Teori Etik Dan Hukum Keperawatan
Teori Etik Dan Hukum Keperawatan
OLEH :
Kelompok 12
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kami tentang “Teori Etik dan Hukum Keperawatan”.
Dalam mengerjakan tugas kami, kami banyak menemukan ganjalan
dan kesulitan. Tapi berkat bantuan dan dukungan dari dosen
pembimbing dan rekan-rekan sekalian, akhirnya kami bisa
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih dan kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan
yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan
atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas
karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik
berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang
atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode
etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.
Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan
untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan
masyarakat; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik,
sosia dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan
pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan
kesehatan.
Karena beberapa fenomena daitas sebagai seorang perawat yang profesional
wajib mengetahui fungsi dan perannya sebagai seorang perawat, dan juga
mengenal etika-etika dan konsep hukum yang berlaku dalam prosfesinya supaya
dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang menyalahi etika profesinya yang akan
berujung kepada malpraktik atau kelalaian yang merugikan klien, perawat itu
sendiri dan profesinya.
B. Tujuan
1. Tujauan Umum
Mengetahuai teori etik dan hukum dalam profesi keperawatan
2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas mata kuliah Etik dan Hukum Keperawatan
Diketahuinya teori-teori etik dalam profesi keperawatan
Diketahuinya istilah-istilah etik dan hukum dalam keperawatan
Diketahuinya perbedaan istilah-istilah etik dan hukum dalam keperawatan
Diketahuinya prinsip etik dalam keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ETIKA KEPERAWATAN
1. Pengertian
Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang
diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika
sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi
prilaku. (Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2002 : 7).
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan
yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan
atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas
karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik
berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
5. PRINSIP-PRINSIP ETIK
a. Otonomi (Autonomy)
Otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri, dan
nomos yang berarti aturan. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan
bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang harus dihargai oleh orang lain.
rinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya. Contoh tindakan yang tidak
memperhatikan memperhatikan otonomi adalah:
a) Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka doberi tahu sebelumnya
b) Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting
diketahui klien dalam membuat suatu pilihan.
c) Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan
atau penyimpangan.
d) Tidak memberikan informasi yang lengakap walaupun klien menghendaki
informasi tersebut.
e) Memaksa klien memberi informasi tentang hal – hal yang mereka sudah
tidak bersedia menjelaskannya.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh : seorang perawat
sedang bertugas sendirian disuatu unit RS kemudian ada seorang klien yang
baru masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan bantuan perawat
tersebut. Agar perawat tidak menghindar dari satu klien, kelian yang lainnya
maka perawat seharusnya dapat mempertimbangkan faktor - faktor dalam
situasi tersebut, kemudian bertindak berdasarkan pada prinsip keadilan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien. Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak
melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan
yang baik. Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa
pemberian transfusi darah bertentangan dengan keyakinannya, menaglami
perdarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien
bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis kepada dokter
bahwa ia tak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi
klien bertambah buruk dan terjadilah perdarahan hebat, dokter seharusnya
menginstruksikan untuk memberikan transfuse darah. Dalam hal ini, akhirnya
transfuse darah tidak diberikan karena prinsip beneficience walaupun
sebenarnya pada saat berasamaan terjadi penyalahgunaaan prinsip
maleficience.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best”
sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya.
Contoh : Ny. M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat
di RS dengan berbagai macam fraktur karena kecelakan mobil. Suaminya
yang juga ada dalam kecelakaan tersebut masuk kerumah sakit yang sama dan
meninggal. Ny. M bertanya berkali – kali kepada perawat tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak
mengatakan kematian suami NY. M kepada Ny. M. Perawat tidak di beri
alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan mengatakan keprihatinannya
kepada perawat kepala ruanga, yang mengatakan bahwa instruksi dokter
harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Contoh: perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien,
sesame karyawan dan masyarakat. Jika salah member dosis obat kepada klien
perawat tersebut dapat digugat oleh klien yang menerima obat, oleh dokter
yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.
BAB III
PENETUP
A. Kesimpulan
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan
yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan
atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas
karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik
berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnanto.(2004). Pengantar Profesi dan praktek keperawatan
professional.EGC : Jakarta