Anda di halaman 1dari 110

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kondisi umum Kabupaten Bener Meriah digambarkan dalam beberapa aspek, yaitu
aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan sosial, aspek pelayanan umum, dan
aspek daya saing daerah.
2.1 Aspek Geografi Dan Demografi
Sub bab aspek geografi dan demografi membahas mengenai karakteristik lokasi dan
wilayah, potensi pengembangan wilayah, wilayah rawan bencana dan demografi.
Karakteristik Lokasi Dan Wilayah
Kabupaten Bener Meriah memiliki posisi strategis berada di tengah Provinsi Aceh
dengan Kota Simpang Tiga Redelong dipilih sebagai ibukotanya. Posisi geografis terletak
pada 4°33’50”- 4°54’50” Lintang Utara dan 96°40’75” - 97°17’53” Bujur Timur, dengan
ketinggian rata-rata 100 – 2500 MDPL.
Luas Dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Bener Meriah memiliki luas wilayah darat 197.271,31 Ha. Batas wilayah
Bener Meriah, Meliputi:
a. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh
Utara;
b. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara dan
Kabupaten Aceh Timur;
c. Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh
Timur; dan
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Aceh Tengah.
Sejak tahun 2010, secara administratif Kabupaten Bener Meriah memiliki 10 kecamatan yang
terdiri dari 27 mukim dan 234 desa. Peta administratif Kabupaten Bener Meriah dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

II-1
Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Bener Meriah

Sumber : RTRW Bener Meriah 2012 – 2032


2.1.1.1 Topografi
Kabupaten Bener Meriah memiliki klasifikasi kelerengan yang terbagi atas kelas
kelerengan yaitu: 0 -8%, 8-15%, 15-25%, 25-40% dan >40%. Berdasarkan gambaran
klasifikasi kelerengan tersebut, wilayah Kabupaten Bener Meriah tampak didominasi oleh
lahan berkelerengan > 40% dengan luasan yang mencapai 89.594,16 Ha atau sebesar 47%
dari total luas wilayah Kabupaten Bener Meriah Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Bener Meriah
Kelerengan (%)
Kecamatan Total
0–8 8 – 15 15 – 25 25 – 40 > 40
1 2 3 4 5 6 7
Bandar 16,01 2.624,29 1.408,20 1.233,71 5.018,34 10.300,55
Bener Kelipah - 739,07 607,21 555,67 767,22 2.669,17
Bukit 261,15 3.033,35 873,89 566,16 4.787,67 9.522,22
Gajah Putih - 256,07 1.089,98 1.024,88 3.570,86 5.941,79
Mesidah - 579,78 6.964,41 8.265,00 18.206,28 34.015,47
Permata - 3.855,55 3.683,96 4.639,96 7.231,62 19.414,04
Pintu Rime Gayo - 6.811,19 6.020,73 3.909,27 7.307,65 24.048,84
Syiah Utama - 2.893,89 9.681,24 17.382,37 38.510,33 68.467,83
Timang Gajah - 1.439,25 2.385,53 2.716,84 3.498,58 10.040,20
Wih Pesam - 1.936,47 2.606,55 747,84 689,61 5.980,47

Total 0 0 0 0 0 7*)

Sumber : Draft RTRW Bener Meriah 2012 – 2032


Catatan: Ada perbedaan persepsi terhadap luas wilayah Bener Meriah, BPS Bener Meriah dan Pemda Bener
Meriah
2.1.1.2 Geologi

II-2
Kondisi Geologi Kabupaten Bener Meriah terdiri dari beberapa bebatuan dengan
jenis batuan sedimen, batuan vulkanis, dan aluvial. Dominasi batuan sedimen ini hampir
merata pada bagian selatan wilayah Kabupaten Bener Meriah, yang merupakan dataran
tinggi atau berfungsi sebagai kawasan areal penggunaan lain. Sedimen ini juga terbagi oleh
jenis yang diantaranya, sedimen kapur dan glaukosit dengan material halus, kemudian
sedimen sedikit kandungan kapur dan material kasar konglomerat, batu pasir dan mika.
Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bener Meriah dapat dikelompokkan menjadi
batuan beku dan batuan metamorfik atau malihan, batuan sedimen dan gunung api tua, batu
gamping, batuan gunung api muda, serta endapan aluvium. Batuan sedimen terutama
terdapat di daerah lembah. Jenis batuan ini mempengaruhi jenis tanah yang ada.
Gambar 2.2 Peta Geologi Kabupaten Bener Meriah

Gambar 2.2 Peta topografi Bener Meriah

Sumber : RTRW Bener Meriah 2012 – 2032


Hidrologi
2.1.1.2.1 Air Permukaan
Kabupaten Bener Meriah memiliki beberapa sungai baik sungai besar maupun sungai
kecil. Sungai besar diantaranya Sungai Jambo Aye yang airnya mengalir sampai ke Jambo
Aye, Arakundo, Peureulak, Idi Rayeuk, Simpang Ulim, Peudawa Puntong, Julok Rayeuk dan
Peudawa Rayeuk. Sungai Peusangan mengalir ke Pase, Peusangan, Peudada, Keureuto,
Peuto, Mane, Krueng Geukeuh, Samalanga, Sawang dan Piadah. Selain itu ada pula sungai-
sungai kecil yang ada di Kabupaten Bener Meriah. Gambar 2.3 berikut ini merupakan
gambaran Daerah Aliran Sungai yang ada di Kabupaten Bener Meriah.
Gambar 2.3 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bener Meriah

II-3
(Sumber : RTRW Bener Meriah 2012 – 2032)
2.1.1.2.2 Air Tanah
Pengelolaan air tanah berdasarkan Cekungan Air Tanah (CAT) bertujuan untuk
menjaga kelangsungan, daya dukung dan fungsi air tanah. Pengelolaan kualitas dan
pengendalian pencemaran air tanah dilaksanakan melalui pemetaan tingkat kriteria zona
kerentanan air tanah. Pola sebaran cekungan air tanah yang berada di Kabupaten Bener
Meriah dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 2.4 Cekungan Air Tanah (CAT)

Sumber : Draft RTRW Bener Meriah 2012 – 2032


2.1.1.3 Klimatologi

II-4
Data curah hujan Kabupaten Bener Meriah sesuai data dari Provinsi Aceh masuk dalam
kategori mewakili dataran tinggi di mana curah hujan cenderung tinggi mencapai 13.327
mm/tahun dengan rata-rata 1.105,60 mm/bulan. Menurut Data Dinas Pertanian Kabupaten
Bener Meriah, curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 66,8
mm/hari dan pada bulan Desember 9,14 mm/hari, sementara curah hujan terendah rata-rata
terjadi pada Bulan Maret sampai Mei dengan nilai 1,08 mm/hari.
2.1.1.4 Penggunaan Lahan
Pada tahun 2012 luas keseluruhan lahan Kabupaten Bener Meriah adalah 191.969 Ha
dengan perincian hutan 104.814 Ha atau 55,50% (yang terdiri dari hutan lindung seluas
85.804 Ha (44,7% dan Hutan Produksi seluas 19.101 (9,9%)) dari luas total penggunaan
lahan. Luas lahan pertanian sawah adalah 3,259 Ha atau 1,73% dan lahan ladang/kebun
seluas 43,765 Ha atau 22,80%. Selebihnya merupakan lahan penggunaan lainnya seluas
31.758 Ha mencapai 16,54% dari luas total Kabupaten Bener Meriah (Tabel 2.2).

Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Bener Meriah tahun 2012
2012
Jenis Penggunaan Lahan
(Ha) (%)
1 2 3

Persawahan 3.259,00 1,7

Bangunan / Perkarangan 8.373,00 4,36

Kebun / Ladang 43.765,00 22,8

Hutan Lindung 85.804,00 44,7

Hutan Produksi 19.010,00 9,9

Lain – lain 31.758,00 16,54

Jumlah 191.969,00 100

*) Data BPS Bener Meriah, DDA 2014, **) Diolah


Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan , Dinas Pengairan, BPS 2014

Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Existing

II-5
Sumber : RTRW Bener Meriah 2012 – 2032
2.1.2 Demografi
Kabupaten Bener Meriah merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah yang
memiliki 10 kecamatan dan 233 kampung dengan kecamatan paling luas yaitu Kecamatan
Syiah Utama yang luasnya hampir setengah dari luas Kabupaten Bener Meriah (BPS, 2014).
Masyarakat Kabupaten Bener Meriah termasuk dalam masyarakat adat Gayo yang didukung
dalam bahasa etnik Gayo oleh penduduk Kabupaten Aceh Tengah dan sebagian Aceh
Tenggara (DEPDIKBUD, 1978).
Penduduk Kabupaten Bener Meriah di tahun 2016 berjumlah 139.890 jiwa, dengan
laki-laki sebanyak 70.790 jiwa dan perempuan 69.100 jiwa (BPS, 2017). Dilihat dari
distribusinya jumlah penduduk paling banyak di Kecamatan Bukit, yaitu sebesar 25.900 jiwa
dan Kecamatan Wih Pesam 24.200 jiwa. Kecamatan Syiah Utama memiliki jumlah penduduk
yang paling sedikit, yaitu sebesar 1.490 jiwa. Lapangan pekerjaan utama masyarakat
Kabupaten Bener Meriah adalah di bidang pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan.

Tabel 2.3 Perkembangan demografi Kabupaten Bener Meriah 2011 – 2016


INDIKATOR 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
Kepadatan (jiwa/km2) 65 66 67 69 70 73
Laju pertumbuhan (%) 2,24 1,84 2,28 2,26 2,07 2,22
Sumber : Propil Bener Meriah Tahun 2016
Pada tahun 2016 kepadatan penduduk di Kabupaten Bener Meriah sebesar 73
jiwa/km2. Dalam kurun waktu 2011-2016 terjadi peningkatan kepadatan penduduk dengan

II-6
laju pertumbuhan penduduk di atas 2%, kecuali pada tahun 2012 laju pertumbuhan
penduduk hanya 1,84%. Selain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, peningkatan
kepadatan penduduk disebabkan juga oleh perpindahan penduduk dari wilayah lain karena
pekerjaan, perkawinan, dan lain sebagainya.
Pada tahun 2016 kepadatan penduduk di Bener meriah sebesar 73 jiwa/Km2.
Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi tercatat di Kecamatan Wih Pesam dan
Bandar. Kepadatan penduduk Kecamatan Wih Pesam dan Bandar masing-masing adalah
366 jiwa/km2 dan 2782 jiwa/km2. Kondisi ini dimungkinkan karena kedua kecamatan
tersebut memiliki akses serta sarana dan prasarana wilayah yang memadai. Sebaliknya,
Kecamatan Syiah Utama dengan luas wilayah sekitar 40,42% dari wilayah Bener Meriah
memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu hanya sekitar 2 jiwa/km 2.

Tabel 2.4 Jumlah Kecamatan, Desa dan Dusun di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016
NO Kecamatan Desa Dusun
1 2 3 4
1 Banadar 35 87
2 Bener Kelipah 12 36
3 Bukit 40 84
4 Gajah Putih 10 102
5 Mesidah 15 78
6 Permata 27 104
7 Pintu Rime Gayo 23 32
8 Syah Utama 14 18
9 Timang Gajah 30 42
10 Wih Pesam 27 84
Jumlah 233 667
Sumber : BPS Bener Meriah Tahun 2016

Tabel 2.5 Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten Tahun 2016


Jarak Ke Ibukota
NO Kecamatan Ibukota Kecamatan
Kabupaten (Km)

1 2 3 4

1 Banadar Pondok Baru 6,3

2 Bener Kelipah Gunung Musara 9,1

3 Bukit Simpang Tiga Redelong 1

4 Gajah Putih Reronga 21,9

5 Mesidah Wer Tingkem 15,3

6 Permata Buntul 17

II-7
7 Pintu Rime Gayo Blang Rakal 28,7

8 Syah Utama Samar Kilang 50,3

9 Timang Gajah Lampahan 16,9

10 Wih Pesam Pante Raya 5,5

Sumber : BPS Bener Meriah Tahun 2016


Kecamatan terjauh dari ibukota Kabupaten adalah Kecamatan Syiah Utama. Jarak
ibukota Syiah Utama, yaitu Desa Samar Kilang, ke ibukota Kabupaten di Simpang Tiga
Redelong adalah 50,3 km, dan Kecamatan Pintu Rime Gayo, yaitu Belang Rakal dengan jarak
28,7 km.
Dari 10 (sepuluh) Kecamatan yang ada di Kabupaten Bener Meriah, yang termasuk urban
area (kawasan perkotaan) hanya Kecamatan Bukit yang meliputi 28 (dua puluh delapan)
Kampung, yakni Kampung Karang Rejo, Bale Atu, Hakim Tungul Naru, Babussalam, Bale
Redelong, Bujang, Godang, Isaq Busur, Kenawat Redelong, Paya Gajah, Simpang Tiga
Redelong, Uring, Reje Guru, Ujung Gele, Delung Asli, Tingkem Benyer, Reje Guru, Blang
Sentang, Delung Tue, Batin Weh Pongas, Kute Kering, Kute Lintang, Kute Tanyung, Tingkem
Bersatu, Tingkem Asli, Serule Kayu, Uning Bersah dan Uning Teritit. Selain desa-desa yang
termasuk dalam kawasan perkotaan di Kecamatan Bukit termasuk rural area (kawasan
pedesaan).
Di Kabupaten Bener Meriah terdapat beberapa etnis yang hidup saling menghormati
dan saling berdampingan, tanpa mempersoalkan ras dan agama. Hingga saat ini, belum
tersedia informasi mengenai berapa jumlah etnis yang tinggal di Kabupaten Bener Meriah,
namun dapat dipastikan bahwa suku Gayo adalah suku yang paling dominan yang mendiami
wilayah Kabupaten Bener Meriah. Selain suku Gayo, masih terdapat beberapa etnis lainnya,
seperti Suku Jawa, Aceh, Padang, dan lain-lain.
Tabel 2.6 berikut mengilustrasikan mengenai keragaman penduduk di Kabupaten
Bener Meriah berdasarkan agama yang dianut. Mayoritas penduduk DI Kabupaten Bener
Meriah menganut agama Islam yang berjumlah 136.723 jiwa pada tahun 2015, selanjutnya
91 jiwa beragama Protestan, 13 jiwa beragama Katolik dan 4 jiwa beragama Budha, serta
lainnya berjumlah 12 jiwa.

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut Di
Kabupaten Bener Meriah tahun 2012 – 2015.
Agama
No Tahun
Islam Protestan Katolik Hindu Budha Konghucu Laninnya

II-8
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2012 128,368 107 13 7 43 - -
2 2013 128,368 107 13 7 43 - -
3 2014 128,368 107 13 7 43 - -
4 2015 136,723 91 13 - 4 - -

Sumber : BPS Bener Meriah Tahun 2016

Sejauh ini, di Kabupaten Bener Meriah, semua etnis dan pemeluk agama yang heterogen
dapat hidup berdampingan tanpa terjadi konflik antar etnis dan agama. Hal tersebut menjadi
modal yang cukup baik dalam upaya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
bersama-sama dengan masyarakat secara berkelanjutan. Meskipun pada beberapa tahun
yang lalu, di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh pada umumnya terjadi konflik yang
berakibat pada melambatnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, namun
setelah terjadinya MoU antara pihak-pihak yang berkonflik, Kabupaten Bener Meriah telah
kembali melakukan pembangunan yang hasilnya mulai dinikmati oleh masyarakat.

2.1.3 Potensi Pengembangan Wilayah


Kabupaten Bener Meriah mempunyai beragam kekayaan sumber daya alam antara
lain pertanian, perkebunan, pertambangan umum yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bener Meriah.
Penentuan sistem perkotaan di Kabupaten Bener Meriah mempertimbangkan aspek-aspek
sebagai berikut ini:
1. Kebijaksanaan RTRWN dan RTRWP Aceh.
2. Jumlah penduduk, aksesibilitas dan fasilitas pelayanan yang ada dan pengembangannya.
3. Pola pergerakan penduduk dalam pemenuhan fasilitas pelayanan.
Fungsi dan peran kawasan perkotaan di masing-masing ibukota kecamatan atau
pusat-pusat pengembangan pada dasarnya sebagai berikut:
1. Fungsi tempat pasar (market-place function) bagi barang dan jasa konsumsi dan investasi.
Selain itu juga sebagai tempat pemasaran dan pengolahan hasil pertanian.
2. Fungsi transaksi finansial berupa kemudahan kredit untuk investasi pada wilayah-
wilayah pengembangan.
3. Fungsi penyediaan pelayanan pengembangan pertanian.
4. Fungsi pelayanan sosial, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, komunikasi,
keamanan, ibadah, rekreasi, administratif, dan lain-lain.
Kelengkapan dalam penyediaan prasarana dan sarana baik sosial maupun ekonomi
pada dasarnya bergantung pada hirarki kota yang bersangkutan. Selain itu juga terdapat
fungsi kota sebagai pusat administrasi pemerintahan yang mempunyai sifat pelayanan

II-9
hirarkis menurut status administrasi (Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan).
Penentuan fungsi kota ini didasari oleh kelengkapan fasilitas pusat pelayanannya yang akan
dikembangkan di tiap Kota. Adapun fungsi yang lain didasari oleh alasan tertentu, yaitu:
1. Fungsi pusat pelayanan sosial dan ekonomi bagi wilayah belakang dari keberadaan kota
tersebut sebagai pusat pengumpul atau simpul kegiatan perdagangan.
2. Fungsi pusat komunikasi dan hubungan dilihat dari keberadaan transportasi utama dan
akses ke jaringan transportasi utama.
Jika fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan, maka akan terjadi interaksi langsung antara
wilayah pedesaan dengan pusat regional. Hal ini akan menimbulkan ketidakefisienan,
seperti tingginya ongkos transportasi, rendahnya kapasitas dan pemenuhan kebutuhan
pelayanan, dan lain-lain yang pada akhirnya akan menghambat perkembangan wilayah-
wilayah yang jauh dari pusat itu sendiri.
Sistem perkotaan yang membentuk pola struktur ruang di Kabupaten Bener Meriah
selain berdasarkan analisa kondisi perkotaan sekarang ini, juga mengacu pada struktur
ruang yang lebih makro, yakni pola struktur wilayah Provinsi Aceh. Pola struktur ruang yang
dibentuk berdasarkan sistem perkotaan dan pusat pelayanan di Kabupaten Bener Meriah
adalah:
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Kriteria PKL adalah pusat pelayanan yang berfungsi dalam pelayanan pemerintahan,
perdagangan dan jasa serta transportasi untuk skala pelayanan kabupaten. Wilayah
PKL di Kabupaten Bener Meriah ditetapkan di Kota Simpang Tiga Redelong, Kecamatan
Bukit.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
Melihat perkembangan yang ada saat ini, ada beberapa Kecamatan yang dipromosikan
untuk di kemudian hari dapat ditetapkan menjadi PKLp karena memiliki sarana dan
prasarana yang memungkinkan fungsi dan pelayanannya sebagai PKLp seperti
tersedianya RSUD tipe C, terminal, fasilitas perkantoran, fasilitas perumahan, fasilitas
pendidikan, fasilitas olah raga dan rekreasi serta fasilitas perdagangan dan jasa. Dengan
ditingkatkan menjadi PKLp diharapkan dapat mendorong perkembangan wilayahnya.
Kecamatan tersebut diarahkan pengembangannya ke fungsi perkotaan dengan fungsi
yang dikembangkan antara lain adalah kawasan pendidikan, perdagangan dan jasa,
kesehatan, permukiman perkotaan, rekreasi dan olah raga serta perkantoran.
Kecamatan yang dipromosikan antara lain: Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
ditetapkan di Kota Pondok Baru di Kecamatan Bandar yang melayani beberapa

II-10
kecamatan, antara lain Kecamatan Syiah Utama, Kecamatan Permata, Kecamatan
Mesidah, Kecamatan Bener Kelipah dan Kecamatan Bandar.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Kriteria PPK adalah pusat pelayanan yang berfungsi dalam pelayanan pemerintahan,
perdagangan dan jasa serta transportasi dengan skala pelayanan kecamatan. Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) di wilayah Kabupaten Bener Meriah ditetapkan di:
a) PPK Blang Rakal;
b) PPK Reronga;
c) PPK Lampahan;
d) PPK Simpang Balek;
e) PPK Bener Kelipah Utara;
f) PPK Wih Tenang Uken;
g) PPK Sosial; dan
h) PPK Samar Kilang.
2.1.4 Wilayah Rawan Bencana
Kabupaten Bener Meriah merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan sehingga
banyak dijumpai lahan miring ataupun bergelombang. Potensi bencana tanah longsor di
Kabupaten Bener Meriah terjadi di sekitar kawasan pegunungan atau bukit yang
dipengaruhi oleh kemiringan lereng yang curam pada tanah yang basah dan bebatuan yang
lapuk, curah hujan yang tinggi, gempa bumi atau letusan gunung berapi yang menyebabkan
lapisan bumi paling atas dan bebatuan berlapis terlepas dari bagian utama gunung atau
bukit. Tanda-tanda terjadinya longsor dapat ditandai dengan beberapa parameter antara
lain keretakan pada tanah, runtuhnya bagian bagian tanah dalam jumlah besar, perubahan
cuaca secara ekstrim dan adanya penurunan kualitas landscape dan ekosistem.
Puting beliung terjadi hampir merata di seluruh daerah dalam Provinsi Aceh tidak
terkecuali di KabupatenBener Meriah walaupun dalam intensitas yang rendah. Gunung api
aktif yang berada di Bener Meriah adalah Gunung Burni Telong dan Gunung Geuredong.
Gunung ini terletak pada bagian Selatan Kabupaten atau di sebelah Timur Kota Simpang Tiga
Redelong (Ibukota Kabupaten). Aktifitas gunung tersebut berdasarkan penelitian
menunjukkan peningkatan setelah gempa dan gelombang Tsunami yang menimpa Provinsi
Aceh tanggal 26 Desember 2004 silam.
Potensi bencana gas beracun diindikasikan berada pada kawasan yang berdekatan
dengan gunung berapi aktif. Dengan demikian, kawasan dengan potensi rawan bahaya gas
beracun relatif sama dengan kawasan rawan letusan gunung berapi. Kawasan potensi rawan

II-11
bahaya gas beracun di Kabupaten Bener Meriah berada di sekitar Gunung Geuredong dan
Gunung Burni Telong.
Selain itu, bencana yang disebabkan bukan dari faktor alam juga seringkali terjadi di
Kabupaten Bener Meriah, seperti bencana konflik dan wabah penyakit. Kejadian bencana-
bencana tersebut memberikan dampak negatif terhadap hasil pembangunan yang sudah
dicapai atau sedang berlangsung.
Gambar 2.6 Peta Rawan Bencana Kabupaten Bener Meriah

Sumber. RTRW Bener Meriah 2012 – 2032

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.2.1 Fokus Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

2.2.1.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Gambaran pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bener Meriah secara umum tercermin
dari besarnya nilai produk domestik regional bruto (PDRB) yang diperoleh dari tahun ke

II-12
tahun. Bila dilihat perkembangannya dalam kurun waktu 2012-2016 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Bener Meriah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari
penjabarannya PDRB merupakan indikator yang dapat menunjukan keberhasilan penerapan
kebijakan pembangunan ekonomi. Keberhasilan tujuan otonomi daerah untuk memperkuat
perekonomian Bener Meriah nampaknya terlihat dari PDRB Bener Meriah berdasarkan
harga konstan dan harga berlaku yang terus meningkat. Dari gambaran Tabel 2.8 terlihat
bahwa PDRB Kabupaten Bener Meriah menunjukkan keberhasilan penerapan kebijakan
pembangunan ekonomi.
Tabel 2.8 PDRB Kabupaten Bener Meriah tahun 2012 – 2016
Harga Berlaku (HB) Harga Konstan (HK)
Tahun
Nilai (Rp Juta) Pertumbuhan(%) Nilai(Rp Juta) Pertumbuhan(%)
1 2 3 4 5
2012 2.833.715,89 8,18 2.661.123,94 5,23
2013 3.066.623,44 8,22 2.804.613,17 5,39
2014 3.312.193,99 8,01 2.929.388,50 4,45
2015 3.552.269,47 7,25 3.070.581,95 4,82
2016 3.806.215,70 7,15 3.206.536,50 4,43
Sumber : Tinjauan Ekonomi Kab Bener Meriah, BPS Bener Meriah 2017
Besaran nilai PDRB merupakan rata-rata tingkat pertumbuhan sektor yang
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Kabupaten Bener Meriah. Apabila setiap
sektor mempunyai kontribusi besar dan pertumbuhannya lambat, maka akan menghambat
tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila sebuah sektor
memiliki kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian dan mempunyai tingkat
pertumbuhan tinggi, maka sektor tersebut akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi
secara total. Dari tabel di atas dijelaskan bahwa PDRB menurut harga berlaku dan harga
konstan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, namun trend pertumbuhannya menurun.
Tabel 2.9 PDRB Bener Meriah atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha
(juta rupiah) 2012-2016
2012 2013 2014 2015 2016
Sektor
No Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pertanian 1.311.744,56 56,04 1.364.871,00 60,72 1.432.211,16 60,92 1.503.371,20 60,84 1.575.237,80 61,06
2
Pertambangan 26.841,30 1,15 27.413,60 1,22 28.251,40 1,20 29.177,30 1,18 30.055,20 1,16
& Penggalian
3 Industri
63.964,64 2,73 66.065,59 2,94 67.920,80 2,89 70.255,20 2,84 72.458,60 2,81
Pengolahan
4 Listrik & Gas 2.715,76 0,12 2.832,70 0,13 2.991,31 0,13 3.216,50 0,13 3.501,80 0,14
5 Pengadaan Air
Pengolahan
Sampah 535,80 0,02 555,40 0,02 587,30 0,02 616,30 0,02 642,50 0,02
Limbah dan
Daur Ulang
6 Bangunan & 395.569,65 16,90 414.729,30 18,45 435.253,70 18,51 468.188,60 18,95 488.132,00 18,92

II-13
2012 2013 2014 2015 2016
Sektor
No Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12
Konstruksi
7 Perdagangan,
Besar dan 190.932,87 8,16 162.841,30 7,24 167.794,10 7,14 171.753,10 6,95 175.366,00 6,80
Eceran
8 Pengangkutan
156.891,40 6,70 11.085,90 0,49 11.519,28 0,49 11.926,95 0,48 12.415,10 0,48
& Komunikasi
9 Jasa Keuangan 48.044,70 2,05 48.623,40 2,16 49.795,50 2,12 50.326,40 2,04 51.733,60 2,01
10 Jasa
6.248,30 0,27 6.371,80 0,28 6.624,70 0,28 6.988,50 0,28 7.213,70 0,28
Perusahaan
11 Jasa
50.464,80 2,16 51.474,10 2,29 53.008,20 2,25 55.621,60 2,25 57.988,30 2,25
Pendidikan
12 Jasa
57.039,82 2,44 59.722,20 2,66 63.031,90 2,68 66.045,40 2,67 69.583,40 2,70
Kesehatan
13 Jasa Lainnya 29.942,40 1,28 31.137,70 1,39 32.072,20 1,36 33.723,50 1,36 35.617,20 1,38
PDRB
2.340.936 100 2.247.724 100 2.351.062 100 2.471.210,55 100 2.579.945,20 100

Sumber : Tinjauan Ekonomi Kab Bener Meriah, BPS Bener Meriah 2017

Tabel 2.10 PDRB Kabupaten Bener Meriah atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha (Juta Rupiah) Tahun 2012-2016
2012 2013 2014 2015 2016
Sektor
No Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Pertanian 1.389.604,30 55,86 1.477.853,90 54,73 1.600.654,31 54,97 1.717.887,40 54,98 1.849.151,20 55,26

2 Pertambangan
27.365,40 1,10 28.644,90 1,06 31.342,40 1,08 33.081,00 1,06 34.721,30 1,04
& Penggalian
3 Industri
65.187,76 2,62 69.511,49 2,57 75.004,19 2,58 80.223,20 2,57 84.485,80 2,52
Pengolahan
4 Listrik & Gas 2.469,00 0,10 2.506,80 0,09 2.573,90 0,09 2.708,20 0,09 2.832,90 0,08

5 Pengadaan Air
Pengolahan
582,60 0,02 636,30 0,02 706,20 0,02 782,40 0,03 872,90 0,03
Sampah Limbah
dan Daur Ulang
6 Bangunan &
429.513,40 17,27 468.735,60 17,36 514.117,60 17,66 564.745,30 18,07 608.351,40 18,18
Konstruksi
7 Perdagangan,
Besar dan 206.270,50 8,29 219.342,70 8,12 234.701,00 8,06 253.876,10 8,13 273.396,10 8,17
Eceran
8 Pengangkutan &
171.267,30 6,88 186.363,10 6,90 196.920,30 6,76 202.122,00 6,47 206.813,00 6,18
Komunikasi
9 Jasa Keuangan 48.097,12 1,93 90.970,25 3,37 90.901,90 3,12 93.631,60 3,00 97.521,40 2,91

10 Jasa Perusahaan 6.883,30 0,28 7.313,30 0,27 7.845,80 0,27 8.314,50 0,27 8.911,60 0,27

11 Jasa Pendidikan 50.724,30 2,04 51.886,20 1,92 53.876,50 1,85 58.426,70 1,87 62.233,60 1,86

12 Jasa Kesehatan 58.874,20 2,37 64.198,20 2,38 68.897,60 2,37 72.545,70 2,32 77.316,30 2,31

13 Jasa Lainnya 30.846,20 1,24 32.445,60 1,20 34.178,50 1,17 36.177,30 1,16 39.446,70 1,18

PDRB 2.487.685,38 100,00 2.700.408,34 100,00 2.911.720,20 100,00 3.124.521,40 100,00 3.346.054,20 100,00

Sumber : Tinjauan Ekonomi Kab Bener Meriah, BPS Bener Meriah 2017
Seluruh sektor ekonomi di Kabupaten Bener Meriah dari tahun 2012 sampai dengan
2016 mengalami pertumbuhan positif. Data Tabel 2.9 dan Tabel 2.10 menunjukkan bahwa
kontribusi sektor pertanian sangat dominan (>50%) di Kabupaten Bener Meriah baik itu

II-14
menurut harga konstan atau harga berlaku. Dengan demikian sektor pertanian merupakan
sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bener Meriah dan paling
berpotensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Tabel 2.11 Perkembangan Distribusi PDRB Kabupaten Bener Meriah menurut lapangan
usaha (%) Tahun 2012-2016
Sektor 2012 2013 2014 2015 2016
No
1 2 3 4 5 6
1 Pertanian 49.04 48.19 48.33 48.36 48.58
2 Pertambangan & Penggalian 0.97 0.93 0.95 0.93 0.91
3 Industri Pengolahan 2.30 2.27 2.26 2.26 2.22
4 Listrik & Gas 0.09 0.08 0.08 0.09 0.09
5 Pengadaan Air Pengolahan
0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Sampah Limbah dan Daur Ulang
6 Bangunan & Konstruksi 15.06 15.29 15.52 15.90 15.98
7 Perdagangan, Besar dan Eceran 7.28 7.15 7.09 7.15 7.18
8 Pengangkutan & Komunikasi 6.04 6.08 5.95 5.69 5.43
9 Penyediaan Akomodasi dam 0.42 0.41
0.42 0.42 0.43
makan minum
10 Informasi dan Komunikasi 1.71 1.60 1.52 1.44 1.38
11 Jasa Keuangan 1.70 2.97 2.74 2.64 2.56
12 Real Estate 2.01 2.04 2.04 2.01 1.99
13 Jasa Perusahaan 0.24 0.24 0.24 0.23 0.23
14 Administasi Pemerintahan, 8.07 7.88
8.11 8.16 8.26
pertahanan dam jaminan sosial
15 Jasa Pendidikan 1.79 1.69 1.63 1.64 1.64
16 Jasa Kesehatan 2.08 2.09 2.08 2.04 2.03
17 Jasa Lainnya 1.09 1.06 1.03 1.02 1.04
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Tinjauan Ekonomi Kab Bener Meriah, BPS Bener Meriah 2017
Berdasarkan Tabel 2.11 dapat dilihat bahwa distribusi PDRB antara tahun 2012-2016
di Kabupaten Bener Meriah cenderung konstant. Sektor pertanian mendominasi pada angka
48%. Sektor kedua terbesar yang berkontribusi terhadap struktur ekonomi Kabupaten
Bener Meriah adalah sektor bangunan dan konstruksi, yang menyumbang sekitar 15 %.
Sedangkan sektor Perdagangan besar dan eceran memberikan konstribusi sebesar 7%.
Dukungan situasi daerah yang kondusif dan aman sangat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Bener Meriah, terutama sektor-sektor yang berhubungan langsung
dengan pembangunan seperti sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan serta
jasa-jasa.

II-15
Tabel 2.12 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bener Meriah menurut Lapangan usaha
(%) Tahun 2012-2016
Sektor 2012 2013 2014 2015 2016
No
1 2 3 4 5 6
1 Pertanian 4.31 4.05 4.93 4.97 4.78
2 Pertambangan & Penggalian 5.02 2.13 3.06 3.28 3.01
3 Industri Pengolahan 4.14 3.28 2.18 3.44 3.14
4 Listrik & Gas 7.47 4.31 5.60 7.53 8.87
5 Pengadaan Air Pengolahan
4.12 3.66 5.74 4.94 4.25
Sampah Limbah dan Daur Ulang
6 Bangunan & Konstruksi 4.68 4.84 4.95 7.57 4.26
7 Perdagangan, Besar dan Eceran 4.41 5.41 4.21 3.17 3.68
8 Pengangkutan & Komunikasi 4.10 3.79 3.04 2.36 2.10
Penyediaan Akomodasi dam 3.73 2.99
3.91 3.54 4.09
makan minum
Informasi dan Komunikasi 0.97 1.20 2.41 1.07 2.80
9 Jasa Keuangan 70.48 78.57 -5.05 2.84 1.55
Real Estate 5.68 6.52 5.11 4.39 3.20
10 Jasa Perusahaan 3.81 1.98 3.97 5.49 3.22
Administasi Pemerintahan,
7.03 4.55 6.19 4.10 6.53
pertahanan dam jaminan sosial
11 Jasa Pendidikan 4.61 2.00 2.98 4.93 4.26
12 Jasa Kesehatan 5.05 4.70 5.54 4.78 5.36
13 Jasa Lainnya 6.63 3.99 3.00 5.15 5.62
PDRB 5.23 5.39 4.45 4.82 4.43
Sumber : Tinjauan Ekonomi Kab Bener Meriah, BPS Bener Meriah 2017
Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bener Meriah memiliki trend yang positif dan
stabil pada mayoritas sektor, namun juga berfluktuatif tajam pada sebagian sektor. Misalnya
pada tahun 2012 dan 2013, sektor jasa keuangan mempunyai pertumbuhan yang sangat
signifikan hingga mencapai 70 dan 78%, sedangkan pada tahun 2014 sektor jasa keuangan
mengalami laju pertumbuhan negatif. Pada tahun 2014, sektor administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib mengalami laju pertumbuhan tertinggi dibanding
sektor yang lain, sedangkan tahun 2015 sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor
kontruksi mengalami laju pertumbuhan yang lebih baik dari sektor lainnya dan tahun 2016
sektor pengadaan listrik dan gas mendapat pertumbuhan yang tinggi dibandingkan sektor
lainnya.
2.2.1.1.2 Laju Inflasi/Deflasi
Inflasi/deflasi merupakan gambaran tentang terjadinya perubahan harga. Apabila
tingkat inflasi naik, dapat dipastikan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Fluktuasi

II-16
harga yang terjadi akan berpengaruh pada daya beli konsumen sehingga mengakibatkan
ketidak seimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Indeks ini dapat juga diturunkan
dari PDRB yang disebut sebagai PDRB deflator atau yang dikenal dengan indeks implisit.
Indeks ini merupakan perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB
atas dasar harga konstan.

Tabel 2.13 Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2012 s.d 2016 Kabupaten Bener Meriah
Kabupaten 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6
Inflasi Kabupaten
2,8 2,68 3,41 2,32 2,61
Kota
Sumber BPS Kabupaten Bener Meriah

2.2.1.1.3 Pendapatan Perkapita


Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator penting yang digunakan untuk
mengetahui tingkat perekonomian masyarakat pada wilayah tertentu. Di Kabupaten Bener
Meriah, pendapatan perkapita sedikit lebih tinggi dibandingan Provinsi Aceh. Pengeluaran di
Kabupaten Bener Meriah diperkirakan sebesar Rp 10.140 perkapita/hari sedangkan di
Provinsi Aceh adalah Rp 8.768 perkapita/hari.
2.2.1.1.4 Indeks Gini (Ketimpangan Pendapatan)
Indeks Gini (koefisien Gini) menggambarkan mengenai tingkat ketimpangan atau
ketidakmerataan pendapatan (kesejahteraan) di sebuah wilayah. Selama 5 (lima) tahun
terakhir, perkembangan ketimpangan ekonomi di Kabupaten Bener Meriah mengalami
fluktuasi dan cenderung meningkat. Indeks Gini tahun 2012 adalah sebesar 0.234 dan
menurun menjadi 0.225 pada tahun 2013. Namun pada tahun 2014 terjadi peningkatan
menjadi 0.243. Pada tahun 2015 indeks gini Kabupaten Bener Meriah kembali meningkat
menjadi 0.275 dan pada tahun 2016 juga mengalami keningkatan sehingga menjadi 0.283.
Perkembangan indeks gini Kabupaten Bener Meriah seperti digambarkan pada Tabel 2.14
mengindikasikan bahwa distribusi pembangunan ekonomi (kesejahteraan) di Kabupaten
Bener Meriah belum merata.

Tabel 2.14 Indeks Gini Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 – 2016

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6
Indeks Gini 0,234 0,225 0,243 0,275 0,283
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017

II-17
2.2.1.1.5 Kemiskinan
Kemiskinan Secara global, dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, baik kebutuhan secara ekonomis, seperti, makanan
dan pakaian, maupun kebutuhan lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan diukur dengan menggunakan pendekatan basic
need approach, dimana kemiskinan diukur berdasarkan kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan menggunakan pendekatan ini, kemiskinan
difahami sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan yang dilihat dari finansial, yakni
untuk memenuhi kebutuhan dasar makan dan non makanan (sandang, perumahan,
pendidikan dan kesehatan) yang diukur dari sisi pengeluaran. Seseorang dikategorikan
sebagai penduduk miskin apabila memiliki rata-rata pengeluaran perkapita dibawah garis
kemiskinan, baik garis kemiskinan makanan maupun garis kemiskinan non makanan.
Selain definisi yang dirumuskan oleh BPS, kemiskinan juga didefinisikan oleh Bank
Dunia, dimana dalam hal ini kemiskinan dapat dilihat berdasarkan jumlah pendapatan
perkapita perhari penduduk. Seseoarang yang memiliki pendapatan dibawah USD 1
perkapita dikategorikan sebagai penduduk miskin dan yang memiliki pendapatan USD 2
perkapita dikategorikan sebagai kemiskinan menengah.
Ketidak mampuan seseorang untuk mencapai standar hidup yang layak, dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM),
rendahnya penguasaan tehnologi, keterbatasan untuk memperoleh akses permodalan dan
lain sebagainya. Persoalan SDM suatu daerah, dapat dipengaruhi oleh kemampuan untuk
mengakses pendidikan, kesehatan dan pelayanan lainnya yang disediakan oleh pemerintah.
Rendahnya penguasaan terhadap teknologi menyebabkan ketidakmampuan seseorang
untuk beradaptasi terhadap perubahan global. Keterbatasan untuk mengakses permodalan
mempengaruhi kemampuan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk berkembang.
Kondisi kemiskinan Kabupaten Bener Meriah, dapat dilihat dari jumlah penduduk
miskin dan persentase penduduk miskin. Berdasarkan tabel 2.15 mengenai posisi relatif
tingkat kemiskinan, dapat diketahui bahwa jumlah persentase penduduk miskin masih
relatif tinggi bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Pada tahun 2016,
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bener Meriah berjumlah 29,82 ribu jiwa atau sebesar
21,43%. Persentase ini masih berada di atas persentase kemiskinan Provinsi, yakni sebesar
16,73% dan juga diatas persentase kemiskinan secara nasional, yaitu sebesar 10,86%. Bila
dilihat di perkembangan kemiskinan di Kabupaten Bener Meriah mulai dari tahuh 2012
hingga 2016 seperti tergambar pada tabel 2.15 persentase jumlah penduduk miskin

II-18
cenderung menurun, dimana pada tahun 2012 berjumlah 24,50% menjadi 21,43% pada
tahun 2016, hal tersebut mengindikasikan telah dilakukan berbagai upaya untuk
menurunkan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bener Meriah. Persentase kemiskinan
Kabupaten Bener Meriah masih menempati urutan ke 3 (tiga) tertinggi di Provinsi Aceh
dengan persentasi kemiskinan masih di atas persentasi Provinsi Aceh dan Nasional adalah
hal menjadi catatan penting.

Tabel 2.15 Posisi relatif tingkat kemiskinan (%) Provinsi Aceh Tahun 2016
Jumlah Penduduk Miskin (ribu
No Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin (%)
jiwa)
1 2 3 4
1 Aceh Barat 40,11 20,38
2 Aceh Barat Daya 25,73 18,03
3 Aceh Besar 62,03 15,55
4 Aceh Jaya 13,10 15,01
5 Aceh Selatan 30,68 13,48
6 Aceh Singkil 25,09 21,60
7 Aceh Tamiang 40,88 14,51
8 Aceh Tengah 33,16 16,64
9 Aceh Tenggara 29,39 14,46
10 Aceh Timur 61,63 15,06
11 Aceh Utara 115,05 19,46
12 Bener Meriah 29,82 21,43
13 Bireuen 70,44 15,95
14 Gayo Lues 19,48 21,86
15 Kota Banda Aceh 18,80 7,41
16 Kota Langsa 18,63 11,09
17 Kota Lhokseumawe 23,28 11,98
18 Kota Sabang 5,81 17,33
19 Kota Subulussalam 14,99 19,57
20 Nagan Raya 30,31 19,25
21 Pidie 90,16 21,25
22 Pidie Jaya 31,94 21,18
23 Simeulue 17,93 19,93
Provinsi Aceh 848,44 16,73
Nasional 28.005,39 10,86
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017

Tabel 2.16 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin (%) di Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2012 s/d 2016

II-19
Persentase Penduduk Miskin
No Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa)
(%)
1 2 3 4
1 2012 31,60 24,50
2 2013 30,90 23,47
3 2014 30,25 22,45
4 2015 29,31 21,55
5 2016 29,82 21,43

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017


Tabel 2.16 menggambarkan mengenai perkembangan garis kemiskinan
(Rp/kapita/bulan) di Kabupaten Bener Meriah mulai tahun 2012 s/d 2016. Garis
kemiskinan dari tahun ke tahun mengalami perbaikan meskipun garis kemiskinan di
Kabupaten Bener Meriah di atas nilai garis kemiskinan nasional, namun masih di bawah
garis kemiskinan Provinsi Aceh, dimana garis kemiskinan Kabupaten Bener Meriah
berjumlah Rp. 363.796, Provinsi Aceh Rp. 410.956 dan Nasional Rp. 354.386.

Tabel 2.17 Perkembangan Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) di


Kabupaten Bener Meriah, Tahun 2012 s/d 2016
Garis Garis Garis
Jumlah
Persentase Kemiskinan Kemiskinan Kemiskinan
No Tahun Penduduk
Penduduk Miskin Kabupaten Provinsi Aceh Nasional
Miskin (ribu
(%) Bener Meriah (Rp) (Rp)
jiwa)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
1 2012 31,60 24,50 325.576 321.890 248.700

2 2013 30,90 23,47 327.652 348.170 289.040

3 2014 30,25 22,45 329.550 359.500 302.730

4 2015 29,31 21,55 338.719 390.150 330.770

5 2016 29,82 21,43 363.796 410.956 354.386

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017


Pada tabel 2.17 mengilustrasikan posisi relatif indeks kedalaman kemiskinan (P1)
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) merupakan ukuran
rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran
penduduk miskin dari garis kemiskinan. Berdasarkan tabel 2.18, indeks kedalaman
kemiskinan (P1) Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2016 sebesar 3,30%. Bila di
bandingkan dengan indeks kedalaman kemiskinan (P1) Provinsi Aceh (3,48%), indeks
kedalaman kemiskinan (P1) Kabupaten masih sedikit lebih baik, namun bila dibandingkan

II-20
dengan indeks kedalaman kemiskinan (P1) Nasional sebesar 1,94%, maka indeks kedalaman
kemiskinan (P1) Kabupaten Bener Meriah masih berada di atas indeks Nasional.

Tabel 2.18 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Aceh
Persentase
Jumlah Penduduk Indeks Kedalaman
No Kabupaten/Kota Penduduk Miskin
Miskin (ribu jiwa) Kemiskinan (P1)
(%)
1 2 3 4 5

1 Aceh Barat 40,11 20,38 4,72

2 Aceh Barat Daya 25,73 18,03 3,61

3 Aceh Besar 62,03 15,55 2,73

4 Aceh Jaya 13,10 15,01 3,04

5 Aceh Selatan 30,68 13,48 1,83

6 Aceh Singkil 25,09 21,60 4,47

7 Aceh Tamiang 40,88 14,51 2,25

8 Aceh Tengah 33,16 16,64 2,51

9 Aceh Tenggara 29,39 14,46 2,54

10 Aceh Timur 61,63 15,06 2,25

11 Aceh Utara 115,05 19,46 3,14

12 Bener Meriah 29,82 21,43 3,30

13 Bireuen 70,44 15,95 3,07

14 Gayo Lues 19,48 21,86 4,83

15 Kota Banda Aceh 18,80 7,41 1,69

16 Kota Langsa 18,63 11,09 2,25

17 Kota Lhokseumawe 23,28 11,98 2,00

18 Kota Sabang 5,81 17,33 3,17

19 Kota Subulussalam 14,99 19,57 3,61

20 Nagan Raya 30,31 19,25 3,14

21 Pidie 90,16 21,25 4,55

22 Pidie Jaya 31,94 21,18 3,25

23 Simeulue 17,93 19,93 3,48

Provinsi Aceh 848,44 16,73 3,48

Nasional 28.005,39 10,86 1,94

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017


Tabel 2.19 menginformasikan mengenai perkembangan indeks kedalaman
kemiskinan (P1) Kabupaten Bener Meriah selama 5 (lima) tahun terakhir mulai tahun 2012
sampai dengan tahun 2016. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa indeks

II-21
kedalaman kemiskinan Kabupaten Bener Meriah mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012
indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Bener Meriah sebesar 3,78% dan mengalami
penurunan pada tahun berikutnya yakni pada tahun 2013 sebesar 3,34%. Namun pada
tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi sebesar 3,47%. Pada tahun 2015 kembali
mengalami penurunan menjadi sebesar 3,29%. Namun tahun 2016 kembali mengalami
sedikit kenaikan menjadi 3,30%.
Tabel 2.19 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Indeks)
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 - 2016
Jumlah Penduduk Persentase Penduduk Indeks Kedalaman
No Tahun
Miskin (ribu jiwa) Miskin (%) Kemiskinan (P1)
1 2 3 4 5
1 2012 31,60 24,50 3,78
2 2013 30,90 23,47 3,34
3 2014 30,25 22,45 3,47
4 2015 29,31 21,55 3,29
5 2016 29,82 21,43 3,30

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017

Indeks keparahan kemiskinan (P2) Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar 0,85%,
indeks ini lebih baik bila dibandingkan indeks keparahan kemiskinan Provinsi Aceh, yakni
sebesar 1%. Namun masih di atas indeks keparahan kemiskinan Nasional, yakni sebesar
0,53%.
Tabel 2.20 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Aceh
Jumlah Indeks
Persentase
Penduduk Keparahan
No Kabupaten/Kota Penduduk
Miskin (ribu Kemiskinan
Miskin (%)
jiwa) (P2)
1 2 3 4 5
1 Aceh Barat 40,11 20,38 1,61

2 Aceh Barat Daya 25,73 18,03 1,05

3 Aceh Besar 62,03 15,55 0,72

4 Aceh Jaya 13,10 15,01 0,87

5 Aceh Selatan 30,68 13,48 0,35

6 Aceh Singkil 25,09 21,60 1,33

7 Aceh Tamiang 40,88 14,51 0,45

8 Aceh Tengah 33,16 16,64 0,67

9 Aceh Tenggara 29,39 14,46 0,62

10 Aceh Timur 61,63 15,06 0,53

II-22
Jumlah Indeks
Persentase
Penduduk Keparahan
No Kabupaten/Kota Penduduk
Miskin (ribu Kemiskinan
Miskin (%)
jiwa) (P2)
1 2 3 4 5
11 Aceh Utara 115,05 19,46 0,66

12 Bener Meriah 29,82 21,43 0,85

13 Bireuen 70,44 15,95 0,84

14 Gayo Lues 19,48 21,86 1,45

15 Kota Banda Aceh 18,80 7,41 0,56

16 Kota Langsa 18,63 11,09 0,55

17 Kota Lhokseumawe 23,28 11,98 0,59

18 Kota Sabang 5,81 17,33 0,88

19 Kota Subulussalam 14,99 19,57 0,98

20 Nagan Raya 30,31 19,25 0,86

21 Pidie 90,16 21,25 1,54

22 Pidie Jaya 31,94 21,18 0,78

23 Simeulue 17,93 19,93 0,97

Provinsi Aceh 848,44 16,73 1,00

Nasional 28.005,39 10,86 0,53

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017


Bila dilihat dari perkembangan indeks keparahan kemiskinan (P2) selama 5 (lima)
tahun terakhir juga mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2012 indeks keparahan
kemiskinan (P2) sebesar 0,94% dan mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi
0,73%. Pada tahun 2014 kembali mengalami sedikit kenaikan menjadi 0,79%. Pda tahun
2015 dan 2016 juga mengalami kenaikan yakni sebesar 0,83% dan 0,85%.

Tabel 2.21 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks)


Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 - 2016
Jumlah Penduduk Persentase Penduduk Indeks Keparahan
No Tahun
Miskin (ribu jiwa) Miskin (%) Kemiskinan (P2)
1 2 3 4 5
1 2012 31,60 24,50 0,94
2 2013 30,90 23,47 0,73
3 2014 30,25 22,45 0,79
4 2015 29,31 21,55 0,83
5 2016 29,82 21,43 0,85

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017

II-23
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial
2.2.2.1 Pendidikan
2.2.2.1.1 Angka Melek Huruf
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka
melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang
ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan
hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja.
Angka melek huruf (AMH) di Kabupaten Bener Meriah tahun 2016 adalah 98,81%
(Tabel 2.18). Angka ini sedikit di atas rata-rata Provinsi Aceh yang sebesar 97,74%. Angka
rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bener Meriah selama kurun waktu 2013 sampai
dengan 2016 terjadi fluktuasi, dimana pada tahun 2013 AMH sebesar 98,94%, dan pada
tahun 2014 terjadi penurunan menjadi 98,81%. Pada tahun 2015 kembali terjadi
peningkatan menjadi 98,96%. Namun pada tahun 2016 AMH di Kabupaten Bener Meriah
kembali mengalami penurunan menjadi 98,81%. Secara rinci seperti di jabarkan pada tabel
2.22.

Tabel 2.22 Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2012 – 2016 Kabupaten Bener Meriah
No Uaraian 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6
1 Jumlah penduduk usia diatas 15
tahun yang bisa membaca dan 87.332 89.210 91.130 93.300
menulis
2 Jumlah penduduk usia 15 tahun ke 88.268 90.284 92.088 94.424
atas
3 Angka Melek Huruf 98,94 98,81 98,96 98,81

Data Sumber BPS Kabupaten Bener Meriah, 2017


2.2.2.1.2 Angka Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah menginformasikan mengenai kualitas pendidikan yang
ditunjukkan dengan jenjang pendidikan yang dicapai oleh penduduk pada suatu wilayah.
Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah semakin tinggi jenjang pendidikan yang pernah
atau sedang diperoleh. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bener Meriah pada tahun
2016 adalah sebesar 9.43 tahun, angka ini lebih baik bila dibandingkan dengan angka rata-
rata sekolah pada tahun 2012, yakni sebesar 8.63 tahun. Secara detail mengenai angka rata-

II-24
rata lama sekolah Kabupaten Bener Meriah tahun 2012 s/d 2016 seperti tergambar pada
tabel 2.23.

Tabel 2.23 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2012- 2016 Kabupaten Bener Meriah (tahun)
No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

1 Kabupaten Bener Meriah 8.63 8.93 9.0 9.42 9.43

Data Sumber BPS Kabupaten Bener Meriah

2.2.2.1.3 Indek Pembangunan Manusia


Indeks Pembangunan Manusia/Human Development Index (IPM/HDI) adalah satuan
untuk mengukur kesuksesan pembangunan suatu wilayah. IPM/HDI adalah angka yang
diolah berdasarkan tiga dimensi: yaitu panjang usia (longevity), pengetahuan (knowledge),
dan standar hidup (standard of living) suatu wilayah. IPM Kabupaten Bener Meriah tahun
2012 adalah 69,14 dan pada tahun 2016 terjadi peningkatan menjadi 71,42. Berdasarkan
data tahun 2012-2016 menunjukkan terjadi peningkatan IPM secara terus menerus,
meskipun tidak terlalu signifikan. Namun angka IPM Kabupaten Bener Meriah berada di atas
rata-rata Aceh dan Nasional.
Gambar 2.7 Perkembangan IPM Kabupaten Bener Meriah 2011 – 2016
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2017

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia tahun 2016 adalah 70,18. Sebagai
bahan perbandingan, angka IPM Provinsi Aceh mencapai 70,00. Angka tersebut tidak
berbeda jauh dengan angka nasional. Pada periode yang sama, angka IPM di Kabupaten
Bener Meriah adalah 71,42. Berdasarkan Gambar 2.7 menunjukkan bahwa tingkat

II-25
pembangunan manusia dari segi kesehatan, pendidikan, dan standar hidup Kabupaten Bener
Meriah sedikit di atas nilai rata-rata Kabupaten/Kota lain pada Provinsi Aceh dan tingkat
Nasional.
Berdasarkan data tahun 2016, Kabupaten Bener Meriah menempati peringkat ke-7
IPM tertinggi dari 23 kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Aceh. IPM tertinggi di
Provinsi Aceh adalah Kota Banda Aceh yang merupakan Ibukota dari Provinsi Aceh dengan
IPM sebesar 83,73. Sedangkan kabupaten dengan nilai IPM terendah adalah Kota
Subulussalam dengan IPM sebesar 62,18.
Tabel 2.24 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Aceh 2012-2016
TAHUN
NO KABUPATEN/KOTA
2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 Simeulue 61,25 61,68 62,18 63,16 63,82
2 Aceh Singkil 64,23 64,87 65,27 66,05 66,96
3 Aceh Selatan 61,69 62,27 62,35 63,28 64,13
4 Aceh Tenggara 64,99 65,55 65,90 66,77 67,48
5 Aceh Timur 62,93 63,27 63,57 64,55 65,42
6 Aceh Tengah 70,18 70,51 70,96 71,51 72,04
7 Aceh Barat 66,66 66,86 67,31 68,41 69,26
8 Aceh Besar 70,10 70,61 71,06 71,70 71,75
9 Pidie 67,30 67,59 67,87 68,68 69,06
10 Bireuen 67,57 68,23 68,71 69,77 70,21
11 Aceh Utara 64,82 65,36 65,93 66,85 67,19
12 Aceh Barat Daya 62,15 62,62 63,08 63,77 64,57
13 Gayo Lues 62,85 63,22 63,34 63,67 64,26
14 Aceh Tamiang 65,21 65,56 66,09 67,03 67,41
15 Nagan Raya 64,91 65,23 65,58 66,73 67,32
16 Aceh Jaya 66,42 66,92 67,30 67,53 67,70
17 Bener Meriah 69,14 69,74 70,00 70,62 71,42
18 Pidie Jaya 68,90 69,26 69,89 70,49 71,13
19 Banda Aceh 81,30 81,84 82,22 83,25 83,73
20 Sabang 70,84 71,07 71,50 72,51 73,36
21 Langsa 72,75 73,40 73,81 74,74 75,41
22 Lhokseumawe 73,55 74,13 74,44 75,11 75,78
23 Subulussalam 59,76 60,11 60,39 61,32 62,18
Sumber: BPS Aceh, 2017
2.2.2.1.4 Kesejahteraan Sosial Kemasyarakatan
Pada tabel 2.25 mendiskripsikan mengenai data penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS) di Kabupaten Bener Meriah. Kabupaten Bener Meriah melalui Dinas Sosial
telah melakukan upaya-upaya penurunan jumlah masyarakat penyandang masalah

II-26
kesejahteraan, diantaranya melalui program kelompok usaha bersama, pemberian
keterampilan dan pendampingan. Dilihat dari jenis masalah kejehteraan sosial, pada tahun
2016 korban bencana alam merupakan jumlah tertinggi yaitu 9080 jiwa, disusul oleh fakir
miskin yang berjumlah 5897 jiwa, diikuti oleh rumah tidak layak huni yang berjumlah 3631
jiwa. Sementara yang terendah adalah anak korban tindak kekerasan sebanyak 12 jiwa
Tabel 2.25 Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016
Jumlah (Jiwa)
No Jenis Permasalahan Kesejahteraan Sosial
1 2 3
1 Anak dengan kecacatan 152
2 Anak yatim, piatu, yatim piatu 2433
3 Anak terlantar 63
4 Anak berhadapan dengan hukum 120
5 Anak jalanan 18
6 Anak balita terlantar 36
7 Anak Korban Tindak Kekerasan 12
8 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 770
9 Lanjut Usia Terlantar 294
10 Penyandang Disabilitas 907
 11 Pengemis 42
12 Gelandangan 21
13 Korban Penyalahgunaan NAPZA 15
14 Fakir Miskin 5897
15 Rumah Tidak Layak Huni 3631
16 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi 37
17 Komoditas Adat Terpencil 50
18 Korban Bencana Alam 9080
19 Korban Bencana Sosial 176
Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Bener Meriah

2.3 Pelayanan Umum


2.3.1 Fokus Layanan Keistimewaan Aceh

2.3.1.1 Pendidikan Formal dan Informasi Keislaman


Selain pendidikan formal keislaman (PAUD Islam, TK Islam, MIN/S, MTsN/S, MAN/S),
di Kabupaten Bener Meriah terdapat 18 (delapan belas) pesantren yang terdaftar pada
Kantor Pembinaan dan Pendidikan Dayah yang mempunyai metode pengajaran perpaduan
khalafi dan salafi, atau dapat disebut sebagai sekolah keagamaan swasta, dan ada juga yang
hanya menerapkan metode salafi. Pesantren tersebut tersebar di 10 (sepuluh) Kecamatan,
meski belum merata di semua Kecamatan. Di Kecamatan Bukit terdapat 5 (lima) pesantren
yakni Pesantren An-Nur dengan jumlah santri 75 orang, Pesantren Bustanul Arifin I dengan
jumlah santri 580 orang, Pesantren Semayon Nusantara dengan jumlah santri 205 orang,
Pesantren Bustanul Arifin II dengan jumlah santri 350 orang, Pesantren Ummahatul
Mu’minin dengan jumlah santri 35 orang.

II-27
Di Kecamatan Permata terdapat 3 pesantren yaitu Pesantren Bustanul Ulum dengan
jumlah santri 300 orang, Pesantren Nurul Huda dengan jumlah santri 146 orang dan
Pesantren Darul Ulum Al-Fatah dengan jumlah santri 25 orang. Sedangkan di Kecamatan
Bandar terdapat 2 pesantren yaitu Pesantren Haqqul Mubin dengan jumlah santri 106 orang
dan Pesantren Madinatut Diniyah Babussalam dengan jumlah santri 125 orang.
Di Kecamatan Wih Pesam terdapat 2 pesantren yaitu Pesantren Ahlussunah Wal
Jamaah dengan jumlah santri 323 orang dan Pesantren Raudhatul Huda dengan jumlah
santri 35 orang. Sedangkan di Kecamatan Bener Kelipah hanya terdapat 1 pesantren yaitu
Pesantren Darussa’adah dengan jumlah santri 150 orang. Kecamatan Timang Gajah juga
hanya memiliki 1 pesantren yaitu Pesantren Raudhatul Ulum dengan jumlah santri 720
orang. Kecamatan Pintu Rime Gayo termasuk kecamatan yang mempunyai banyak pesantren
yaitu 4 pesantren diantaranya Pesantren Darul Mukhlasin dengan jumlah santri sebanyak 48
orang, Pesantren Darussa’adah dengan jumlah santri 120 orang, Pesantren Nurul Islam
dengan jumlah santri 559 orang dan Pesantren Al-Mubarak dengan jumlah santri 80 orang.
Berdasarkan metode yang diterapkan di Pesantren, maka pesantren dapat dibedakan
menjadi dua, yakni pesantren Khalafi dan Salafi. Di Kabupaten Bener Meriah, dari 18 jumlah
pesantren yang ada, 13 pesantren menerapkan metode Khalafi dan sisanya (5 pesantren)
menerapkan metode salafi. Informasi mengenai pesantren yang terdapat di Kabupaten
Bener Meriah secara detail dapat dilihat pada tabel 2.26.

Tabel 2.26 Nama-Nama Pesantren Khalafi dan Salafi Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016
Santri
No Nama Pesantren Alamat Jumlah Metode
LK PR

1 2 3 4 5 6 7
1 Bustanul Ulum Permata 80 220 300 Khalafi
2 Haqqul Mubin Bandar 58 48 106 Khalafi
3 Ahlussunah Wal Jama’ah Wih Pesam 123 200 323 Khalafi
4 An-Nur Bukit 25 50 75 Khalafi
5 Darul Mukhlasin PRG 23 25 48 salafi
6 Nurul Huda Permata 96 50 146 Khalafi
7 Darul Ulum Al-Fatah Permata 15 10 25 salafi
8 Darussa’adah PRG 50 70 120 Khalafi
9 Darussa’adah Bener Kelipah 55 95 150 Khalafi
10 Bustanul Arifin I Bukit 0 580 580 Khalafi
11 Bustanul Arifin II Bukit 350 0 350 Khalafi
12 Semayon Nusantara Bukit 86 119 205 Khalafi
13 Nurul Islam PRG 268 291 559 Khalafi
14 Raudhatul Huda Wih Pesam 35 0 35 salafi

II-28
15 Raudhatul Ulum Timang Gajah 240 480 720 Khalafi
16 Al-Mubarak PRG 25 55 80 Khalafi
17 MadinatutDiniyah Babussalam Bandar 50 75 125 salafi
18 Ummahatul Mu’minin Bukit 0 35 35 salafi
Sumber: Kantor Pembinaan dan Pendidikan Dayah Kab. Bener Meriah 2016
Selain pesantren/dayah yang masuk pada program/kegiatan pada Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan, juga terdapat balai pengajian yang mendapatkan perhatian dari
pemerintah daerah, dimana balai pengajian mendapat dukungan dana berupa dana otonomi
khusus yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana balai pengajian.
Adapun balai pengajian yang terdaftar pada Kantor Pembinaan dan Pendidikan Dayah
terlihat pada tabel 2.27.
Tabel 2.27 Nama-Nama Balai Pengajian Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016
Santri
No Nama Balai Pengajian Alamat Jumlah Metode
LK PR

1 2 3 4 5 6 7

1 Miftahul Jannah Bandar 85 75 160 Salafi

2 Nurul Iman Bandar 0 0 0 Salafi

3 Madinatut Thulabah Al-Aziziyah Bener Kelipah 40 29 69 Salafi

4 Al-Hikam Al-Aziziyah Bener Kelipah 12 17 29 Salafi

5 Babul Khairi Gajah Putih 25 35 60 Salafi

6 Darul Huda Pintu Rime Gayo 12 6 18 Salafi

7 Baitul Iman Pintu Rime Gayo 10 13 23 Salafi

8 Najmul Hidayah Bandar 15 20 35 Salafi

9 Al-Ikhlas Bukit 16 10 26 Salafi

10 Babussalam Wih Pesam 31 29 60 Salafi

11 Nurul Fajri Gajah Putih 59 60 119 Salafi

12 Sabilul Huda Bandar 30 11 41 Salafi

13 Al-Azhar Wih Pesam 0 25 25 Salafi

14 Nurul Bilat At-Tazhiziah Bandar 15 20 35 Salafi

Sumber: Kantor Pembinaan dan Pendidikan Dayah Kab. Bener Meriah 2016
Tabel 2.28 menginformasikan rekapitulasi nama pesantren, jumlah santri dan jumlah
dewan guru yang ada pada tiap-tiap pesantren/dayah di Kabupaten Bener Meriah pada
Tahun 2016.

II-29
Tabel 2.28 Nama Pesantren/Dayah, Jumlah Santri dan Jumlah Dewan Guru di
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016
Dewan Santri Yg
N Santri
Pesantren Alamat Jumlah Guru Jumlah Menetap Jumlah
o
LK PR LK PR LK PR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Bustanul Ulum Permata 140 230 370 11 8 19 15 25 40
2 Haqqul Mubin Bandar 54 32 86 11 1 12 54 32 86
3 Ahlussunnah Wal Wih Pesam 162 183 345 29 42 71 162 180 342
Jama’ah
4 Annur Bukit 25 39 64 10 27 37 25 39 64
5 Darul Mukhlasin PRG 38 28 66 7 7 14 38 28 66
6 Nurul Huda Permata 80 75 155 12 8 20 40 52 92
7 Darul Ulum Al- Permata 28 11 39 4 4 8 12 0 12
Fatah
8 Darussa’adah PRG 68 85 153 10 5 15 68 85 153
9 Darussa’adah Bener 100 132 232 15 10 25 100 132 232
Kelipah
10 Bustanul Arifin I Bukit 0 550 550 24 29 53 0 550 550
11 Semayon Bukit 126 121 247 12 3 15 126 121 247
Nusantara
12 Nurul Islam PRG 263 248 511 29 41 70 263 248 511
13 Bustanul Arifin II Bukit 297 0 297 17 19 36 297 0 297
14 Raudhatul Huda Wih Pesam 60 15 75 7 2 9 35 15 40
15 Raudhatul Ulum Timang 250 400 650 10 36 46 250 400 650
Gajah
16 Al-Mubarak PRG 45 56 101 8 10 18 45 56 101
17 Madinatuddiniyah Bandar 164 78 242 13 10 23 139 71 210
18 Ummahatul Bukit 40 90 130 3 8 11 50 60 110
Mukminin
19 Tauthiatul Jannah Permata 42 14 56 10 7 17 42 14 56
TOTAL 198 2387 4.472 24 277 519 1761 210 3869
2 2 8
Sumber: Kantor Pembinaan dan Pendidikan Dayah, 2016
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang bersekolah di
pesantren/dayah berjumlah 4.472 orang yang tersebar di 10 (sepuluh) Kecamatan dengan
persebaran yang tidak merata. Pesantren/dayah yang ada di daerah perkotaan memiliki
jumlah santri yang lebih banyak dibandingkan dengan pesantren/dayah yang berada di
daerah pedesaan. Berdasarkan metode pesantren/dayah yang ada di Kabupaten Bener
Meriah, semua santri yang menempuh pendidikan di pesantren/dayah yang menerapkan
metode Khalafi, akan mendapatkan pendidikan formal (baik tingkat SMP/MTs maupun

II-30
SMA/MA) dan pendidikan keagamaan yang sesuai dengan kurikulum pesantren/dayah yang
telah ditetapkan. Bagi pesantren/dayah yang menerapkan merode salafi, santri-santri hanya
fokus dalam pendidikan keagamaan yang sesuai dengan kurikulum pesantren/dayah.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar mengajar, pesantren/dayah memerlukan
ketersedian sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar tersebut.
Pada tabel 2.26 menginformasikan mengenai sarana dan prasarana yang telah tersedia dan
sarana dan prasarana yang masih diperlukan untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar
mengajar. Namun, sarana dan prasarana yang telah tersedia di pesantren/dayah hingga saat
ini belum di assesment mengenai kondisi atau kualitasnya. Secara detail mengenai sarana
dan prasarana yang telah tersedia dan kebutuhan tambahan sarana prasarana di
pesantren/dayah terlihat pada tabel 2.29.
Tabel 2.29 Sarana dan Prasarana Pesantren/Dayah Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016
Sarana dan Prasarana Kekurangan Sarana Prasarana
No Nama Pesantren Mushol Asrama Mushol Asrama
RKB RKB
a Putra Putri a Putra Putri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Bustanul Ulum 7 1 4 5 4 - 1
2 Haqqul Mubin 7 1 1 1 - - 1 1
3 Ahlussunnah Wal 10 2 4 4 - - 4 5
Jama’ah
4 Annur 6 1 1 3 - - 1 -
5 Darul Mukhlasin 4 - 1 1 - 1 1 1
6 Nurul Huda 3 1 8 4 2 - 2 -
7 Darul Ulum Al- 2 - - - - - - -
Fatah
8 Darussa’adah - - - - - - - -
9 Darussa’adah 10 1 2 2 - - 1 2
10 Bustanul Arifin I 18 1 0 12 - - - 2
11 Semayon 12 1 20 20 - - - -
Nusantara
12 Nurul Islam 18 1 6 5 - - 1 2
13 Bustanul Arifin II 13 1 105 (8) 0 2 - 2 -
14 Raudhatul Huda 2 1 8 3 - - - -
15 Raudhatul Ulum 8 1 8 10 - - - -
16 Al-Mubarak 5 - 1 1 4 1 2 2
17 Madinatuddiniya - - - - - - - -
h
18 Ummahatul 4 1 - - - - - -
Mukminin
19 Tauthiatul Jannah 1 1 1 1 - - - -
Sumber: Kantor Pembinaan dan Pendidikan Dayah,2016

II-31
Sarana dan prasarana yang ada di pesantren/dayah ada yang di dukung oleh
Kabupaten Bener Meriah berbentuk dana otonomi khusus serta ada juga dari hasil swadaya
masyarakat atau sumbangan dari pihak tertentu, dari tabel diatas angka yang di beri tanda
(Bold) merupakan sarana dan prasarana dari dana otonomi khusus sedangkan angka lainnya
dari swadaya, sehingga sarana dan prasarana yang ada banyak yang terbuat dari papan, atau
gubuk- gubuk kecil yang di bangun dengan gotong royong.

2.3.1.1.1 Informasi Keislaman


Fokus utama pelaksanaan pembangunan keagamaan di Bener Meriah adalah pada
Pelaksanaan Syariat Islam sebagai bagian dari Keistimewaan Aceh di bidang keagamaan.
Kebijakan ini diantaranya dilaksanakan melalui penyelenggaraan syi`ar Islam, penegakan
hukum pidana Islam (Jinayah), Pengelolaan Zakat, Infaq, Sadaqah serta penyelenggaraan
pendidikan keislaman.
2.3.1.1.1.1 Syariat Islam
Islam sebagai agama (Dinul Islam) merupakan suatu rangkaian dari 3 (tiga) pilar
yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Ketiga pilar tersebut perlu terus-menerus mendapat
dukungan penguatan agar diperoleh pemahaman dan pengamalan yang yang kuat bagi
semua masyarakat. Pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keislaman
tersebut adalah tujuan utama dari penerapan Syari’at Islam sebagai kebijakan besar di
Aceh untuk mewujudkan Aceh yang islami.
Di Kabupaten Bener Meriah masih terdapat sejumlah kekurangan, sehingga
pelaksanaan Syariat Islam dimaksud dirasakan masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat
sejumlah indikasi, seperti; Tingkat pelanggaran Qanun Syari`at Islam, parekter ber-
muamalah, perilaku hidup, karakter dan budipekerti, kehidupan keluarga, lingkungan dan
masyarakat, hingga tatakelola pemerintah yang belum mencerminkan nilai nilai keislaman.
Semua itu adalah tugas utama pembangunan pada sektor yang disebut sebagai Dinul
Islam tersebut, yang kemudian terbagi kebeberapa urusan pembangunan. Salah satu yang
ingin ditonjolkan sebagai pilar pembangunan keagamaan dalam masyarakat adalah peran
rumah ibadah (Masjid dan Mersah) di Kabupaten Bener Meriah.
Berdasarkan data pada tabel 2.30, menginformasikan mengenai data layanan rumah
ibadah di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2016. Jumlah Masjid pada tahun 2016
sebesar 156 dan Menasah berjumlah 363, dengan jumlah Imam Masjid 233 dan Imam
Kampung 234. Sementara jumlah Bilal dan Khadam masing-masing berjumlah 233.

II-32
Selanjutnya jumlah TKA/TPA di Kabupaten Bener Meriah berjumlah 235 dengan jumlah
guru pengajian berjumlah 826. Untuk informasi lebih detail dapat dilihat pada tabel 2.30.
Tabel 2.30 Rekapitulasi Data Layanan Rumah Ibadah di Kabupaten Bener Meriah Tahun
2016
Jumlah
Masjid Menasah Imam Bilal Khadam TKA/TPA Guru
No Kecamatan
masjid/ Pengajian
Kampung
1 2 5 6 7 8 9 10 11
1 Bukit 18 42 18/40 20 20 40 57
2 Bandar 23 48 16/35 16 16 36 49
3 Permata 27 44 26/27 26 26 27 68
4 Bener Kelipah 2 16 2/12 2 2 13 11
5 Mesidah 8 17 8/15 8 8 16 24
6 Syiah Utama 3 30 4/15 4 4 1 17
7 Wih Pesam 22 37 22/27 22 22 29 57
8 Timang Gajah 22 54 22/30 22 22 37 64
9 Gajah Putih 8 46 5/10 5 5 10 17
10 Pintu Rime 23 29 28/23 28 28 26 56
Gayo
Jumlah 156 363 233/234 233 233 235 826
Sumber : Dinas Syariat Islam, 2017
Meskipun di Kabupaten Bener Meriah, ketersedian sarana keagamaan (Masjid dan
Menasah) telah sedia disetiap Kampung, namun hingga saat ini masih belum dapat diketahui
mengenai kualitas sarana dan prasarana seperti kualitas sanitasi, ketersediaan air bersih,
listrik, bangunan yang baik dan lain-lain yang dimiliki oleh masjid dan menasah. Dan hal
tersebut menjadi perhatian pemerintah daerah, sehingga pada masa-masa yang akan datang
kualitas sarana keagamaan dapat ditingkatkan di Kabupaten Bener Meriah.
Pada Tabel 2.31 mendiskripsikan mengenai jumlah pelangaran Qanun syariat Islam
di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2016. Berdasarka jenis pelanggarannya, pelanggaran
terhadap Qanun 14 tahun 2003 (Khalwat) merupakan pelanggaran yang terbesar yang
dilakukan, yakni sebesar 27 ( dua puluh tujuh) kasus pelanggaran. Disusul dengan kasus
pemerkosaan sebanyak 2 (dua) kasus dan terakhir pelecehan seksual sebanyak 1 (satu)
kasus.

Tabel 2.31 Jumlah Pelanggaran Qanun Syariat di Kabupaten Bener Meriah Dari
Tahun 2016
Tahun
No Jenis Kasus
2016
1 2 3
1 Qanun 14 TAhun 2003 (Khalwat) 27
2 Pelecehan Seksual 1
3 Peemerkosaan 2
Sumber : BPS 2016

II-33
2.3.1.1.1.2 Baitul Maal
Menurut Qanun nomor 10 tahun 2007 mengenai Baitul Maal, Baitul Mal adalah
Lembaga Daerah Non Struktural yang diberi kewenangan untuk mengelola dan
mengembangkan zakat, wakaf, harta agama dengan tujuan untuk kemaslahatan umat serta
menjadi wali/wali pengawas terhadap anak yatim piatu dan/atau hartanya serta
pengelolaan terhadap harta warisan yang tidak ada wali berdasarkan Syariat Islam.
Tabel 2.32, memberikan gambaran mengenai jumlah penerimaan zakat di Kabupaten
Bener Meriah selama kurun waktu 2012 – 2016. Meskipun jumlah penerimaan zakat selama
5 (lima) tahun terakhir terjadi fluktuasi, namun ada kecenderungan meningkat. Bila pada
tahun 2012 jumlah penerimaan zakat sebesar Rp. 6.213.102.803 maka pada akhir periode
ini (tahun 2016) terjadi peningkatan menjadi Rp. 8.218.987.138.

Tabel 2.32 Penerimaan Zakat Kabupaten Bener Meriah Melalui Baitul Maal Tahun 2013-
2016
No Tahun Jumlah Penerimaan
1 2 3
1 2012 6.213.102.803
2 2013 5.346.552.289
3 2014 6.932.944.653
4 2015 9.212.262.694
5 2016 8.218.987.138
Sumber: Baitul Maal Kabupaten Bener Meriah Tahun 2017
Tabel 2.33 menjabarkan mengenai penyaluran Zakat di Kabupaten Bener Meriah
tahun 2013-2016. Tahun 2016 jumlah Zakat yang disalurkan berjumlah Rp.
8,647,815,000.00.

Tabel 2. 33 Penyaluran Zakat Kabupaten Bener Meriah Melalui Baitul Maal Tahun 2013-
2016
PENYALURAN
No URAIAN
2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6

1 FAKIR 982,350,000.00 1,388,599,987.00 1,628,450,000.00 2,112,400,000.00

2 MISKIN 2,213,800,000.00 1,781,949,983.00 2,515,150,000.00 2,530,650,000.00

3 AMIL UPZ 403,204,696.00


1,039,852,399.00 1,565,298,829.00 2,113,095,000.00
4 AMIL KABUPATEN 683,070,312.00

5 MUALAF 26,150,000.00 67,300,000.00 55,703,000.00 56,830,000.00

II-34
6 RIQAB - - - -

7 GHARIM 406,948,660.00 131,750,000.00 298,493,000.00 291,056,000.00

8 SABILllLLAH 1,411,347,000.00 849,680,000.00 1,076,527,000.00 1,342,434,000.00

9 IBNU SABIL 387,750,000.00 331,050,000.00 540,850,000.00 201,350,000.00

JUMLAH 6,514,620,668.00 5,590,182,369.00 7,680,471,829.00 8,647,815,000.00


Sumber: Baitul Maal Kabupaten Bener Meriah Tahun 2017
Adapun mengenai Muzakki di Kabupaten Bener Meriah, pada tahun 2015 terdapat
3.941 jiwa masyarakat yang menjadi Muzakki dan 3.859 jiwa yang menjadi Mustahik.
Sementara pada tahun 2016, terdapat 3.290 Muzakki dan 5.110 Mustahik.

Tabel 2.34 Penyaluran Zakat Konsumtif dan Produktif Tahun 2015 -2016
Tahun
No Uraian
2015 2016
1 2 3 4
1 Konsumtif 1.808.050.000 1.912.250.000
2 Produktif 37.500.000 82.300.000
Jumlah 1.845.550.000 1.994.550.000
Sumber: Baitul Maal Kabupaten Bener Meriah Tahun 2017
Berdasarkan tabel 2.34 di atas, pada tahun 2015 Rp. 1.808.050.000 penyaluran zakat
diberikan secara konsumtif dan Rp. 37.500.000 disalurkan secara produktif. Sementara pada
tahun 2016, penyaluran zakat secara kunsumtif adalah sebesar Rp. 1.912.250.000 dan
penyaluran secara produktif adalah sebesar Rp. 82.300.000. Berdasarkan tahun 2015 dan
data tahun 2016, jumlah penyaluran zakat secara konsumtif masih dominan bila
dibandingkan dengan penyaluran produktif. Namun demikian, pada tahun-tahun yang akan
datang, diharapkan penyaluran zakat secara produktif dapat lebih ditingkatkan sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bener Meriah.
2.3.2 Pelayanan Urusan Wajib
2.3.2.1 Pendidikan
2.3.2.1.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi dari siswa kelompok usia
tertentu yang masih sekolah pada kelompok umur tertentu di bandingkan dengan jumlah
penduduk usia kelompok umur tersebut. APS menunjukan peluang bagi siswa kelompok
usia tertentu untuk mengakses pendidikan, semakin tinggi APS bermakna semakin tinggi
pula peluang untuk mengakses pendidikan.
Berdasarkan tabel 2.35 perkembangan APS untuk jenjang pendidikan SD/MI di
Kabupaten Bener Meriah selama kurun waktu 2012 sampai dengan tahun 2016 masih

II-35
berfluktuasi, dimana pada tahun 2012 adalah sebesar 86,10%, tahun 2013 terjadi kenaikan
APS menjadi sebesar 99,72%, tahun 2014 adalah sebesar 99,75%. Sementara pada tahun
2015 dan tahun 2016 terjadi penurunan menjadi 99,15% dan 98,15%.
Sementara APS untuk jenjang pendidikan SMP/MTs di Kabupaten Bener Meriah
selama periode 2012 sampai dengan 2016 juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 APS
Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar 83,57% dan mengalami kenaikan pada tahun 2013
menjadi 100,83%. Namun pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan menjadi 99,24%.
Pada tahun 2015 APS jenjang pendidikan ini kembali mengalami kenaikan menjadi
100,77%. Namun pada akhir periode ini, kembali mengalami penurunan menjadi 99,48%.
Tabel 2.35 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2016
No Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 SD/MI
jumlah murid usia 7-12 thn 12,602 15,665 16,854 17,087 16,337
jumlah penduduk kelompok 14,637 15,709 16,897 17,233 16,643
usia 7-12 tahun
APS SD/MI 86,10% 99,72% 99,75% 99,15% 98,15%
2 SMP/MTs
jumlah murid usia 13-15 thn 5.798 7.326 7.302 7.565 6.949
jumlah Penduduk Kelompok 6.938 7.266 7.358 7.507 6.985
Usia usia 13-15 thn

APS SMP/MTs 83,57% 100,83% 99,24% 100,77% 99,48%

Sumber: Profil Pendidikan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016


2.3.2.1.2 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Pada tabel 2.36 dapat dilihat rasio ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah
selama periode 2012-2016 di Kabupaten Bener Meriah untuk jenjang pendidikan SD/MI dan
SMP/MTs. Untuk rasio jumlah gedung sekolah dan jumlah penduduk kelompok pendidikan
SD/MI rata-rata sebesar 18 kecuali pada tahun 2013 sebesar 19. Sementara rasio jumlah
gedung sekolah dan jumlah penduduk kelompok pendidikan SMP/MTs cenderung menurun
bila dibandingkan dengan awal periode (2012) yakni sebesar 24 menjadi 19 pada akhir
periode (2016).

Tabel 2.36 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012 -2016
Kabupaten Bener Meriah
No Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 SD/MI

II-36
jumlah gedung sekolah 797 812 923 938 948
(ruang
jumlah belajar)
penduduk kelompok 14.637 15.709 16.897 17.233 16.643
usia
Rasio7-12 tahun 18 19 18 18 18
2 SMP/MTs
jumlah murid usia 13-15 thn 287 292 321 350 376
jumlah Penduduk Kelompok 6.938 7.266 7.358 7.507 6.985
Usia
Rasiousia 13-15 thn 24 25 23 21 19
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah dan Profil Pendidikan Kabupaten Bener Meriah, 2017

2.3.2.1.3 Rasio Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan


Tabel 2.37 mengenai rasio jumlah guru dan murid untuk jenjang pendidikan dasar
(SD/MI dan SMP/MTs) menjabarkan bahwa rasio jumlah guru dan murid untuk jenjang
pendidikan SD/MI tahun 2016 adalah sebesar 14 (empat belas) dan untuk rasio jumlah guru
dan murid untuk jenjang pendidikan SMP/MTs tahun 2016 adalah sebesar 5 (lima).

Tabel 2.37 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kecamatan di
Kabupaten Bener Meriah 2016
SD/MI SMP/MTS
No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rasio Rasio
Guru Murid Guru Murid
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kecamatan Pintu Rime
217 1652 8 169 941 6
Gayo
2 Kecamatan Gajah Putih 137 1048 8 53 293 6
3 Kecamatan Timang Gajah 8
267 2268 150 868 6

4 Kecamatan Wih Pesam 318 4720 15 184 1404 8


5 Kecamatan Bukit 333 6093 18 265 1912 8
6 Kecamatan Bandar 298 5244 18 203 1228 6
7 Kecamatan Permata 241 3887 16 181 663 4
8 Kecamatan Bener 13
57 757 8 267 2
Kelipah
9 Kecamatan Mesidah 79 893 11 45 109 3
10 Kecamatan Syah Utama 34 435 13 42 113 3
Bener Meriah 1981 26997 14 1300 7798 5
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah dan Profil Pendidikan Kabupaten Bener Meriah, 2017
2.3.2.1.4 Angka Partisipasi Murni SD/MI dan SMP/MTs
Tabel 2.38 menggambarkan perkembangan angka partisipasi nurni (APM) SD/MI
Kabupaten Bener Meriah pada periode 2012-2016 menunjukkan perkembangan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun, khususnya mulai tahun 2013-2016. Perkembangan seperti
yang ditunjukkan pada tabel 2.38 ini menunjukkan capaian APM SD/MI terus membaik.

II-37
Perkembangan APM SD/MI Kabupaten Bener Meriah tahun 2012 - 2016 seperti ditunjukkan
pada tabel 2.38.
Tabel 2.38 juga mendiskripsikan mengenai perkembangan angka partisipasi murni
(APM) SMP/MTs Kabupaten Bener Meriah, terutama untuk periode lima tahun terakhir,
meskipun terjadi fluktuasi namun trennya cenderung meningkat. APM SMP/MTs Kabupaten
Bener Meriah tahun 2012 adalah sebesar 88.32%, tahun 2013 terjadi penurunan menjadi
sebesar 85.48%. Sementara itu tahun 2014 kembali terjadi penurunan menjadi 84.86%.
Pada tahun 2015 terjadi penurunan yang cukup signifikan, yakni menjadi 81.65%. Pada
akhir periode, indikator ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana terjadi
kenaikan menjadi 92.20%. Berdasarkan capaian akhir APM SMP/MTs menunjukkan bahwa
program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki APM SMP/MTs Kabupaten
Bener Meriah sudah terjadi perbaikan dan cukup efektif, hal tersebut ditunjukkan pada tabel
2.38.
Tabel 2.38 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012-2016
No Tahun APM SD/MI APM SMP/MTs

1 2 3 4

1 2012 96,80 88,32

2 2013 93,87 85,48

3 2014 95,42 84,86

4 2015 96,76 81,65

5 2016 97,28 92,20

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah dan Profil Pendidikan Kabupaten Bener Meriah, 2017

2.3.2.2 Kesehatan
2.3.2.2.1 Angka Kematian Neonatal (AKN)
Angka kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah bayi usia 0-28 hari yang meninggal
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. Sebagian besar kematian bayi didominasi oleh kematian neonatal.
Di Kabupaten Bener Meriah AKN sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini diatas
AKN Aceh tahun 2016 yaitu sebesar 7 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal ini
selanjutnya memberi kontribusi sebesar 57% dari kematian bayi di Kabupaten Bener
Meriah.
Penyebab utama kematian neonatal diantaranya adalah asfiksia (50,0%) berat bayi
Lahir Rendah (22,5%), gangguan pecernaan (7,5%), cyanosis berat (5%), premature (5%),

II-38
dan beberapa penyebab lainnya. Secara lengkap penyebab kematian neonatal disajikan
pada tabel 2.39.

Tabel 2.39 Penyebab Kematian Neonatal di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016
No. Penyebab Kematian Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4
1. Asfiksia 20 50,0
2. BBLR 9 22,5
3. Dyspepsia 3 7,5
4. Cyanosis berat 2 5,0
5. Prematur 2 5,0
6. Hipotermi 1 2,5
7. Kelainan Kongenital 1 2,5
8. Sepsis 1 2,5
9. Apnea 1 2,5
Jumlah 40 100
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.2 Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang paling sensitif untuk
menentukan derajat kesehatan di suatu daerah. Kematian bayi merupakan penjumlahan
kematian neonatal dan kematian bayi. Angka kematian bayi tahun 2016 sebesar 21 per
1.000 kelahiran hidup diatas angka kematian bayi di Aceh tahun 2016 sebesar 10 per 1.000
kelahiran hidup. Target Kementerian Kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 adalah 24 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2019 Sedangkan indikator Indonesia sehat target AKB
adalah 40 bayi per 1000 kelahiran hidup. Trend kematian bayi tahun 2012–2016 dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.8 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup di


Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2016

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

II-39
Jika dilihat trend maka tahun 2016 terjadi peningkatan angka kematian bayi. Hal ini
dimungkinkan karena faktor ketenagaan serta tingkat pengetahuan dan kepatuhan
masyarakat pada standar pelayanan bagi bayi masih rendah.

2.3.2.2.3 Angka Kematian Balita (AKABA)


Salah satu tujuan (MDGs) adalah menurunkan jumlah kematian anak dengan
menghitung AKB dan AKABA di suatu Negara. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah
jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai
angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian
pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKABA di Kabupaten Bener
Meriah tahun 2016 sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini meningkat
dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu 17 per 1.000 kelahiran hidup. Data tahun 2014
menunjukkan angka yang sama dengan tahun 2015, tahun 2013 sebesar 22 per 1000
kelahiran hidup, dan tahun 2012 sebesar 16,6 per 1000 kelahiran hidup. AKABA di Aceh
pada tahun 2016 adalah sebesar 10 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita
disajikan gambar di bawah ini:
Gambar 2.9 Angka Kematian Balita Per 1000 Kelahiran Hidup diKabupaten Bener Meriah
Tahun 2012-2016

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.4 Angka Kematian Ibu (AKI)


Salah satu indikator kesehatan yang penting adalah Angka Kematian Ibu (AKI).
Perhitungan AKI sulit dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai
100.000 kelahiran hidup. Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Bener Meriah tahun 2016
sebanyak 6 orang, tahun 2015 terdapat 7 orang dan tahun 2014 sebanyak 5 orang. Pada
tahun 2013 sebanyak 5 orang dan tahun 2012 sebanyak 6 orang. Jumlah Kematian Ibu
disajikan pada gambar berikut :

Gambar 2.10 Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2016

II-40
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016
Identifikasi penyebab kematian ibu diperlukan Audit Maternal Perinatal (AMP).
Penyebab kematian ibu terbanyak adalah shock hipovolemik (50%). untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2.40 berikut:
Tabel 2.40 Penyebab Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016

No. Penyebab Kematian Jlh Kematian Ibu

1 2 3

1. Shock Hipovolemic 3 (50,00%)

2. Shock Haemoragic 1 (16,67%)

3. Riwayat Jantung 1 (16,67%)

4. Post SC Partus Macet 1 (16,67%)

Jumlah 6 (100,00%)

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.5 Angka Harapan Hidup (AHH)


Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat
kesehatan. Angka harapan hidup untuk Kabupaten Bener Meriah berdasarkan perhitungan
terakhir BPS tahun 2016 adalah 68,85.

Tabel 2.41 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2016
Tahun
No. Kabupaten Bener Meriah
2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7

1. Angka Harapan Hidup 68,58 68,62 68,64 68,79 68,85

Sumber : BPS Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2017

II-41
2.3.2.2.6 CNR Kasus Baru BTA (+) dan CNR seluruh Kasus TB
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah
terinfeksi basil tuberculosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosi dapat
diukur dengan insiden (didefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh
tuberkulosis yang muncul dalam periode tertentu, biasanya dinyatakan dalam 1 tahun),
dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah tuberculosis pada suatu titik waktu tertentu)
dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu).
Pada tahun 2016 jumlah kasus baru BTA sebesar 50 kasus. Menurut jenis kelamin
kasus BTA+ pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Jumlah ini meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu 46 kasus. Sedangkan jumlah kasus pada tahun
2014 yaitu sebesar 47 kasus dan 30 kasus pada tahun 2013.
Angka CNR TB (Case Notification Rate) adalah angka yang menunjukkan jumlah
pasien TB semua tipe yang ditemukan dan dicatat diantara 100.000 penduduk pada satu
periode di suatu wilayah tertentu. Tahun 2016 angka CNR BTA+ sebesar 35,74 dan angka
CNR seluruh kasus TB sebesar 52,90 sedangkan proporsi TB anak sebesar 1,35%. Tahun
2015 kasus baru BTA+ sebesar 36 kasus dengan angka CNR 26,31 dan jumlah seluruh
kasus TB adalah 54 kasus dengan angka CNR 39,47. Tahun 2014 kasus BTA+ sebesar
35,07 dan angka CNR seluruh kasus TB 44,02 dan proporsi kasus TB pada anak 3,39% .
Sedangkan tahun 2013 Angka CNR BTA+ sebesar 22,73 dan angka CNR seluruh kasus
TB 28,79. Sedangkan proporsi kasus TB anak usia 0 -14 tahun 5,26%.

Gambar 2.11 CNR Kasus Baru BTA+ & Semua Kasus TB di


Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013-2016

II-42
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.7 Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani


Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Populasi rentan terserang pneumonia
adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang
yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Jumlah kasus
pneumonia tahun 2016 yang ditemukan dan ditangani berjumlah 5 kasus, 4 kasus pada
laki-laki dan 1 kasus pada perempuan.

2.3.2.2.8 Kasus HIV, AIDS dan Syphilis


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan dampak atau efek dari
perkembangan virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV/ AIDS merupakan
penyakit menular yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Tahun 2016 ditemukan 1
kasus HIV dan 1 kasus AIDS. Angka ini meningkat perlahan bila dibandingkan dengan
tahun 2015 yaitu 1 kasus AIDS, sedangkan 2014 tidak ditemukan kasus HIV, AIDS, maupun
Syphilis di Bener Meriah.

2.3.2.2.9 Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani


Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Kasus diare yang
ditemukan dan ditangani pada tahun 2016 adalah 79%. Jumlah ini meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu 66,16% dan 2014 yaitu 60,5%. Pada tahun
2013 kasus diare yang ditemukan dan ditangani mencapai 75,7% dan pada tahun 2012
yaitu 72,40%. Penanganan kasus diare dapat dilakukan di sarana kesehatan maupun oleh
kader kesehatan terlatih.

II-43
2.3.2.2.10 Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 Penduduk
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium leprae.
Penemuan kasus baru kusta tahun 2016 sebanyak 2 kasus. Angka ini relatif sama bila
dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu 2 kasus pada 2015 dan 2 kasus pada
2014. Sedangkan pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 3 kasus dan 2012 ditemukan
2 kasus. Penemuan kasus baru kusta sejak tahun 2012-2016 disajikan pada gambar
2.12 berikut :
Gambar 2.12 Penemuan Kasus Baru Kusta di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2016

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.11 Penyakit Menular yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


Kementerian kesehatan menetapkan bahwa ada beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi diantaranya penyakit difteri, pertusis, tetanus, tetanus
neonatorum, campak, polio dan hepatitis B. Hingga tahun 2016 di Kabupaten Bener Meriah
tidak ditemukan kasus PD3I.

2.3.2.2.12 Angka Kesakitan Demam Berdarah (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue, yang masuk ke dalam peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes. Pada Tahun 2016 terdapat 20 kasus dengan Incidence Rate/ Angka kesakitan
14,3 per 100.000 penduduk. Angka ini meningkat bila dibanding tahun 2015 yaitu 2 kasus
dan 2014 yaitu 1 kasus.

2.3.2.2.13 Angka Kesakitan Malaria per 1.000 Penduduk


Malaria merupakan salah satu penyakit yang upaya pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam SDGs. Angka Malaria positif tahun 2016 sebanyak 14 kasus.

II-44
Angka ini menungkat bila dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu sebanyak 9 kasus, tahun
2014 terdapat 4 kasus dan tahun 2013 sebanyak 10 kasus.

2.3.2.2.14 Kasus Penyakit Filariasis Ditangani


Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing Filaria.
Penyakit filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam
tubuhnya. Cacing tersebut tumbuh dan dewasa dalam tubuh manusia dan menetap di
jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan
dan organ genital. Hingga tahun 2016 di Kabupaten Bener Meriah tidak terdapat kasus
filariasis.

2.3.2.2.15 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K 4


Cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah cakupan ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester pertama kehamilannya di suatu wilayah
kerja. Standar minimal yang ditetapkan untuk pelayanan kehamilan adalah satu kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Cakupan K1 di Kabupaten
Bener Meriah pada tahun 2016 adalah 100%. Angka ini kembali meningkat setelah
mengalami penurunan di tahun 2014 dan 2015.
Cakupan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan
pada trimester ketiga sebanyak dua kali.
Pelayanan yang diberikan mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi
badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian
tetanus toxoid, (4) Ukur tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama
kehamilan), (6) Pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, (7) Tes
laboratarium sederhana (Hb, protein urine) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg,
Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
Angka K4 digunakan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Cakupan K4 di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2016 adalah sebesar
94,5%. Angka ini meningkat seiring dengan cakupan K1. Cakupan K4 ibu hamil dari
tahun 2013-2016 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.13 Cakupan Kunjungan K1 & K4 di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013-2016

II-45
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.16 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan salah satu
indikator dalam pelayanan kesehatan. Cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
(Nakes) tahun 2016 sebesar 91,33%. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya meskipun masih berada diatas target SPM nasional yaitu 90%.
Adapun cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2012-2016 disajikan pada
gambar berikut :
Gambar 2.14 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2016

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.17 Cakupan Pelayanan Nifas

II-46
Pelayanan kesehatan nifas adalah pelayanan pada ibu nifas sesuai standar yang
dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam
pasca persalinan sampai dengan hari ke-3 ; pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca
persalinan, dan pada hari ke-29 hingga hari ke-42 pasca persalinan. Cakupan pelayanan
kesehatan nifas di kabupaten Bener Meriah tahun 2016 sebesar 97,35%. Angka ini kembali
meningkat dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya.

2.3.2.2.18 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS


Imunisasi TT perlu dilakukan pada ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) dengan
tujuan memberikan kekebalan tubuh pada ibu hamil agar janin terhindar dari Tetanus
Neonatarum (TN). Imunisasi TT ibu hamil adalah pemberian vaksin TT pada ibu hamil
sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu. Selang waktu Pemberian TT2 diberikan minimal
4 minggu setelah pemberian TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun. Selang pemberian
TT3 diberikan minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun. Selang
waktu pemberian TT4 diberikan minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan
10 tahun. Selang waktu pemberian TT5 diberikan
minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun.
Pemberian TT2+ adalah imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat
kehamilan. Pada tahun 2016 cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil adalah 48,8%.
Angka ini fluktuatif dari tahun-tahun sebelumnya, yang dimungkinkan karena sebagian
ibu hamil sudah mendapatkan TT lengkap sebelumnya. Cakupan pemberian imunisasi TT
pada ibu hamil tersaji dalam gambar berikut :
Gambar 2.15 Cakupan Imunisasi TT2 + Pada Ibu Hamil
di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013-2016

II-47
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.19 Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe


Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah.
Pada saat hamil kebutuhan zat besi meningkat 2 kali lipat, hal ini terjadi karena volume
darah meningkat sampai 50 persen sehingga memerlukan lebih banyak zat besi untuk
membentuk hemoglobin. Selain itu pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga
memerlukan zat besi.
Saat hamil suplai zat besi dari makanan belum mencukupi sehingga dibutuhkan
suplemen berupa tablet. Kekurangan zat besi selama hamil akan berdampak tidak baik bagi
ibu maupun janin. Kekurangan zat besi juga mempengaruhi pertumbuhan janin seperti
berat badan dibawah normal atau disebut BBLR. Akibat lain dari anemia defisiensi besi
adalah bayi lahir prematur.
Pemberian Fe1 adalah ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe selama masa
kehamilannya dan pemberian Fe3 adalah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama
kehamilannya.
Cakupan pemberian tablet Fe tahun 2016 Fe1 77,93% dan Fe3 59,62%. Angka ini
cenderung menurun dari tahun sebelumnya. Cakupan pemberian tablet Fe bagi ibu hamil
tahun 2011-2015 disajikan dalam grafik berikut :
Gambar 2.16 Cakupan Pemberian Fe1 & Fe3
di Kabupaten Bener Meriah tahun 2012-2016

II-48
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.2.2.20 Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus yang Ditangani


Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang
dapat mengancam jiwa ibu dan atau bayi. Cakupan komplikasi kebidanan adalah jumlah
kasus komplikasi ibu hamil, bersalin dan ibu nifas yang mendapat pelayanan sesuai standar
di pelayanan dasar mampu PONED dan fasilitas rujukan RSUD dan RS Provinsi.
Penanganan definitif adalah penanganan/ pemberian tindakan terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Perhitungan jumlah
Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari total ibu hamil di satu wilayah pada kurun
waktu yang sama.
Neonatus komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat
menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat
Lahir <2500 gr), sindroma gangguan pernapasan, dan kelainan kongenital.
Neonatus komplikasi yang ditangani adalah neonatus komplikasi yang mendapat
pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter, dan bidan di sarana pelayanan
kesehatan. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2016 sebesar
30,88% dan komplikasi neonatal sebesar 21,47%.Persentase ini meningkat bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

2.3.2.2.21 Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah

II-49
Berat Badan Lahir Rendah (<2500 gram) merupakan faktor yang
berhubungan dengan kematian perinatal dan neonatus. BBLR dibedakan dalam 2 kategori
yakni BBLR prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) dan BBLR karena Intra
Uterine Growth Retardation (IUGR) yakni bayi lahir cukup bulan tetapi berat badannya
kurang. Penyebab utama kondisi IUGR adalah karena ibu berstatus gizi buruk dengan
kondisi anemia, malaria menderita penyakit menular sebelum konsepsi atau pada saat
hamil.

2.3.2.2.22 Cakupan Desa/ Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)


Desa UCI adalah desa dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah
mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Cakupan desa UCI di
Kabupaten Bener Meriah tahun 2016 adalah 73,8%. Persentase ini mengalami penurunan
bila dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu 78,11%. Sedangkan di tahun 2014 cakupan
desa UCI mencapai 83,3%, tahun 2013 yaitu 83,26%, dan tahun 2012 cakupan desa UCI
mencapai 84,1%. Adapun target nasional desa UCI adalah 100%. Cakupan Desa UCI di
Kabupaten Bener Meriah sejak tahun 2012-2016.

2.3.2.2.23 Gambaran Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute


2.3.2.2.23.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi RSUD Munyang Kute Redelong
Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute Redelong yang selanjutnya disingkat
dengan RSUD “Munyang Kute Redelong” yang bergerak dalam bidang jasa serta merupakan
rumah sakit not for profit, RSUD Munyang Kute Redelong adalah SKPD yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan
mengutamakan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui penyediaan rawat inap, rawat jalan, gawat
darurat dan tindakan medik. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pada pasal 2 dan 3 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan
terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma
agama.Rumah Sakit pada dasarnya berpegang pada misi sosial untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada semua pihak. Disisi lain Rumah Sakit semakin berpengaruh
oleh mekanisme pasar dan harus tetap bisa bersaing serta mempertahankan
keberadaannya, bahkan dituntut memberikan pelayanan yang lebih baik.
Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute Redelong dibentuk berdasarkan Qanun
Kabupaten Bener Meriah Nomor 04 tahun 2008 tentangSusunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bener Meriah dan dioperasionalkan berdasarkan SK

II-50
Bupati Bener Meriah Nomor : 188.45/266/SK/2009 tentang pengoperasionalan Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bener Meriah. Dan telah dirubah dengan ijin
penyelenggaraan rumah sakit sesuai dengan kelas rumah sakit. Ijin Penyelenggaraan Rumah
Sakit Umum Daerah dengan “Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute Redelong Kelas C
Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2014 sesuai dengan Surat Keputusan Bupati
Bener Meriah Nomor 440/608/SK/2014 tentang ijin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum
Daerah Munyang Kute Redelong dengan RS Kelas C
1. Tugas
RSUD Munyang Kute Redelong Kabupaten Bener Meriah merupakan unsur
pendukung tugas Kepala Daerah bidang salah satu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat mempunyai tugas :
a. Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang
penyelenggaraaan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, melaksanakan pendidikan
tenaga kesehatan, penelitian, pengembangan ilmu kedokteraan dan
keperawatan
b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan Rumah Sakit
dengan menerapkan prinsip Profesionalisme dan Islami
c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
bidang tugasnya
2. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud tersebut diatas, RSUD
Munyang Kute Redelong Kabupaten Bener Meriah dan berintegrasi dalam Sistem
Kesehatan Daerah mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan, pengelolaan dan pengendalian data berbentuk data base serta
analisa untuk menyusun program kegiatan
b. Perencanaan strategis bidang pelayanan kesehatan perorangan
c. Perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan kesehatan perorangan
d. Pemberian dukungan atas penyelenggaraaan pemerintahan daerah bidang
pelayanan kesehatan perorangan
e. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pelayanan kesehatan perorangan

II-51
f. Penyelenggaraan dan pengawasan standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakan dibidang pelayanan kesehatan
g. Penyelenggaraaan urusan kesekretariatan pada RSUD
h. Pengkoordinasian, integrasi dan sinkronisasi kegiatan bidang kepegawaian
dilingkungan Pemerintah Daerah
i. Penyelenggaraan administrasi Pegawai Negeri Daerah
j. Pelayanan Medik
k. Pelayanan Asuhan Keperawatan
l. Pelayanan medik dan non medik
m. Pelayanan Rujukan
o. Pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan dan bidang lainnya sesuai
kebutuhan RS
p. Penelitian dan pengembangan
q. Pengelolaan sumber daya rumah sakit
r. Pelayanan fungsi sosial dengan memperhatikan kaidah ekonomi
s. Perencanaan program, rekam medik, evaluasi dan pelaporan serta humas dan
pemasaran RS
t. Pembinaan dan pelaksanaan kerjasama dengan masyarakat, lembaga
pemerintah dan lembaga lainnya.

Tabel 2.42 Propil Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute Kabupaten Bener
Meriah
PROFIL SINGKAT RUMAH SAKIT
DATA UMUM
 Nama Rumah Sakit: RSUD MUNYANG KUTE REDELONG
 Nama Direktur: dr. ARWIN MUNAWARIKO, Sp.OG
 TMT :
 Alamat: Jl. Sp.Teritit-Sp.Tiga Redelong, Simpang IV-Kute
Kering, Redelong
 Telp : (0643) 7426252
 Fax : (0643) 7426252
 Email RumahSakit : rsud_munyangkute@yahoo.com
 No.Kode/Registrasi RS : 1117025
 Status Kepemilikan : Pemda Bener Meriah
 Luas Lahan :5,1 Ha, 51.495 M…
 Luas Bangunan :± 35.000 m2
 Tipe /Kelas (Dilingkarisalahsatu) : A B CC D Belum Penetapan Kelas
 SK PenetapanKelas : Nomor HK.02.03/I/1993/2004 , Tgl : 12
Agustus 2014
 JumlahTempatTidur : 145 TT

II-52
 Izinoprasional /penyelenggaraan : Nomor : 440/608/SK/2014, Tanggal 01
Oktober 2014

 Masa berlakuizinoprasional : 01 Oktober 2014 s/d 01 Oktober 2019


 Status Akreditas (√) : V
NomorSertifikat
:KARS-SERT/500/XII/2016
Sudah
TahapanAkreditas (√) :

Workshop Bimbingan Simulasi Survei

 MoU dengan Institusi Pendidikan Kedokteran : Tidak Ada

2.3.3 Wajib Non Pelayanan Dasar


2.3.4 Kesbangpol

Partisipasi Pemilih dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Angka Partisipasi Pemilih Kabupaten Bener Meriah


Jenis Pemilihan

Pemilihan Kepala Daerah Pemilihan Anggota Legislatif


No Tahun Jumlah
Daftar Daftar Jumlah Yang
Yang
Pemilih Pemilih Memilih
Memilih

1 2 3 4 5 6

1 Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2012 90.301 73.285


Pemilihan Anggota Legislatif Tahun
2 2014 92.474 79.677

3 Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2017 97.686 81.344


Sumber :Kesbangpol Kabupaten Bener Meriah

2.3.4.1 Ketenaga Kerja


2.3.4.1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dapat dijadikan sebagai tolok ukur tingkat
ketersediaan kesempatan kerja, dimana semakin tinggi TPAK mengindikasikan besarnya
peluang kerja yang tersedia. Demikian pula sebaliknya, bila TPAK rendah mengindikasikan
kecilnya kesempatan kerja yang tersedia.Pada Gambar 2.17 menginformasikan mengenai
TPAK kabupaten Bener Meriah selama kurun waktu 2012 – 2015 yang menunjukkan tren
yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 TPAK Kabupaten Bener Meriah
sebesar 71,95 persen dan meningkat menjadi 85.94 persen pada tahun 2015.

II-53
Gambar 2.17 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bener Meriah,
tahun 2012 - 2015

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bener Meriah Tahun,2017
2.3.4.1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Selanjutnya, peningkatan nilai TPAK juga mempunyai hubungan dengan penurunan tingkat
pengangguran terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Di Kabupaten Bener Meriah selama kurun waktu
2012 – 2015 TPT mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2012 TPT sebesar 1.42 persen.
Selanjutnya pada tahun 2013 terjadi penurunan yang cukup signifikan menjadi 0,62 persen. Namun
pada tahun 2014 dan 2015 kembali terjadi peningkatan menjadi 0,74 persen dan 1.04 persen.

Gambar 2.18 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Bener Meriah, tahun
2012 - 2015

II-54
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bener Meriah Tahun,2017

2.3.4.2 Pangan
Tabel 2.43 menginformasikan mengenai produksi dan kebutuhan beras di Kabupaten
Bener Meriah selama 5 (lima) tahun terakhir. Meskipun selama kurun waktu 2012 – 2016
produksi beras di Kabupaten Bener Meriah mengalami tren yang terus meningkat dimana
10.445,23 ton pada tahun 2012 menjadi 13.926,98 ton pada tahun 2016. Namun seiring
dengan peningkatan kebutuhan beras dari tahun ke tahun, yakni 18.079,06 ton pada tahun
2012 menjadi 20.412,05 ton pada tahun 2016, mengindikasikan bahwa Kabupaten Bener
Meriah masih kekurangan produksi beras. Sebagai contoh, pada tahun 2016, Kabupaten
Bener Meriah mengalami kekurangan produksi beras sebanyak 6.485,08 ton. Ini bermakna
bahwa dari sisi ketersediaan pangan, Kabupaten Bener Meriah masih tergantung pada
Kabupaten-Kabupaten lain dalam hal ketersediaan pangan.

Tabel 2.43 Produksi dan Kebutuhan beras Tahun 2012-2016 Kabupaten Bener Meriah

Produksi Beras (ton) Kebutuhan Beras (ton) *) Kekurangan (ton)


No Tahun

1 2 3 4 5
1 2012 10.445,23 18.079,06 7.633,83
2 2013 11.141,58 18.635,94 7.494,36
3 2014 11.605,81 19.209,94 7.604,12
4 2015 12.766,40 19.802,16 7.035,76
5 2016 13.926,98 20.412,05 6.485,08

Sumber: Distan Pangangan Kabupaten Bener Meriah

2.3.4.3 Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindungan Anak


Berdasarkan informasi mengenai kasus kekerasan terhadap anak di 10 (sepuluh)
kecamatan yang ada di Kabupaten Bener Meriah tahun 2013 - 2016 seperti tertera pada
tabel 2.44 dapat diketahui jumlah kasus kekerasan cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, bila pada tahun 2013 jumlah kasus kekerasan terhadap anak berjumlah 12 (dua
belas) kasus, maka jumlah ini naik cukup signifikan yakni menjadi 21 kasus pada tahun
2016. Selama kurun waktu 2013 – 2016, jumlah kasus kekerasan terhadap anak yang
tertinggi terjadi pada tahun 2014, yakni berjumlah 34 kasus.

Adapun mengenai kasus kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Bener Meriah


selama kurun waktu 2013 – 2016 mengalami penurunan bila dibandingkan pada awal
periode 2013 – 2016 jumlah kekerasan sebanyak 34 kasus dan menjadi 21 kasus pada tahun
2016. Namun pada tahun 2016, berdasarkan jenis kasus kekerasan terhadap perempuan,
kasus KDRT menempati posisi tertinggi, yakni sebesar 13 (tiga belas) kasus (tabel 2.44).

II-55
Dengan memperhatikan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan dengan adanya
tren kenaikan jumlah kasus kekerasan terhadap anak, maka sudah selayaknya kondisi ini
menjadi perhatian semua pihak baik Pemerintah Kabupaten Bener Meriah maupun
masyarakat secara umum.

Tabel. 2.44 Kasus Kekerasan Terhadap Anak Perkecamatan di Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2013-2016
Tahun
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6
1 Timang Gajah 2 1 2 4
2 Gajah Putih 3 1 2 0
3 Pintu Rime Gayo 0 2 4 0
4 Bukit 2 5 6 4
5 Wih Pesam 2 12 2 4
6 Bandar 0 12 8 5
7 Bener Kelipah 2 0 0 0
8 Syiah Utama 0 0 1 2
9 Mesidah 0 1 2 1
10 Permata 1 0 0 1
Jumlah 12 34 28 21
Sumber: Dinas DPKBPA Kabupaten Bener Meriah Tahun,2017

Tabel. 2.45 Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di Kabupaten Bener Meriah Tahun
2013-2017

Tahun
No Jenis Kasus Jumlah
2013 2014 2015 2016 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KDRT 43 11 4 8 13 7
2 Pemukulan 1 0 0 1 0 0
3 Penganiayaan 5 0 0 0 5 0
4 Pemerkosaan 4 1 0 1 2 0
5 Pencabulan 10 5 4 0 1 0
6 Pelecehan 6 0 0 4 1 1
7 Sodomi 1 0 1 0 0 0
8 Penelantaran 27 17 1 6 2 1
9 Buliying 0 0 0 0 0 0
10 Kekerasan 3 0 0 0 0 3
11 Exploitasi Ekonomi 0 0 0 0 0 0
12 Gangguan Psikologi 0 0 0 0 0 0
13 Penipuan 1 1 0 0 0 0
14 Pengancaman 2 1 0 0 0 1
Jumlah 103 36 10 20 24 13
Sumber: Dinas DPKBPA Kabupaten Bener Meriah Tahun,2017

II-56
Dalam upaya mensukseskan program keluarga berencana, maka di Kabupaten Bener
Meriah hingga tahun 2016 telah memiliki 28 Klinik Keluarga Berencana dan 233 Pos
Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD) yang telah tersebar di seluruh desa di
Kabupaten Bener Meriah. Informasi detail mengenai jumlah KKB dan PPKBD, dapat dilihat
pada tabel 2.46.

Tabel 2.46 Jumlah Klinik Keluarga Berencana (KKB) dan Pos Pelayanan Keluarga
Berencana Desa(PPKBD) Menurut Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah

2015 2016
Kecamatan
KKB PPKBD KKB PPKBD

Timang Gajah 3 30 3 30

Gajah Putih 2 10 2 10

Pintu Rime Gayo 2 23 2 23

Bukit 5 40 5 40

Wih Pesam 6 26 6 27

Bandar 4 35 4 35

Bener Kelipah 1 12 1 12

Syah Utama 1 14 1 14

Mesidah 2 15 2 15

Permata 2 27 2 27

Bener Meriah 28 232 28 233

Sumber: Dinas DPKBPA Kabupaten Bener Meriah Tahun,2017

2.3.4.4 Pertanahan
Dinas Pertanahan Kabupaten Bener Meriah baru terbentuk sejak Januari tahun 2017,
berdasarkan Qanun nomor 02 Tahun 2016, dan penjabaran tupoksi Dinas Pertanahan
berdasarkan peraturan bupati nomor 1 tahun 2017.
Adapun Tupoksi Dinas Pertanahan, berkaitan dengan :
1. Izin Lokasi
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan
4. Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum
5. Peruntukan tanah terlantar
6. Penyelesaian perselisihan pertanahan

II-57
Tabel 2.47 Data Jumlah Sertifikat Tanah di Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2017
JUMLAH SERTIPIKAT
NO KECAMATAN TERBIT
1 2 3
1 Pintu Rime Gayo 2224
2 Timang Gajah 3348
3 Gajah Putih 797
4 Bandar 7514
5 Bener Kelipah 778
6 Bukit 6438
7 Wih Pesam 7457
8 Permata 3147
9 Syiah Utama 13
10 Mesidah 439
Jumlah 32155
Sumber : Dinas Pertanahan Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2017

2.3.4.5 Lingkungan Hidup


2.3.4.5.1 RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, persoalan lingkungan
hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaanya dalam kurun waktu tertentu dan
merupakan mandat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Terdapat 4 (empat) tujuan RPPLH, yakni:
a. Mengharmonisasikan pembangunan nasional dengan kemampuan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup;
b. Mempertahankan dan/atau meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan
melindungi keberlanjutan fungsi lingkungan hidup;
c. Mempertahankan dan/atau menguatkan tata kelola pemerintahan dan
kelembagaan masyarakat untuk pengendalian, pemantauan, dan pendayagunaan
lingkungan hidup;
d. Mempertahankan dan/atau meningkatkan ketahanan dan kesiapan dalam
menghadapi
perubahan iklim;
Mengingat pentingnya dokumen RPPLH ini, percepatan penyelesaian dokumen ini
sangat dibutuhkan. Untuk saat ini, dokumen RPPLH masih di dalam tahap penyusunan
dan diharapkan selesai pada tahun 2022, sementara untuk periode sebelumnya belum
dilakukan penyusunan.

II-58
2.3.4.5.2 Jaringan Persampahan dan Sanitasi
Bener Meriah dilakukan dengan menggunanakan standar penelolaan
Persampahan. Perencanaan Lokasi Pengembangan TPS dan TPST di Kabupaten Bener
Meriah terdiri atas :
Lokasi tempat pembuangan sampah sementara (TPS), ditempatkan tersebar pada pusat
kegiatan masyarakat pada setiap kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Bener
Meriah, terdiri atas :
1) Pasar Simpang Tiga Redelong di Kecamatan Bukit sebanyak 3 (tiga) unit;
2) Pasar Pondok Baru di Kecamatan Bandar sebanyak 4 (empat) unit;
3) Pasar Simpang Teritit di Kecamatan Wih Pesam sebanyak 1 (satu) unit;
4) Pasar Pante Raya di Kecamatan Wih Pesam sebanyak 1 (satu) unit;
5) Pasar Simpang Balik di Kecamatan Wih Pesam sebanyak 2 (dua) unit;
6) Pasar Lampahan di Kecamatan Timang Gajah sebanyak 1 (satu) unit;
7) Pasar Reronga di Kecamatan Gajah Putih sebanyak 1 (satu) unit;
8) Pasar Blang Rakal di Kecamatan Pintu Rime Gayo sebanyak 1 (satu) unit;
9) Pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan; dan
10) Kawasan perkantoran.
a. Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) dan atau tempat pengolahan sampah
terpadu (TPST) dengan menerapkan sistem operasional sanitary landfill untuk melayani
wilayah permukiman adalah TPAS Perumpakan Benjadi yang terletak di Kampung
Perumpakan Benjadi Kecamatan Mesidah, dengan daerah pelayanan meliputi 10
Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah yang dikumpulkan melalui Tempat Pembuangan
Sampah Sementara yang ada di setiap kecamatan.
b. TPAS Perumpakan Benjadi merupakan Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang
direncanakan di Kabupaten Bener Meriah sebagai sarana pengolahan dan pengelolaan
akhir sampah. Adapun daerah pelayanan TPAS Perumpakan Benjadi adalah :
1. Kecamatan Mesidah meliputi Kampung Cemparam Jaya, Jamur Atu Jaya, Gunung
Sayang, Peteri Pintu Wih Resap, Simpur, Amor, Buntul Gayo, Wer Tingkem, Hakim
Peteri Pintu, Perumpakan Benjadi, Cemparam Lama, Cemparam Pakat Jeroh,
Simpang Renggali, Sosial dan Pantan Kuli.
2. Kecamatan Bandar meliputi Kampung Wonosari, Paya Baning, Blang Pulo, Petukel
Blang Jorong, Tanjung Pura, Hakim Wih Ilang, Lewa Jadi, Bukit Wih Ilang, Suku Wih
Ilang, Pondok Gajah, Purwosari, Sidodadi, Selamat Rejo, Pondok Ulung, Janarata,
Batin Baru, Muyang Kute Mangku, Keramat Jaya, Simpang Utama, Pakat Jeroh, Puja

II-59
Mulia, Pondok Baru, Bahgie Bertona, Tansaran Bidin, Sinar Jaya Paya Ringkel,
Remang Ketike Jaya, Gunung Antara, Gele Semayang, Makmur Sentosa, Tawar
Sedenge, Jadi Sepakat, Kampung Selisih Mara, Kela Nempan, Mutiara dan Beranun
Teleden;
3. Kecamatan Syiah Utama meliputi Kampung Tembolon, Wihni Durin, Kute Lah
Lane, Payung, Kerlang, Gerpa, Goneng, Blang Panu, Rusip, Uning, Pasir Putih, Rata
Mulie, Tempen Baru, Geruti Jaya, Garut, dan Ranto Panyang; dan
4. Kecamatan Bukit meliputi Kampung Blang Tampu, Uning Bersah, Uning Teritit,
Kute Lintang, Tingkem Bersatu, Tingkem Asli, Reje Guru, Blang Sentang, Pasar
Simpang Tiga, Bale Redelong, Ujung Gele, Delung Tue, Kenawat Redelong, Blang
Ara, Waq Pondok Sayur, Panji Mulia I, Panji Mulia II, Isaq Busur, Bujang, Hakim
Tungul Naru, Bale Atu, Tingkem Benyer, Batin Wih Pongas, Sedia Jadi, Rembele,
Mutiara Baru, Blang Panas, Bukit Bersatu, Serule Kayu, Kute Kering, Kute Tanyung,
Babussalam, Paya Gajah, Delung Asli, Pilar Jaya, Meluem, Mupakat Jadi, Godang,
Uring dan Karang Rejo.
5. Kecamatan Wih Pesam meliputi Kampung Simpang Teritit, Suka Rame Atas, Suka
Rame Bawah, Syura Jadi, Pante Raya, Simpang Balek, Suka Jadi, Bener Ayu, Blan
Paku, Suka Makmur, Merie I, Jamur Uluh, Gegerung, Bukit Pepanyi, Jamur Ujung,
Wonosobo, Lut Kucak, Wih Pesam, Cinta Damai, Bener Mulie, Kebun Baru, Blang
Kucak, Simpang Antara, Blang Benara, Suka Makmur Timur, Burni Telong dan
Mekar Jadi Ayu;
6. Kecamatan Bukit meliputi Kampung Bukit Bersatu, Mutiara Baru, Blang Panas,
Blang Tampu, Uning Bersah, Uning Bersah, Gunung Teritit, Kute Kering, Kute
Lintang, Serule Kayu, Tingkem Asli, Batin Wih Pongas, Tingkem Benyer, Uring,
Reje Guru, Blang Sentang, Paya Gajah, Bale Redelong, Bujang, Godang, dan Isaq
Busur;
7. Kecamatan Gajah Putih meliputi Kampung Timang Gajah, Reronga, Pantan Lues,
Meriah Jaya, Umah Besi, Pante Karya, Simpang Keramat, Gajah Putih, Gayo Setie
dan Ala Jaya; dan
8. Kecamatan Timang Gajah meliputi Kampung Bandar Lampahan, Karang Jadi,
Lampahan, Suka Damai, Blang Rongka, Tunyang, Setie, Simpang Layang, Gegur
Sepakat, Cekal Baru, Damaran Baru, Pajar Harapan, Kenine, Rembune, Bumi Ayu,
Baru, Mude Benara, Pantan Pediangan, Lampahan Barat, Lampahan Timur, Mekar

II-60
Ayu, Kolam Para Kanis, Timang Rasa, Bukit Mulie, Sumber Jaya, Gunung Tunyang,
Datu Beru Tunyang, Pantan Kemuning, Bukit Tunyang dan Linung Bale.
9. Kecamatan Pintu Rime Gayo meliputi Kampung Rime Raya, Singah Mulo, Alu
Gading, Blang Rakal, Negeri Antara, Blang Ara, Gemasih, Pulo Intan, Rata Ara,
Musara 58, Musara Pakat, Weh Porak, Simpang Lancang, Bener Meriah,
Perdamaian, Ulu Naron, Taman Firdaus, Bintang Berangun, Uning Emas, Pancar
Jelobok, Alur Cincin, Pantan Sinaku dan Pantan Lah; dan
10. Kecamatan Gajah Putih meliputi Kampung Reronga, Timang Gajah, Pantan Lues,
Meriah Jaya, Umah Besi, Pante Karya, Simpang Keramat, Gajah Putih, Gayo Setie
dan Ala
Saat ini jumlah timbunan sampah yang dihasilkan oleh Kabupaten Bener Meriah
mencapai 447,6 m3/hari atau 111,9 ton/hari dengan asumsi per orang menghasilkan
sampah 0,8 kg/hari dikalikan dengan jumlah penduduk Bener Meriah sebanyak 139.
875 (tahun 2015), maka setiap tahunnya mencapai 161.136 m3 sampah atau 40.284
ton.jumlah sampah yang terangkut: 54,3 m3/hari atau 13,6 ton/hari (33 Kampung),
sarana dan prasarana persampahan terdiridari 6 truck sampah, 5 buah Arm roll, 17 TPS
(container), 2 unit TPA (belum difungsikan dan rusak berat) dan tidak memiliki TPS 3R.
2.3.4.5.3 Ruang Terbuka Hijau
Tabel. 2.48 Jumlah Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013-2016
EKSISTING
NO RUANG TERBUKA HIJAU
URAIAN JUMLAH TAHUN LOKASI
Sp. Kemenag- Bandara
1 Taman Median Jalan 3960 M² 2016
Rembele
2 Taman Median Jalan 2400 M² 2016 Wonosobo - Pante Raya
Sp. Pendopo I - Sp. Bandara
3 Taman Median Jalan 1360 M² 2016
Rembele
4 RTH Komplek PEMDA 2000 M² 2014 Komp Perkantoran Pemda
5 Median Jalan Komplek PEMDA 642 M² 2013 Komp Perkantoran Pemda
10362 M²
JUMLAH
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup

2.3.4.6 Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil


Pada tahun 2012, rasio penduduk ber KTP per satuan penduduk tercatat 49,23 %,
dan terus meningkat ke tahun-tahun berikutnya, tahun 2016 76,45 % dapat di lihat pada
tabel 2.49, kepemilikan akta kelahiran per 1000 dari 1000 penduduk tercatat 407
penduduk yang memiliki akta kelahiran pada tahun 2012 jumlah ini juga terus
meningkat pada tahun-tahun berikutnya seperti yang terlihat pada Tabel 2.49.
Tabel 2.49 Data Kependudukan Bener Meriah Tahun 2013 – 2015

II-61
INDIKATOR 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5
Rasio Penduduk ber KTP per Satuan Penduduk 49,23 69,63 68,27 76,45
Rasio Bayi ber Akte Kelahiran 84,11 84,2 85,07 80,83
Kepemilikan KTP 42,02 68,115 68,118 78,264
Kepemilikan Akte Kelahiran per 1000 Penduduk (Jumlah) 407 415 423 431
Sumber: BPS data Diolah

Gambar 2.19 Data Kependudukan Bener Meriah, 2012-2015

500
450
400
Rasio Bayi ber Akte
350 Kelahiran
300
Kepemilikan KTP
250
200 Kepemilikan Akte
150 Kelahiran per 1000
Penduduk
100 68.115 68.118 78.264
42.02
50 Series4
0
2012 2013 2014 2015

2.3.4.7 Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa


Pemberdayaan Masyarakat kampung adalah proses pembangunan sosial, budaya,
dan ekonomi agar terciptanya masyarakat yang berinisiatif untuk memulai proses
kegiatan sosial agar mampu memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Berdasarkan
pemahaman mengenai pengertian pemberdayaan masyarakat kampung, upaya
pemerintah untuk mengoptimalkan keterlibatan masyarakat dalam proses
pembangunan dan penangulangan kemiskinan di Kabupaten Bener Meriah memerlukan
penguatan agar potensi masyarakat yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal.
PKK, Posyandu, RW dan Karang Taruna sebagai institusi lembaga
kemasyarakatan belum berperan optimal dalam pemberdayaan masyarakat serta dalam
penyelenggaraan pembangunan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasinya.
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat kampung akan sangat ditentukan oleh
keluarga sebagai unit sosial terkecil pembentuk institusi masyarakat, ketahanan
keluarga menjadi faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat kampung serta upaya mereduksi permasalahan sosial dan dengan adanya
dana desa diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan status
desa dari desa sangat tertinggal menjadi desa tertinggal, berkembang dan maju.

II-62
Tabel 2.50 Status Desa Berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM)
Status Desa
No Kecamatan Jumlah Desa Sangat
tertinggal Berkembang Maju
Tertinggal
1 2 3 4 5 6 7
1 Timang Gajah 30 0 19 11 0
2 Gajah Putih 10 1 7 2 0
3 Pintu Rime Gayo 23 6 15 2 0
4 Bukit 40 1 28 11 0
5 Wih Pesam 27 2 17 8 0
6 Bandar 35 0 22 11 1
7 Bener Kelipah 12 0 11 1 0
8 Syiah Utama 14 9 5 0 0
9 Mesidah 15 7 8 0 0
10 Permata 27 7 19 1 0
Total 233 33 151 47 1
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

Tabel 2.51 PKK Aktif dan Posyandu Aktif di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2016

No Aspek/Fokus/Bidang Capaian Kinerja


Urusan/Indikator Kinerja
Pembangunan Daerah
2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7

1 PKK Aktif 80% 82% 85% 87% 87%

2 Posyandu Aktif 39,46% 47,09% 61,30% 69,57% 69,57%


Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung kabupaten Bener Meriah Tahun, 2016

2.3.4.8 Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana


Pencapaian peserta KB aktif merupakan salah satu indikator keberhasilan
pelaksanaan program KB. Pencapaian KB aktif di Kabupaten Bener Meriah tahun 2016
adalah sebesar 71,30%. Angka ini sedikit menurun namun tidak terlalu signifikan bila
dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu sebesar 71,74%, pada tahun 2014 yaitu 61,9%,
dan pada tahun 2013 sebesar 72,37%. Persentase ini sudah mencukupi target nasional
untuk program KB yaitu 70%.
2.3.4.9 Komunikasi Dan Informatika
Seiring dengan kedudukan dan potensi yang dimiliki serta kemajuan
perkembangannya, Kabupaten Bener Meriah sudah memperoleh pelayanan jaringan
telekomunikasi kabel, namun dengan kapasitas yang masih terbatas. Umumnya jaringan
telekomunikasi tersebut terdapat pada fasilitas perkantoran, perdagangan dan jasa serta
sebagian lingkungan perumahan. Jaringan telekomunikasi yang berbasis fiber optic

II-63
merupakan salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan
kapasitas besar dan kecepatan yang tinggi berbeda dengan transmisi lainnya, fiber optic
gelombang pembawanya bukan merupakan gelombang elektromagnetik atau listrik
akan tetapi merupakan sinar cahaya/ laser sehingga fiber optic dijadikan alternative
media akses untuk teknologi komunikasi dengan jarak jangkauan yang cukup jauh. PT.
Telkom sebagai penyedia layanan jasa telekomunikasi yang memberikan layanan tidak
terbatas pada suara saja melainkan dengan data, gambar dan video dengan media
transmisi fiber optic yang mampu megirim informasi berkapasitas tinggi, jarak transmisi
yang jauh dengan redaman yang kecil dibandingkan dengan kabel tembaga yang telah
digunakan PT. Telkom sehingga pelayanan dapat dilayanai secara optimal. Dengan
adanya jaringan telekomunikasi yang berbasis fiber optic maka cukup sesuai bila
diterapkan di Kabupaten Bener Meriah ini karena memiliki karakteristik wilayah
dengan topografi yang berbukit-bukit dan jauh dari pusat kegiatan yang ada. Disamping
itu, dapat juga mengembangkan jaringan sistem informasi perkotaan dengan melayani
daerah-daerah terpencil yang sulit untuk dijangkau (jauh).
Sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Bener Meriah terdiri dari :
1. Pengembangan jaringan terrestrial atau kabel tersebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Bener Meriah; dan
2. jaringan nirkabel terdiri dari :
a. Sistem jaringan seluler atau tanpa kabel dengan didukung pengembangan menara
BTS (Base Transciever Station) bersama meliputi :
1) Kecamatan Pintu Rime Gayo, terdiri atas :
a) Kampung Rimba Raya sebanyak 3 tower;
b) Kampung Negeri Antara sebanyak 1 tower;
c) Kampung Blang Rakal sebanyak 2 tower; dan
d) Kampung Simpang Lancang sebanyak 1 tower.
2) Kecamatan Gajah Putih, terdiri atas :
a) Kampung Meriah Jaya sebanyak 1 tower;
b) Kampung Timang Gajah sebanyak 1 tower; dan
3) Kecamatan Timang Gajah, terdiri atas :
a) Kampung Tunyang sebanyak 1 tower; dan
b) Kampung Bandar Lampahan sebanyak 1 tower
c) Kampung Cekal Baru sebanyak 1
d) Kampung Mekar Ayu sebanyak 2 tower

II-64
4) Kecamatan Wih Pesam, terdiri atas :
a) Kampung Simpang Balek sebanyak 2 tower; dan
b) Kampung Wonosobo sebanyak 1 tower.
c) Kampung Simpang Teritit sebanyak 1 tower
5) Kecamatan Bukit, terdiri atas :
a) Kampung Bale Atu sebanyak 1 tower;
b) Kampung Kute Lintang sebanyak 1 tower
c) Kampung Paya Gajah sebanyak 1 tower;
d) Kampung Panji Mulie I sebanyak 1 tower; dan
e) Kampung Panji Mulie II sebanyak 1 tower.
f) Kampung Serule Kayu sebanyak 1 tower Stasiun Radio Rime Raya
6) Kecamatan Bandar, terdiri atas :
a) Kampung Simpang Utama sebanyak 2 tower;
b) Kampung Bahgie Bertona sebanyak 1 tower; dan
c) Kampung Tanjung Pura sebanyak 1 tower.
7) Kecamatan Permata, terdiri atas :
a) Kampung Bener Pepanyi sebanyak 1 tower;
b) Kampung Wih Tenang Uken sebanyak 2 tower; dan
c) Kampung Pantan Tengah Jaya sebanyak 1 tower.
b. Pengembangan VSAT (Very Small Arperture Terminal) di ibukota tiap Kecamatan;
c. Pengembangan Sistem Komunikasi dengan dasar BWA (Broadband Wireless Access)
di Kampung Blang Rakal Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kampung Reronga Kecamatan
Gajah Putih, Kampung Lampahan Kecamatan Timang Gajah, Kampung Pante Raya
Kecamatan Wih Pesam, Kampung Simpang Tiga Redelong Kecamatan Bukit,
Kampung Pondok Baru Kecamatan Bandar, Kampung Bener Selan Kecamatan Bener
Kelipah, Kampung Wih Tenang Uken Kecamatan Permata, Kampung Samar Kilang
Kecamatan Syiah Utama, dan Kampung Sosial Kecamatan Mesidah.
d. Pengembangan Menara melalui SID - SITTAC di Kampung Blang Rakal Kecamatan
Pintu Rime Gayo, Kampung Reronga Kecamatan Gajah Putih, Kampung Lampahan
Kecamatan Timang Gajah, Kampung Pante Raya Kecamatan Wih Pesam, Kampung
Simpang Tiga Redelong Kecamatan Bukit, Kampung Pondok Baru Kecamatan
Bandar, Kampung Bener Selan Kecamatan Bener Kelipah, Kampung Wih Tenang
Uken Kecamatan Permata, Kampung Samar Kilang Kecamatan Syiah Utama, dan
Kampung Sosial Kecamatan Mesidah.

II-65
Kebutuhan layanan sambungan telepon untuk perorangan/rumah tangga dan
kantor di wilayah perencanaan dilayani oleh sebuah Sentral Telepon Otomatis (STO).
Untuk kebutuhan layanan telepon Kabupaten Bener Meriah, perlu ditambah kapasitas
layanan dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan penduduk, meningkatnya taraf
pendapatan masyarakat dan kebutuhan akan informasi dan komunikasi di era
globalisasi.
Namun kekurangan pelayanan telepon kabel diatasi dengan adanya telepon selular
yang sudah hampir dapat melayani seluruh wilayah Kabupaten Bener Meriah ini,
khususnya untuk wilayah permukiman. Dengan demikian kebutuhan layanan telepon
secara umum sudah dapat terlayani dengan baik.
Khusus pengaturan infrastruktur telepon nirkabel seperti menara telekomunikasi
menara Base Transceiver Station (BTS) perlu perencanaan yang baik; salama ini
pembangunan BTS terkesan dibiarkan tanpa perencanaan dan pengendalian dari
pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah tentang pembangunan menara bersama
harus mulai diperhatikan, mengingat pembangunan BTS secara teknis memerlukan
lahan yang luas dan kajian dampak lingkungan. Rencana pengembangan sistem jaringan
telekomunikasi disesuaikan dengan kondisi wilayah. Untuk wilayah
berbukit/pegunungan dapat diutamakan sistem nirkabel seperti BTS. Tetapi tidak
tertutup kemungkinan rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di
Kabupaten Bener Meriah ini lebih diarahkan ke jaringan VSAT yang berbasis internet.
Dimana jaringan VSAT(Very Small Aperture Terminal) berbasis internet ini memiliki
satelit sendiri yang berfrekuensi Ku-band dan C-band. Untuk wilayah Indonesia sendiri
basanya menggunakan C-band karena antena yang digunakan lebih besar dengan
frekuensi up link 6 GHz dan frekuensi down link sekitar 4 GHz. Seangkan frekuensi Ku-
band biasanya digunakan oleh Negara Amerika dan bagian Eropa.
Penggunaan VSAT di Indonesia pertama kali pada tahun 1989 yang berfungsi untuk
melaukan pengiriman data, gambar maupun suara via satelit. Arsitektur Jaringan VSAT
terdiri dari : 1). Ground Segment (segmen bumi), yang terbagi menjadi : Indoor Unit
(IDU), terdiri dari modem satelit dan Outdoor Unit (ODU), terdiri dari RFT, LNA dan
Antena. 2). Space Segment (segmen angkasa) yakni satelit.

Gambar 2.20 VSAT (Very Small Aperture Terminal)

II-66
Sumber: Makala Pembangunan Sistem Informasi di Indonesia (2011)

Penggunaan teknologi VSAT yang semakin maju, mengakibatkan komunikasi antar


pulau di Indonesia menjadi semakin mudah, murah dan efisien. Teknologi tersebut juga
dimanfaatkan untuk internet dan ISDN (Integrated Services Digital Network). Karena
penggunaan VSAT pada bidang itu menjadi lebih optimal dan murah. VSAT juga
berfungsi sebagai substitusi atau pengganti line telepon dan gelombang mikro
(microwave). Hal itu dikarenakan dengan penggunaan bandwidth yang lebar maka
mempengaruhi kemampuan VSAT dalam transfer data, suara dan video menjadi sangat
baik. Dengan memanfaatkan teknik kompresi yang baik, gambar dan suara semakin
mudah ditransfer dengan biaya murah. Teknologi VSAT juga dimanfaatkan untuk
mempermudah telekomunikasi di banyak industri dan bisnis. Bidang bisnis yang sangat
membutuhkan antara lain perbankan (misalnya komputerisasi online), perusahaan
pengeboran minyak, penerbangan, distribusi barang dan jasa, bisnis perkayuan dan lain-
lain.
Di Kabupaten Bener Meriah sendiri perlunya diarahkan pada pembangunan
jaringan telekomunikasi VSAT yang berbasis internet, karena lebih menguntungkan
selain lebih cepat (hemat waktu) dan murah (hemat biaya) tetapi juga lebih efisien
dalam perkembangan sistem informasi yang dibutuhkan dan terpadu. Tetapi dalam hal
ini, terdapat suatu kendala yang dihadapi seperti masih banyaknya masyarakat Bener
Meriah yang awam (asing) akan pengunaan internet dalam mengakses informasi yang
dibutuhkan. Maka dari itu, dari pihak pemeritah sendiri perlu adanya pemerataan
sosialisasi akan penggunaan jaringan telekomunikasi VSAT yang berbasis internet,
sehingga masyarakat dapat dengan mudah menggunakan internet dalam mengakses
informasi yang dibutuhkan.
2.3.4.10 Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah
2.3.4.10.1 Koperasi

II-67
Koperasi merupakan salah satu kelompok usaha ekonomi yang memiliki peranan
strategis dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Di kabupaten Bener Meriah,
pada akhir tahun 2017 berjumlah 275 koperasi, dimana terbagi menjadi koperasi aktif
berjumlah 127 koperasi dan koperasi tidak aktif berjumlah 148 koperasi. Berdasarkan
persentase koperasi aktif dan tidak aktif, pada tahun 2017 persentase koperasi aktif
adalah 46.18 persen dan sisanya tidak aktif. Data-data tersebut mengindikasikan bahwa
koperasi di Kabupaten Bener Meriah masih membutuhkan pembinaan sehingga dapat
aktif dan berkontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Bener Meriah.

Tabel 2.52 Perkembangan Jumlah Koperasi Aktif Dan Tidak Aktif Di Kabupaten Bener
Meriah Tahun 2014 – 2017
Tahun Aktif Tidak Aktif Jumlah
1 2 3 4

2014 121 147 268


2015 131 133 264
2016 124 147 271
Sumber: Dinas Kopersai dan UKM Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2017
2.3.4.10.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga merupakan salah satu sektor yang
memiliki peranan penting bagi perekonomian. Sektor UMKM juga menjadi salah satu
sektor yang mampu menyerap tenaga kerja. Di Kabupaten Bener Meriah, selama kurun
waktu 2013 – 2017 menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Dimana pada
tahun 2013, jumlah UMKM sebesar 160 unit, dan naik secara signifikan pada tahun 2017
menjadi 2211 unit. Namun demikian, perkembangan jumlah UMKM di Kabupaten Bener
Meriah, belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian
Kabupaten Bener Meriah.
Tabel 2.53 Perkembangan Jumlah Umkm Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013 -2017
Kreteria UMKM
Tahun Jumlah
Mikro Kecil Menengah
1 2 3 4 5
2013 77 83 - 160
2014 136 220 - 356
2015 292 256 - 548
2016 665 339 6 1010
Sumber: Dinas Kopersai dan UKM Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2017
2.3.4.10.3 Penanaman Modal

II-68
Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi di suatu wilayah, tidak terkecuali Kabupaten Bener Meriah.
Berdasarkan data dari Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Bener Meriah,
jumlah investor yang berinvestasi masih belum memuaskan, dimana pada tahun 2017
jumlah investor masih berjumlah 5 (lima) perusahaan. Minimnya jumlah investor di
Kabupaten Bener Meriah tentu saja menjadi perhatian bagi Pemerintah agar dimasa
yang akan datang dapat menciptakan iklim berinvestasi yang lebih baik sehingga dapat
menarik investor untuk dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bener Meriah.
Dilihat dari sisi perizinan selama kurun waktu lima tahun terakhir jumlah perizinan
yang dikeluarkan berfluktuasi dimana pada tahun 2012 izin yang dikeluarkan adalah
796 dan terjadi peningkatan pada tahun 2013 dan 2014, yakni sebesar 817 dan 1.173.
namun pada tahun 2015, terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu menjadi 135.
Pada tahun 2016 kembali terjadi peningkatan menjadi 768 perizinan.
Berdasarkan data-data yang tersedia pada kurun waktu 2012-2016, sektor investasi
dan perizinan memberikan kontribusi terhadap PAD seperti tertera pada tabel 2.54.
Tabel 2.54 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Dinas Penanaman Modal
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bener Meriah Tahun 2017
No Tahun Jumlah Penerimaan
1 2 3
1 2012 635.041.100
2 2013 806.566.220
3 2014 676.508.100
4 2015 1.000.016.200
5 2016 1.008.750.000
Sumber: Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bener Meriah Tahun 2017

2.3.5 Pelayanan Urusan Pilihan


2.3.5.1 Pertanian
2.3.5.1.1 Prodaktivitas Padi
Data produksi tanaman pangan utama yaitu padi sawah di Kabupaten Bener Meriah
dapat dilihat pada Tabel 2.52. Produksi padi pada tahun 2015 mencapai 11.770 ton dengan
produktifitas sekitar 5,43 ton/ha.
Tabel 2.55 Data Produksi Komoditi Padi Sawah
Tahun
No Keterangan
2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
1 Tanam (ha) 4.135 - 3.633 2.498 2.168
2 Panen (ha) 4.018 - 2.884 2.498 2.168
3 Produksi (ton) 17.625 - 11.588 12.848 11.770
4 Produktifitas (ton/ha) 4,39 - 4,02 5,14 5,43

II-69
Sumber : DISTAN Tanaman Pangan Kabupaten Bener Meriah

Sementara Untuk perkiraan produksi dan kebutuhan beras untuk periode tahun 2018-2022,
produktifitas padi perlu terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan beras, seperti yang
diilustrasikan pada tabel 2.56.

Tabel 2.56 Perkiraan produksi dan kebutuhan beras tahun 2018-2022


Perkiraan

No Tahun Luas Luas produksi Produksi Kebutuhan


Jumlah Produktifitas Kekurangan
Tanam Panen padi Beras Beras
penduduk (ton/ha) (ton)
(ha) (ha) (ton) (ton) (ton)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2018 155.862 2.168 2.168 6,0 13.008 7.284,48 21.688,17 14.403,69

2 2019 160.662 2.168 2.168 6,2 13.442 7.527,30 22.356,16 14.828,86

3 2020 165.611 2.168 2.168 6,4 13.875 7.770,11 23.044,73 15.274,62

4 2021 170.712 2.168 2.168 6,6 14.309 8.012,93 23.754,51 15.741,58

5 2022 175.969 2.168 2.168 6,8 14.742 8.255,74 24.486,15 16.230,40

Keterangan : Laju pertumbuhan penduduk = 3,08 % , NBM = 139,15 kg/thn, Basis perhitungan data tahun 2015
Sumber : DISTAN Tanaman Pangan Kabupaten Bener Meriah
2.3.5.1.2 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB
Katagori sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian merupakan
sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian Kabupaten
Bener Meriah. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten Bener
Meriah selama periode lima tahun terakhir (2012-2016) dan rata-rata hampir mencapai 50
persen.

Untuk tahun 2016, peranan sektor ini sebesar 45,75 persen yang didukung oleh sub
katagori Pertanian Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian dimana komoditas unggulan
Kabupaten Bener Meriah berupa kopi dan tanaman holtikultura.

Tabel 2.57 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan,
dan Jasa Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 - 2016
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6
Laju Pertumbuhan 4,40 4,04 5,06 5,23 4.97

Kontribusi terhadap PDRB 45,71 44,95 45,20 45,39 45,75

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah Tahun, 2017

2.3.5.2 Pariwisata
Sektor pariwisata di Kabupaten Bener Meriah belum memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap PDRB Kabupaten. Untuk melihat kontribusi sektor pariwisata
terhadap perekonomian dapat diwakili oleh kontribusi sektor penyediaan akomodasi

II-70
dan makan minum. Dimana sektor tersebut memberikan pengaruh yang paling
signifikan dalam sektor pariwisata. Berdasarkan data periode 2012- 2016, sektor
pariwisata berkontribusi dibawah 1 (satu) persen terhadap PDRB dan cenderung
stagnan di angka 0.4 persen. Sementara laju pertumbuhan sektor ini berdasarkan
kecendrungan pada grafik 2.40 cenderung fluktuatif, dimana pada tahun 2012 laju
pertumbuhan sebesar 3.73 persen dan terjadi penurunan pada tahun 2013 menjadi 2.99
persen. Pada tahun 2014 kembali terjadi peningkatan menjadi 3,91 persen. Namun pada
tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 3.54 persen. Pada tahun 2016 terjadi
peningkatan pertumbuhan menjadi 4,09 persen. Selama 5 (lima) tahun terakhir dapat
diketahui rata-rata laju pertumbuhan sebesar sektor akomodasi dan makan minum.

Tabel 2.58 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDRB Kabupaten Bener
Meriah Tahun 2012 - 2016

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6

Laju Pertumbuhan 3.73 2.99 3.91 3.54 4.09

Kontribusi terhadap PDRB 0.42 0.41 0.42 0.42 0.43

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah


2.3.5.3 Perkebunan
Untuk komoditi perkebunan cenderung mengalami peningkatan produksi setiap
tahunnya. Tabel 2.56 mengambarkan produksi beberapa komoditi yang ada di Kabupaten
Bener Meriah yang terdiri dari kopi, sawit, kakao dan tebu.
Tabel 2.59 Luas Areal Dan Produksi Komoditi Kopi, Sawit, Kakao dan Tebu Tahun di
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2011 - 2016
Tahun
No Komoditi
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kopi
Luas Areal (ha) 45.316,04 40.980,39 43.148,80 43.565,78 46.208,57 42.664,84
Produksi (ton) 21.404,05 21.404,05 27.294,868 29.357,71 25.790,00 113.800,7
2 Sawit
Luas Areal (ha) 1.300,00 1.229,95 1.300,00 1.300,00 1.300,00 1.300,00
Produksi (ton) 600,00 20,44 100,00 100,00 1.250,00 1000,0
3 Kakao
Luas Areal (ha) 1.300,00 933,13 1.053,00 1.331,13 1.147,00 216,00
Produksi (ton) 860,40 860,40 876,00 1.685,8 1.688,80 140,00

II-71
4 Tebu
Luas Areal (ha) 1.441,20 1.441,20 2.140,08 2.361,00 2.361,00 2.431,00
Produksi (ton) 4.258,10 4.528,10 5.600,55 4.291,00 4.291,00 266.50,00

Sumber : BPS Bener Meriah

Kopi merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Bener Meriah, dimana lebih dari
70% petani merupakan petani kopi. Kopi Gayo telah diakui dunia dengan mendapatkan
indikasi geografis di Uni Eropa. Luas areal perkebunan kopi mencapai 40.000 ha dengan
produksi sekitar 20.000 ton per tahun, bahkan pada tahun 2016 terjadi peningkatan
produksi mencapai 113.000 ton. Setelah kopi, komoditi perkebunan unggulan selanjutnya
adalah tebu, kakao dan sawit.

2.3.5.4 Peternakan
Secara geografis, Kabupaten Bener Meriah memiliki potensi yang cukup tinggi dalam
pengembangan peternakan. Berdasarkan tabel 2.57 menginformasikan mengenai
jumlah populasi ternak kecil dan unggas di Kabupaten Bener Meriah tahun 2012 – 2016
dengan jumlah populasi untuk setiap jenis populasi belum berkembang dari tahun ke
tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah populasi yang tidak stabil (berfluktuasi)
dari tahun ke tahun. Hal yang sama juga terjadi untuk jumlah produksi daging yang
dihasilkan dari jenis ternak kecil dan unggas daritahun 2012-2015. Jumlah produksi
daging (kg/tahun) cenderung berfluktuasi atau kurang stabil. Sehingga hal ini
memerlukan perhatian dari pemerintah daerah untuk mampu menstabilkan baik
populasi maupun produksi ternak kecil dan unggas di Kabupaten Bener Meriah.

Tabel 2.60 Data Populasi Dan Produksi Ternak Kecil Dan Unggas Tahun 2012 s/d 2016 di
Kabupaten Bener Meriah
Jumlah populasi / tahun( ekor) Jumlah produksi daging (kg/ tahun) KET
N
Jenis populasi
0
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Kambing 12.9 11.2 11.3 9.2 11.2 97.9 7.8 113.6 214.3
25 30 69 40 60 65 91 90 80
2 Domba 2 3 4 2.3 3 22.7 1 4.3 6.1
13 99 63 64 08 10 76 60 60
3 Ayam Buras 87.1 97.9 100.2 59.5
73 42 44 - 05
4 Ayam Ras 12.6
Petelor 78 - - 225.62 UNGG
220.640 220.640 73.659
5 Itik 5.6 7.0 6.9 1.4 9.8 8 AS
20 16 22 79 71
6 Ayam Ras 45.4 5.6 60.4 3.7 3.7
Pedaging 25 20 35 88 88

II-72
Sumber : Distanpangan Kabupaten Bener Meriah
Jumlah populasi dan produksi ternak besar dan kelinci di Kabupaten Bener Meriah
juga memiliki persoalan yang relatif sama dengan ternak kecil dan unggas, dimana populasi
dan produksinya cenderung tidak stabil. Secara detail dapat di lihat pada tabel 2.61

Tabel 2.61 Data populasi dan produksi ternak besar dan kelinci tahun 2012 - 2016 Kabupaten Bener
Meriah
JUMLAH POPULASI / TAHUN( EKOR) JUMLAH PRODUKSI DAGING (kg)/ TAHUN
N JENIS
0 POPULASI
2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014
1 SAPI 96 1.503 1.695 38 77.44 132.10 136.000
8 4 0 0
2 KERBAU 2.351 2.172 2.876 29 235.10 312.00 287.600
0 0 0
4 KELINCI 1 91 121 3.195 4.630
8 7.980
Sumber : Distanpangan Kabupaten Bener Meriah

2.3.5.5 Perikanan
Kabupaten Bener Meriah merupakan wilayah yang tidak memiliki perbatasan
langsung dengan laut dan juga tidak memiliki danau yang dapat digali potensi perikanannya.
Sektor perikan di Kabupaten Bener Meriah selama ini didominasi oleh kegiatan budidaya
kolam air tawar yang tersebar di 10 (sepuluh) Kecamatan. Berdasarkan data tahun 2015
dan tahun 2016, jumlah rumah tangga dan jumlah produksi perikanan mengalami
penurunan. Bila pada tahun 2015 jumlah rumah tangga perikanan budidaya berjumlah 896,
pada tahun 2016 turun menjadi 838. Sementara dari sisi produksinya, pada tahun 2015
jumlah produksi sebesar 130,04 ton dan pada tahun 2016 jumlah produksi turun menjadi
107,80 ton. Secara terperinci untuk setiap Kecamatan di Kabupaten Bener merah, dapat
dilihat pada tabel 2.62.
Tabel 2.62 Jumlah budidaya perikanan (Kolam Fresh ) menurut kecamatan di
Kabupaten Bener Meriah
2015 2016
No. KECAMATAN JUMLAH
JUMLAH RUMAH
RUMAH PRODUKSI (TON) PRODUKSI (TON)
TANGGA
TANGGA
1 2 3 4 5 6
1 Timang Gajah 121 15.03 99 10.30
2 Gajah Putih 70 6.87 71 5.70
3 Pintu Rime Gayo 129 25.70 112 17.90
4 Bukit 134 27.20 74 11.60
5 Wih Pesam 128 17.05 22 4.70
6 Bandar 98 10.90 76 11.40
7 Bener Kelipah 83 6.70 126 23.50
8 Syiah Utama 10 1.39 11 3.70
9 Mesidah 50 6.50 87 12.50
10 Permata 73 12.70 160 6.50
Jumlah 896 130,04 838 107,80
Sumber : Distanpangan Kabupaten Bener Meriah, 2016

II-73
2.3.5.6 Energi Dan Sumberdaya Mineral
Potensi Sumber daya air tersebut memiliki potensi sumber daya air yang melimpah,
seperti yang tercantum pada Tabel 2.63 berikut ini.
Tabel 2.63 Potensi sumber daya air berdasarkan wilayah sungai
Debit Rata-Rata
No Wilayah Sungai Panjang (km) Luas DAS (km2)
(m3 / detik)
1 2 3 4 5

1 Jambo Aye 1.514,05 21.185,0 30,45


2 Peusangan 1.836,0 21.185,0 17,78
3 Bidin 141,115 4,76 22,5
4 Kanis 21,943 3,82 11,6
5 Pepantang 13,10 0,97 10,61
6 Wih Delung 12,701 0,071 0,45
7 Jamur Uluh 13,126 0,50 2,88
8 Enang – Enang 10,68 0,06 2,9
9 Lampahan 8,9 0,009 0,8
10 Rongka 6,8 0,019 2,4
11 Wih Kulus 15,8 0,04 1,19
Jumlah 166.489,16 35,059 103,56

Sumber : DPUPERA, 2016

Sampai dengan tahun 2012 beberapa potensi sungai tersebut sudah dimanfaatkan
dalam pengembangan pembangkit listrik baik PLTA (skala besar) maupun PLTM untuk skala
menengah. Berikut keterangan teknis pengembangan PLTM dan PLTA di Kabupaten Bener
Meriah sampai dengan tahun 2012 (Tabel 2.64).
Tabel 2.64 Data teknis PLTM dan PLTA di Kabupaten Bener Meriah
Proses
Pengembang Est.
Penge Status Perizinan Pelaksana Perkiraa
an Kapasit Pembebas
m Pengerjaa Izin UKL / an n
Pembangkit as Izin an
bang n UPL / Konstruks Beroper
Listrik (MW) Lokasi Lahan
AMDAL i asi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PLTM 6,6 PT. Negosiasi 2011 – 2011 Maret – Oktober 2014
Mangku Ilthabi PPA, 2012 September 2012
Sosial Energia Pembebasa 2012
Tenaga n Lahan,
Hidro Persiapan
Base camp
dan
konstruksi
PLTM 2 x 2,56 PT. Pengajuan 2012 – 2012 – Oktober – Quartal I 2014 –
Tembolon Global Izin Lokasi Proses Proses Desember 2013 2015
Anugra dan Izin Permohon Permohon 2012
h Energi UKL UPL an an
(PT
Global
Parasin
do Jaya)
PLTM Kanis 1 9,9 PT. Indentifikas 2012 2011 Oktober – Quartal II 2015
Velcan i Project Desember 2013

II-74
Proses
Pengembang Est.
Penge Status Perizinan Pelaksana Perkiraa
an Kapasit Pembebas
m Pengerjaa Izin UKL / an n
Pembangkit as Izin an
bang n UPL / Konstruks Beroper
Listrik (MW) Lokasi Lahan
AMDAL i asi
Ilthabi Area 2012
Hydro
Power
PLTM Kanis 2 9,9 PT. Indentifikas 2012 2011 2013 2014 2016
Velcan i Project
Ilthabi Area dan
Hydro penetapan
Power kawasan
hutan yang
terkena
dampak
pembangun
an
PLTA Jambo 40 – 50 PT. Pengukura 2012 – 2013 2013 2014 2018
Aye Velcan n dan Proses
Ilthabi Pendataan Permohon
Hydro Teknis an
Power
PLTA 83,4 PT. Pelaksanaa Belum 2011 Belum 2014 2018
Peusangan 4 Ingako n Review
Energi Studi
Kelayakan
Sumber : PD. Gayo Energi 2012, Disperindag 2012

Di sisi lain, konsumsi energi listrik di Kabupaten Bener Meriah, yang dinyatakan
dalam rasio elektrifikasi (baik berdasarkan jumlah rumah tangga maupun desa teraliri
listrik) masih perlu terus ditingkatkan untuk mencapai angka 100%. Gambar berikut ini
memperlihatkan data rasio elektrifikasi tersebut.
2.3.5.6.1 Persentase Rumah Tangga (Rt) Yang Menggunakan Air Bersih
Jumlah rumah tangga menurut sumber air minum dengan status kesejahteraan 40%
terendah di Kabupaten Bener Meriah berjumlah 6.419 rumah tangga. Dengan jumlah rumah
tangga dengan sumber air terlindung ada jumlah tinggi (4.904 rumah tangga), selanjutnya
rumah tangga dengan sumber air tidak terlindung (3.058 rumah tangga), disusul jumlah
rumah tangga dengan sumber air ledeng (1.321 rumah tangga) dan terakhir jumlah rumah
tangga dengan sumber air minum kemasan (194 rumah tangga)

Tabel.2.65 Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Dengan Status
Kesejahteraan 40% Terendah Di Kabupaten Bener Meriah
Jumlah Rumah Tangga
Nama
Sumber Sumber Tidak TOTAL
Kecamatan Air Kemasan Air Ledeng
Terlindung Terlindung
1 2 3 4 5 6

Timang Gajah 13 490 439 427 942

Gajah Putih 13 1 263 461 277

Pintu Rime Gayo 37 134 436 420 607

II-75
Jumlah Rumah Tangga
Nama
Sumber Sumber Tidak TOTAL
Kecamatan Air Kemasan Air Ledeng
Terlindung Terlindung
1 2 3 4 5 6

Bukit 42 132 765 413 939

Wih Pesam 53 66 561 339 680

Bandar 21 287 665 324 973

Bener Kelipah 1 12 129 176 142

Syiah Utama - - 268 22 268

Mesidah 4 50 289 88 243

Permata 10 149 1.089 388 1.248


TOTAL 194 1.321 4.904 3.058 6.419

Sumber: Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

2.3.5.6.2 Rasio Ketersediaan Daya Listrik


A. Jaringan Listrik
Jaringan Listrik di Kabupaten Bener Meriah dikelola oleh PLN Janarata di Pondok Baru
Kecamatan Bandar dengan menggunakan tenaga Diesel.
Di Kabupaten Bener Meriah Rencana Jaringan Energi untuk pembangkit tenaga listrik
bersumber pada berbagai potensi energi/ tenaga yang dimiliki daerah, seperti tenaga Air,
Panas Bumi, dan Tenaga Surya.
Dalam konteks sistem interkoneksi tersebut di Kabupaten Bener Meriah memiliki beberapa
rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik, yaitu :
Pembangkit Listrik Tenaga Air, selanjutnya disebut PLTA, berupa :
1. PLTA Krueng Pesangan 4 yang akan dikembangkan meliputi Kampung Cekal Baru
kecamatan Timang Gajah dan Kampung Meriah Jaya Kecamatan Gajah Putih
dengan potensi 88,90 MW;
2. PLTA Jambo Aye di kampung Lane Kecamatan Syiah Utama, dengan potensi 75
MW; dan
3. PLTA Peusangan 5 di kampung Bintang Pepara Kecamatan Gajah Putih dan Timang
Gajah, dengan potensi 85 MW.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro, selanjutnya disebut PLTM, yang berpotensi
dikembangkan pada :
5. PLTM Mangku Sosial dengan kapasitas 6 MW di Kampung Sosial Kecamatan
Mesidah;
6. PLTM Kanis 1A dengan kapasitas 10 MW di Kampung Bintang Musara Kecamatan
Bener Kelipah, Kampung Blang Pulo dan Kampung Cemparam Kecamatan Mesidah

II-76
7. PLTM Kanis 2A dengan kapasitas 10 MW di Kampung Sinar Jaya, Kampung Paya
Rikel dan Kampung Mangku Kecamatan Bandar
8. PLTM Bidin I dengan kapasitas 3 MW di kampung Sosial Kecamatan Mesidah dan
9. PLTM Tembolon Bidin 8 Hilir dengan kapasitas 5 MW di Desa Tembolon
Kecamatan Syiah Utama.
10. PLTM Uning Baru dengan kapasitas 1,6 MW di Desa Digol Kecamatan
11. PLTM Kala Lampahan di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah.
12. PLTM Enang-enang dengan kapasitas 1,9 MW di Kampung Menderek Kecamatan
Pintu Rime Gayo
13. PLTM Rusip dengan kapasitas 5 MW di kampung Rusip Kecamatan Syiah Utama.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, selanjutnya disebut PLTP, terdiri dari :
1. PLTB yang memanfaatkan Gunung Api Burni Telong yang berada di wilayah
Simpang Balik Kecamatan Wih Pesam dan Bale Atu Kecamatan Bukit dengan
potensi 100 MWe; dan
2. PLTB yang memanfaatkan Gunung Geurdong yang berada di bagian wilayah
kecamatan Timang Gajah, Gajah, Putih, dan Rimba Raya Kecamatan Pintu Rime
Gayo dengan potensi 120 Mwe; dan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya, selanjutnya disebut PLTS, meliputi seluruh wilayah
Kabupaten Bener Meriah;
B. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik; Dan
Jumlah rumah tangga menurut sumber penerangan utama dengan status
kesejahteraan 40% terendah di Kabupaten Bener Meriah berjumlah 9.478 rumah tangga.
Mayoritas rumah tangga di Kabupaten Bener Meriah telah menggunakan penerangan
dengan listrik PLN sebanyak 8.507 rumah tangga, diikuti dengan rumah tangga yang tidak
ada listrik sebanyak 866 rumah tangga dan terakhir rumah tangga dengan sumber
penerangan listrik non-PLN sebanyak 105 rumah tangga.
Tabel.2.66 Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama Dengan Status
Kesejahteraan 40% Terendah Di Kabupaten Bener Meriah.
Nama Jumlah Rumah Tangga
Total
Kecamatan Listrik PLN Listrik non-PLN Tidak ada listrik
1 2 3 4 5
Timang Gajah 1.267 31 71 1.369
Gajah Putih 660 12 66 738
Pintu Rime Gayo 889 13 125 1.027
Bukit 1.305 10 37 1.352
Wih Pesam 996 1 22 1.019
Bandar 1.250 7 40 1.297
Bener Kelipah 307 1 10 318
Syiah Utama - 6 284 290
Mesidah 263 8 160 431

II-77
Permata 1.570 16 51 1.637
8.507 105 866 9.478
Sumber: Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

jumlah rumah tangga menurut bahan bakar/energi utama untuk memasak dengan
status kesejahteraan 40% terendah di Kabupaten Bener Meriah berjumlah 9.477 rumah
tangga, dimana rumah tangga dengan sumber energi menggunakan listrik/gas berjumlah
7.082 rumah tangga, selanjutnya rumah tangga dengan menggunakan briket/arang/kayu
berjumlah 2.355 rumah tangga, diikuti oleh rumah tangga dengan menggunakan minyak
tanah berjumlah 31 rumah tangga dan yang terakhir rumah tangga yang tidak memasak di
rumah sebanyak 9 rumah tangga.
Tabel 2.67 Jumlah rumah tangga menurut bahan bakar/energi utama untuk memasak,
dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kabupaten Bener Meriah

Jumlah Rumah Tangga


Nama
Tidak TOTAL
Kecamatan Minyak Briket/Arang
Listrik/Gas memasak di
tanah /Kayu
rumah
1 2 3 4 5 6
Timang Gajah 970 3 395 1 1.369
Gajah Putih 461 1 276 - 738
Pintu Rime Gayo 502 5 519 1 1.027
Bukit 1.141 15 193 3 1.352
Wih Pesam 837 3 178 1 1.019
Bandar 1.037 2 255 3 1.297
Bener Kelipah 309 - 9 - 318
Syiah Utama 113 1 176 - 290
Mesidah 232 - 199 - 431
Permata 1.480 1 155 - 1.636
TOTAL 7.082 31 2.355 9 9.477
Sumber: Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

2.3.5.7 Perdagangan
Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Bener Meriah selama
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir meskipun mengalami naik turun, namun masih
berkisar 7 persen per tahun. Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor utama dalam
pembangunan Kabupaten Bener Meriah, dimana pada tahun 2016 berada pada urutan
keempat dalam berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bener Meriah. Bila dilihat dari sisi
laju pertumbuhan sektor perdagangan, selama periode 2012 – 2016 terjadi fluktuasi dan ada
kecenderungan menurun pada tahun 2014 – 2016.
Tabel 2.68 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 - 2016
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

II-78
1 2 3 4 5 6
Laju Pertumbuhan 4.41 5.41 4.21 3.17 3.68

Kontribusi terhadap PDRB 7.28 7.15 7.09 7.15 7.18

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah

2.3.5.8 Perindustrian
Sektor perindustrian masih belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
PDRB Kabupaten Bener Meriah. Berdasarkan Tabel 2.66 kontribusi sektor perindustrian
terhadap PDRB masih berkisar diangka 2 persen pertahun dengan laju pertumbuhan yang
berfluktuasi dan cenderung menurun bila dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 4.14
persen dan turun menjadi 3.14 pada tahun 2016. Berdasarkan data tersebut di atas, maka
sektor perindustrian menjadi salah satu sektor yang membutuh perhatian pemerintah, salah
satunya dengan mengembangkan agroindustri yang bahan bakunya banyak tersedia di
Kabupaten Bener Meriah.
Tabel 2.69 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perindustrian Terhadap PDRB
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 - 2016
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6
Laju Pertumbuhan 4.14 3.28 2.81 3.44 3.14

Kontribusi terhadap PDRB 2.30 2.27 2.26 2.26 2.22

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah

2.3.5.9 Transmigrasi.
Transmigrasi swakarsa atau lebih dikenal dengan transmigrasi lokal adalah salah
satu jenis transmigrasi yang menjadi harapan untuk mengurangi ketimbangan antar wilayah
di Kabupaten Bener Meriah.
Kehadiran transmigrasi lokal ini dapat membuka akses yang cukup besar terhadap
kawasan yang berada di sekitarnya. Saat ini, aksesibilitas tersebut masih menjadi kendala
utama dari kemajuan sebuah kawasan transmigrasi di Kabupaten Bener Meriah . Prasarana
dan sarana berupa jalan dan beberapa infrastruktur dasar lainnnya seperti air bersih,
jaringan listrik masih minim sehingga pengembangannya pun menjadi terhambat.
Pemerintah Kabupaten Bener Meriah akan memfokuskan pengembangan kawasan
transmigrasi pada kawasan wilayah Kabupaten Bener Meriah.
2.3.5.10 Kehutanan
Kawasan Kehutanan Di Kabupaten Bener Meriah tahun 2017 ditinjau dari Surat
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor SK.103/MenLHK-II/2015
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.865/Menhut-II/2014

II-79
tanggal 29 September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Aceh.
Menetapkan perubahan kawasan hutan sebagai akibat adanya kesalahan teknis mapping
yang menyebabkan tergabungnya sebagian poligon Kawasan Hutan Lindung menjadi
poligon Kawasan Hutan Produksi Tetap.
Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Aceh seluas ± 3.557.928 hektar,
yang dirinci menurut fungsi dengan luas sebagai berikut:
1. Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), seluas ± 1.058.144
hektar.
2. Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas ± 1.788.265 hektar.
3. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), seluas ± 141.771 hektar.
4. Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP), seluas ± 554.339 hektar.
5. Kawasan Hutan yang dapat Dikonversi (HPK), seluas ± 15.409 hektar.

Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Kabupaten Bener Meriah dibagi berdasarkan
DAS Aceh dengan wilayah Kabupaten Bener Meriah terbagi atas dua KPH, yaitu :

1. KPH Wilayah II
2. KPH Wilayah III

Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Bener Meriah berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor SK.103/MenLHK-II/2015 tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.865/Menhut-II/2014 tanggal 29 September
2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Aceh dapat dilihat pada
Tabel berikut :

Tabel. 2.70 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 103 Tahun
2015 Tentang Kawasan Hutan Aceh Untuk wilayah Kabupaten Bener Meriah
No Fungsi Luas (Ha)
1 2 3
1 Taman Buru 75,04
2 Hutan Lindung 64.671,55
3 Huatan Produksi 52.346,96
4 Kawasan Hutan Darat 11.7093,55
5 APL 73.301,13
Luas Kabuapaten 19.0394,69
Sumber :

Berdasarkan data tabel di atas, wilayah Kabupaten Bener Meriah dengan Luas Taman Buru
seluas 75,04 Ha, Hutan Lindung 64.671,55 Ha, Hutan Produksi seluas 52.346,96 Ha,
Kawasan Hutan Darat 11.7093,55 dan Areal Penggunaan Lainnya (APL) 73.301,13 Ha.

Sedangkan dalam Qanun Nomor 4 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 – 2032, Kawasan Hutan masuk dalam Rencana Pola
Ruang yang terdiri dari Kawasan Hutan Lindung meliputi Hutan Lindung seluas 64.667,410
Ha, Sempadan Sungai 1.594,100 Ha, Sempadan Waduk 11,430 Ha dan Waduk seluas 30,030
Ha.

Tabel 2.71 Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2032

II-80
No Rencana Pola Ruang Jumlah
1 2 3
1 Kawasan Hutan Lindung
2 Hutan Lindung 64.667,410
3 Sempadan Sungai 1.594,100
4 Sempadan Waduk 11,430
5 Waduk 30,030
6 Kawasan Budidaya
7 Hortikultura 1.055,880
8 Hutan Produksi 52.346,770
9 Kawasan Bandar Udara 195,960
10 Lahan Basah 3.150,360
11 Perikanan 130,570
12 Perkebunan 21.861,210
13 Permukiman Perdesaan 1.485,240
14 Permukiman Perkotaan 1.908,130
15 Pertanian Lahan Kering 41.835,350
16 Peternakan 52,940
17 Taman Buru Linge Isaq 75,040
Jumlah 190.400,56
2.3.5.10.1 Rehabilitas Hutan dan Lahan Kritis
2.3.5.10.2 Kerusakan Kawasan Hutan
Tabel 2.72 Luas Penggunaan Lahan Hutan (Ha) Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013-2016
DITANAMI
PADANG RUMPUT SEMENTARA TOTAL
POHON/ HUTAN
No. TAHUN PERKEBUNAN / TIDAK LAINNYA LUAS
HUTAN NEGARA
PENGEMBALAAN DIUSAHAKAN LAHAN
RAKYAT
1 2 3 4 5 6 7 8 10

2013 45.313 2.010 13.595 103.154 7.710 7.525 179.307

2014 44.241,0 6.841,0 10.816 29.549 7.028,0 88.784,0 187.259

2015 46.173 2.010 10.909 103.154 11.869 15.245 189.360

2016 53.340,5 1.441,0 8.109,5 102.482,0 9.423,0 2.947,5 177.744

Sumber : Distanpangan data diolah*

Tabel 2.73 Luas Penggunaan Lahan Hutan (Ha) Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013-2016
DITANAMI
PADANG SEMENTARA TOTAL
POHON/ HUTAN
No. TAHUN PERKEBUNAN RUMPUT / TIDAK LAINNYA LUAS
HUTAN NEGARA
PENGEMBALAAN DIUSAHAKAN LAHAN
RAKYAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 2013 45.313 2.010 13.595 103.154 7.710 7.525 179.307

2 2014 44.241,0 6.841,0 10.816 29.549 7.028,0 88.784,0 187.259

3 2015 46.173 2.010 10.909 103.154 11.869 15.245 189.360

 4 2016 53.340,5 1.441,0 8.109,5 102.482,0 9.423,0 2.947,5 177.744

Sumber : Distanpangan data diolah*

2.4 Daya Saing Daerah


2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah
2.4.1.1 Angka Kriminalitas

II-81
Dalam meningkatkan iklim berinvestasi suatu daerah, masalah ketertiban dan keamanan
merupakan salah satu faktor yang cukup strategis. Di Kabupaten Bener Meriah jumlah
tindak kriminal yang terjadi cenderung menurun beberapa tahun terakhir, namun untuk
jumlah kasus narkoba selama tahun terjadi kenaikan. Bila di tahun 2013 tidak ada kasus
narkoba, namun pada tahun 2015 berjumlah 31 kasus dan tahun 2016 menjadi 30 kasus.
Kasus kriminalitas dan jenis kasus di Kabupaten Bener Meriah tahun 2013-2016 dijabarkan
sebagai berikut
Tabel 2.74 Angka Kriminalitas Kabupaten Bener Meriah
2013 2014 2015 2016
No Jenis Kriminal
1 2 3 4 5 6
1. Jumlah kasus narkoba - - 31 30
2. Jumlah kasus pembunuhan 1 1 - 3
3. Jumlah kejahatan seksual 2 2 - 2
4. Jumlah kasus penganiayaan 43 43 - 1
5. Jumlah kasus pencurian 78 78 21 5
6. Jumlah kasus penipuan 26 26 - -
7. Jumlah kasus pemalsuan uang - - - -
8. Jumlah tindak kriminalitas 150 150 52 41
9. Jumlah penduduk 131,023 134,015 136,821 139.890
10. Angka kriminalitas (8)/(9) 0,00014 0,001119 0,00038 0,000293
Sumber BPS/Polres Kabupaten Bener meriah.

2.4.1.2 Fokus Sumber Daya Manusia


Keberhasilan suatu instansi/lembaga/organisasi tidak hanya didukung oleh
anggaran, program,dokumen perencanaan yang baik, namun pengelolaan dan
pengembangan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian tujuan dan peningkatan
nilai dari suatu entitas sangat dibutuhkan. Hal dilakukan dengan strategi pengelolaan
sumber daya manusia yang tepat diukur dengan ketersediaan kualitas tenaga kerja (Rasio
lulusan S1/S2/S3) di Kabupaten Bener Meriah.

Selanjutnya rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara


jumlahpenduduk umur 0 – 14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk umur 65 tahun ke
atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah
penduduk usia 15 – 64 tahun (angkatan kerja),
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara
maju atau negarayang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu

II-82
indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio
menunjukkan semakin tingginya bebanyang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belumproduktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi.
Hasil analisis rasio ketergantungan pada tabel 2.75 :

Tabel 2.75 Rasio Ketergantungan Tahun 2012 s.d 2016 Kabupaten Bener Meriah
No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7
1. Jumlah penduduk usia < 15 tahun 33.33 33.44 33.86 32.69 35.50
2. Jumlah penduduk usia > 64 tahun 3.22 3.12 3.12 3.34 3.40
3. Jumlah penduduk usia tidak produktif (1) &(2) 36.56 36.56 36.98 36.03 35.90
4. Jumlah penduduk Usia 15-64 tahun 63.45 63.44 63.02 63.97 64.10
5. Rasio ketergantungan (3)/ (4) 57.60 57.64 58.64 56.32 56.00
Sumber Data BPS 2016

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk Kabupaten


Bener Meriah dari tahun 2012 sebesar 57,79 persen yang berarti setiap 100 orang
penduduk Kabupaten Bener Meriah yang produktif harus menanggung biaya hidup orang
lain sebanyak 56 orang yang tidak produktif. Pada Tahun 2016 rasio ketergantungan
Kabupaten Bener Meriah menurun menjadi 56,00 persen. Dilihat selama 5 (lima) tahun
terakhir, rasio ketergantungan di Kabupaten Bener Meriah terjadi fluktuasi, dan ada
kecenderungan menurun selama 2 (dua) tahun terakhir.
2.4.1.3 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
2.4.1.3.1 Pengeluaran Kosumsi Rumah Tangga Perkapita
Hasil analisis konsumsi RT perkapita, dapat disajikan dalam tabel 2.76 sebagai
berikut:
Tabel 2.76 Angka Konsumsi RT per Kapita Tahun 2012 s.d 2016 Kabupaten Bener Meriah
NO Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 Total Pengeluaran 620,863 695,000 510,589 467,031 536,730
RT
2 Jumlah RT 33,116 33,879 34,654 35,353 36,146
3 Rasio 18,748 20,514 14,734 13,211 14,849

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016

II-83
2.4.1.3.1.1 Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Perkapita
Pengeluaran konsumsi non pangan rumah tangga di Kabupaten Bener Meriah cenderung
meningkat, dijabarkan pada Table 2.77.

Tabel 2.77 Persentase Konsumsi RT Non-Pangan Tahun 2012 s.d 2016


Kabupaten Bener Meriah
NO Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 Total Pengeluaran non 244,742 272,629 354,217 336,935 423,168
Pangan
2 Total pengeluaran 33,116 33,879 34,654 35,353 36,146
3 Rasio 7,390 8,047 10,222 9,531 11,707

Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016

2.4.1.3.1.2 Produktivitas Total Daerah


2.4.1.4 Penunjang Urusan
2.4.1.4.1 Perencanaan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau yang disingkat dengan BAPPEDA
merupakan salah satu instansi Pemerintah yang berada dibawah kendali Pemerintah Daerah
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Pemerintah
Daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
mempunyai fungsi sebagai berikut; pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan, penyusunan
program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang; perumusan kebijakan teknis
di bidang Perencanaan dan Pembangunan Daerah; pengkoordinasian Perencanaan
Pembangunan di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, sarana dan prasarana, dan sosial
budaya; pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pembangunan di Daerah yang
bersumber dari APBK, APBA dan APBN; penyiapan bahan Rapat Koordinasi Evaluasi
pelaksanaan pembangunan di Daerah; dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Badan.
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah mempunyai kewenangan: menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah; menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Daerah; melakukan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD);melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah
(Musrenbangda); melakukan koordinasi Penyusunan Program dan Kegiatan dalam bentuk
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), berdasarkan rumusan hasil Musrenbang

II-84
Provinsi; mengkoordinasikan perencanaan program/ kegiatan daerah tahunan dalam
bentuk Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) melalui Tim Anggaran; menyusun Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui Tim Anggaran; meneliti dan mengevaluasi
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKASKPD) untuk bahan
penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) perangkat daerah melalui Tim
Anggaran; dan menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana
pembangunan dari masing-masing satuan perangkat daerah.

2.4.1.4.2 Keuangan
Pengelolaan keuangan dan aset daerah baik di lingkup kabupaten Bener Meriah
umumnya belum berjalan efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Hal ini tergambar dari
hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun 2014 terhadap
pengelolaan keuangan tahun 2013 di Kabupaten Bener Meriah yang pada umumnya masih
dalam kategori Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Selanjutnya Hasil Pemeriksaaan BPK
terhadap Laporan Keuangan Tahun 2014,2015 dan 2016 dalam katagori WTP (Wajar Tanpa
Penegecualian).

2.4.1.4.3 Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan


Tabel 2.78 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Pendidikan Tertinggi yang di Tamatkan di
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2015-2016
NO Pendidikan Terakhir 2015 2016
1 2 3 4
1 SD Sederajat 19 5
2 SLTP Sederajat 39 0
3 SLTA Sederajat 1.019 854
4 Diploma I,II 584 281
5 Diploma III 602 503
6 Tingkat Sarjana/Doktor/Ph.d 1.903 1.893
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah

Tabel 2.79 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan Kepangkatan di Kabupaten Bener
Meriah Tahun 2015-2016

NO Golongan Kepangkatan 2015 2016


1 2 3 4
1 I/a Juru Muda 2 1
2 I/b Juru Muda Tingkat I 4 5

3 I/c Juru 11 12

4 I/d Juru Tingkat I 9 5

5 II/a Pengatur Muda 221 204


6 II/b Pengatur Muda Tingkat I 274 208

7 II/c Pengatur 411 318

II-85
8 II/d Pengatur Tingkat I 324 234

9 III/a Penata Muda 592 633


10 III/b Penata Muda Tingkat I 619 459

11 III/c Penata 518 438

12 III/d Penata Tingkat I 329 355

13 IV/a Pembina Muda 522 424


14 IV/b Pembina Muda Tingkat I 210 206
15 IV/c Pembina 1 33
16 IV/d Pembina Tingkat I 0 1
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah

2.4.1.4.4 Penelitian Dan Pengembangan


Penelitian dan pengembangan (litbang) memiliki peranan penting dalam
perencanaan
pembangunan serta dapat dijadikan indikator kemajuan dari suatu daerah. Peran fungsi
litbang dari suatu daerah dapat diukur dengan persentase implementasi rencana
kelitbangan; persentase pemanfaatan hasil kelitbangan; dan penerapan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) yang di ukur denganpersentase perangkat daerah yang difasilitasi dalam
penerapan inovasi daerah, dan persentase kebijakan inovasi yang diterapkan di daerah.

2.4.1.4.5 Pengawasan
Palayanan bidang urusan pengawasan memberikan informasi seperti persentase
tindak lanjut temuan; persentase pelanggaran pegawai dan jumlah temuan BPK terhadap
penyelenggaraan pemerintahan baik administrasi maupun keuangan.

2.4.1.4.6 Sekretariat Dewan


Layanan bidang urusan Sekretariat Dewan meliputi beberapa pelayanan antara lain:
tersedianya rencana kerja tahunan pada setiap alat-alat kelengkapan Dewan Perwakilan
Rakyat Kabupaten Bener Meriah (DPRK) tersusun dan terintegrasinya program-program
Kerja DPRK untuk melaksanakan fungsi pengawasan, fungsi pembentukan perda, dan fungsi
anggaran dalam dokumen rencana lima tahunan (RPJMD) maupun dokumen rencana
tahunan (RKPD); dan terintegrasi program-program DPRA untuk melaksanakan fungsi
pengawasan, pembentukan Perda dan Anggaran ke dalam dokumen perencanaan dan
dokumen anggaran setwan DPRK.
2.4.1.5 Pertanian
2.4.1.5.1 Nilai Tukar Petani

II-86
Nilai Tukar Petani di Kabupaten Bener Meriah periode 2012-2016 dapat dilihat pada
Tabel 2.80. Selama periode 2014-2016 NTP berada di bawah 1 yang merefleksikan bahwa
petani dalam kehidupan yang kurang sejahtera.
Tabel 2.80 Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2016 s.d 2017 Kabupaten Bener Meriah
NO Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 Indeks Yang Diterima
137,16 141,14 108,24 113,65 115,50
Petani (lt)
2 Indeks Yang Dibayar
131,71 136,86 110,28 117,61 119,42
Petani (lb)
3 Rasio 1,04 1,03 0,98 0,96 0,96

Sumber : BPS ACEH , 2017


2.4.2 Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Analisis kinerja atas fasilitas wilayah/infrastruktur dilakukan terhadap indikator-
indikator: rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, jumlah orang/barang yang terangkut
angkutan umum, jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal per tahun,
ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),luas wilayah produktif, luas
wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan,luas wilayah perkotaan,
jenis dan jumlah bank dan cabang, jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang, jenis,
kelas, dan jumlah restoran, jenis, kelas, dan jumlah penginapan/hotel,persentase rumah
tangga (RT) yang menggunakan air bersih, rasio ketersediaan daya listrik,persentase rumah
tangga yang menggunakan listrik, dan persentase penduduk yang menggunakan .
2.4.2.1 Perhubungan
Kebijakan sektor perhubungan diarahkan agar tercipta transportasi yang handal, aman,
nyaman, humanis dan ramah lingkungan adalah dengan mengarahkan kebijakan dan
program pembangunan bidang perhubungan pada hal berikut:
1. Menciptakan pelayanan transportasi yang sesuai dengan standar nasional; serta
meningkatnya pelayanan transportasi yang berkelanjutan termasuk pemerataan
pelayanan kepada wilayah;
2. Peningkatan kesadaran pengguna (masyarakat) tentang keamanan dan
keselamatan berlalulintas serta penggunaan modal transportasi, dengan terjadinya
penurunan jumlah pelanggaran, kecelakaan dan muatan lebih;
3. Mewujudkan partisipasi pemerintah, swasta, dan BUMN dalam
penyelenggaraan pelayanan prasarana transportasi melalui ireformasi dan
restrukturisasi di bidang kelembagaan maupun regulasi;
4. Meningkatkan kualitas pelayanan angkutan dan keterpaduan antarmoda dan
efisiensi dalam mendukung aksesibilitasdan mobilitas;

II-87
5. Penyediaan ruang/lahan terbuka pada setiap pusat kegiatan lokal (kecamatan)
yang disediakan untuk parkir kendaraan (yang ukuran luas dan lokasi lahan
tersebut akan ditetapkan berdasarkan lokasi dan luas lahan yang ada).
Pemberlakuan parkir pada kawasan pusat kegiatan (seperti di jalan raya,
perdagangan, dll);
6. Meningkatkan SDM yang profesional dalam pengelolaan perhubungan.

Perhubungan di Kabupaten Bener Meriah membidangi transportasi Darat dan


Transportasi Udara .

2.4.2.1.1 Perhubungan Darat


Untuk memenuhi kebutuhan pendukung transportasi Darata, Pemerintah Kabupaten
Bener Meriah telah membuat Terminal terpadu tipe B di Kampung Rembele Kecamatan
Bukit terdiri dari Terminal Penumpang dan Terminal Barang.
Sedangkan Terminal penumpang menurut wilayah pelayanannya dibedakan menjadi :
1. Terminal Tipe A, melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar
propinsi dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2. Terminal Tipe B, melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan perdesaan.
3. Terminal Tipe C, melayani angkutan dalam perkotaan dan angkutan pedesaan.
Sedangkan terminal Barang merupakan prasarana transportasi jalan untuk
keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau
antar moda transportasi. Terminal Barang akan dibangun di Kecamatan Bukit yang
merupakan Ibukota Kabupaten Bener Meriah. Fasilitas terminal barang terdiri dari
fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal.
Fasilitas utama sebagaimana dimaksud terdiri dari :
a. Bangunan Kantor Terminal;
b. Tempat Parkir Kendaraan untuk melakukan bongkar dan/atau muat barang
dan peti kemas;
c. Gudang atau lapangan penumpukan barang;
d. Tempat parkir kendaraan angkutan barang untuk istirahat atau selama
menunggu keberangkatan;
e. Rambu-rambu atau papan informasi;
f. Peralatan bongkar muat barang dan peti kemas.
Fasilitas penunjang dapat berupa :

II-88
b) Tempat istirahat awak kendaraan;
c) Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan barang;
d) Alat timbang kendaraan dan muatannya;
e) Kamar kecil/toilet;
f) Musholla;
g) Kios/kantin;
h) Ruang Pengobatan;
i) Telepon umum;
a. Terminal penumpang tipe C di Kampung Purwosari Kecamatan Bandar.
b. Sub Terminal yang terdiri dari :
1. Subterminal Blang Rakal, Pintu Rime Gayo;
2. Subterminal Lampahan, Timang Gajah;
3. Subterminal Pante Raya, Wih Pesam;
4. Subterminal Gelampang Wih Tenang Uken / Buntul, Permata;
5. Subterminal Reje Guru, Bukit;
6. Subterminal Samarkilang, Syiah Utama
7. Subterminal Jamur Atu, Mesidah
c. Halte terdiri dari:
1. Kampung Kute Kering di Kecamatan Bukit;
2. Kampung Simpang Utama di Kecamatan Bandar;
3. Kampung Makmur Sentosa di Kecamatan Bandar;
4. Kampung Janarata di Kecamatan Bandar;
5. Kampung Blang Panas di Kecamatan Bukit;
6. Kampung Blang Rakal di Kecamatan Pintu Rime Gayo;
7. Kampung Reronga di Kecamatan Gajah Putih;
8. Kampung Lampahan di Kecamatan Timang Gajah;
9. Kampung Pante Raya di Kecamatan Wih Pesam;
10. Kampung Simpang Balik di Kecamatan Wih Pesam;
11. Kampung Teritit di Kecamatan Wih Pesam;
12. Kampung Bener Kelipah Utara di Kecamatan Bener Kelipah;
13. Kampung Wih Tenang Uken di Kecamatan Permata;
14. Kampung Sosial di Kecamatan Mesidah;
15. Kampung Samar Kilang di Kecamatan Syiah Utama; dan
16. Kampung Pasar Simpang Tiga Redelong di Kecamatan Bukit.

II-89
d. Unit pengujian kendaraan bermotor di Kampung Kute Kering di Kecamatan Bukit.
A. Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Bener Meriah, terdiri
dari :
a. Trayek angkutan penumpang, terdiri atas :
1. Jaringan Trayek AKAP, meliputi : Redelong – Bireun – Lhokseumawe –
Lhoksukon – Idi – Langsa – Kuala Simpang – Medan;
2. Jaringan Trayek AKDP, terdiri atas :
a) Redelong – Takengon - Blang Kejeren – Kuta Cane;
b) Redelong – Bireuen – Meureudu – Sigli – Saree – Banda Aceh; dan
c) Redelong – Bireun – Lhokseumawe – Lhoksukon – Idi – Langsa – Kuala
Simpang.
3. Jaringan Trayek Angkutan Perdesaan, terdiri atas :
1. Redelong – Teritit;
2. Redelong – Pante Raya;
3. Redelong – Pondok Baru – Samar Kilang;
4. Pante Raya – - Blang Paku - Blang Mancung;
5. Pante Raya – Sp. Teritit;
6. Pante Raya – Reronga;
7. Pante Raya – Blang Rakal;
8. Pante Raya - Redelong
9. Pondok Baru – Simpang Tiga;
10. Pondok Baru – Buntul;
11. Pondok Baru – Blang Jorong; dan
12. Pondok Baru – Samar Kilang.
13. Blang Rakal – Ulu Naron – Jelobok
14. Blang Rakal – Lampahan
15. Blang Rakal – Redelong
16. Lampahan – Tunyang - Cekal
17. Lampahan – Pantan Lues
18. Lampahan – Pante Raya
19. Buntul – Seni Antara
20. Buntul – Buntul Peteri
21. Buntul – Wih Tenang Uken
22. Reje Guru – Delung

II-90
23. Reje Guru – Sp. Teritit
24. Reje Guru Pante Raya
25. Reje Guru – Terminal Terpadu Rembele
b. Trayek angkutan barang, terdiri atas :
1. Redelong – Medan;
2. Redelong – Banda Aceh;
3. Pondok Baru – Medan;
4. Pondok baru – Banda Aceh; dan
5. Redelong – Seluruh kecamatan dalam Kabupaten Bener Meriah.
c. Ketentuan Angkutan Barang meliputi :
1. Moda angkutan kendaraan besar/ truk melalui jaringan jalan sistem primer
2. Moda angkutan kendaraan kecil/pick, diperbolehkan melalui jaringan jalan
sistem sekunder
2.4.2.1.2 Perhubungan Udara
Bandara yang berada di wilayah Kabupaten Bener Meriah adalah Bandar Udara
Rembele. Berdasarkan RTRWP Aceh fungsi dari Bandar Udara Rembele adalah untuk
mendukung PKL Simpang Tiga Redelong, yang akan melayani penerbangan domestik, dan
merupakan bandara pengumpan.
Dalam mendukung PKL yang ada di Simpang Tiga Redelong dalam kaitannya dengan
keberadaan Bandar Udara Rembele, maka diperlukan keterpaduan antar moda, baik itu
angkutan perkotaan maupun angkutan perdesaan yang melayani aktivitas masyarakat
dalam melakukan pergerakan dari dan menuju Bandar Udara Rembele tersebut.
Bandar Udara Rembele ini diarahkan untuk dapat mendukung PKL baik yang ada di
Bener Meriah dengan optimal, sehingga diperlukannya pengembangan fasilitas-fasilitas
pendukung atau landasan yang mampu memenuhi kebutuhan penumpang dalam melakukan
pergerakan dan pendaratan pesawat yang berbadan besar.
Namun, keberadaan Bandar Udara Rembele ini menimbulkan permasalahan salah satu
diantaranya menjadi kendala dalam pencapaian status konsekuensi perwujudan Bandar
Udara Rembele sebagai bandara yang sifatnya pelayanan domestik dengan memberikan
keterbatasan ketinggian bangunan bagi perkembangan aktivitas-aktivitas yang ada didekat
Bandar Rembele. Kemudian perkembangan aktivitas Bandar Rembele memberikan dampak
terhadap kerusakan lingkungan dalam jarak dengan radius yang cukup dekat dengan Bandar
Rembele.

II-91
Oleh karena itu, dalam perkembangan transportasi udara dalam melayani
perkembangan aktivitas di Kabupaten Bener Meriah, fungsi Bandar Udara Rembele sebagai
Bandar udara yang sifatnya domestik perlu untuk ditingkatkan pelayanannya. Keberadaan
Bandar Udara Rembele yang sudah ada ini lebih sesuai difungsikan sebagai bandar udara
yang melayani kepentigan aktivitas masyarakat baik dari dalam maupun dari luar Bener
Meriah dalam melakukan pergerakan menuju suatu tempat.
Sistem jaringan transportasi udara meliputi :
a. Tatanan kebandarudaraan terdiri dari :
1. Optimalisasi pembangunan Bandar Udara Rembele sebagai Bandar Udara
Domestik yang secara hirarki berfungsi menjadi Bandar Udara Pengumpan, berada
di Desa Bale Atu, Kecamatan Bukit;
2. Pengembangan jalur penerbangan meliputi :
1. Rembele – Iskandar Muda;
2. Rembele – Kuala Namu;
3. Rembele – Kuala Bate;
4. Rembele – Malikul Saleh;
5. Rembele – Cut Ali;
6. Rembele – Cut Nyak Dien;
7. Rembele – T Hamzah Fanshuri; dan
8. Rembele – Soekarno Hatta
b. Ruang udara untuk penerbangan terdiri dari:
1. Ruang udara diatas bandar udara yang digunakan langsung untuk kegiatan bandar
udara;
2. Ruang udara disekitar bandar udara yang digunakan untuk operasi penerbangan
dan penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan meliputi:
1. Kawasan pendekatan dan lepas landas;
2. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
3. Kawasan di bawah permukaan horizontal;
4. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar;
5. Kawasan di bawah permukaan kerucut;
6. Kawasan di bawah permukaan transisi; dan
7. Kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi udara.
3. Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan; dan
4. Ruang udara diatur lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.

II-92
Rencana untuk Bandar Udara Rembele ini adalah peningkatan dari pelayanan yang
ada dewasa ini, sehubungan dengan perannya sebagai pendukung PKL Simpang Tiga
Redelong dan dapat menunjang kegiatan di Kabupaten Aceh Tengah.

Gambar 2.21 Aturan KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan)

2.4.2.2 Rasio Panjang Jalan Per jumlah Kendaraan


Kondisi Jaringan jalan di Kabupaten Bener Meriah sangat bervariasi dari aspek
permukaan yaitu aspal/ penetrasi/ makadam, perkerasan beton, telford/ kerikil dan ada
yang masih kondisi tanah/ belum tembus.
Rasio Panjang Jalan di Kabupaten Bener Meriah dibedakan atas rasia yang ada din
Ruas jalan nasional, ruas jalan Provinsi dan ruas jalan Kabupaten, dengan perbandingan
Rasio masing –masing jalan dapat dilihat pada Tabel 2.81 berikut.
Secara Umum Rasio panjang Jalan per jumlah kendaraan Tahun 2012-2017 yang
terdapat di Ruas Jalan Nasional Jalan Batas Bireuen – Batas Aceh Tengah adalah sebesar
0,022, di ruas jalan Sp. Teritit-Pondok Baru sebesar 0,027, ruas jalan Pondok Baru-Samar
Kilang-Lokop sebesar 81,677, ruas Jalan Mendale – Batas Aceh Utara sepanjang 24,733, dan
ruas jalan Kabupaten 451,204.
Tabel 2.81 Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan di Kabupaten Bener Meriah
Panjang Jumlah Kendaraan
N Nama Ruas Jalan
Status (M) Total Rasio
o Jalan
2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Jl. Batas Nasional 56.920 442.40 539.04 634.02 83.178 909.30 2.607.9 0,022
Kabupaten 0 9 0 1 48
Bireuen -
Aceh
Tengah

II-93
2 Jl. Sp. Provinsi 13.700 91.345 91.345 103.60 108.66 108.66 503.619 0,027
Teritit- 9 0 0
Pondok
Baru
3 Jl. Sp Provinsi 51.130 107 137 86 145 151 626 81,677
Pondok
Baru-Samar
Kilang-
Lokop

4 Jl. Ruas Provinsi 45.360 - - 1.834 1.834 24,733


Jalan
Mendale –
Batas Aceh
Utara
sepanjang
5 Jalan Kabupaten 130.939. 38.553 38.553 61.883 73.274 77.936 290.199 451,204
Kabupaten 000

Sumber :

2.4.2.3 Penataan Ruang dan Pekerjaan Umum


Kabupaten Bener Meriah merupakan Daerah Dataran Tinggi Gayo di wilayah tengah
Aceh yang dilintasi oleh sistem transportasi darat dan udara. Sistem transportasi darat
dilalui dengan jalan dan jembatan, sedangkan jalur transportasi udara dilintasi oleh
penerbangan melalui Bandar Udara Rembele.
2.4.2.4 Ketaatan terhadap RTRW
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bener Meriah ditetapkan melalui Qanun
Nomor 4 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bener Meriah Tahun
2012-2032, yang didalamnya memuat Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang dan
Rencana Kawasan Strategis (Nasional, Provinsi dan Kabupaten)
Dalam pelaksanaanya, Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bener Meiah
dibagi atas 4 indikasi waktu pelaksanaan yang terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:
a. tahap pertama, yaitu tahun 2012–2017 diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan
pengembangan;
b. tahap kedua, yaitu tahun 2018–2022 diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan
pengembangan;
c. tahap ketiga, yaitu tahun 2023–2027 diprioritaskan pada pengembangan dan
pemantapan; dan
d. tahap keempat, yaitu tahun 2028–2032 diprioritaskan pada pemantapan.
Pada Periode Tahun 2012 – 2017 diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan
pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah sesuai dengan potensi dan permasalahan
yang ada di Kabupaten Bener Meriah.

II-94
Secara umum permasalahan ketaatan terhadap Tata ruang di Kabuopaten Bener Meriah
adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya pembangunan yang berbasis pada
Rencana Tata Ruang;
2. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya Rencana Tata
Ruang;
3. Kurangnya Sumber Daya Manusia tentang Penataan Ruang;
4. Belum Adanya Peraturan Daerah terkait Rencana Teknis tentang Penataan
Ruang sebagai tindak lanjut dari ditetapkannya Qanun Nom,or 4 Tahun 2013
tenang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-
2032;
5. Belum sinergisitasnya Perencanaan Tata Ruang, dengan dokumen RPJM, RPJP,
Renstra, Renja RKPD di Kabupaten Bener Meriah;
6. Belum optimalnya Perencanaan yang berbasis pada Geo Spasial
7. Belum dibentuknya UPTB PIG pada Bappeda yang diharapkan mampu melayani
seluruh Data SKPK yang berbasis GIS.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka dapat diketahui bahwa untuk
ketaatan masyarakat, pemerintah dan swasta dalam mematuhi atau menaati rencana
tata ruang yang sudah di buat, masih rendah.
Dan selain itu, Kabupaten Bener Meriah masih keterbatasan data mengenai lahan
terbangung dan non terbangun, dan data jumlah publik building dan private building di
Kabupaten Bener Meriah belum dapat dihitung secara spesifik.

Tabel 2.82 Ketaatan Terhadap Tata Ruang


Tahun
No Uraian
2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 Realisasi RTRW - - 33,93 169,67 271,47

2 Rencana Pruntukan 3393,37 3393,37 3393,37 3393,37 3393,37


RTRW
3 Rasio (1./2.) - - 0,01 0,05 0,08

Sumber : Bappeda Kabupaten Bener Meriah Tahun 2017

2.4.2.4.1 Jaringan Jalan


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

II-95
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan di Kabupaten Bener Meriah, terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer K1 dengan status jalan nasional yaitu Ruas Jalan Batas Bireuen
- Batas Aceh Tengah dengan panjang Jalan 56,92 Km
b. Jaringan jalan kolektor primer (K3) dengan status jalan provinsi dengan total
panjang ruas jalan 132,79 Km terdiri atas:
- Jalan simpang teritit – pondok baru sepanjang 13,70 Km
- Ruas jalan pondok baru – Samar Kilang – Lokop sepanjang 51, 1 Km
- Ruas Jalan Mendale – Batas Aceh Utara sepanjang 45,36 Km
- Ruas Jalan batas Aceh Utara – Samar Kilang sepanjang 9,17 Km
- Ruas Jalan Samar Kilang – Batas Aceh Tengah sepanjang 13,46 Km

c. Jaringan jalan kolektor primer (K4) dengan status jalan Kabupaten dengan total
panjang ruas jalan 1427,65 Km terdiri atas:
d. Kriteria kondisi jalan adalah bahwa setiap ruas jalan harus memiliki kerataan
permukaan jalan yang memadai bagi kendaraan untuk dapat dilalui oleh kendaraan
dengan cepat, aman, dan nyaman ,Nilai kondisi jalan diukur menggunakan alat ukur
kerataan permukaan jalan (roughometer) atau diukur secara visual (Penilaian
Kondisi Jalan).
e. Perkembangan panjang ruas jalan yg menghubungkan seluruh pusat kegiatan (pk)
di Kabupaten Bener Meriah dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 menunjukan
peningkatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.83 Perkembangan panjang ruas jalan yg menghubungkan seluruh pusat
kegiatan (pk) di Kabupaten Bener Meriah dari tahun 2012 -2016

II-96
Kondisi spm
Pencapai
Nilai an spm
Kondisi kerataan data keselama
Penilaian
permukaan jalan lintas tan
panjang kondisi Panjan
harian Panjang
ruas jalan yg jalan pada g ruas
rata2 jalan yang
menghubun setiap ruas jalan
Tah Total luas Internati tahunan menghubun
gkan mengguna yang
un wilayah onal Road (lhrt) gkan semua
seluruh kan alat memen
kabupaten/ roughnes conditio tiap pk pada Rumus : (
pusat pengukur uhi
kota s index n index ruas akhir tahun σ (7)/ σ
kegiatan kerataan kriteria
(iri) jalan (rci) untuk pencapain (8) x 100
(pk) di jalan kondisi
kab/kota jalan tahun spm %)
kab/kota (roughome jalan
maksimu kab/kota akhir
ter)
m pencapa
ian spm
Baik/
(km²) (km) (km) (m/km) (km) (km) (%)
sedang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2012 1941,61 700 0 0 Sedang - 650 700,00 92,86

2013 1941,61 725 0 0 Sedang - 679 750,00 90,53

2014 1941,61 740 0 0 Sedang - 686 825,00 83,15

2015 1941,61 745,98 0 0 Sedang - 700 860,00 81,40

2016 1941,61 748 0 0 Sedang - 715 870,00 82,18

2017 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tabel 2.84 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten


Bener Meriah (km) 2014-2016
Panjang Jalan (km)
NO Jenis Permukaan
2014 2015 2016

1 2 3 4 5
1 ASPAL 526,07 669,57 709,77
2 KERIKIL 270,96 324,26 314,46
3 TANAH 141,71 133,01 102,61
JUMLAH 938,74 1.126,84 1.126,84
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah

Tabel 2.85 Kondisi Jalan Kabupaten Bener Meriah Tahun 2014-2016


Panjang Jalan (km)
NO Kondisi Jalan
2014 2015 2016
1 2 3 4 5
1 BAIK 306,59 394,59 424,49
2 SEDANG 61,55 71,55 43,65
3 RUSAK 8,26 8,26 6,26
4 RUSAK BERAT 0 90,10 90,10
5 TIDAK TERKLASIFIKASI 562,34 562,34 562,34
JUMLAH 1.126,84 1.126,84 1.126,84
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah

2.4.2.4.1.1 Jembatan

II-97
Jembatan di Kabupaten Bener Meriah tersebar di beberapa titik ruas jalan yang
terdiri atas ruas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten dengan total jumlah
jembatan 128 Jembatan.
Jembatan Merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau
rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk
penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan. Jembatan juga
merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran
perjalanan (traffic flows). Jembatan sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas
jalan, karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan
tersebut.
Tabel 2.86 Daftar Rekapitulasi jembatan Per Kecamatan
Di Kabupaten Bener Meriah Sampai Tahun 2016
Jenis Jembatan
N Jumlah
Nama Kecamatan Gantun Rangka Baile P. Total Keteranga
O Jembatan Beton Kayu
g Baja y (m) n

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Kecamatan Bukit 22 19 1 0 0 2 201,80

2 Kecamatan wih Pesam 5 3 0 0 1 1 124,00

Kecamatan Timnag
3 Gajah 11 11 0 0 0 0 108,10

4 Kecamatan Gajah Putih 6 5 0 0 1 0 83,10

Kecamatan Pitu Rime


5 Gayo 18 15 1 1 1 0 268,00

6 Kecamatan Bandar 11 10 1 0 0 0 67,50

Kecamatan Bener
7 Kelipah 7 7 0 0 0 0 55,90

8 Kecamatan Permata 14 8 6 0 0 0 101,80

9 Kecamatan Mesidah' 14 6 5 0 0 3 203,90

10 Kecamatan Syah Utama 4 0 0 2 1 1 227,90

Unit
Kabupaten Bener Meriah 112,00 Panjang Total 1,492,00 meter
Jembatan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

2.4.2.4.1.2 Irigasi
Kinerja jaringan irigasi adalah kemampuan jaringan untuk membawa sejumlah air
dari sumbernya ke petak petak sawah sesuai waktu dan tempat berdasarkan rencana tata
tanam yang telah ditetapkan

Tabel 2.87 Kinerja jaringan irigasi

II-98
Kondisi tahun 2015

Rata-rata Total Rencana

kebutuhan kebutuh luas

air per an air tanam

ha(liter/de rumus : yang

tik) ( σ 1 * 2) ditetapk

an

(ha)yang
N
ditetapk
o luas daerah irigasi (ha) Luas areal realisasi tanam di kabupaten/kota(ha)
an

(ha)k=10

00

ltr/dtk

rumus :

1000/ σ

(3) x

1000

m (liter/ m

luas t jumla detik) N luas t jumla


Nama di mt i mt ii Nama di mt i mt ii
(ha) ii h o (ha) ii h

i i

1 2 3 4 5

D.i D.i
2 6. 10.10 82,43479 2 4. 10.10 12.
1 brawang 4.080 1,2 12.131 1 brawang 6.029
00 029 9 408 00 080 9 131
bontok bontok

2 10.10 82,43479 2 4. 10.10 12.


2 D.i goneng 6029 4080 1,2 12.131 2 D.i goneng 6029
00 9 408 00 080 9 131

1 10.10 82,43479 1 4. 10.10 12.


3 D.i rusip 6029 4080 1,2 12.131 3 D.i rusip 6.029
50 9 408 50 080 9 131

D.i delung 2 24.93 33,41620 D.i delung 2 11 24.93 29.


4 13478 11460 1,2 29.926 4 13478
tue 83 8 552 tue 83 .460 8 926

D.i alue D.i alue


3 13.91 59,90032 3 5. 13.91 16.
5 rongka i & 7923 5989 1,2 16.694 5 rongka i & 7.923
50 2 586 50 989 2 694
ii ii

D.i blang 2 13.91 59,90032 D.i blang 2 5. 13.91 16.


6 7923 5989 1,2 16.694 6 7923
rongka 50 2 586 rongka 50 989 2 694

D.i bur D.i bur


1 13.91 59,90032 1 5. 13.91 16.
7 bale 7923 5989 1,2 16.694 7 bale 7.923
00 2 586 00 989 2 694
tunyang tunyang

D.i D.i
4 13.91 59,90032 4 5. 13.91 16.
8 tunyang i 7923 5989 1,2 16.694 8 tunyang i 7923
00 2 586 00 989 2 694
& ii & ii

D.i alur 6 1. 450,4504 D.i alur 6 2.


9 750 1.850 1,2 2.220 1 1.100 750 1.850
gading 50 100 505 gading 50 220

1 D.i 1 10.10 82,43479 D.i 1 4. 10.10 12.


6029 4080 1,2 12.131 2 6029
0 tembolon 50 9 408 tembolon 50 080 9 131

1 2 13.91 59,90032 2 5. 13.91 16.


D.i rongka 7923 5989 1,2 16.694 3 D.i rongka 7.923
1 50 2 586 50 989 2 694

1 D.i suku 1 D.i suku 1


0 63 63 1,2 76 0 4 0 63 63 76
2 wih ilang 50 wih ilang 50

1 2 450,4504 2 2.
D.i jalung 1100 750 1.850 1,2 2.220 5 D.i jalung 1.100 750 1.850
3 00 505 00 220

D.i D.i
1 2 10.10 82,43479 2 4. 10.10 12.
berawang 6029 4080 1,2 12.131 6 berawang 6029
4 00 9 408 00 080 9 131
bontok bontok

1 D.i samar 2 10.10 82,43479 D.i samar 2 4. 10.10 12.


6029 4080 1,2 12.131 7 6.029
5 kilang 50 9 408 kilang 50 080 9 131

1 D.i bener 450,4504 D.i bener 2.


10 1100 750 1.850 1,2 2.220 8 10 1100 750 1.850
6 meriah 505 meriah 220

1 2 6. 10.10 82,43479 2 4. 10.10 12.


D.i lane 4.080 1,2 12.131 1 D.i lane 6.029
7 85 029 9 408 85 080 9 131

1 D.i alur 1 24.93 33,41620 D.i alur 1 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 2 13478
8 putih 50 8 552 putih 50 .460 8 926

1 D.i 10.10 82,43479 D.i 4. 10.10 12.


75 6029 4080 1,2 12.131 3 75 6.029
9 keloang 9 408 keloang 080 9 131

2 1 10.10 82,43479 1 4. 10.10 12.


D.i kanis 6029 4080 1,2 12.131 4 D.i kanis 6029
0 00 9 408 00 080 9 131

II-99
Kondisi tahun 2015

Rata-rata Total Rencana


N
kebutuhan kebutuh luas
o luas daerah irigasi (ha) Luas areal realisasi tanam di kabupaten/kota(ha)
air per an air tanam

ha(liter/de rumus : yang

m (liter/ m

luas t jumla detik) N luas t jumla


Nama di mt i mt ii Nama di mt i mt ii
(ha) ii h o (ha) ii h

i i

1 2 3 4 5

2 D.i bener 4 D.i bener 4


0 0 - 1,2 - 0 5 - - - -
1 kelipah 00 kelipah 00

2 D.i 1 450,4504 1 2.
1100 750 1.850 1,2 2.220 6 D.i jelobok 1100 750 1.850
2 jelobok 00 505 00 220

2 D.i blang 450,4504 D.i blang 2.


75 1100 750 1.850 1,2 2.220 7 75 1.100 750 1.850
3 ara 505 ara 220

2 D.i isaq 1 24.93 33,41620 D.i isaq 1 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 8 13478
4 busur 50 8 552 busur 50 .460 8 926

2 D.i kala 1 D.i kala 1


- 63 63 1,2 76 0 1 - 63 63 76
5 nempan 50 nempan 50

2 2 24.93 33,41620 2 11 24.93 29.


D.i bujang 13478 11460 1,2 29.926 2 D.i bujang 13478
6 00 8 552 00 .460 8 926

D.i peteri D.i peteri


2 2 24.93 33,41620 2 13.47 11 24.93 29.
pintu/god 13478 11460 1,2 29.926 3 pintu/god
7 50 8 552 50 8 .460 8 926
ang ang

2 1 24.93 33,41620 1 11 24.93 29.


D.i bale 13478 11460 1,2 29.926 4 D.i bale 13478
8 50 8 552 50 .460 8 926

2 D.i 2 24.93 33,41620 D.i 2 13.47 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 5
9 kenawat 00 8 552 kenawat 00 8 .460 8 926

D.i D.i

3 simpang 1 24.93 33,41620 simpang 1 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 6 13478
0 iii 50 8 552 iii 50 .460 8 926

redelong redelong

3 D.i bale 4 24.93 33,41620 D.i bale 4 13.47 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 7
1 atu i & ii 65 8 552 atu i & ii 65 8 .460 8 926

3 D.i belang 1 24.93 33,41620 D.i belang 1 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 8 13478
2 sentang 65 8 552 sentang 65 .460 8 926

3 D.i paya 24.93 33,41620 D.i paya 13.47 11 24.93 29.


75 13478 11460 1,2 29.926 9 75
3 gajah 8 552 gajah 8 .460 8 926

3 D.i reje 2 24.93 33,41620 1 D.i reje 2 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 13478
4 gajah 65 8 552 0 gajah 65 .460 8 926

3 D.i reje 2 24.93 33,41620 1 D.i reje 2 13.47 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926
5 guru 00 8 552 1 guru 00 8 .460 8 926

3 D.i uning 2 24.93 33,41620 1 D.i uning 2 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 13478
6 bersah 00 8 552 2 bersah 00 .460 8 926

D.i D.i
3 1 24.93 33,41620 1 1 13.47 11 24.93 29.
tingkem 13478 11460 1,2 29.926 tingkem
7 00 8 552 3 00 8 .460 8 926
benyer benyer

3 D.i serule 24.93 33,41620 D.i serule 11 24.93 29.


75 13478 11460 1,2 29.926 9 75 13478
8 kayu 8 552 kayu .460 8 926

3 D.i 2 24.93 33,41620 1 D.i 2 13.47 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926
9 tetanyung 50 8 552 0 tetanyung 50 8 .460 8 926

D.i D.i
4 2 24.93 33,41620 1 2 11 24.93 29.
tingkem 13478 11460 1,2 29.926 tingkem 13478
0 74 8 552 1 74 .460 8 926
asli asli

D.i D.i
4 1 24.93 33,41620 1 1 13.47 11 24.93 29.
gunung 13478 11460 1,2 29.926 gunung
1 50 8 552 2 50 8 .460 8 926
teritit teritit

4 D.i paya 2 24.93 33,41620 D.i paya 2 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 9 13478
2 dalu 00 8 552 dalu 00 .460 8 926

4 D.i blang 24.93 33,41620 D.i blang 13.47 11 24.93 29.


50 13478 11460 1,2 29.926 9 50
3 panas 8 552 panas 8 .460 8 926

4 D.i pante 3 3353,454 1 D.i pante 3


98,5 150 249 1,2 298 98,5 150 249 298
4 raya 25 058 0 raya 25

4 D.i pante 3 3353,454 1 D.i pante 3


98,5 150 249 1,2 298 99 150 249 298
5 raya 25 058 1 raya 25

II-100
Kondisi tahun 2015

Rata-rata Total Rencana


N
kebutuhan kebutuh luas
o luas daerah irigasi (ha) Luas areal realisasi tanam di kabupaten/kota(ha)
air per an air tanam

ha(liter/de rumus : yang

m (liter/ m

luas t jumla detik) N luas t jumla


Nama di mt i mt ii Nama di mt i mt ii
(ha) ii h o (ha) ii h

i i

1 2 3 4 5

D.i D.i
4 2 24.93 33,41620 1 2 11 24.93 29.
umelah 13478 11460 1,2 29.926 umelah 13478
6 00 8 552 2 00 .460 8 926
teritit teritit

4 D.i bener 3353,454 1 D.i bener


70 98,5 150 249 1,2 298 70 99 150 249 298
7 lukup 058 3 lukup

4 D.i pajar 1 3353,454 D.i pajar 1


98,5 150 249 1,2 298 9 98,5 150 249 298
8 harapan 70 058 harapan 70

4 D.i bandar 2 13.91 59,90032 1 D.i bandar 2 5. 13.91 16.


7923 5989 1,2 16.694 7.923
9 lampahan 00 2 586 0 lampahan 00 989 2 694

5 D.i timang 2 13.91 59,90032 1 D.i timang 2 5. 13.91 16.


7923 5989 1,2 16.694 7923
0 gajah i 00 2 586 1 gajah i 00 989 2 694

5 D.i timang 2 13.91 59,90032 1 D.i timang 2 5. 13.91 16.


7923 5989 1,2 16.694 7.923
1 gajah ii 80 2 586 2 gajah ii 80 989 2 694

5 D.i rimba 4 450,4504 D.i rimba 4 2.


1100 750 1.850 1,2 2.220 9 1100 750 1.850
2 raya i & ii 52 505 raya i & ii 52 220

5 1 450,4504 1 1 2.
D.i gedok 1100 750 1.850 1,2 2.220 D.i gedok 1.100 750 1.850
3 18 505 0 18 220

5 D.i wihni 1 24.93 33,41620 1 D.i wihni 1 11 24.93 29.


13478 11460 1,2 29.926 13478
4 pongas 50 8 552 1 pongas 50 .460 8 926

5 D.i bener 450,4504 1 D.i bener 2.


10 1100 750 1.850 1,2 2.220 10 1.100 750 1.850
5 meriah 505 2 meriah 220

5 D.i blang 4 450,4504 1 D.i blang 4 2.


1100 750 1.850 1,2 2.220 1100 750 1.850
6 rakal 00 505 3 rakal 00 220

5 1 450,4504 1 2.
D.i sayeng 1100 750 1.850 1,2 2.220 9 D.i sayeng 1.100 750 1.850
7 50 505 50 220

5 D.i suku 1 1 D.i suku 1


0 63 63 1,2 76 0 0 63 63 76
8 wih ilang 50 0 wih ilang 50

5 2 450,4504 1 2 2.
D.i jalung 1100 750 1.850 1,2 2.220 D.i jalung 1.100 750 1.850
9 00 505 1 00 220

3 7 total luas 4 7
Total 11. 434 1,058503 11. 35 94
53.17 - 87.27 1,2 944.730 realisasi 34.10 - 87.27
luas di 897 .104 488 897 3.171 4.730
1 5 tanam 4 5

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

2.4.2.4.1.3 Jaringan Air Bersih


Kinerja Sistem Jaringan Penyediaan Air
Kinerja Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku adalah kemampuan sistem jaringan untuk
membawa sejumlah air dari sumbernya ke Instalasi Pengolah Air sesuai waktu dan tempat
berdasarkan rencana pencapaian akses terhadap air bersih yang ditetapkan dalam target MDGs
bidang Air Minum;
Tabel 2.88 Penyediaan Air Baku adalah kemampuan sistem jaringan untuk membawa sejumlah air
dari sumbernya ke Instalasi Pengolah Air sesuai waktu dan tempat Tahun 2017
Pencapaian
Tahu Data tahun 2017
spm 2015
n
Jumlah penduduk Sumber air baku Total volume Jumlah kebutuhan Rumus : σ (6) /

II-101
Yang digunakan instalasi Air baku/orang
pengolah air
Jiwa Kk (ipa) Dlm setahun σ (7) x 100 %
Sumber air (√) (2) x 0.06 m³ x 365
( m³/tahun )
hari)
1 2 3 4 5 6 7 8
2017 55.374 11.075 1 Mata air √ 694.893 1.212.698 57,30
Waduk/
2 -
Dam
112.427 22.485 3 Sungai √ 1.410.843 2.462.144 57,30
Deep
4 -
Well
167.801 33.560 2.105.736 3.674.841,90 114,60
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Jaringan Air Bersih di Kabupaten Bener Meriah dikelola oleh PDAM Tirta Bengi dengan
sumber Air Baku berasal dari anak sungai dan mata air dengan daerah layanan sebagai
berikut :
1. Kecamatan Bukit
a. Kampung Bale Atu
b. Kampung Paya Gajah
c. Kampung Blang Sentang
d. Kampung Simpang Tiga
e. Kampung Bale
f. Kampung Simpang Uring
g. Kampung Tingkem
h. Kampung Kute Kering
i. Kampung Reje Guru
j. Kampung Batin Wih Pongas
k. Kampung Babussalam
l. Batalion 114
m. RSU Muyang Kute
n. Ketipis
o. Komplek Pemda
p. Mako Brimob
2. Kecamatan Wih Pesam
a. Kampung Pante Raya
b. Kampung Simpang Balik
3. Kecamatan Bandar
a. Kampung Pondok Gajah

II-102
b. Kampung Purwosari
c. Kampung Syiah Utama
d. Kampung Bathin Baru
e. Puskesmas
f. Perdagangan
g. Inpres
h. Listrik
i. Kampung Bandar Baru
j. Kampung Blang Jorong
4. Kecamatan Timang Gajah
a. Kampung Mekar Ayu
b. Kampung Cinta Damai
c. Kampung Pantai Kemuning
d. Kampung Blang Rongka
e. Kampung Timang Rasa
f. Kampung CEkal Baru
g. Kampung Sumber Jaya
h. Kampung Suka Damai
i. Kampung Lampahan
j. Kampung Tunyang
5. Kecamatan Permata
a. Kampung Buntul Kemumu
b. Kampung Wih Tenang Uken
c. Kampung Ramung Jaya
2.4.2.4.1.4 Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase di Kabupaten Bener Meriah meliputi :
a. Pembagian Blok Drainase, terdiri atas :
1) Blok I wilayah permukiman Perkotaan Redelong di Kecamatan Bukit meliputi
Kampung Pasar Simpang Tiga, Bale Atu, Babussalam, Bale Redelong, Paya
Gajah, Blang Sentang, Ujung Gele dan Reje Guru;
2) Blok II wilayah pusat pemerintahan kabupaten di Kecamatan Bukit meliputi
Kampung Kute Kering, Kute Lintang, Serule Kayu, Kute Tanyung, dan Tingkem
Asli;
3) Blok III wilayah permukiman Pondok Baru di Kecamatan Bandar; dan

II-103
4) Blok IV wilayah pusat Pante Raya di Kecamatan Wih Pesam meliputi Kampung
Pante Raya.
b. Sistem saluran, terdiri atas penetapan saluran primer atau conveyor drain, saluran
pengumpul sekunder dan tersier atau collector drain;
c. Sistem pembuangan terdiri atas :
1) Pemasangan Pintu air yang kedap air beserta pompa air pada hilir saluran
2) Pembuatan tanggul banjir di sepanjang tepian sungai

2.4.2.4.1.5 Perumahan
Kepemilikan rumah juga merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
menilai keberhasilan pembangunan dalam hal perumahan dan permukiman. Pemerintah
selama ini telah berupaya untuk mengembangkan suatu kebijakan penyediaan rumah
sederhana dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Saat ini hunian yang ada di
Kabupaten Bener Meriah berdasarkan status kepemilikannya hingga tahun 2013
sebagian besar telah milik sendiri yaitu sebesar 78,77 persen dan sebagian lagi rumah
tangga yang kontrak/sewa sebesar 6,45 persen, menempati rumah milik orang
tua/keluarga dengan jumlah persentase sebesar 10,69 persen. Sedangkan untuk sisanya
rumah tangga yang berkategori status kepemilikan rumah “lainnya” (bebas sewa, dinas
dan lainnya).

Pada Tabel 2.89 menggambarkan mengenai jumlah rumah tangga menurut status
penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati dengan status kesejahteraan 40%
terendah di Kabupaten Bener Meriah sebanyak 9.478 rumah tangga. Jumlah rumah
tangga yang tinggal di rumah milik sendiri berjumlah 7.474 rumah tangga, merupakan
jumlah tertinggi untuk kategori status penguasaan bangunan tempat tinggal, diikuti oleh
rumah tangga yang tinggal di rumah yang bebas sewa, sebanyak 1.407 rumah tangga.
selanjutnya jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah kontrak/sewa berjumlah 483
rumah tangga. Dan yang terakhir kategori lainnya berjumlah 114 rumah tangga.

Tabel 2.89 Jumlah rumah tangga menurut status penguasaan bangunan tempat tinggal yang
ditempati dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kabupaten Bener Meriah
Jumlah rumah tangga
Nama Kecamatan TOTAL
Milik sendiri Kontrak/Sewa Bebas sewa Lainnya
1 2 3 4 5 6
Timang Gajah 1.120 47 189 13 1.369
Gajah Putih 563 32 121 22 738

II-104
Pintu Rime Gayo 815 27 167 18 1.027

Bukit 990 110 242 10 1.352

Wih Pesam 801 46 161 11 1.019

Bandar 965 105 213 14 1.297

Bener Kelipah 265 11 38 4 318

Syiah Utama 258 3 28 1 290

Mesidah 345 15 66 5 431

Permata 1.352 87 182 16 1.637

TOTAL 7.474 483 1.407 114 9.478

Sumber: Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, 2015

Dari gambaran tabel diatas dapat dikatakan bahwa masih ada rumah tangga yang
belum memiliki tempat hunian sendiri dan bahkan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya,
oleh sebab itu diharapkan kepada pemerintah kedepannya dapat merencanakan pemenuhan
akan tempat hunian kepada masyarakatnya agar dapat memiliki hunian pribadi terutama
bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

II-105
Tabel 2.90 Kondisi Eksisting Dan Rencana Lokasi Permukiman Kabupaten Bener Meriah Tahun 2017
Eksisting Rencana
Ju
ml
ah Jumlah rumah yang Juml
Tipe rumah Air bersih Lua Jenis rumah
Ju ru bersanitasi Ju ah Lua
s Ai
Ju ml ma Kaw Ju ml rum Kaw s
Lis kaw r Lis
N ml ah h asan Loka ml ah ah asan kaw
Lokasi tri asa be tri
o ah ru ya Ta Ta kum si ah ru yang kum asa
Bet k n Beton rsi k
kk ma ng Semi mp Non mp uh kk ma bers uh n
Be on K Per Sha Perp (ha Beton / Kayu h
h lay per a perp a h anita (ha)
to / ay man rin ipaa ) / kayu/ /
ak man sar ipaa sar si
hu n ka u en g n besar sedan kecil
en an n an
ni yu g
a a
1  2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Timang 56 53 179 T.gaj 56, T.gaj 42 42 42 42 T.gaj 56,
1 gajah 83 57 0 ah 48 ah 79 79 428 1284 2588 4279 79 79 ah 48
Gajah 23 17 G,put 37. G,put 19 19 19 19 G.put 37,
2 putih 50 25 ih 23 ih 53 53 195 586 1172 1953 53 53 ih 23
Pintu
rime 35 33 28 28 28 28
3 gayo 12 01 20 29 282 846 1692 2829 29 29
53 39 110 55, Buki 58 58 58 58
4 Bukit 12 65 5 Bukit 84 t 69 90 587 1781 3522 5890 90 90
Wih Wih
Wih 60 54 pesa 127 pesa 54 54 54 54 Buki 55,
5 pesam 96 83 414 m ,44 m 63 83 548 1539 2278 5483 83 83 t 84
Wih
72 66 192 Band 60, Band 53 51 51 51 pesa 127
6 Bandar 36 91 3 ar 66 ar 39 39 534 1602 3203 5139 39 39 m ,44
Bener 13 11 10 10 10 10 Band 60,
7 kelipah 38 11 01 10 100 300 601 1010 10 10 ar 66
Syiah 54 46 33 33 33 33
8 utama 5 6 8 8 34 101 203 338 8 8
Mesida 13 16 80 80 80 80
9 h 33 93 6 7 81 242 484 807 7 7
1 Permat 42 45 40 40 40 40
0 a 64 02 04 04 400 1201 2403 4004 04 04
Sumber : rp3kp.rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman kab. Bener meriah

II-106
2.4.2.4.1.6 Tata Ruang
Program Rencana Tata Ruang di Kabupaten Bener Meriah mengacu kepada
Undang-Undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Bener Meriah telah
menetapkanQanun nomor 4 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang wilayah
kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2032, dimana pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bener Meriah Tahun 2017-
2022 merupakan tahap kedua, yaitu tahun 2018–2022 diprioritaskan pada
peningkatan fungsi dan pengembangan, dimana pada tahap ke II ini, Pemerintah
Kabupaten Bener Meriah dapat melakukan kegiatan peninjauan kembali (PK)
untuk menselaraskan program kegiatan Pemerintah yang tertuang dalam RPJMD
melalui tahapan peninjauan kembali yang berpedoman Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Peninjauan
Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah.
Untuk Rencana Tata Ruang Kota Redelong, Pemerintah Kabupaten Bener
Meriah masih berpedoman pada Qanun nomor 14 Tahun 2006 tentang Rencana
Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan Redelong Ibukota Kabupaten Bener
Meriah. Untuk mengetahui, rencana kegiatan tata ruang dapat dilihat pada Tabel
2.91.
Tabel 2.91 Program/ Kegiatan Tata Ruang tahun 2017
N MASA
RENCANA TATA RUANG NO. PERDA/QANUN
O PERENCANAAN
1 2 3 4
Qanun No. 4 Tahun 20 TAHUN (2012
1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
2013 - 2032)
tentang RTRW
Kabupaten
Bener Meriah Tahun
2012 - 2032
Qanun No. 14 Tahun 20 TAHUN (2005
2 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
2006 - 2025)
 RDTR Ibukota Kabupaten Benert Meriah Kecamatan tentang RUTR Kota
Bukit Redelong
 RDTR Ibukota Kecamatan Wih Pesam
 RDTR Ibukota Kecamatan Bandar
 RDTR Ibukota Kecamatan Syiah Utama
 RDTR Ibukota Kecamatan Permata
 RDTR Ibukota Kecamatan Timang Gajah
 RDTR Ibukota Kecamatan Gajah Putih

II-107
N MASA
RENCANA TATA RUANG NO. PERDA/QANUN
O PERENCANAAN
1 2 3 4
 RDTR Ibukota Kecamatan Pintu Rime Gayo
 RDTR Ibukota Kecamatan Bener Kelifah
 RDTR Ibukota Kecamatan Mesidah
3 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
- RTBL Kawasan Pasar Simpang Tiga
- RTBL Perumahan/ Pemukiman Perdesan dan Perkotaan
- RTBL Kawasan Pasar Pondok Baru
4 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
 RTH Bale Atu
 RTH Komplek Perkantoran Serule Kayu
 RTH Perumahan
 RTH Jalan Dua Jalur
 RTH Kawasan CBD Simpang Tiga Redelong
5 Rencana Detil Lainnya Terkait Tata Ruang 20 TAHUN
 Pembuatan Maket Kota Redelong
 Pembuatan Maket Kota Pondok Baru
 Pembuatan Maket Kota Lampahan
 Rencana Kawasan Agro Wisata
 Rencana Kawasan Wisata Alam
 Rencana Tata Ruang Wilayah Perbatasan Kabupaten
 Rencana Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Gunung Api Burni Telong
 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
 Rencana Detail Kawasan Perkantoran
 Rencana Detail Kawasan Pemukiman
 Rencana Detail Kawasan Perdagangan
 Rencana Detail Kawasan Transmigrasi
 Rencana Detail Kawasan Perdesaan
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Permukiman dan Tata Ruang Tahun 2017

2.4.2.4.1.7 Ketaatan Terhadap RTRW


2.4.2.4.1.8 Luas Wilayah Produktif
Tabel 2.92 Persentase luas Wilayah Produktif (Ha) Tahun 2016 Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bener Meriah
Luas wilayah produktif (Ha) Luas Seluruh Rasio
NO Kecamatan
budidaya (Ha) (1/2)
1 2 3 4 5
1 Kecamatan Pintu Rime Gayo 14.981 17.960

2 Kecamatan Gajah Putih 2.352 2.980

3 Kecamatan Timang Gajah 4.853 4.881

4 Kecamatan Wih Pesam 4.212 5.494

II-108
5 Kecamatan Bukit 6.735 7.035

6 Kecamatan Bandar 5.890 7.341

7 Kecamatan Permata 9.138 10.043

8 Kecamatan Bener Kelipah 2.402 2.432

9 Kecamatan Mesidah 6.210 9.452

10 Kecamatan Syah Utama 1.387 2.913

JUMLAH 58.160,5 70.531

Sumber Data BPS 2016

2.4.2.4.1.9 Jenis Dan Jumlah Bank Dan Cabang


Tabel.2.93 Nama Nama Bank yang ada di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016

No Nama Bank Alamat

1 PT. Bank Rakyat Indonesia

a. PT. BRI KCP Bener Meriah Jalan Simpang Teritit- Pondok Baru
b. PT. BRI Unit Ronga-Ronga Jalan Bireuen-Takengon
c. PT. BRI Unit Simpang Tiga Jalan Bireuen- Takengon
d. PT. BRI Unit Bandar Kecamatan Bandar
e. PT. BRI Unit Buntul Kecamatan Permata

2 PT. BPD Aceh

1. PT. BPD cabang Pembantu Jalan Simpang Teritit-Pondok Baru


2. PT. BPD Kantor Kas Lampahan Jalan Bireuen-Takengon
3. PT. BPD Kantor Kas Pondok Baru Kecamatan bandar
4. PT. BPD Kantor Kas Simpang Balik Jalan Bireuen-Takengon

3 PT. Bank Mandiri

PT. Bank Mandiri Simpang Tiga Jalan Simpang Teiriti-Pondok Baru

4 PT. Bank Negara Indonesia

PT. Bank Negara Indonesia Simpang Tiga Jalan Simpang Teiriti-Pondok Baru

5 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional

PT. BTPN Simpang Tiga Jalan Simpang Teiriti-Pondok Baru

Sumber Data BPS 2016

2.4.2.4.1.10 Jenis, Kelas, Dan Jumlah Restoran


Tabel.2.94 Jumlah Restoran Menurut Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2014-
2016

Tahun
No Kecamatan
2014 2015 2016

1 2 3 4 5

II-109
1 Timang Gajah 4 6 3

2 Gajah putih 4 5 20

3 Pintu Rime Gayo 0 7 5

4 Bukit 10 12 10

5 Wih Pesam 15 18 6

6 Bandar 14 16 15

7 Bener Kelipah 0 0 5

8 Syiah Utama 0 0 2

9 Mesidah 0 0 26

10 Permata 4 6 23

Total 51 70 105

Sumber: Data BPS 2016

II-110

Anda mungkin juga menyukai