Anda di halaman 1dari 8

Serambi Akademica Vol. 8, No.

2, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2020 eISSN 2657- 0998

Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris Materi Procedure Text


Melalui Discovery Learning
Agus Sriningsih

SMP Negeri 1 Sungai Raya, Kabupaten Aceh Timur


Email : agussriningsih.smpnsr@gmail.com

ABSTRAK

Pennelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar bahasa Inggris siswi
kelas IX.A SMP Negeri 1 Sungai Raya semester I Tahun Pelajaran 2019-2020
setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning dengan materi
procedure text. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Penelitian ini
menggunakan teknik observasi. Sampel penelitian siswa kelas IX.A SMPN 1 Sungai
Raya berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
lembar Kerja Siswa dan lembar observasi. Data awal menunjukkan nilai hasil belajar
siswa, karena nilai yang diperoleh dibawah KKM ≥75 yaitu rata- rata nilai kelas
hanya 63,125 dengan ketuntasan belajar klasikal dari 32 siswi hanya 5 siswi yang
tuntas (15,625%), serta 27 siswa (84,375%) diantaranya belum tuntas. Pada siklus I
setelah diterapkan pembelajaran menggunakan Discovery Learning rata-rata kelas
mengalami peningkatan menjadi 70,00 dengan ketuntasan sebesar 11 siswa
(34,375%). Pada siklus II setelah diadakan sedikit perubahan, rata-rata kelas
kembali meningkat mencapai nilai 86,562 dengan ketuntasan sebesar 31 siswa
(96,875%). Dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan Discovery Learning
dengan materi procedure text sebagai pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar pada siswi kelas IX.A di SMP Negeri 1 Sungai Raya.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Discovery Learning, Teks Procedure

PENDAHULUAN
Proses pembelajaran Bahasa Inggris meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu
menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
Pembelajaran Bahasa Inggris berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Sehingga setelah mempelajarai Bahasa
Inggris diharapkan siswa siap berperan dalam pembangunan nasional. Kemampuan siswa
dalam hal menulis (writing) harus dikuasai dengan sangat baik agar membantu siswa
dalam berkomunikasi di dalam masyarakat internasional. Ketrampilan menulis merupakan
salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa kelas IX Sekolah
Menengah Pertama. Pembelajaran bahasa Inggris terdiri atas komponen kebahasaan,
pemahaman, dan penggunaan. Komponen kebahasaan berisi materi lafal, ejaan, tanda
baca, kosakata, struktur, paragraf, dan wacana. Komponen pemahaman berisi materi
listening dan reading, sedangkan komponen penggunaan berisikan materi speaking dan
writing.
Procedure text adalah sebuah teks yang memberikan kita perintah atau instruksi
untuk melakukan sesuatu. Procedure text adalah teks yang dirancang untuk

216
Serambi Akademica Vol. 8, No. 2, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2020 eISSN 2657- 0998

menggambarkan bagaimana sesuatu dicapai melalui urutan tindakan atau langkah-langkah.


Jadi dapat disimpulkan disini, procedure text adalah jenis teks yang bertujuan untuk
menggambarkan suatu perintah atau instruksi tentang bagaimana sesuatu dicapai sesuai
urutan atau langkah-langkah yang benar. Dan biasanya judul procedure text diawali
dengan “How to ….“. Contohnya misalnya seperti “How to make a cup of tea” (Cara
membuat secangkir teh), “How to Use the Computer” (Cara menggunakan komputer), dan
masih banyak lagi contoh lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran Bahasa
Inggris yang berlangsung di SMP Negeri 1 Sungai Raya belum terlaksana seperti yang
diharapkan. Proses pembelajaran yang masih monoton sehingga siswa merasa bosan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran
berjalan lambat dan sebagian materi sulit untuk dipahami oleh siswa sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa masih jauh di
bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP
Negeri 1 Sungai Raya sebanyak 75.
Menurut Rifa’i, (2009: 85), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Menurut Reigeluth yang
dikutip Keller dalam Rusman (2012: 7), hasil belajar adalah semua akibat yang dapat
terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode
dibawah kondisi yang berbeda. Snelbeker dalam Rusman (2012: 8) juga mengatakan hasil
belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan
perbuatan belajar. Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang
diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan
sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya.
Model pembelajaran penemuan (discovery learning) diartikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara langsung tetapi
siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara
mandiri. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang yang saintis (ilmuan). Mereka tidak
hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai
pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan. Menurut Suprihatiningrum (2014:244), terdapat 2
(dua) cara dalam pembelajaran penemuan (Discovery Learning), yaitu pembelajaran
penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran penemuan tanpa adanya
petunjuk atau arahan dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery
Learning) yakni pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajarannya.
Menurut Hamalik (2009:187) Bentuk metode pembelajaran Discovery Learning
dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah bergantung
pada besarnya kelas. Sistem satu arah, pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu
arah yang dilakukan guru. Struktur penyajiannya dalam bentuk usaha merangsang peserta
didik melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan
kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery. Sedanngkan

217
Agus Sriningsih

sistem 2 (dua) arah, sistem dua arah melibatkan peserta didik dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru. Peserta didik melakukan discovery, sedangkan guru
membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar.

METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Sungai Raya, yang beralamat di Langsa-Idi KM.
26 Kab. Aceh Timur Provinsi Aceh selama tiga bulan, dari bulan September sampai
dengan bulan Nopember 2019. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.A dengan
jumlah siswa 32 orang yang semuanya merupakan kelas perempuan. Untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik observasi, yaitu peneliti
mengadakan pengamatan langsung terhadap penggunaan model Discovery Learning
dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Alat pengumpulan data
dalam penelitian ini meliputi memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar
observasi. Pengolahan data tindakan kelas ini adalah dengan teknik analisis deskriptif
yaitu dengan membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan hasil belajar pada siklus
II. Pembahasan penelitian ini melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, yang masing-
masing siklus mempunyai 4 (empat) tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dari 32 jumlah siswi kelas IX.A hanya 5 siswi (15,625%) yang mencapai KKM
yang ditetapkan yaitu 75. Selain rendahnya prestasi belajar peserta didik, sikap tidak
peduli peserta didik terhadap pembelajaran, penjelasan materipun diabaikan. Berikut
gambaran kondisi awal terhadap prestasi belajar peserta didik seperti tertera pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1. Ketuntasan Belajar Hasil Tes Awal Pada Kondisi Awal
No Hasil Tes Akhir Jumlah Persentasi
1 Siswa yang Tuntas 5 15.625%
2 Siswa Tidak Tuntas 27 84.375%
3 Jumlah 32 100

Tabel 2. Nilai Hasil Tes Awal Pada Kondisi Awal


No Hasil Tes Akhir Jumlah
1 Nilai Tertinggi 80
2 Nilai Terendah 50
3 Jumlah Nilai 2020
4 Nilai rata-rata 63,125

Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa siswa kelas IX.A yang belum
mencapai ketuntasan belajar minimum (KKM) untuk materi teks procedure sebanyak 27
siswa (84,375%). Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan hanya 5 siswa (15,625%).
Nilai tertinggi pada tes kondisi awal adalah 80, sedangkan nilai terendahnya adalah 50,
218
Serambi Akademica Vol. 8, No. 2, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2020 eISSN 2657- 0998

dengan nilai rata-rata 63,125. Pencapaian nilai yang rendah disebabkan belum
menggunakan Discovery Learning sebagai salah satu sarana memudahkan siswa dalam
menulis teks procedure. Hal dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.

Gambar 1. Grafik Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Awal


Pada siklus I, hasil belajar yang diamati adalah yang tuntas dan yang tidak tuntas,
serta perolehan nilai rata-rata tes akhir siklus I. Untuk memperjelas data hasil belajar
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Ketuntasan Belajar Hasil Tes Siklus I


No Hasil Tes akhir Jumlah Persentase
1. Siswa yang tuntas 11 34.375 %
2. Siswa yang tidak tuntas 21 65,625 %
3 Jumlah 32 100 %

Table 4. Nilai Hasil Tes Siklus I


No Keterangan Nilai
1 Nilai Tertinggi 80
2 Nilai Terendah 60
3 Jumlah Nilai 2240
4 Nilai Rata-rata 70,00

Dari hasil tes akhir siklus I pada tabel di atas dapat dilihat, dari 32 orang siswa, 11
orang atau (34,375 % ) sudah tuntas belajarnya dan 21 orang atau (65,625 % ) belum
tuntas belajarnya. Nilai tertinggi pada tes Siklus I adalah 80, sedangkan nilai terendahnya
adalah 60, dengan nilai rata-rata 70,00. Siklus satu sudah diterapkan model Discovery
Learning namun belum maksimal oleh karena itu diperlukan kelanjutan pada siklus II dan
diharapkan nilai yang dicapai akan maksimal. Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat
dilihat pada grafik dibawah ini.

219
Agus Sriningsih

Gambar 2. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I

Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II peserta didik masih belajar secara
kelompok, namun dalam kegiatan pembelajaran peserta didik juga diberikan tugas secara
individu. Tugas individu berupa quis agar peserta didik lebih bertanggung jawab dan aktif
dalam proses pembelajaran. Dari hasil tes siklus II, menunjukkan bahwa peserta didik
yang dinyatakan mencapai nilai KKM sebanyak 31 siswa (96,875 %) sedangkan yang
masih dibawah nilai KKM sbanyak 1 siswa ( 3,125 %). Hasil tes dapat dideskripsikan
pada tabel berikut ini, hasil belajar siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Ketuntasan Belajar Hasil Tes Siklus II
No Hasil Tes akhir Jumlah Persentase
1. Siswa yang tuntas 31 96,875 %
2. Siswa yang tidak tuntas 1 3,125 %
3 Jumlah 32 100 %

Table 6 Nilai Hasil Tes Siklus II


No Keterangan Nilai
1 Nilai Tertinggi 90
2 Nilai Terendah 70
3 Jumlah Nilai 2770
4 Nilai Rata-rata 86,562

Dari hasil tes akhir siklus II pada tabel diatas dapat dilihat, dari 32 orang siswa, 31
orang atau (96,875% ) sudah tuntas belajarnya dan hanya 1 siswa atau (3,125 %) belum
tuntas belajarnya. Nilai tertinggi pada tes Siklus II adalah 90, sedangkan nilai terendahnya
adalah 70, dengan nilai rata-rata 86,562. Pencapaian kemampuan menulis teks procedure
mengalami peningkatan maksimal dilihat dari nilai rata-rata. Penerapan model Discovery
Learning diterapkan dengan sangat baik dan seluruh peserta didik bekerjasama dengan
guru oleh karena itu penelitian ini dicukupkan pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa
siklus II dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
220
Serambi Akademica Vol. 8, No. 2, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2020 eISSN 2657- 0998

Gambar 3. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus II


Dari data terlihat bahwa pada kondisi awal peserta didik yang tuntas hanya ada 5
orang (15,625 %) sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 27 orang ( 84,373 %), siklus I
siswa yang tuntas ada 11 orang (34,375 %) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 21
orang (65,625 %), dan pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 31 orang (96,875%)
sedangkan yang belum tuntas ada 1 orang (3,125 %). Berdasarkan data tersebut, terdapat
kenaikan rata-rata dari kondisi awal hanya (63,125), sedangkan pada siklus 1 (70,00) dan
pada siklus II menjadi (86,562). Perbandingan ketuntasan dan nilai rata-rata kelas pada
kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Rangkuman Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan II
N Siklus Persentase
Hasil Tes akhir
o KA I II KA I II
1. Siswa yang tuntas 5 11 31 15,625% 34,375% 96,875%
Siswa yang tidak
2. 27 21 1 84,375% 65,625% 3,125%
tuntas
3 Jumlah 32 32 32 100 100 100

Table 8. Rangkuman Nilai Rata-Rata Kondisi Awal, Siklus I, dan II


Nilai
No Keterangan
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai Tertinggi 80 80 90
2 Nilai Terendah 50 60 70
3 Jumlah Nilai 2020 2240 2770
4 Nilai Rata-rata 63,125 70,00 86,565

Rekapitulasi perbandingan peningkatan dan prestasi belajar pada kondisi awal,


siklus I dan siklus II pada tabel di atas dapat diperjelas melalui gambar grafik sebagai
berikut.

221
Agus Sriningsih

Gambar 4. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan II

Gambar 5. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Nilai Kondisi Awal, Siklus I dan II

PENUTUP
Simpulan
1. Adanya kemajuan kemampuan peserta didik menyerap materi pembelajaran. Skor
rata-rata hasil belajar yang didapatkan peserta didik meningkat.
2. Penerapan model Discovery Learning sangat efektif dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik terhadap materi dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
3. Pada siklus 1 Hasil yang diperoleh masih kurang memuaskan karena dari 32 orang
siswa, yang tuntas hanya 11 orang siswa saja (34,375 %) sedangkan nilai rata-
ratanya hanya 70.00 dan pada siklus II 31 dari 32 siswa sudah tuntas hasil belajarnya
atau (96,875%) dengan nilai rata-rata tes siswa mencapai 86,562

222
Serambi Akademica Vol. 8, No. 2, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2020 eISSN 2657- 0998

4. Hasil Belajar Bahasa Inggris melalui model Discovery Learning pada siswa kelas IX
telah mencapai tahap berhasil, hal ini di buktikan bahwa siswa mencapai KKM yang
telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2001 Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hamalik, Omar. 2009. Pendekatan Baru Strategi Belajar mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rifa’i, Achmad. 2009. Psikologi pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

223

Anda mungkin juga menyukai