Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

“UJI EFEK AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK METODE


TOLERANSI GLUKOSA ”
FARMAKOLOGI
Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi II
Dosen Pengampu:
Purnama Fajri, M.Biomed., Apt.
Khairun Nida, M. Biomed., Apt.

Disusun Oleh:
Kelompok A-6
1. Sindy Sulistiani P24840121095
2. Salsabila Rahmahnia P24840121091
3. Sarah Rizkita Sabina P24840121093
4. Siti Nayla Vania Gita P24840121097
5. Syamsiah Syafani Putri P24840121099
6. Tiffany Fidya Azzahra P24840121101
7. Widya Santika P24840121103
8. Windri Nur Azizah P24840121105

JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120
Jakarta, 2022
A. Dasar Teori
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat
adanya gangguan pada metabolism glukosa, disebabkan kerusakan proses
pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60 –
120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi
gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas,
keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah
cenderung naik (hiperglikemia).1
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
diakibatkan kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel B pulau
Langerhans kelenjar pankreas baik absolut maupun relatif.2
Kelainan metabolism yang paling utama ialah kelainan
metabolisme karbohidrat. Oleh karena itum diagnosis diabetes mellitus
selalu berdasarkan kadar glukosa dalam plasma darah.3
Diabetes mellitus merupakan salah satu jenis penyakit yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia)
sebagai akibat dari rendahnya sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau
keduanya. Diabetes mellitus bukan merupakan pathogen melainkan secara
etiologi adalah kerusakan atau gangguan metabolisme. Gejala umum
diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia, kekurangan berat
badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insulin sampai pada
infeksi. Hiperglikemia akur dapat menyebabkan sindrom hyperosmolar
dan kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia kronik
menyebabkan kerusakan jangka panjang, disdungsi dan kegagalan
metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka pangjang diabetes
adalah macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes
kaki dan diabetes jantung.4

1
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi; pendekatan proses keperawatan. Alih Bahasa : Dr.
Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
2
Adam J.M.F. 2000. Klasifikasi dankriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin Dunia
Kedokteran No.127
3
Herman F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos
Bulletin No.1.
4
Reinauer, H . P . D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck,2002. Laboratory Diagnosis and
Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization. Geneva.
1. Monografi Bahan
Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir Putih
Kelarutan : agak sukar larut dalam metil klorida, sukar larut dalam
etanol dan metanol,praktis tidak larut dalam air

2. Mekanisme kerja Glibenklamide


Menstimulasi pancreas untuk memproduksi insulin dan
meningkatkan sensitivitas. Sel beta terhadap glukosa. Sulfonilurea dapat
menormalkan produksi glukosa di hati dan secara parsial membalikan
resintensi insulin pada pasien diabetes melitus tipe 2. Glibenklamide hanya
bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih
mampu memproduksi insulin dengan baik. Pada penggunaan per oral
glibenklamide diabsorsi sebagai secara cepat dan tersebar keseluruh cairan
ekstrasel, sebagai besar terikat dengan protein plasma.5( Dipiro dkk.,2008)

3. Efek Samping
Efek samping glibenklamide umumnya ringan dan frekuensinya rendah,
antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syarat pusat.
a. Gangguan saluran cerna berupa :
Mual,diare,sakit perut dan hipersekresi asam lambung.
b. Gangguan susunan syaraf pusat berupa :
Sakit kepala,vertigo,bingung,ataksia dan lain sebagainya.

B. Tujuan Praktikum

5
Dipro JT, Tablert RL, Yee GC, Matzke GR, wells BG, Posey LM. 2008.Phmacotherapy; A
Pathoysylogic Appoach 7thed. New York;McGraw Hill.
Tujuan praktikum farmakologi uji toleransi glukosa kali ini diantaranya
ialah :
1. Membuktikan mekanisme kerja dan efek hipoglikemik Glibenklamid
dan Akarbose dengan uji metode toleransi glukosa terhadap mencit
putih DDY.

C. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat membuktikan mekanisme kerja dan efek hipolikemik
glibenklamid dan akarbose dengan uji metode toleransi glukosa
terhadap mencit putih DDY.

D. Metodologi Penelitian

1. Waktu dan Tempat


a. Waktu : Kamis, 17 November 2022
b. Tempat : Laboraturium Farmakologi Poltekkes Kemenkes Jakarta II

2. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Timbangan mencit Larutan glukosa 10%
Alat suntik 1 ml dan sonde oral Tab glibenklamid 5 mg
mencit
Kandang metabolisme individual Tragakan
Kandang pengambilan darah Mencit putih DDY
Beaker gelas Etanol dan kapas
Cutter Strip Accu Check
Accu Check

3. Cara Kerja
Berikut ini adalah tahapan cara kerja dalam melakukan praktikum
farmakologi uji rute pemberian :
1. Laboran sebelum memulai praktikum mempuasakan mencit 10-12
jam.
2. Laboran menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk
melakukan praktikum, serta mencit sebagai hewan coba.
3. Setelah itu, laboran memberi nomor mencit pada bagian pangkal
ekor dengan spidol berwarna sebagai pembeda pengamatan.
4. Kemudian laboran menimbang bobot mencit satu per satu secara
seksama.
5. Laboran mengambil mencit yang masih puasa, kemudian laboran
mengambil darah dibagian ujung ekor mencit, sebelum Laboran
mengambil darah dibagian ujung ekor mencit, mencit diberi
anastesi terlebih dahulu kemudian ditunggu sekitar 1 menit, setelah
1 menit laboran memotong ujung ekor mencit dengan gunting
kemudian darah mencit di ukur dengan alat Accu Check.
6. Setelah mengambil darah mencit yang masih puasa, lalu laboran
menghitung dosis untuk setiap mencit berdasarkan bobot yang
sudah ditimbang.
7. Laboran menyerahkan hasil perhitungan kepada pengawas untuk
dilakukan acc.
8. Setelah perhitungan dosis di setujui oleh pengawas, laboran mulai
memasukkan sediaan Tragakan, Glibenklamid, ke dalam spuit, lalu
menyerahkan kembali kepengawas untuk dilakukan acc kedua.
9. Setelah sudah di acc oleh pengawas, laboran akan memberikan
perlakuan secara oral dengan cara sonde dimasukkan melalui tepi
langit-langit kebelakang sampai esofagus.
10. Sediaan pertama yang diberikan kepada mencit adalah tragakan
dengan volume sesuai dengan perhitungan yang sudah disetujui
oleh pengawas.
11. Setelah berhasil memberikan sediaan tragakan, laboran bergegas
memberikan sediaan kedua yaitu Glibenklamid kepada setiap
mencit yang sudah diberikan nomor penanda.
12. Kemudian laboran menaruh mencit ditempat mangkok diamkan
mencit lalu ditunggu sampai 30 menit.
13. Setelah 30 menit, laboran memberikan larutan glukosa 10%
kemudian mencit diukur gula darah dengan Accu Check.
14. Setelah mencit diukur gula darah, mencit kembali didiamkan
selama 120 menit.
15. Setelah 120 menit mencit kembali diukur gula darah dengan Accu
Check.
16. Laboran mencuci semua alat praktikum setelah praktikum selesai
4. Perhitungan bahan
 Sediaan tragakan : 0,2 ml
 Glibenklamid 10 : 0,13 mg/mL
 Glibenklamid 5 : 0,065 mg/mL
1. Kelompok N (Kontrol Tragakan)
a. N mencit no 1 BB 22,4 g
22,4 g
× 0,2mL=0,224 mL →0,22 mL
20 g
b. N mencit no 2 BB 23,2 g
23,2 g
×0,2 mL=0,232 mL→0.23 mL
20 g
c. N mencit no 5 BB 15,44 g
15,44 g
× 0,2mL=0,154 mL →0,15 mL
20 g
d. N mencit no 9 BB 26,25 g
26,25 g
×0,2 mL=0,262 mL →0,26 mL
20 g

2. Kelompok Glibenklamid 10
Dosis mencit : 10 × 0,0026 = 0,026 mg/20g BB
a. Glibenklamid 10 mencit no 3 BB 26,8 g
26,8 g
×0,026 mg=0,0348 mg
20 g
Volume yang diberikan :
0,0348 mg
×1 mL=0,267 mL ⟶ 0,27 mL
0,13 mg

b. Glibenklamid 10 mencit no 6 BB 23,73 g


23,73 g
×0,026 mg=0,030 mg
20 g
Volume yang diberikan :

0,030 mg
×1 mL=0,230 mL → 0,23 mL
0,13 mg

c. Glibenklamid 10 mencit no 7 BB 24,21 g


24,21 g
× 0,026 mg=0,031mg
20 g
Volume yang diberikan :
0,031mg
×1 mL=0,238 mL →0,24 mL
0,13 mg
d. Glibenklamid 10 mencit no 10 BB 21,56 g
21,56 g
×0,026 mg=0,028 mg
20 g
Volume yang diberikan :
0,028 mg
×1 mL=0,215 mL → 0,22mL
0,13 mg

3. Kelompok Glibenklamid 5
Dosis mencit : 5 × 0,0026 = 0,013 mg/20 mg
a. Glibenklamid 5 mencit no 4 BB 24,0 g
24,0 g
×0,013 mg=0,0156 mg
20 g
Volume yang diberikan :
0,0156 mg
×1 mL=0,24 mL
0,065 mg
b. Glibenklamid 5 mencit no 8 BB 20,42 g
20,92 g
× 0,013 mg=0,0135 mg
20 g
Volume yang diberikan :
0,0135 mg
×1 mL=0,2076 mL ⟶ 0,21 mL
0,065 mg
c. Glibenklamid 5 mencit no 11 BB 17,12 g
17,12 g
× 0,013 mg=0,011 mg
20 g
Volume yang diberikan :
0,011 mg
×1 mL=0,169 mL → 0,17 mL
0,065 mg
d. Glibenklamid 5 mencit no 12 BB 21,72 g
21,72 g
× 0,013 mg=0,014 mg
20 g
Volume yang diberikan :
0,014 mg
×1 mL=0,215 mL → 0,22 mL
0,065 mg

4. Menghitung Glukosa
Glukosa = 1 g
Sediaan = 10 % ⟶ 10 g/Ml
a. Mencit no 1
22,4 g
×1 g=0,0224 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,0224 g
×100 mL=0,224 mL ⟶ 0,22mL
10 g
b. Mencit no 2
23,2 g
×1 g=0,0232 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,0232 g
×100 mL=0,232 mL ⟶ 0,23mL
10 g
c. Mencit no 3
26,8 g
×1 g=0,0268 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,0268 g
×100 mL=0,0268 mL → 0,27 mL
10 g
d. Mencit no 4
24,0 g
×1 g=0,024 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,024 g
× 100mL=0,24 mL
10 g
e. Mencit no 5
15,44 g
×1 g=0,01544 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,01544 g
× 100mL=0,1544 mL → 0,15mL
10 g
f. Mencit no 6
23,73 g
×1 g=0,02373 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,02373 g
×100 mL=0,2373 mL → 0,24 mL
10 g
g. Mencit no 7
24,21 g
× 1 g=0,02421 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,02421 g
×100 mL=0,2421→ 0,24 mL
10 g
h. Mencit no 8
20,92 g
× 1 g=0,02092 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,02092 g
×100 mL=0,2092→ 0,21 mL
10 g
i. Mencit no 9
26,25 g
×1 g=0,0262 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,0262 g
×100 mL=0,262 mL →0,26 mL
10 g
j. Mencit no 10
21,56 g
×1 g=0,0215 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,0215 g
×100 mL=0,215 mL → 0,22 mL
10 g
k. Mencit no 11
17,12 g
× 1 g=0,0171 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,0171 g
×100 mL=0,171 mL →0,17 mL
10 g
l. Mencit no 12
21,72 g
× 1 g=0,0217 g
1000 g
Volume yang diberikan :
0,0217 g
×100 mL=0,217 mL → 0,22 mL
10 g

E. Hasil dan Pembahasan


Praktikum pada kali ini adalah dengan melakukan pengujian efek obat
Glibenklamid 5 dan Glibenklamid 10 pada hewan coba mencit terhadap kontrol
gula darah. Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium atau hewan
coba dikarenakan memiliki kelebihan seperti siklus hidup relatif pendek,
banyaknya jumlah anak per kelahiran, mudah ditangani, memiliki karakteristik
reproduksinya mirip dengan hewan mamalia lain, struktur anatomi, fisiologi serta
genetik yang mirip dengan manusia (Fianti,2017;Herrmann.,2019).
Pada pengujian kali ini hewan coba dikelompokan ke dalam 3 kelompok
perlakuan, yaitu kelompok kontrol (N), Glibenklamid 5, dan Glibenklamid 10.
Sebelum diberikan perlakuan mencit harus dipuasakan 12-16 jam terlebih dahulu
agar glukosa darah stabil dan tidak terjadi perubahan kadar glukosa darah akibat
asupan makanan. Kemudian mencit diambil sampel darah dari ekornya untuk
menentukan kadar glukosa darah awal sebelum pemberian glukosa (cek gula
darah puasa). Setelah itu berikan mencit perlakuan secara oral dengan
menggunakan sonde. Kelompok komtrol tersebut diberikan larutan tragakan
dengan dosis 0,5% atau 0,2 mL/20gBB mencit, Glibenklamid 5 diberikan
Glibenklamid 5 mg dosis manusia dan Glibenklamid 10 diberikan Glibenklamid
10 mg dosis manusia, Glibenklamid harus dikonversi terlebih dahulu menjadi
dosis mencit. Setelah 30 menit, lalu diberikan larutan glukosa dengan dosis 1g/kg
BB, sediaan 10%.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui ada efek toleransi glukosa pada hewan
coba mencit.

 Hasil Uji Gula Darah


Berikut adalah data persen efek dan mean persen efek obat yang
diperoleh ketika melakukan uji coba toleransi glukosa.

Tabel 1. Data Persen Efek Gula Darah


No Perlakuan t0 t 120 % Efek Mean %
Efek
1 N 102 76 25.49 24.12
2 N 68 66 2.94
3 N 77 48 37.66
4 N 102 71 30.39
5 Glibenklamid 5 82 31 69.20 45.68
6 Glibenklamid 5 82 72 12.19
7 Glibenklamid 5 80 26 67.50
8 Glibenklamid 5 195 129 33.84
9 Glibenklamid 10 95 63 33.68 31,07
10 Glibenklamid 10 108 72 33.33
11 Glibenklamid 10 80 66 17.50
12 Glibenklamid 10 103 62 39.80

Berdasarkan data tabel diatas, didapatkan hasil rata - rata persen efek obat
dari tiap perlakuan yaitu 24.12 untuk kelompok kontrol normal (N), kemudian
45.68 untuk kelompok Glibenklamid 5, dan 31,07 untuk kelompok Glibenklamid
10. Dari data yang telah diperoleh menunjukan bahwa obat Glibenklamid
mempengaruhi atau memberikan efek gula darah pdaa mencit.
Grafik 1. Perbandingan % Efek Obat

Grafik Perbandingan % Efek Obat


50
45
40
35 f(x) = 3.475 x + 26.6733333333333
R² = 0.0997177631015753
30
Mean % Efek

25 Y-Values
Linear (Y-Values)
20
15
10
5
0
Kontrol (N) Glibenklamid 5 Glibenklamid 10
Perlakuan

Berdasarkan grafik diatas, obat yang memberikan efek paling tinggi adalah
Glibenklamid 5 yaitu dengan rata – rata % efek 45.68% dibandingkan dengan rata
– rata % efek Glibenklamid 10 yaitu 31.07% dan kontrol 24.12%. Kedua obat
memiliki efek terhadap gula darah pada mencit dapat dilihat dari data tersebut
bahwa persen efek obat keduanya lebih besar dari kontrol normal ( Tragakan).
Data efek persen obat dianalisa secara statistik, untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaaan bermakna dari persen efek tiap kelompok perlakuan secara
statistika. Persen obat ini dianalisa menggunakan uji One – Way Anova,
Pemilihan uji statistik One – Way Anova dikarenakan data yang tersedia termasuk
parametrik dan memiliki kelompok data lebih dari dua. Kemudian Uji Parametrik
dilakukan ketika datanya terdistribusi normal dan variannya homogen. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah menguji data dengan uji normalitas. Berikut
hasil dari uji normalitas.
Tabel 2. Uji Normalitas Data % Efek Obat

No Perlakuan Sig. (Saphiro Wilk)


1 N 0.455
2 Glibenklamid 5 0.319
3 Glibenklamid 10 0.295

Berdasarkan uji normalitas diatas, ketiganya memiliki nilai Sig>0.05 yang


artinya H O diterima dan H a ditolak sehingga menunjukan data terdistribusi
dengan normal. Kemudian setelah uji normalitas dan hasil datanya terdistribusi
dengan normal maka data tersbut dilanjutkan dengan menguji data menggunakan
uji homogenitas.
Tabel 3. Uji Homogenitas Data % Efek Obat

Levene statistic Sig


0.044

Berdasarkan dari hasil uji homogenitas diatas, didapatkan hasil uji


homogenitas dengan nilai Sig. P = 0.044 < 0.05 dari nilai tersebut berarti H O
ditolak dan H a diterima sehingga data memiliki varian yang tidak homogen.
Karena data tidak homogen maka syarat untuk uji anove tidak terpenuhi,
sehingga untuk uji selanjutnya harus dilakukan Uji Welch terlebih dahulu.
Tabel 4. Uji Welch Data % Efek Obat

Welch Sig.
0.473

Berdasarkan dari hasil uji welch, didapatkan nilai Sig. 0.473>0,005


menunjukan bahwa data memiliki varian yang sama. Maka H O diterima dan H a
ditolak. Dikarenakan syarat uji Welch terpenuhi, yakni dengan significance 0,473
> 0,05, yang mana mengartikan bahwa data memiliki varian sama, maka uji
dilanjutkan dengan pengujian Games Howell untuk melihat ada tidaknya
perbedaan yang signifikan pada data.
Tabel 5. Uji Games Howell Data % Efek Obat

No Kelompok Sig. Keterangan


1 Glibenklamid 5 terhadap Kontrol (N) 0.426 Tidak Terdapat
2 Glibenklamid 10 terhadap Kontrol 0.728 Perbedaan
(N) Signifikan
3 Glibenklamid 5 terhadap 0.618
Glibenklamid 10

Berdasarkan dari hasil Uji Games Howell, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada setiap kelompok perlakuan dikarenakan nilai yang didapatkan Sig
> 0.05. Tetapi jika dilihat dari nilai rata – rata (mean) % efek tiap kelompok
perlakuan data tersebut menunjukan adanya perbedaan.
Berdasarkan hasil uji statistik, terbukti bahwa Glibenklamid 5 dan
Glibenklamid 10 dapat mempengaruhi efek gula darah pada hewan coba yaitu
mencit. Dan dapat disimpulkan juga bahwa Glibenklamid 5 memiliki persentase
efek yang lebih besar dibandingkan Glibenklamid 10.

Lampiran
no perlakuan berat gula obat glukosa gula darah PP % efek
(g) darah
jam vol(ml) jam vol (ml) 30 120
1 N 22,4 102 08.58 0,22 09.2 0,22 124 76 25,49
8
2 N 23,2 68 09.00 0,23 09.3 0,23 116 66 2,94
0
3 N 15,44 77 09.12 0,15 09.4 0,15 74 48 37,66
2
4 N 26,25 102 09.00 0,26 09.3 0,26 122 71 30,39
0
5 glib 10 26,8 95 09.04 0,27 09.3 0,27 128 63 33,68
4
6 glib 1o 23,73 108 08.56 0,24 09.2 0,24 99 72 33,33
6
7 glib 10 24,21 80 09.01 0,24 09.3 0,24 96 66 17,5
1
8 glib 10 21,56 103 08.58 0,22 09.2 0,22 115 62 39,8
8
9 glib 5 24 82 09.56 0,24 09.4 0,24 51 31 69,2
3
10 glib 5 20,92 82 09.05 0,21 09.3 0,21 78 72 12,19
5
11 glib 5 17,12 80 09.32 0,17 09.3 0,17 23 26 67,5
7
12 glib 5 21,72 195 09.37 0,22 10.0 0,22 245 129 33,84
9

Descriptives
perlakuan Statistic Std.
Error
persen_efek Kontrol Mean 24.1200 7.48951
95% Confidence Interval Lower Bound .2850
for Mean Upper Bound 47.9550
5% Trimmed Mean 24.5444
Median 27.9400
Variance 224.371
Std. Deviation 14.9790
3
Minimum 2.94
Maximum 37.66
Range 34.72
Interquartile Range 27.27
Skewness -1.343 1.014
Kurtosis 2.152 2.619
Glibenkamid 5mg Mean 45.6825 13.8174
7
95% Confidence Interval Lower Bound 1.7092
for Mean Upper Bound 89.6558
5% Trimmed Mean 46.2367
Median 50.6700
Variance 763.689
Std. Deviation 27.6349
3
Minimum 12.19
Maximum 69.20
Range 57.01
Interquartile Range 51.17
Skewness -.500 1.014
Kurtosis -3.153 2.619
Glibenkamid 10mg Mean 31.0775 4.76338
95% Confidence Interval Lower Bound 15.9183
for Mean Upper Bound 46.2367
5% Trimmed Mean 31.3472
Median 33.5050
Variance 90.759
Std. Deviation 9.52676
Minimum 17.50
Maximum 39.80
Range 22.30
Interquartile Range 16.81
Skewness -1.396 1.014
Kurtosis 2.624 2.619

Tests of Normality
perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
persen_efek Kontrol .286 4 . .905 4 .455
Glibenkamid 5mg .285 4 . .875 4 .319
Glibenkamid 10mg .343 4 . .869 4 .295
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


persen_efek
Levene df1 df2 Sig.
Statistic
4.514 2 9 .044

ANOVA
persen_efek
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups 968.872 2 484.436 1.347 .308
Within Groups 3236.460 9 359.607
Total 4205.332 11

Robust Tests of Equality of Means


persen_efek
Statistica df1 df2 Sig.
Welc .865 2 5.307 .473
h
a. Asymptotically F distributed.

Multiple Comparisons
Dependent Variable:
(I) perlakuan Mean Std. Sig. 95% Confidence
Differen Error Interval
ce (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Bonferro Kontrol Glibenkam - 13,409 ,427 - 17,770
ni id 5mg 21,5625 08 60,895 7
0 7
Glibenkam - 13,409 1,00 - 32,375
id 10mg 6,95750 08 0 46,290 7
7
Glibenkam Kontrol 21,5625 13,409 ,427 - 60,895
id 5mg 0 08 17,770 7
7
Glibenkam 14,6050 13,409 ,913 - 53,938
id 10mg 0 08 24,728 2
2
Glibenkam Kontrol 6,95750 13,409 1,00 - 46,290
id 10mg 08 0 32,375 7
7
Glibenkam - 13,409 ,913 - 24,728
id 5mg 14,6050 08 53,938 2
0 2
Games- Kontrol Glibenkam - 15,716 ,426 - 31,100
Howell id 5mg 21,5625 72 74,225 8
0 8
Glibenkam - 8,8759 ,728 - 21,750
id 10mg 6,95750 6 35,665 9
9
Glibenkam Kontrol 21,5625 15,716 ,426 - 74,225
id 5mg 0 72 31,100 8
8
Glibenkam 14,6050 14,615 ,618 - 68,681
id 10mg 0 48 39,471 6
6
Glibenkam Kontrol 6,95750 8,8759 ,728 - 35,665
id 10mg 6 21,750 9
9
Glibenkam - 14,615 ,618 - 39,471
id 5mg 14,6050 48 68,681 6
0 6

Anda mungkin juga menyukai