Anda di halaman 1dari 3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kelancaran sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Praktikum Standar
dan Pengendalian Mutu pakan. Laporan praktikum ini merupakan tugas yang harus diselesaikan
oleh Mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Standar dan Pengendalian Mutu Pakan di
Prodi S1 Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.

Dalam proses penulisan Laporan Praktikum ini tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada orang tua dan kerabat yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam
mengerjaan laporan ini, kepada Bapak Dosen Ir. Bambang Sulistiyanto, M.Agr.Sc., Ph.D., IPU
dan kakak asisten Muhammad Fikri Haidar yang telah banyak membantu dan membimbing
penyusunan laporan praktikum.

Akhir kata penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam
pengetikan laporan.

Semarang, 2022

Penulis
Uji Apung

Berdasarkan hasil praktikum yang telah diakukan, didapatkan hasil bahwa sampel
bekatul A dan sampel bekatul C yang diuji dengan uji apung menunjukkan hasil negatif, yang
berarti kedua sampel tidak terdapat pemalsuan bahan pakan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak
terdapat partikel yang mengapung. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho et al., (2022) bahwa
bekatul yang mengalami pemalsuan dengan dicampur sekam ketika di uji apung akan terdapat
partikel-partikel yang mengapung, dimana partikel tersebut adalah sekam. Semakin banyak
partikel yang mengapung, maka menunjukkan kualitas bekatul semakin jelek akibat terlalu
banyak disubal dengan sekam. Utama dan Sulistiyanto (2021) menjelaskan bahwa uji apung
pada bahan pakan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pemalsuan pada bahan pakan
dengan ditandai mengapung dan ytenggelamnya suatu sampel yang di uji, apabila semakin
banyak partikel yang mengapung maka mengindikasikan bahan pakan tersebut memiliki kualitas
yang tidak maksimal.

Sekam akan mengapung dikarenakan berat jenis sekam lebih kecil dari berat jenis air
sehingga sekam akan terapung. Akhadiarto (2015) menjelaskan bahwa bulk density sekam lebih
kecil dibandingkan dengan bulk density air sehingga sekam akan mengapung yang
mengindiskasikan bahan pakan disubal dengan sekam. Bahan pakan yang disubal dengan sekam
akan susah dicerna oleh ternak dan dapat mengganggu pencernaan ternak. Telew et al., (2013)
menjelaskan bahwa sekam memiliki kandungan silika dan lignin yang tinggi serta terdapat ikatan
lignoselulosa yang dapat menyebabkan ternak sulit mencerna pakan yang disubal dengan sekam.
Utama dan Sulistiyanto (2021) menambahkan bahwa sifat sekam adalah voluminous yang dapat
menyebabkan bulky pada bahan pakan, sehingga menyebabkan ternak tidak dapat maksimal
dalam mencerna pakan yang akan berdampak pada penurunan produktivitas ternak.

Daftar Pustaka

Akhadiarto, S. 2015. Prospek pembuatanpakan ayam dari bahan baku local. J. Sains dan
Teknologi Indonesia. 17(1) :7-15.
Nugroho, M. D., L. Liman, R. Sutrisna, dan M. Muhtarudin. 2022. Uji kualitas dedak padi di
Kabupaten Lampung Tengah. J. Riset dan Inovasi Peternakan. 6 (3) : 286-292.
Telew, C., V. G. Kereh, I. M. Untu dan B. W. Rembet. 2013. Pengayaan nilai nutritif sekam
padi berbasis bioteknologi “effective microorganisms” (EM4) sebagai bahan pakan
organik. J. Zootec. 32 (5): 1 – 8.
Utama, C. S., dan B. Sulistiyanto. 2021. Kajian pemalsuan bekatul dan tepung ikan di Wilayah
Jawa Tengah. J. Livestock and Animal Research. 19(1) : 32-39.

Anda mungkin juga menyukai