukmodelpraktekkependidikanataupelatihanmengajar.
2. Menurut  Jensen  (dalam  Yatiman  ,1999),  pengajaran  Micro sebagai  suatu
sistem yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan ketrampilannya dalam 
menerapkan  teknik  mengajar  tertentu.

1. Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa “microteaching is as


performance training method to isolate the component parts of the teaching process, so
that the trainee can master each component one by one in a simplified teaching
situation” (pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan atau model
pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru melalui bagian demi
bagian dari setiap keterampilan dasar)
2.  A. Perlberg (1984) menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory training
procedure aimed at simplifyng the complexities of regular teaching-learning
processing” (pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih
menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar mengajar/pembelajaran).
3. Sugeng Paranto  (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah satu
cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di
“mikro” kan untuk membentuk mengembangkan keterampilan mengajar.
Dari beberapa uraian diatas dapat simpulkan bahwa, micro teaching adalah suatu strategi
yang telah dimodifikasi secara khusus untuk memberikan pelatihan mengajar  terhadap para
calon pendidik (guru) dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar
seorang calon pendidik, dalam bentuk pengajaran mikro (skala kecil), dengan
menyederhanakan atau memperkecil aspek pembelajarannya seperti jumlah murid, waktu dan
materinya, sehingga para calon pendidik dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang
dimilikinya, serta dapat memperbaiki kelemahan dan mengembangkan kemampuan tersebut
agar dapat menjadi seorang pendidik (guru) yang professional.

b. Landasan Pemikiran Tujuan, Sasaran, dan Fungsi Pembelajaran Micro


Prinsip dasar yang melandasai program micro teaching T Gilarso dalam bukunya
Program Pengalaman Lapanagna mengutip pendapat Flanders dan Brown mengemukakan
bahwa:
1. Porgram micro teaching direncanakan, didalamnya menganai materi, metode, tujuan,
kegiatan belajr mengajar, alat-alat bantu yang digunakan, tingkah laku, dan penampilan.
2. Porgram micro teaching bersifat nyata, terjadi dikelas artinya diwujudkan dalam
pelaksanaan proses beljar mengajr secara konkret.
3. Porgram micro teaching adalah merupakan bayangan sekaligus dirasakan, dalam diri
pengajar akan terdapat suatu gambaran mengenai tingkah lakunya sendiri.
Mencermati dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, perlu tiga langkah
meningkatkan ketrampilan profesional guru, yaitu planning (persipan yang baik),
performance (pelaksanaan latihan mengajar) dan perception (balikan, keterbukaan mau
belajar dari pengalaman)
Tujuan diselenggarakannya micro teaching menurut T. Gliarso bahwa tujuan pembelajaran
micro terbagi dua, tujuan umum melatih kemampuan dan ketrampilan dasar keguruan,
Tujuan khusus, ntuk melatih calon guru untuk terampil dalam membuat desain
pembelajaran, mendapatkan profesi keguruan, menumbuhkan rasa percaya diri.
Dwight Allen, mengatakan bahwa tujuan umum micro teaching bagi calon guru adalah : (1)
memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah ketrampilan dasar
mengajar, (2) calon guru dapat mengembangkan kerampilan mengajanrnya sebelum
mereka terjun ke lapangan (3) memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk
mendapatkan bermacam-macam ketrampilan dasar mengajar. sedangkan bagi guru
memberikan penyegaran dalam program pendidikan, dan mendapatkan pengalaman
mengajar yang bersifat individual untuk mengembangkan profesi, serta mengembangkan
sikap terbuka bagi nguru terhadap pembaharuan. Tujuan Khusus micro teaching adalah (1)
calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya sendiri (2)
calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterangan dalam proses pembelajaran (3)
calon guru mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif dan efisien (4) calon
guru mampu bertindak profesional.
Dengan demikian tujuan pembelajarn micro teaching adalah melatih calon guru agar
memiliki ketrampilan dasar dan khusus dalam proses pembelajaran.micro teaching adalah
terbinanaya calon guru sehingga dapat memiliki pengetahuan tentang proses pembelajaran,
dan terampil dalam proses pembelajaran, serta memiliki sikap dan perilaku yang baik
sebagai calon guru.
Sasaran akhir yang akan dicapai dalam pembelajaran micro teaching adalah terbinanya
calon guru memiliki pengetahuan tentang proses pembelajaran, dan terampil dalam proses
pembelajaran, serta memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagai seorang guru.
Sedangkan fungsi pembelajarna micro adalah selain sebagai sarana latihan dalam
mempraktikan ketrampilan mengajar, dan juga salah satu syarat bagi mahasiswa yang akan
mengikuti Praktik Mengajar di Lapangan (PPL II).

Prosedur Pembelajaran Micro


Pelaksanaan pembelajaran micro bertujuan membekali calon guru sejumlah ketrampilan
dasar mengajar dan akan dipraktikan di depan kelas. Siklus pembelajaran micro adalah
sebagai berikut.
1. Memahami teori atau hasil penelitian ketrampilan mengajar
2. Mendiskusikan prinsip dan ketrampilan yang harus dikerjakan.
3. Dipraktikan dengan teman-teman selama 10-15 menit
4. Direkam dengan video, dan diputar ulang ulang sebagai bahan masukan terhadap
ketrampilan yang sudah dilatihkan.
5. Jika perlu dilatihkan pada kelompok yang berbeda, untuk melihat kelemahan-
kelemahan terdahulu.
6. ‘pengajaran micro ada kaintannya dengan praktik di lapangan dalam situasi yang
sesungguhnya.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran micro terdiri dari:
1. Mahasiswa atau calon guru harus menyusun Satuan Pembelajaran (SP) atau
Rencana Pembelajaran atau Skenario, lama penyajian antara 10 sampai 15 menit,
ditulis rapi dan diserahkan kepada dosen pembimbing sebelum tampil untuk
mencocokkan apa yang ditulis sesuai dengan yang dipraktikkan.
2. Bagi mahasiswa yang tidak tampil bertugas sebagai supervisor, observer tertulis,
observer lisan, sekaligus sebagai peserta didik di kelas.
Tahapan –Tahapan pembelajaran Micro( T.Gilarso, 1986)
1. Konsultasi persiapan mengajar (sehari sebelumnya)
2. Tahatap pertemuan pendahuluan dengan supervisor (waktu 2-3 menit)
3. Tahap pelaksanaan mengajar oleh gutu (10 menit)
4. Tahap pertemuan balikan oleh supervisor observer lisan (2-3 menit)
Pembagian Kelompok Micro (T.Gilarso, 1986)

Mahasiswa smt IV

Kelas Paralel A Kelas Paralel B Kelas Paralel C

Kelompok 1 Kelompok 1 Kelompok 1


Kelompok 2 Kelompok 2 Kelompok 2
Kelompok 3 Kelompok 3 Kelompok 3
Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok 4
Kelompok 5 Kelompok 5 Kelompok

Giliran Pembagian Tugas untuk satu komponen ketrampilan


No Peran/Tugas Session I Session Session Session Session
Kel 1 II Kel 2 III Kel 3 IV Kel 4 V Kel 5
1 Guru 1 5 4 3 2
2 Supervisor 2 1 5 4 3
3 Observer tertulis 3 2 1 5 4
4 Observer Lisan 4 3 2 1 5
5 Siswa 5 4 3 2 1

Kegiatan dalam pembelajaran Micro:


1. Selama kegiatan berlangsung dicatat dan direkam, pada suatu saat dapat dikahi
ulang lagi.
2. Penilaian pembelajaran micro antara lain:
a. Perencanaan tertulis mendesain (RPP)
b. Ketrampilan membuka pelajaran
c. Ketrampilan bertanya dan menjawab
d. Ketrampilan menguasai dan menjelaskan materi
e. Ketrampilan penggunaan media pembelajaran
f. Ketrampilan memakai metode/pendekatan dan strategi pembelajaran
g. Penampilan (gaya, pakaian)
h. Ketrampilan mengelola kelas
i. Ketrampilan penggunaan bahasa
j. Volume suara
k. Menyimpulkan dan melakukan evaluasi
l. Kemampuan mengakhiri/menutup pelajaran.
3. Mahasiswa yang tidak hadir lebih dari session, dinyatakan gugur atau tidak lulus.
4. Tata ruanag proses pembelajaran micro teaching.
5. Masing-masing kelompok secara bergilir mendapat tugas berperan sebagai guru,
supervisor, observer tertulis, obersver lisan dan peserta didik.

F. Manfaat Pembelajaran Micro


Dengan bekal micro teaching terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil antara laian:
1. Mengembangkan dan membina ketrampilan tertentu calon guru dalam mengajar
2. Ketrampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan
3. Perbaikan atau penyempurnaan secara cepat dapat segera dicermati
4. Latihan penguasaan ketrampilan mengajar lebih baik.
5. Saat latihan berlangsung calon guru dapat memusatkan perhatian secara objektif
6. Mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam waktu praktik
mengajar yang relatif singkat.

G. langkah-langkah prosedur pembelajaran Micro


Ada lima langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pembelajaran micro:
1. Pengenalan (pemahaman konsep pembelajaran)
2. Penyajian model dan diskusi
3. Perencanaan/persiapan mengajar
4. Praktik mengajar
5. Diskusi feedback/umpan balik
Pelaksanaan pengajaran mikro sebagai teknik latihan pembentukan performansi calon
guru dapat memilih dua pola, yaitu :
1. Pola pengajaran mikro dengan menggunakan teman sendiri sebagai siswanya (peer
teaching);
2. Pola pengajaran mikro dengan menggunakan siswa yang sebenarnya sebagai
siswanya.
Kedua pola tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Pola  pertama,
keuntungannya adalah kita tidak terlalu repot mencari siswa untuk latihan pengajaran mikro.
Disamping itu, teman sejawat yang pengetahuan dan pengalamannya telah cukup, dapat
memberikan balikan atau sumbangan pikiran yang cermat dalam menganalisis keterampilan
mengajar yang dilatihkan, sehingga balikan yang diberikan dapat memberikan kontribusi
yang baik dalam perbaikan performansi mengajar. Namun demikian, pola ini juga memiliki
kelemahan-kelemahan tertentu, seperti suasana latihan kurang mencerminkan situasi
belajar-mengajar yang sebenarnya (kurang realistic), lebih-lebih bila supervisor kurang
berhati-hati, maka situasi latihan akan berubah menjadi sandiwara saja.
Pola kedua, memiliki keuntungan ganda. Di satu pihak mahasiswa akan lebih serius
dalam berlatih, karena akan merasa malu apabila mengalami kegagalan dalam latihan
dimata para siswa. Keuntungan lainnya, apabila menggunakan siswa yang sebenarnya,
para mahasiswa dapat mengembangkan cara-cara antisipasinya terhadap suasana
pengajaran yang sebenarnya. Dengan kondisi latihan yang demikian itu, maka mahasiswa
akan menjadi lebih siap dalam melaksanakan praktek mengajar di lapangan. Namun
demikian, kelemahan yang paling menyolok pada pola kedua ini ialah, karena pengetahauan
dan pengalaman siswa masih minim, maka belum bisa diharapkan terlalu banyak dalam
memberikan balikan yang dibutuhkan oleh mahasisawa calon guru untuk memperbaiki
penampilannya. Di samping itu, pola yang demikian itu memberikan beban psikologis yang
terlalu berat bagi mahasiswa, terutama apabila mereka tampil untuk yang pertama kali.
Mengenai langkah-langkah kegiatan pengajaran mikro, terdapat berbagai macam
alternatif. Sebagai contoh langkah kegiatan pengajaran mikro yang dilaksanakan di Stanford
University meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengenalan pengajaran mikro (microteaching),
2. Penyajian model dan. Diskusi,
3. Perencanaan/persiapan,
4. Praktek dan observas/perekaman,
5. Diskusi/balikan,
6. Perencanaan/persiapan ulang,
7. Praktek-ulang dan observasi/perekaman, dan
8. Diskusi/balikan (brown & amstrong, 1975; depdikbud, 1983a)
Langkah-langkah tersebut kemudian berkembang dengan jalan mengadakan variasi
di sana sini sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta situasi setempat. Di New University
of  Uster misalnya, pentahapannya hanya terdiri dari 3 langkah pokok, yaitu :
1. Perencanaan/persiapan,
2. Praktek dan observasi/perekaman,
3. Diskusi dan balikan
Sedangkan pelaksanaan pengajaran mikro yang dianjurkan oleh Depdikbud (1983)
untuk Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia adalah sebagai
berikut:
Langkah 1
Sebelum memulai kegiatan pengajaran mikro, para mahasiswa calon guru dikirim ke
sekolah-sekolah latihan untuk melakukan observasi proses belajar-mengajar yang
berlangsung di dalam kelas. Hasil observasi dibawa ke kampus untuk didiskusikan
seperlunya. Setelah itu kepada mereka barulah diperkenalkan konsep pengajaran mikro.
Pengenalan ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan perkuliahan
biasa yang diikuti dengan diskusi; tugas membaca atau kegiatan lainnya.
Langkah 2
Setelah para mahasiswa calon guru mendapatkan pengantar tentang pengajaran mikro,
mereka ditugasi untuk mempelajari berbagai komponen keterampilan mengajar yang telah
diisolasikan. Komponen-komponen yang dimaksudkan itu dapat dibaca melalui buku-buku
atau dilihat melaui model-model rekaman video yang tersedia.
Langkah 3
Setelah para mahasiswa calon guru mempelajari berbagai komponen keterampilan
mengajar yang telah diisolasikan, tugas selanjutnya adalah merencanakan dan menyusun
persiapan tertulis untuk latihan pengajaran mikro, dengan menekankan pada salah satu
komponen keterampilan mengajar tertentu. Tugas ini dapat dilakukan baik secara
perorangan maupun kelompok.
Langkah 4 a dan b
Pada langkah ini para mahasiswa calon guru dibagi menjadi beberapa kelompok kerja (7 -
10 orang), dimana masing-masing kelompok ditugasi melaksanakan praktek pengajaran
mikro sesama mereka (peer teaching) berdasarkan persiapan yang telah dissusun pada
langkah 3. Di dalam latihan ini, pembagian tugas pada setiap, kelompok dapat diatur
sebagai berikut: seorang bertindak sebagai guru (bergantian), 5 orang bertindak sebagai
siswa, satu orang bertindak sebagai observer, dan satu orang lagi bertindak selaku operator
(bila ada/diperlukan). Masing-masing kelompok hendaknya diawasi oleh seorang dosen
pembimbing.
Langkah 5
Kegiatan pada tahap ini terdiri dari umpan balik. Kegiatan ini dapat berupa pemberian
umpan balik dari catatan format-format yang ada atau pemutaran kembali rekaman (play
back) selanjutnya dianalisis bersama dan memberikan balikan/feedback kepada mahasiswa
yang tadi melaksanakan praktik mengajar.
Langkah 6, 7, dan 8
Jika mahasiswa calon guru telah bersepakat dengan semua anggota kelompok untuk
mengulangi kembali micro teaching yang telah dilaksanakan, maka kegiatan micro teaching
dilanjutkan lagi dengan mengikuti langkah-langkah 6, 7, Jan 8, yang sebenarnya sama
dengan langkah 3, 4, dan 5 di atas.

Anda mungkin juga menyukai