Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

MITOS DAN KOMUNIKASI


(Studi Tentang Mitos Pernikahan dan Proses Penyampaian Pesan Pada
Masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih,
Kabupaten Karanganyar)

Oleh:
NINDYA MAHARDIKAWATI
D0213066

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017

1
MITOS DAN KOMUNIKASI
(Studi Tentang Mitos Pernikahan dan Proses Penyampaian Pesan Pada
Masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih,
Kabupaten Karanganyar)

Nindya Mahardikawati
Pawito

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

This research aimed: (1) to find out the types of wedding myth existing
among Matesih villagers of Karanganyar Regency, and (2) to describe the
communication process of delivering message in wedding myth among Matesih
villagers of Karanganyar Regency.
The method employed was qualitative research with case study; the data
was collected through in-depth interview with 14 informants coming from diverse
backgrounds including cultural observer, local government and community.
The results of research were as follows. (1) The wedding myths existing in
Matesih village were langkah wuwung satu, nyebrang kali samin, melewati
gunung malang atau ratan buntu, barat jalan dengan timur jalan. (2) The
communication process of delivering message in wedding myth among Matesih
villagers of Karanganyar Regency was as follows: (a) Communicator serving as
the one delivering the message of wedding myth was cultural observer or the
elders in Matesih village, (b) the content of wedding mythic message included
information and advice for descendant, (c) language serving as the medium of
delivering wedding mythical message was primary medium in verbal
communication; (d) communication as the receiver of wedding mythical message
included adult and adolescents, and (c) the effect of wedding mythical message
delivery was that some people believed and implemented the myth but some others
declined it, thereby breaking the wedding myth.

Keywords: Wedding Myth, Message, Communication Process

2
Pendahuluan
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang hidup dalam masyarakat
dengan nilai-nilai kebudayaan tertentu yang dimiliki. Segala bentuk kegiatan
manusia selalu terbingkai oleh nilai-nilai budaya yang ada. Setiap masyarakat dan
kebudayaan dalam hal ini bukan hanya sebagai sebuah sistem tetapi juga proses di
dalam mana manusia menjalani kehidupan bersama dengan orang lain dalam
masyarakat. Salah satu aspek dari kebudayaan adalah sistem-sistem kepercayaan
termasuk mitos.
Coleman (dalam Irmawati, 2007: 42) menjelaskan bahwa mitos dapat
berarti suatu kata, cerita, pembicaraan dan sebagainya. Biasanya cerita yang
dimaksud bergulir secara lisan dari satu orang ke orang lain, dari generasi ke
generasi, berkisah mengenai pahlawan, tentang dewa-dewa atau pun berkaitan
dengan ide penciptaan. Beberapa dari mitos terekam dalam catatan tertulis
sehingga dapat diketahui hingga saat ini.
Menurut Barthes (2006: 87) mitos merupakan sistem komunikasi, bahwa
mitos adalah sebuah pesan. Oleh sebab itu, mitos tidak bisa dibatasi hanya wicara
lisan saja. Pesan dapat terdiri dari berbagai bentuk tulisan atau representasi. Bukan
hanya dalam bentuk wacana tertulis, berbentuk fotografi, sinema, reportase,
olahraga, pertunjukkan, publikasi, yang semuanya dapat berfungsi sebagai
pendukung wicara mistis. Dijelaskan oleh Mulyana (2014: 49) menjelaskan
bahwa pesan adalah apa yang harus sampai dari sumber ke penerima bila sumber
bermaksud mempengaruhi penerima. Di dalam proses komunikasi, pesan dapat
diartikan sebagai informasi atau sesuatu yang disampaikan pengirim (sumber atau
komunikator) kepada penerima (komunikan).
Halik (2013: 9) menjelaskan bahwa pesan dalam tindakan komunikasi
merupakan tanda-tanda yang mengandung makna. Dalam tanda-tanda tersebut
terbungkus ide, gagasan, perasaan, atau maksud-maksud tertentu dari partisipan
komunikasinya. Pesan dalam bentuk tanda-tanda tersebut dikategorikan dalam
indeks, ikon, dan simbol. Bahasa merupakan salah satu jenis tanda yang termasuk
dalam golongan simbol. Bahasa sebagai lambang pesan paling banyak digunakan
dalam komunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai lambang verbal dapat berupa

1
tulisan atau ungkapan (ucapan). Dalam sistem komunikasi massa, bahasa juga
menjadi lambang utama dalam mengemas pesan-pesan yang disebarkan kepada
khalayak. Pesan-pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka. Setiap
orang memiliki kesempatan dan akses untuk mengonsumsi pesan-pesan media
massa.
Pesan-pesan komunikasi massa mengalir dari sumber ke penerima. Dalam
sistem komunikasi massa, proses pengiriman pesan bersifat satu arah. Meskipun
dapat dilakukan umpan balik oleh khalayak, namun porsi dan kesempatan yang
diberikan sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan umpan balik pada sistem
komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpribadi. komunikasi massa sebagai
proses komunikasi yang ditandai oleh penggunaan media bagi komunikatornya
untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan terus-menerus diciptakan
makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan
berbeda-beda melalui berbagai cara.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mitos pernikahan apa sajakah yang ada di kalangan warga masyarakat Desa
Matesih Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimanakah proses komunikasi penyampaian pesan dalam mitos pernikahan
di kalangan warga masyarakat Desa Matesih Kabupaten Karanganyar?

Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mitos pernikahan yang ada di kalangan warga masyarakat
Desa Matesih Kabupaten Karanganyar.
2. Untuk mendeskripsikan proses komunikasi penyampaian pesan dalam mitos
pernikahan di kalangan warga masyarakat Desa Matesih Kabupaten
Karanganyar

2
Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, sejak lahir dan
selama proses kehidupannya manusia akan selalu terlibat dalam tindakan
komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks
kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua
orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi, atau melalui media. Melalui
komunikasi seseorang dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang
karena berbagai permasalahan di hidupnya, melalui komunikasi seseorang dapat
menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku kebiasaannya.
Beberapa pakar atau para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut
pandang mereka masing-masing. Sebagaimana yang dikatakan oleh Richard West
dan Lynn H. Turner bahwa komunikasi adalah proses sosial di mana individu-
individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (West & Turner, 2008: 5).
Pernyataan mereka menunjukan komunikasi sebagai sebuah proses yang tidak
memiliki awal dan akhir secara jelas. Komunikasi akan terus terjadi dan
berkesinambungan dari waktu ke waktu selama manusia itu hidup.
Astrid Susanto merumuskan komunikasi sebagai suatu kegiatan
pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna yang perlu
dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terkait dalam suatu kegiatan (Susanto,
1996:31). Kemudiaan definisi komunikasi dari Baran (2012: 8) yang menyatakan
bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, dan keahlian melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata, gambar, dan
angka.

2. Pesan
Liliweri (2008: 55) mengatakan bahwa pesan adalah apa yang harus sampai
dari sumber ke penerima bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima. Pesan
yang disampaikan harus tepat, ibarat membidik dan menembak yang keluar
haruslah cocok dengan sasaran.

3
Sobur (2006: 161) menjelaskan bahwa pesan (message) dalam proses
komunikasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: pesan verbal (bahasa) dan
nonverbal (isyarat). Pesan verbal (bahasa) yaitu pesan yang disampaikan dengan
menggunakan kata-kata. Suatu sistem yang ada pada kode verbal adalah bahasa.
Diantara semua simbol yang ada, bahasa merupakan simbol yang paling rumit,
halus dan berkembang. Namun walaupun demikian, bahasa merupakan faktor
yang sangat penting dalam berkomunikasi. Tanpa adanya bahasa, maka proses
komunikasi pun tidak akan berjalan efektif.

3. Komunikasi Massa
Effendy (2004:20) menjelaskan bahwa komunikasi massa selalu
menggunakan media, hal ini dikarenakan dalam komunikasi massa khalayak
mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, sehingga memudahkan untuk
menjangkau khalayaknya diperlukan sebuah media. Komunikasi massa juga
berlangsung satu arah, artinya didalam penyampaian pesannya tidak terjadi arus
balik antara komunikator dengan komunikan. Media massa sebagai saluran
komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi.
Pesan dari komunikasi yang disampaikan bersifat untuk khalayak luas dan bukan
pada perseorangan ataupun kelompok tertentu.

4. Komunikasi Budaya
Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya sekedar dua kata tetapi dua konsep
yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan untuk merumuskan budaya saja. Sementara
komunikasi itu sendiri begitu beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya,
atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi belum ada keseragaman.
Menurut Hart (dalam Liliweri, 2008:8) menyatakan bahwa studi komunikasi antar
budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan
terhadap komunikasi.
Komunikasi budaya adalah komunikasi antara orang-orang dalam
lingkungan yang sama dan memiliki budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau
perbedaan-perbedaan sosioekonomi) (Mulyana, 2014: 26). Sedangkan menurut
Morales (2013: 45) komunikasi budaya adalah proses pengalihan pesan yang

4
dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya
berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.
Komunikasi budaya merupakan komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi
yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada
perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi
para peserta.

5. Komunikasi Massa dan Budaya


Menurut Halik (2013) dapat dipahami dari beberapa aspek komunikasi
massa dan budaya di antaranya. Pertama, Ideologi budaya, melalui pendekatan
budaya penganut paham cultural studies sepakat bahwa budaya adalah kumpulan
makna-makna. Kedua, Hegemoni Kebudayaan, istilah hegemoni berasal dari
bahasa Yunani, hegeisthai (to lead?). Konsep hegemoni banyak digunakan oleh
sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan
kekuasaan oleh pihak penguasa. Ketiga, Struktur kekuasaan, teori cultural studies
ini memandang manusia merupakan bagian dari kekuasaan. Setiap orang
merupakan bagian kekuasaan pada tingkat yang berbeda. Keempat, Decoding,
ketika pesan dikirimkan kepada masyarakat, maka ia akan menerima dan
membandingkan pesan-pesan tersebut dengan makna yang sebelumnya yang telah
disimpan dalam ingatannya.

6. Mitos Bagian dari Budaya


Fiske (2016: 17) dalam buku yang berjudul “Mitos dalam Kajian Sastra
Lisan” menjelaskan bahwa mitos merupakan cerita yang digunakan suatu
kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau
alam (Pusposari, 2014:11).
Definisi lain dari mitos dikemukan oleh Wellek dan Warren (dalam
Hasanah, 2013: 158), yang mengartikan mitos sebagai cerita-cerita yang bersifat
anonim. Dalam mitos berisi cerita mengenai asal mula alam semesta dan nasib.
Mitos diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya melalui penjelasan-
penjelasan yang diberikan oleh masyarakat kepada generasi yang lebih muda.

5
7. Masyarakat Jawa
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama secara
bersama dengan waktu yang cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sesuai dengan batas-batas yang telah
dirumuskan dengan jelas. Morissan (2010:128) menjelaskan bahwa masyarakat
terdiri atas perilaku yang saling bekerja sama di antara para anggotanya. Syarat
untuk dapat terjadinya kerjasama adalah adanya pengertian terhadap keinginan
atau maksud orang lain, tidak saja pada saat ini tetapi juga pada masa yang akan
datang.
Pada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan
norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan
dalam tatanan kehidupan yang pada akhirnya menajdi adat istiadat yang
diwujudkan dalam bentuk tata ucapara dan masyarakat diharapkan untuk
mentaatinya. Masyarakat Jawa atau orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang
sopan dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup
dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang
ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah
mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan
pendapat.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Moleong, 2007:4). Dengan metodologi penelitian kualitatif, maka
pendekatan yang digunakan adalah studi kasus.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 14 informan dengan kategori
Pemerintahan Desa Matesih berjumlah 5 informan, Budayawan yang berjumlah 5
informan, dan masyarakat berjumlah 4 informan yang tinggal di Desa Matesih
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

6
Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data dengan
cara sebagai berikut: wawancara mendalam (Indepth Interview), dokumentasi, dan
studi kepustakaaan
Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan realibitas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis interaktif Miles dan Huberman. Teknik analisis ini pada dasarnya
terdiri dari tiga komponen diantaranya : (1) reduksi data (data reduction) (2)
penyajian data (data display), dan (3) penarikan serta pengujian kesimpulan
(drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007:104).

Pembahasan
Manusia memerlukan komunikasi dalam kehidupan dalam mengungkapkan
perasaan, maksud dan pikiran baik itu komunikasi verbal maupun nonverbal
dalam memperjuangkan kedaulatan daerahnya maupun menyampaikan pesan-
pesan komunikasi kepada orang lain, karena manusia adalah mahkluk sosial.
Proses komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah
lisan maupun tulisan atau bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik
dalam bentuk percakapan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai
dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, seseorang mengungkapkan
perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud seseorang, menyampaikan
fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan
pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa
memegang peranan penting. Komunikasi verbal mengandung makna denotative.
Media yang sering dipakai yaitu bahasa. Karena, bahasa mampu menerjemahkan
pikiran seseorang kepada orang lain.
Komunikasi verbal dibedakan atas komunikasi lisan dan tulis. Komunikasi
lisan ini terjadi berasal dari pengucapan kata-kata secara lisan dan berlangsung ke
individu lain atau kelompok sebagai lawan bicara. Komunikasi lisan ini bisa
dilakukan dari individu ke individu, individu ke kelompok, kelompok ke individu,
kelompok ke kelompok.

7
Komunikasi secara interpersonal dalam penyampaian mitos yang dianggap
paling efektif dalam upaya-upaya mengubah sikap dan perilaku kesehatan
individu karena arus balik informasi bersifat langsung (Head & Bute, 2017).
Sebagaimana menurut Sudaryono bahasa adalah hal yang efektif untuk
menerjemahkan sesuatu namun bahasa juga kadang tidak sempurna di kalangan
masyarakat. Suatu ketika bahasa bisa menjadi faktor sebuah kesalah pahaman
dalam berkomunikasi. Oleh karena itu bahasa harus dipahami dengan jelas.
Bahasa yang sempurna adalah bahasa yang baik dan benar. Untuk dapat mengerti
apa itu bahasa yang baik dan benar, berikut saya akan jelaskan definisi dari bahasa
indonesia yang baik dan benar.
Dalam prakteknya, komunikasi yang baik antara para sesepuh atau
budayawan di Desa Matesih dapat diterima oleh masyarakat. Keberhasilan
komunikasi tersebut, meliputi beberapa elemen yakni komunikasi secara verbal
dan nonverbal, penyampaian informasi yang efisien, informasi yang jelas, yang
nantinya akan mempengaruhi pengambilan sikap dan perilaku individu sebagai
anggota masyarakat.
Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan proses
komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says what in what channel to
whom with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa
dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell tersebut
merupakan unsur-unsur proses komunikasi yaitu unsur who (sumber atau
komunikator), unsur says what (pesan), unsur in which channel (saluran atau
media), unsur to whom (penerima; khalayak; audien).
Unsur pertama dalam proses komunikasi antarbudaya adalah komunikator.
Komunikator dalam komunikasi antarbudaya merupakan pihak yang mengawali
proses pengiriman pesan terhadap komunikan. Baik komunikator maupun
komunikan ditentukan oleh faktor-faktor makro seperti penggunaan bahasa
minoritas dan pengelolaan etnis, pandangan tentang pentingnya sebuah
percakapan dalam konteks budaya, orientasi terhadap konsep individualitas dan
kolektivitas dari suatu masyarakat, orientasi terhadap ruang dan waktu. Sedangkan
faktor mikronya adalah komunikasi dalam konteks yang segera, masalah

8
subjektivitas dan objektivitas dalam komunikasi antarbudaya, kebiasaan
percakapan dalam bentuk dialek dan aksen, dan nilai serta sikap yang menjadi
identitas sebuah etnik (Liliweri, 2008: 25-26).
Unsur yang kedua adalah pesan atau simbol. Pesan berisi pikiran, ide atau
gagasan, dan perasaan yang berbentuk simbol. Simbol merupakan sesuatu yang
digunakan untuk mewakili maksud tertentu seperti kata-kata verbal dan simbol
nonverbal. Pesan memiliki dua aspek utama, yaitu content (isi) dan treatment
(perlakuan). Pilihan terhadap isi dan perlakuan terhadap pesan tergantung dari
keterampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi dalam sistem sosial
dan kebudayaan (Liliweri, 2008: 27-28). Unsur pesan juga dapat diartikan sebagai
ide, gagasan, informasi dan opini yang dilontarkan seorang komunikator kepada
komunikan, yang bertujuan untuk mempengaruhi komunikan kearah sikap yang
diinginkan oleh komunikator. Secara keseluruhan pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah
didalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat
disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan isi pesan yang
diarahkan kepada tujuan dari komunikasi.
Unsur ketiga yaitu media. Dalam proses komunikasi antarbudaya, media
merupakan saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol. Terdapat dua tipe saluran
yang disepakati para ilmuwan sosial, yaitu sory channel, yakni saluran yang
memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indera manusia. Lima
saluran dalam channel ini yaitu cahaya, bunyi, tangan, hidung dan lidah. Saluran
kedua yaitu institutionalized channel yaitu saluran yang sudah sangat dikenal
manusia seperti percakapan tatap muka, material percetakan dan media elektronik.
Para ilmuwan sosial menyimpulkan bahwa komunikan akan lebih menyukai pesan
yang disampaikan melalui kombinasi dua atau lebuh saluran sensoris (Liliweri,
2008:28-29).
Unsur proses komunikasi antarbudaya yang keempat adalah efek atau
umpan balik. Tujuan manusia berkomunikasi adalah agar tujuan dan fungsi
komunikasi dapat tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi antarbudaya, antara lain
memberikan informasi, menerangkan tentang sesuatu, memberikan hiburan dan

9
mengubah sikap atau perilaku komunikan. Didalam proses tersebut, diharapkan
adanya reaksi atau tanggapan dari komunikan dan hal inilah yang disebut umpan
balik. Tanpa adanya umpan balik terhadap pesan-pesan dalam proses komunikasi
antarbudaya, maka komunikator dan komunikan sulit untuk memahami pikiran
dan ide atau gagasan yang terkandung didalam pesan yang disampaikan. Unsur
keenam dalam proses komunikasi antarbudaya adalah suasana. Suasana
merupakan salah satu dari 3 faktor penting (waktu, tempat dan suasana) didalam
komunikasi antarbudaya (Liliweri, 2008:29-30).
Adapun dampak dalam komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi mengerti atau meningkat intelektualnya. Di sini
pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan.
Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah
pikiran diri komunikan.
2. Dampak afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan
komunikator bukan hanya sekedar memberitahukan kepada
3. komunikan, tetapi bertujuan agar komunikan bergerak hatinya, menimbulkan
perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan
sebagainya.
4. Dampak behavioral adalah dampak yang paling tinggi kadarnya, misalnya
dampak ini timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau
kegiatan (Effendi, 2004: 7-33).
Mitos-mitos yang ada di Desa Matesih ini selalu menjadi wejangan atau
welingan diartikan sebagai pesan nasehat kepada anak cucunya menggunakan
komunikasi lisan. Sebagian besar warga masyarakat Desa Matesih menjadikan
mitos ini sebagai sarana dalam mewanti-wanti anak cucunya, agar tidak
melakukan hal-hal yang memang telah menjadi larangan di Desa Matesih. Dalam
hal ini para sesepuh atau orang tua sebagai komunikan dan anak cucunya sebagai
komunikator. Pesan yang disampaikan tidak lain adalah mitos larangan yang
mana tidak boleh dilanggar, karena apabila mitos tersebut dilanggar akan
mendapatkan suatu musibah yang tak terduga. Jadi dapat dikatakan bahwa secara

10
turun temurun mitos ini akan terus di kembangkan dan dilestarikan oleh para
orang tua zaman dahulu melalui komunikasi lisan.
Selanjutnya, dalam berbagai perkumpulan di Desa Matesih seringkali terjadi
perbincangan mengenai mitos yang ada, perbincangan ini tidak sekedar
membicarakan mitos namun juga memberikan contoh nyata atau bukti nyata pada
warga yang telah melanggar mitos yang ada di Desa Matesih. Karena banyak
warga masyarakat apabila melanggar mitos mendapatkan musibah yang tak
terduga. Terdapat satu forum budaya yang mana dalam forum itu dibuat guna
untuk melestarikan budaya jawa termasuk di dalamnya yaitu mitos.
Masuknya budaya modern dan kemajuan tehknologi dalam bidang media
massa serta tingginya tingkat pemahaman agama ini semakin membuat setiap
warga masyarakat Desa Matesih tak lagi mempercayai adanya kekuatan pada
mitos, seseorang berfikir bahwa hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi
kekuatannya. Meskipun telah sedikit memudar akan tingkat kepercayaan terhadap
mitos, namun pada kenyataannya warga masyarakat Desa Matesih tetap
mengetahui mitos-mitos yang ada di Desa Matesih khususnya mitos pernikahan.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini tentang mengenai Mitos dan Komunikasi
(Studi Tentang Mitos Pernikahan dan Proses Penyampaian Pesan Pada
Masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar) dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Mitos Pernikahan di masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih,
Kabupaten Karanganyar : a) Langkah Wuwung Satu, yaitu mitos yang
dipercayai apabila rumah pertama menikah dengan rumah ketiga itu tidak
diperbolehkan. b) Nyebrang Kali Samin, yaitu mitos yang tidak diperbolehkan
apabila menikah dengan orang yang rumahnya melewati atau harus
menyebrangi sungai samin. c) Melewati Gunung Malang dan Ratan Buntu,
yaitu apabila melalui gunung malang maka pernikahannya akan malang
nasibnya dan apabila melewati ratan buntu maka rumah tangganya akan
mendapat masalah sehingga memicu terjadinya perpisahan. d) Barat Jalan

11
dengan Timur Jalan, yaitu tidak diperbolehkannya menikah yang menyebrang
jalan besar dalam artian apabila rumahnya barat jalan makan tidak
diperbolehkan menikah dengan timur jalan, begitupun sebaliknya.
2. Proses komunikasi penyampaian pesan sesaui teori Lasswell terdiri dari lima
indikator yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Adapun
proses penyampaian pesan, sebagai berikut: a) Komunikator sebagai orang
yang menyampaikan pesan mitos pernikahan adalah para budayawan dan
orang-orang yang dituakan di desa Matesih. b) Isi pesan mitos pernikahan
berupa informasi dan nasehat kepada anak cucunya. c) Bahasa sebagai media
dalam penyampaian pesan mitos pernikahan yaitu menggunakan media primer
berupa bahasa dalam komunikasi verbal. d) Komunikasi sebagai penerima
pesan mitos pernikahan adalah orang dewasa dan remaja. e) Efek dari
penyampaian pesan mitos pernikahan ada yang mempercayai dan melakukan
mitos tersebut dan ada yang menolak, sehingga melanggar mitos pernikahan..

Saran
Saran yang diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
Bagi masyarakat disarankan untuk dapat berpikir kritis dalam merespon
mitos di daerahnya tanpa meninggalkan ajaran agama, sehingga masyarakat dapat
melakukan nasehat-masehat yang termuat dalam mitos dan tidak melanggar aturan
agama. Cara yang dapat dilakukan, seperti memahami larangan mitos dan
memahami ajaran agama. Larang dalam mitos sesuai apa tidak dengan ajaran
agama.
Bagi subjek penelitian diharapkan dapat melestarikan mitos pernikahan
sebagai budaya Jawa tanpa melanggar aturan-aturan lain atau ajaran agama,
sehingga mitos pernikahan dapat bertahan untuk masa ke depan. Cara yang dapat
dilakukan yaitu melakukan sosialisasi pada masyarakat mengenai nasehat-nasehat
yang ada pada mitos.
Disarankan bagi aparat pemerintah untuk ikut melesatarikan mitos yang ada
di wilayahnya. Cara yang dapat dilakukan oleh aparat pemerintah yaitu ikut

12
membantu dengan memudahkan ijin bagi budayawan yang melakukan melakukan
sosialisasi dengan masyarakatBagi
Disarankan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang mitos-
mitos lain yang mana tidak hanya pada mitos pernikahan saja melainkan dari
berbagai jenis mitos yang ada dan dari berbagai daerah

Daftar Pustaka

Baran, Stanley J. (2012). Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan


Budaya. Jakarta: Erlangga.

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus


Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Efendy, Onong Uchjana. (2004). Ilmu Komunikasi Teori dan praktek. Bandung:
Rosdakarya.

Fiske, J. (2016). Mitos dalam Kajian Sastra Lisan. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Halik, Abdul. (2013). Komunikasi Massa. Makasar: Alauddin University Press.

Hasanah, M. (2013). Mitos Ikan Lele: Studi Deskriptif Masyarakat Desa Medang,
Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan. BioKultur , II, 157-166.

Irmawati. (2017). Mitos Masyarakat Papua dalam Novel Isinga Karya Dorothae
Rosa Herliany. Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4. Hal. 1-12.

Liliweri, Alo. (2008). Komunikasi Budaya. Jakarta: Salemba Humanika.

Moleong, L. J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan. (2010). Teori Komunikasi Massa : Media, Budaya, dan Masyarakat.


Bogor: Ghalia Indonesia.

Morales, S. S. (2013). Myth and The Construction of Meaning in Mediated


Culture. KOME - An International Journal of Pure Communication
Inquiry , 1 (2), 33-43.

Mulyana, D. (2014). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

13
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKis Pelangi
Aksara.

Pusposari, D. (2014). Mitos dalam Kajian Budaya. Malang: Pustaka Kaiswaran.

Sobur, Alex. (2006). Semiotik Komunikasi. Jakarta: Salemba.

Susanto, A. (1996). Komunikasi dalam Teori dan Praktek Jilid 1. Bandung: Bina
Cipta.

West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

14

Anda mungkin juga menyukai