Anda di halaman 1dari 1

Ppt hukum media massa

EKSISTENSI PELAKU TRANSGENDER DALAM LEMBAGA PENYIARAN INDONESIA


 •Transgender Dalam Hukum, Profesi Jurnalistik Dan Etika Media Massa
identitas gender atau ekspresi gender yang berbeda dengan kelamin yang ada saat
lahir disebut sebagai Transgender, keberadaan Transgender di Indonesia masih
dianggap sebelah mata. Hal ini dikarenakan norma yang berlaku di dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Dalam profesi jurnalistik dan etika media massa semua hal
yang berkaitan dengan penyiaran harus selalu berpedoman pada etika yang ada
termasuk norma-norma yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum. pelaku
Transgender masih biasa tampil dalam lembaga peyiaran Indonesia karena tidak adanya
ketentuan hukum yang pasti dalam mengatur hal tersebut, dengan ketentuan tidak
boleh menceritakan Transgendernya karena perilaku Transgendernya tersebut sudah
bertentangan dengan undang – undang penyiaran no-32-tahun-2002 BAB V Pedoman
Perilaku Penyiaran pasal 48 ayat 2 (Dua) mengenai nilai-nilai agama, moral dan
norma – norma di masyarakat umum.

•Perspektif masyarakat terhadap pelaku Transgender pada Lembaga Peyiaran


pandangan masyarakat terhadap pelaku Transgender terbagi menjadi pro, kontra serta
netral. Hal ini dilihat dari latar belakang agama, sosial budaya dan kelompoknya.
Dalam pandangan masyarakat Indonesia mayoritasnya menganggap bahwa pelaku
Transgender adalah pelaku penyelewengan terhadap norma kehidupan, bahwa mereka
diyakini telah menyalahi kodrat yang diberikan oleh tuhan. Namun ada beberapa
masyarakat yang justru setuju dengan eksistensi pelaku Transgender, dilihat dalam
segi Hak Asasi Manusia
-Perspektif masyarakat Pro
Masyarakat yang Pro terhadap pelaku Transgender pada lembaga penyiaran akan
menganggap bahwa kaum minoritas Transgender berhak mendapatkan hak yang sama dengan
masyarakat lain.
-Perspektif masyarakat Kontra
Perspektif masyarakat yang Kontra terhadap pelaku Transgender pada lembaga
penyiaran akan berbanding terbalik terhadap perspektif masyarakat pro, mereka
menilai bahwa dari segi agama, norma sosial dan kesehatan Transgender sangatlah
berbahaya untuk bisa tampil di layar kaca.
-Perspektif masyarakat netral
Masyarakat yang memiliki perspektif netral terhadap pelaku Transgender pada lembaga
penyiaran akan cenderung lebih cuek atau bersikap tidak peduli dengan adanya pelaku
Transgender yang tampil pada layar kaca atau media lainnya.

•Faktor Hak Asasi Manusia sebagai benteng pelaku Transgender pada Lembaga Penyiaran
Indonesia
Salah satu hak asasi Transgender adalah mendapat perlindungan akan hak tanpa ada
diskriminasi diatur pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan dalam Pasal 28I Ayat (2) yang berbunyi “setiap orang berhak bebas dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Transgender
memberikan lebih banyak memberikan dampak buruk terhadap masyarakat, hendaknya
pemerintah dapat lebih tegas dalam mengatur larangan Transgender dalam lembaga
penyiaran Indonesia, karena dengan masuknya Transgender dalam lembaga penyiaran di
Indonesia dikhawatirkan akan menjadi semakin banyak orang yang justru terjerumus ke
dalam hal buruk yang dinormalisasikan.
 

•Kesimpulan
Banyaknya benturan antara ham hukum serta norma- norma yang berlaku menjadi
boomerang serta ketidak jelasan hukum boleh tidaknya pelaku Transgender tampil
dalam lembaga penyiaran, kebebasan HAM keadilan dan keberagaman ditambah tidak ada
hukum pasti yang mengatur hal tersebut menajdi pengerak utama adanya pelaku
Transgender yang muncul dalam lembaga peyiaran dengan catatan tidak boleh
menceritakan Transgendernya

Anda mungkin juga menyukai