`Meningkatkan Adab Berbicara pada
Guru perkembangan zaman, adab semakin
Mohammad Rifqi Azmi
azmirifqi77@gmail.com
Pendahuluan
Di dalam Al-Quran membahas
berbagai persoalan kehidupan manusia
baik di dunia dan di alam baka nanti.
Persoalan yang dibahas salah satunya
adalah adab. Adab diperlukan untuk hidup
berdampingan antar-individu. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW ke dunia
dengan membawa satu tujuan yaitu untuk
memperbaiki akhlak manusia. Menurut
Marwan Ibrahim Al-Kaysi (2003), adab
yaitu berkelakuan baik dan diambil dari
Islam. Perilaku yang berasal dari ajaran
agama serta perintah-Nya. Sebagai
makhluk sosial, manusia melakukan
komunikasi sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, diperlukan
adab untuk melakukan suatu pembicaraan.
Adab diperuntukkan kepada siapa saja.
Namun, adab terhadap satu ke yang lain
tentu berbeda. Cara beradab terhadap
orang yang lebih tua tidak bisa disamakan
dengan teman sebaya dan yang lebih muda.
Pada faktanya kini seiring
satunya adalah sabda nabi yang mengajari
menghilang. Semakin dibiarkan maka adab
yang seharusnya dilakukan menjadi jarang
ditemukan di lingkup masyarakat. Adab
yang paling mendasar dan mudah terlihat
adalah terkikisnya adab berbicara. Menurut
Triana Wahyu Yolanda (2020) dalam
penelitiannya, saat ini etika berbicara yang
baik sudah mulai luntur. Menurut Yolanda,
etika berbicara peserta didik terhadap
teman sebaya maupun gurunya terkesan
tidak beretika. Adab berbicara bukanlah
hal yang remeh. Sebagai pelajar,
menghormati guru sudah menjadi
kewajiban. Guru adalah orang tua kedua
setelah orang tua kandung. Sudah
sepatutnya pelajar menghargai guru
dengan cara berkomunikasi yang baik.
Kembali pada muasalnya adab
adalah tingkah tanggap pada perilaku yang
baik sebagai pelengkap unsur manusia
yang berilmu serta ber-etika baik yang
seharusnya menjadi budaya yang harus
dilestarikan. Adab bukan sesuatu yang
terpaku oleh agama, oleh karena itu apapun
agama yang benar diyakini tentu saja
berharap dan senang jika umatnya beradab
baik pada sesama manusia. Sebagai bukti
nyata agama bukan acuan adab salah
kita adab berbicara tak terkhusus untuk
siapa yang dituju berarti “Bukan seorang
mu’min, orang yang suka mencela,
berkata-kata kasar dan juga berkata-kata
kotor” (H.R.tirmizi). dari sini kita tau
bahwa tidak ada kata yang membatasi
dalam beradab baik dalam bicara terhadap
orang khusus atau agama lain, namun
disini hanya ditekankan kepada orang
mukmin bukan berarti orang bukan
mukmin tidak bisa atau tidak boleh
melaksanakannya, justru kerena ini hal
baik kenapa tidak diamalkan agar generasi
berikutnya lebih baik dalam adab
berbicara.
Pembahasan
Orant yang mempunyai sifat
kurang beradab ini disebabkan oleh
kurangnya pemahaman yang baik dan
detail mengenai motivasi untuk berubah
menjadi lebih baik dan lebih
memaksimalkan kemampuan yang mereka
miliki. Hal seperti ini cenderung membuat
seseorang dengan notabene siswa atau
murid menjadi berani melawan guru.
Dengan sikap ini, murid maka akan
semakin tidak menghormati guru sehingga
siswa tersebut bersikap kurang sopan dan
santun.
Selain daripada itu, fenomena ini
dapat terjadi dikarenakan adanya
penghambat dari pelaksananaan layanan
konsultasi. Hal tersebut dapat menjadi
masalah sebab kurangnya waktu di setiap
pertemuan atau pemberian prosedur
layanan. Akibatnya, murid merasa bingung
dan kurang memahami tentang pentingnya
adab berbicara. Layanan yang diberi waktu
karena aturan sekolah serta tata cara yang
masih belum sepenuhnya dipahami murid
bisa berakibat fatal terhadap diri murid itu
sendiri. Murid bisa saja beranggapan
bahwa tindakan tidak beradab itu benar
sebab kurangnya penyuluhan dan
pemahaman dari pihak sekolah.
Berdasarkan teori diatas, peneliti
menyimpulkan bahwa pelaksanaan layanan
informasi tentang cara adab bicara
terhadap guru memiliki sisi negatif serta
positif. Namun, alangkah baiknya sistem
layanan tersebut dibenahi agar murid dan
guru menjadi nyaman. Tentunya, adab
berbicara yang dilakukan oleh siswa harus
terus diperhatikan, ditanamkan dalam diri
siswa serta selalu dibimbing agar
kedepannya mereka dapat berinteraksi dan
bersosialisasi di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat sesuai dengan
adab berbicara yang baik dan benar.
Adapun beberapa masalah lainnya
dalam adab berbicara yang sering sering
dianggap remeh oleh kalangan murid
karena merasa tidak dirugikan dalam
pembicaraan yang kurang beradab tanpa
memikirkan perasaan lawan bicara bahkan
bicara tidak sopan adalah hal yang lumrah
bagi murid yang tidak memiliki adab yang
baik terhadap guru dizaman sekarang ini,
belum lagi ada seorang murid yang berani
melawan terhadap guru, pasti guru merasa
gagal membimbing seorang murid menjadi
pribadi yang baik apalagi dengan seorang
guru yang dimana beliau adalah sumber
ilmu kita dan sudah semstinya dihormati.
Hal seperti tindak bullying juga
salah satu bukti murid kurang beradab.
Salah satu contohnya adalah pihak SDIT
Al Biruni Mandiri Jipang di Makassar
yang saat ini memberikan perhatian besar
terhadap fenomena siswa yang kurang
beradab. Hal tersebut dianggap memiliki
akibat yang cukup fatal terutama terhadap
mental murid. Murid yang sering dihina
atau dibully akan merasakan sakit karena
dikucilkan, kesepian karena tidak memiliki
teman, menjadi kurang percaya diri dan
hal-hal lainnya yang dapt membuat korban
bullying menjadi serba salah. Perasaan-
perasaan tersebut akan berdampak kepada
cara korban yang terbully dapat verakibat
terhadap penerimaan pembelajaran yang
buruk, seperti kehilangan semangat
belajarnya, menjadi pribadi yang penakut,
pendedam, mudah menyerah sehingga
menimbulkan keinginan untuk berhenti
sekolah. Lebih parah lagi, bahkan bisa
mengundang rasa bosan hidup dan ingin
mengakhiri hidupnya.
Adapun berbagai cara untuk
mengatasi adab buruk seorang siswa
terutama saat bicara salah satunya adalah
menerapkan sifat rendah hati dan sabar
pada diri seorang guru terlebih dahulu.
Dari sifat rendah hati seorang guru tersebut
tersebut mengajarkan secara tidak
langsung terhadap seorang murid merasa
tidak enak hati terhadap guru yang rendah
hati, mereka lebih merasa nyaman saat
berinteraksi dengan guru tersebut apalagi
seorang guru tersebut sabar. Selain itu
murid juga akan nyaman apabila guru
terbuka dalam berbicara terhadap murid
selayaknya keluarga yang baik, sedikit
demi sedikit dapat mempengaruhi sifat
murid menjadi ramah, sopan, dan menjadi
percaya diri karena yakin gurunya peduli
dengannya agar bisa dikoreksi bukan
disalahkan belaka, dengan begitu
kepercayaan murid terhadap guru terjalin.
Hal lain yang dapat meningkatkan adab
bicara dengan mengedukasi mereka
dengan cara yang benar dan tidak
membosankan karena dapat dengan mudah
diterapkan jika menjadi pribadi beradab
dcngan menyenangkan tanpa ada sakit hati
karena beradab yang benar adalah menjaga
hati melewati komunikasi atau hal baik
lainnya.
PENUTUP
Adab berbicara dari zaman dahulu sampai
sekarang pun tetap dibutuhkan dan wajib
kita lestarikan agar menjadi pribadi baik,
dihargai seseorang, disenangi ,dan dicintai
hanya dengan dilihat dari adab berbicara
yang baik. Terutama saat menuntut ilmu
seorang murid wajib memiliki adab
berbicara terhadap seorang guru agar
mudah menjalankan proses belajar
mengajar karena kenyamanan hati bisa
terbentuk dari kata-kata yang diucapkan Filsafat Pendidikan Islam Bandung:
sopan dan baik cara penyampaiannya. Mizan,1987
‘Asyur, Ibn. al-Tahrir wa al-Tanwir, t.t.
Daftar Pustaka Hamid, Shalih bin ‘Abdillah bin. Nazhrah
al-Na’im Fi Makarim Akhlakul
Al-kaysi, Marwan Ibrahim. 2003.Petunjuk
Rasululkarim. IV. Vol. 2. Jeddah: Dar al-
Praktis Akhlak Islam. Jakarta: Lentera
Washilah Li al-Nasyr wa al-Tauzi, t.t.
Basritama.
Giska Arindra. 2009. Sopan Santun dan
Manfaatnya. Diakses tanggal 11
April 2017
Prayitno ,2004,Dasar-Dasar Bimbingan
Konseling. Jakarta . PT Rineka Cipta
Sarumpaet. 2001. Etiket Bergaul.
Bandung: Java Indonesia.
Simorangkir, 2013 Etika pandangan
manusia hal 15
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Islam:
The Concept of Religion and The
Foundation of Ethic and
Morality, T.t.: tp., t.th.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib,
Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu
Kerangka Pikir Pembinaan