Anda di halaman 1dari 6

PERAN MEDIA DALAM AKULTURASI BUDAYA

Aulia Nurhaliza Putri

Universitas Airlangga, FISIP, Antropologi Sosial 2018; aulia.nurhaliza.putri-


2018@fisip.unair.ac.id

Interaksi manusia dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Interaksi
yang dilakukan secara langsung dapat dilakukan dengan bertemunya dua orang atau
lebih yang didalamnya terdapat sebuah percakapan dan komunikasi yang jelas.
Sedangkan interaksi yang dilakukan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu penghubung berupa benda yaitu media mulai dari media cetak,
media visual, media audio, dsb. Media sosial dan media komunikasi dengan cepat
merambat masuk dalam kehidupan masyarakat di dunia. Tidak terkecuali seseorang
menggunakan media untuk mencapai sebuah eksistensi atas rasa narsisme yang telah
tertanam dalam dirinya. Selayaknya narboka, media dapat membuat semua
penggunanya merasa candu untuk menggunakannya demi sebuah ekstensi. Kita ‘di-
narkotika’ oleh ekstensi kita, mungkin tidak ada orang yang mulai menggunakan suatu
media akan merasakan peningkatan kualitas ekstensi. Hal ini karena semua media
menghibur narsisme manusia, memanjakan fantasi kita untuk membuka dunia dan ingin
memilikinya, dan memberi kita kekuatan nyata untuk melakukannya (McLuhan, M.
1964). Tak heran jika perkembangan media semakin pesat dan jangkauannya semakin
luas, hal tersebut terjadi karena setiap manusia sudah mulai kompleks dan menjadi suatu
kebutuhan untuk menggunakan suatu media.

Media yang telah tersebar luas diseluruh penjuru dunia telah banyak memberi
dampak yang signifikan. Media bukan hanya menjadi ladang menyalurkan informasi
ataupun berkomunikasi dengan orang luar, melainkan juga sebagai tempat mengatur
pemerintahaan dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Melalui media
pemerintah dapat memberi informasi tentang nilai-nilai budaya untuk disebarluaskan ke
negara luar agar dikenal dan mengglobal, sehingga tak sedikit kebudayaan baru muncul
dan masuk sebagai aliran dan budaya baru. Dan disitulah warga diminta untuk selalu
selektif dalam menerima informasi yang mereka terima. Banyak informasi yang disebar
merupakan sebuah berita hoax serta konten-konten yang tidak baik, tetapi tidak
semuanya merupakan berita bodong yang hanya menyebarluaskan berita tidak benar
tetapi terdapat juga konten yang baik dan mendidik bagi warga negara itu sendiri.

Salah satu kebaikan dari adanya media adalah masuknya berbagai informasi
tentang sosial dan budaya. Manusia dapat saling berinteraksi lintas negara, saling
menginformasikan perihal budaya yang terdapat di negara masing-masing. Yang pada
awalnya budaya dapat diterima manusia melalui lingkup yang kecil yaitu keluarga,
keluarga mengajarkan dari hal yang sederhana yaitu tingkah laku, norma, hingga
kebudayaan yang telah keluarga itu anut dan percayai. Lalu orang itu dapat keluar dari
zonanya yaitu mempelajari kebudayaan yang terdapat di sekitar lingkungan ia tempat
tinggal dan menuju keluar daerah tempat ia tinggal. Setelah dapat memahami
kebudayaan yang terdapat di daerah sendiri dan daerah lain, ia akan membagikannya ke
negara lain.

Melalui interaksi dengan seseorang ataupun kelompok di negara lain kita akan
lebih memahami kebudayaan negara lain. Tidak menutut kemungkinan kebudayaan di
negara lain akan sama maupun berbeda konsep dan nilai budaya. Jika kesamaan nilai
budaya ditemukan, maka seseorang ataupun suatu kelompok akan mencoba memproses
dan mencanangkan adanya penggabungan dua budaya tanpa menghilangkan budaya
sendiri dan budaya lain yang ingin disatukan (akulturasi). Namun, hal tersebut akan
susah melihat harus dengan persetujuan dari suatu unsur kelompok dan anggota
masyarakat yang telah terlibat dan harus menyaring nilai budaya yang dianggap kurang
baik, karena tidak semudah yang dipikirkan apabila harus mencampur dua kebudayaan
yang berbeda dan harus menyesuaikan dengan budaya lain.

Akulturasi dapat terjadi melalui proses percakapan, bahasa yang digunakan,


aksen dan nada yang digunakan awalnya asli, ketika bertemu dengan orang daerah lain
harus menyesuikan. Sehingga bahasa asli akan bercampur dengan bahasa daerah lain,
aksen dan nada yang digunakan mulai berubah dan seiring waktu mulai pudar dan
berpindah menggunakan nada dan aksen bahasa daerah lain. Hal itulah yang dapat
dijadikan sebagai proses akulturasi. Maka dari itu proses akulturasi dapat dijadikan
sebagai pengembangan kebudayaan yang tidak memihak kebudayaan siapapun dan
tidak menghilangkan budaya lama.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawati, Ira. (2008). Peran Komunikasi Massa Dalam Perubahan Budaya dan Perilaku
Masyarakat. 3 (2): 44-55

Tanudjaja, Bing Bedjo (2007). Pengaruh Media Komunikasi Massa Terhadap Popular
Culture Dalam Kajian Budaya/Cultural Studies. 9 (2): 96-106

McLuhan, M. (1964). Understanding media: The extensions of man. New York: Signet.
( dalam jurnal Slunecko T; Hengl S. (2006). Culture and Media:A Dynamic
Constitution. 12(1): 69–85)

Slunecko, Thomas., Hengl, Sophie. (2006). Culture and Media:A Dynamic


Constitution. 12(1): 69–85

Saefudin, Asep. (2008). Perkembangan Teknologi Komunikasi : Perspektif Komunikasi


Peradaban. 9 (2): 383-392

Mubah, Safril. (2011). Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam
Menghadapi Arus Globalisasi. 24 (4): 302-308

Utama, Muhammad Risky Jaya. (2017). Bentuk Komunikasi Dalam Akulturasi Budaya
Suku Jawa Dan Suku Bugis Di Kelurahan Budaya Pampang Kecamatan
Samarinda Utara Kota Samarinda. 5 (3): 681-695

Al Yakin, Ahmad., Latif, Abdul., Ronal. (tidak ada). Pengaruh Masuknya Teknologi
Modern Terhadap Budaya Lokal Masyarakat Di Desa Suppiran. 3 (1): 163-
171

Suneki, Sri. (2012). Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya Daerah. 2 (1):
307-321

Putri, Liza Diniarizky. (2016). Kekuatan Teknologi Dalam Membentuk Budaya


Populer (Studi Tentang Fenomena Drama Turki Di Indonesia). 4 (3): 54-74

Kango, Andries. (2015). Media dan Perubahan Sosial Budaya. 12 (1): 20-34

Astuti, Puji. (2014). Komunikasi Sebagai Sarana Akulturasi Antara Kaum Urban
Dengan Masyarakat Lokal Di Pasar Segiri Samarinda. 2 (1): 305-320
Pandeirot, Albert A., Irwansyah, M. Azhar., Nasution, Helfi. (2015). Integrasi Sosial
Media Dengan E-Learning Teknik Informatika Universitas Tanjungpura. 1
(1): 1-6

Tulasi, Dominikus. (2012). Terpaan Media Massa Dan Turbulensi Budaya Lokal. 3 (1):
135-144

Soliha, Silvia Fardila. (2015). Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial Dan
Kecemasan Sosial. 4 (1): 1 – 10

Selvia. (2015). Dampak Teknologi Modern Terhadap Kearifan Lokal Budaya Batobo
Di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. 2 (1): 1-13

Priatna, Yolan. (2017). Melek Informasi Sebagai Kunci Keberhasilan Pelestarian


Budaya Lokal. 1 (2): 37-43

Oktavianti, Roswita., Loisa, Riris. (2017). Penggunaan Media Sosial Sesuai Nilai Luhur
Budaya di Kalangan Siswa SMA. 3 (1): 86-95

Dewi, Sulih Indra. (2013). Culture Shock dan Akulturasi Dalam Lingkungan Budaya
Belanda. 3 (1): 42-52

Amanah, Siti. (2015). Pola Komunikasi Dan Proses Akulturasi Mahasiswa Asing Di
Stain Kediri. 13 (1): 54-64

Sarkawi, Dahlia. (2016). Perubahan Sosial dan Budaya Akibat Media Sosial. 4 (2): 307
– 338

Surahman, Sigit. (2013). Dampak Globalisasi Media Terhadap Seni dan Budaya
Indonesia. 2 (1): 29-38

Sujoko. (2013). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Media


Pembelajaran di SMP Negeri 1 Geger Madiun. 1 (1): 71-77

Astuti, Tri. (2017). Akulturasi Budaya Mahasiswa Dalam Pergaulan Sosial Di Kampus
(Studi Kasus Pada Mahasiswa PGSD UPP TEGAL FIP UNNES). 8 (1): 60-
65

Anda mungkin juga menyukai