Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Perbedaan Warna Wadah Terhadap Kecerahan Warna Ikan

Guppy
Nurce Khasanah1), Selfi Aprilia Ningrum2), Hanasari Faida Pranama3), Faila Siva Sholechah4),
Lilla Panca Faizsyahrani5), Alfina Damayanti6), Ade Rahma Pertiwi7)
Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi Informasi,
Universitas PGRI Semarang
1
Email : khasanahnurce@gmail.com

Abstrak – Perkembangan ikan hias di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang terus meningkat. Ikan hias
merupakan ikan yang dipelihara tanpa dikonsumsi. Kehadiran ikan hias ini menarik masyarakat untuk menjadi salah
satu hiburan ditengah rutinitas yang padat. Salah satu ikan hias yang saat ini digandrungi para penghobi ikan hias adalah
Ikan Guppy. Tak heran jika banyak yang memelihara dirumah karena ikan ini memiliki tampilan cantik dengan corak
warna warni dan menarik. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan warna wadah
terhadap kecerahan warna ikan Guppy. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 November – 22 Desember 2022. Metode
yang digunakan yaitu metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan
dan 1 kali ulangan. Penelitian ini didapatkan hasil akhir warna ikan pada perlakuan netral menunjukkan angka 29,
perlakuan akuarium plastic hitam menunjukkan angka 27, dan perlakuan akuarium plastik biru menunjukkan angka
27.

Kata Kunci : Ikan hias, Kecerahan Warna, Ikan Guppy

PENDAHULUAN
Ikan hias merupakan ikan yang pada umumnya dipelihara dan tidak untuk dikonsumsi. Ikan hias
adalah salah satu komoditas ekonomis yang sangat potensial untuk dikembangbiakkan di
Indonesia. Indonesia yang beriklim tropis memiliki potensi ikan hias mencapai 300 juta ekor/tahun
dan terdiri atas 240 jenis ikan hias laut dan 226 jenis ikan hias air tawar (Lingga dan Susanto, 2003).
Ikan hias dapat menjadi komoditi perdagangan karena aspek keindahan bukan karena kandungan
nutrisi. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat.
Kehadiran ikan hias di dalam rumah masyarakat modern dapat menjadi salah satu alternatif hiburan
di tengah rutinitas yang padat. Perasaan rileks itu muncul ketika kita mengamati ikan yang
berenang. Ada dua jenis habitat ikan hias yaitu ikan hias air tawar dan ikan hias air laut.

Salah satu ikan hias yang paling diminati oleh masyarakat karena daya tarik warna dan bentuk
tubuhnya adalah ikan guppy. Ikan guppy termasuk ke dalam ikan yang paling banyak diminati sebab
memiliki variasi warna tubuh yang banyak seperti merah, biru, kuning, maupun warna lainnya. Ikan
guppy juga memiliki bentuk variasi ekor misalnya mirip kipas, membulat, ataupun melebar. Pada
jantan, sirip ekor tampil sangat menarik karena lebar dan berwarna kontras dengan corak yang
beragam (Sukmara, 2007). Habitat asli ikan guppy berasal dari sungai atau danau yang memiliki
debit air tenang.
Bagi pecinta ikan hias terutama ikan guppy pasti mengetahui bahwa ikan guppy sendiri menajadi
salah satu incaran yang paling banyak diminati. Bukan tanpa alasan sebab ikan guppy sendiri
memiliki warna yang bervariasi serta bentuk fisiologi tubuh yang unik terutama bagian ekor.
Permintaan pasar ikan guppy juga ikut meningkat seiring dengan banyaknya peminat ikan hias ini
sehingga jumlah produksi guppy juga harus ikut ditingkatkan. Permasalahan yang sering terjadi
adalah dalam budidaya ikan guppy dapat terjadi perubahan warna yang menjadi kurang menarik
sebab kurangnya pengetahuan pembudidaya akan teknologi budidaya ikan guppy. Selama
pembesaran ikan guppy di pelihara pada wadah yang memiliki warna gelap, hingga menyebabkan
ekspresi akan intensitas warna ikan guppy pun kurang terlihat, sedangkan warna merupakan
parameter dalam penentuan nilai ikan guppy.

Menurut Monk (2008) dalam Rochman et al. (2013) warna wadah dapat mempengaruhi tingkah
laku makan larva karena larva ikan laut bersifat fototaksis positif. Warna wadah juga mempengaruhi
terhadap pemantulan cahaya. Ikan yang dipelihara pada kondisi terang akan memberikan reaksi
warna berbeda dengan ikan yang dipelihara di tempat gelap karena adanya perbedaan reaksi
melanosom yang mengandung pigmen melanofor terhadap rangsangan cahaya yang ada (Said et
al., 2005). Kondisi cahaya terang memberikan penampilan warna yang lebih baik daripada cahaya
gelap karena pada kondisi cahaya terang melanofor menjadi terkonsentrasi di sekitar nukleus, sel
nampak berkerut dan membuat kulit ikan tampak lebih cemerlang (Storebaken dan No, 1992).

Upaya untuk mengatasi masalah yang terjadi pada budidaya ikan guppy adalah dengan
meningkatkan intensitas warna ikan guppy. Peningkatan intensitas warna tersebut akan
dicoba/diteliti dengan memelihara ikan guppy pada wadah yang berwarna netral, cerah dan gelap,
dengan harapan pemeliharaan ikan guppy pada wadah yang terang dapat memberikan peningkatan
intensitas warna yang lebih tinggi dibandingkan ikan guppy yang dipelihara pada wadah yang
berwarna gelap.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Greenhouse Kampus 3 Universitas PGRI Semarang, Kecamatan
Gajahmungkur, Kota Semarang. pada tanggal 7 November sampai 22 Desember 2022. Dengan
metode eksperimental dengan rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 3 perlakuan dan 1 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan meliputi Perlakuan A : Kontrol
(pemeliharaan dalam aquarium tanpa pelapis/netral), perlakuan B : Biru (pemeliharaan dalam
aquarium berpelapis warna biru), perlakuan C : Hitam (pemeliharaan dala m aquarium berlapis
warna hitam). Dengan aquarium ukuran 30 cm x 10 cm, aquarium yang sudah siap kemudian
dilapisi menggunakan plastik warna sesuai dengan perlakuan disetiap sisinya dan diisikan air
setinggi 10 cm/aquarium. Ikan terlebih dalu diaklimatisasi selama satu hari untuk membantu
proses adaptasi ikan di lingkungan yang baru. Dalam aquarium terdapat 3 ekor ikan sesuai jumlah
aquarium perlakuan. Pemberian pakan dilakukan satu kali sehari dengan metode berlebihan, serta
penggantian air pada media percobaan minimal dua kali dalam seminggu. Pengamatan insensitas
warna dilakukan dengan mengecek perubahan warna pada tubuh ikan guppy setiap 7 hari sekali
selama masa penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung,
dimana ikan akan di letakan dilembar pengukuran warna atau alat ukur warna M-TCF (Modified
Toca Colour Finde). Cara pengamatan yaitu dengan di fokuskan pada warna yang mendekati pada
sirip punggung dan sirip ekor. Pengamatan terhadap perubahan warna ikan guppy dilakukan
dengan pemberian nilai sesuai dengan alat ukur warna M-TCF.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data pada tabel berikut :
Perlakuan Skala M- Skala M- Skala M-
TCF TCF TCF
Hari Hari Ke 7 Hari ke 14
pertama
Aquarium 25 25 27
Biru
Aquarium 25 25 29
Netral
Aquarium 25 23 27
Hitam

Hasil pengamatan rata-rata laju pertambahan warna pada ikan guppy dengan perlakuan perbedaan
warna wadah menggunakan plastik warna hitam,netral dan biru disajikan pada grafik dibawah ini.

Gambar 1.1 Grafik Laju Pertambahan Warna Ikan Guppy

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa laju pertambahan warna yang paling dominan adalah pada
perlakuan Guppy yang ditempatkan pada wadah tanpa pelapis atau netral, Nilai perubahan warna
dari skala M-TCF modifikasi awal dengan nilai rata-rata 26,33. Sedangkan pada perlakuan Guppy
yang ditempatkan pada wadah diberi lapisan biru menunjukkan nilai rata rata 25,66 dan perlakuan
Guppy yang ditempatkan pada wadah berlapis hitam menunjukan rata rata 25.Wadah netral atau
tanpa pelapis memiliki nilai yang lebih tinggi dan warna ikan yang lebih cerah karena wadah
tersebut mendapat banyak cahaya matahari dibanding dengan wadah yang diberi pelapis biru dan
hitam.Warna guppy pada wadah berlapis hitam paling rendah karena warna hitam menutup cahaya
sekitar akuarium sehingga akuarium sedikit mendapatkan cahaya.
Peningkatan intensitas warna pada ikan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan fa ktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh ikan yang sifatnya tetap
seperti umur, ukuran, genetik, jenis kelamin, dan kemampuan ikan dalam menyerap kandungan
nutrisi dalam pakan.Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar tubuh ikan
yaitu kualitas air, cahaya, dan pakan yang mengandung gizi tinggi serta sumber beta karoten
(Lesmana dan Satyani, 2002).
Ikan yang dipelihara pada kondisi terang akan memberikan reaksi warna berbeda dengan ikan yang
dipelihara di tempat gelap karena adanya perbedaan reaksi melanosom yang mengandung pigmen
melanofor terhadap rangsangan cahaya yang ada (Said et al., 2005). Kondisi cahaya terang
memberikan penampilan warna yang lebih baik daripada cahaya gelap karena pada kondisi cahaya
terang melanofor menjadi terkonsentrasi di sekitar nukleus, sel nampak berkerut dan membuat
kulit ikan tampak lebih cemerlang (Storebaken dan No, 1992).

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Pratama et al,2018 yaitu Ikan guppy yang dipelihara pada
akuarium tanpa pelapis mengalami peningkatan nilai M-TCF lebih tinggi dan lebih cepat
dibandingkan dengan ikan guppy yang dipelihara pada akuarium yang memiliki pelapis.

Berdasarkan hasil penelitian hafiz et al,2020 warna yang paling dominan adalah pada pe rlakuan P3
dengan lama penyinaran selama 18 jam setiap harinya. Nilai perubahan warna dari skala M- TCF
awal dengan nilai rata-rata 20.96. Sedangkan pada perlakuan P0 dengan perlakuan tanpa penyinaran
tidak ada penambahan nilai warna dari awal pengamatan sampai dengan hari ke-30 nilainya tetap
yaitu 17,6.

Teori Newton (1642-1727) mengemukakan bahwa sebuah benda berwarna putih karena benda
tersebut memantulkan semua cahaya spektrum yangmenimpanya dan tidak satupun diserapnya.
Dan sebuah benda tampak hitam jika benda tersebut menyerap semua unsur warna cahaya dalam
spektrum dan tidak satu pun dipantulkan atau benda tersebut berada dalam gelap. Cahaya adalah
satu- satunya sumber warna dan benda - benda yang tampak berwarna semuanya hanyalah
pemantul, penyerap dan penerus warna - warna dalam cahaya.

Perubahan warna secara fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas
pergerakan butiran pigmen atau kromatofor (Evan, 1993). Pergerakan butiran pigmen secara
mengumpul atau tersebar di dalam sel pigmen warna, akibat dari rangsangan yang berbeda, seperti
suhu, cahaya, dan lain-lain.
Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia yang dihasilkan oleh saraf,
yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika
terkejut atau takut sehingga menyebabkan butiran pigmen berkumpul di tengah sel dan
menyebabkan hewan tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan
sel saraf menuju otot, sehingga menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan warna tubuh
organisme menjadi gelap (Evan, 1993).
Hormon yang bertanggung jawab terhadap proses pigmentasi ada tiga yaitu Melanocyte
Stimulating Hormon (MSH), Melanin Concentrating Hormon.(MCH), dan Melatonin (MT). MSH
atau Melanocyte Stimulating Hormon diproduksi di bagian tengah lobus dari kelenjar hipofisis,
dengan sel target sel pigmen kromatofor. Hormon tersebut menyebabkan pigmen tersebar di
dalam sel,sehingga warna sisik terlihat terang dan jelas. Melanin Concentrating Hormon ( MCH)
diproduksi di bagian ujung lobus dari kelenjar hipofisis dengan sel target pigmen kromatofor.
Hormon tersebut menyebabkan pigmen berkumpul dalam sel dan memberikan efek yang lebih
pucat pada warna sisik ikan. Hormon ketiga yang memberikan pengaruh pigmentasi pada ikan
adalah Melatonin (MT) yang diproduksi di kelenjar epifis. Sel target hormon tersebut adalah sel
pigmen kromatofor yang menyebabkan granula pigmen berkumpul dalam sel, sehingga terjadi
penurunan warna (Puspita, 2012).
Sel kromatofor adalah sel pigmen memiliki bentuk yang bulat dan terletak menyebar diseluruh
lapisan sel epidermis kulit ikan.Kromatofor memberikan warna yang berbeda -beda dan hanya satu
warna ditemukan dalam satu kromatofor. Sel sel pigmen tersebut yaitu melanofor yang menyimpan
pigmen hitam (melanin), eritrofor menyimpan pigmen merah (pteridin), xantofor menyimpan
pigmen kuning, leukofor menyimpan pigmen putih, dan iridofor yang tidak mengandung pigmen
tetapi mengandung kristal-kristal guanineyang mampu memantulkan cahaya ke dalam komponen
warna penyusunnya (Anderson, 2000)

Butiran pigmen yang tersebar di dalam sel menyebabkan sel menyerap sinar dengan sempurna
sehingga terjadi peningkatan warna sisik yang menyebabkan warna sisik pada ikan menjadi lebih
terang dan jelas, sedangkan butiran pigmen yang berkumpul di dekat nukleus menyebabkan
penurunan warna sisik sehingga warna ikan terlihat lebih gelap dan memudar.
Pengukuran intensitas warna menunjukkan bahwa ikan guppy yang dipelihara pada wadah tanpa
pelapis (bening) yang memantulkan semua spektrum warna memiliki intensitas warna yang lebih
baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa wadah yang memantulkan spektrum cahaya memiliki
pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan wadah yang menyerap spektrum cahaya dalam
peningkatan intensitas warna ikan guppy
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penggunaan warna wadah yang berbeda
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecerahan warna ikan Guppy. Ikan guppy yang
dipelihara pada perlakuan netral atau tanpa pelapis memperoleh nilai peningkatan intensitas warna
tertinggi dibanding ikan yang dipelihara pada perlakuan pelapis biru dan pelapis hitam hal ini karena
adanya perbedaan reaksi melanosom yang mengandung pigmen melanofor terhadap rangsangan
cahaya yang ada.

SARAN
Saran untuk penelitian serupa dapat dilakukan dengan menggunakan pengulangan pada saat
penelitian sehingga data yang diambil dapat lebih banyak ketika salah satu ikan pada perlakuan mati
serta pemilihan penggunaan aerator yang baik , pemilihan ukuran pakan ikan yang sesuai serta
managemen kualitas air supaya meminimalisir kematian ikan Guppy saat proses penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, S. 2000. Salmon Colour and Consumer. Hoffman-La Roche, Cambridge Ontario. Canada.

Evan, D. H. 1993. The Physiology of Fishes.CCR Press.London.

Hafiz,Muhammad et al.2020.ANALISIS FOTOPERIODE TERHADAP KECERAHAN WARNA,


PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN KOMET (Carassius
auratus).Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 15, Nomor 1, Juni 2020 : 1-
9 e-ISSN 2620-4622 ,p-ISSN 1693-6442
Lingga, P. dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pratama,Dimas Rizki,Henni Wijayanti Maharani, dan Herman Yulianto.2018.PENGARUH WARNA


WADAH PEMELIHARAAN TERHADAP PENINGKATAN INTENSITAS WARNA
IKAN GUPPY (Poecilia reticulata).e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume
VII No 1 Oktober 2018 p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

Puspita, N. 2012. Penambahan Tepung Kepala Udang dalam Pakan Terhadap Pigmentasi Ikan Koi
(Cyprinus carpio) Jenis Kohaku. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan 1 : 31 – 38.
Rochman, S., Ely, N., Hariyano, La Darto, 2013. Pemeliharaan Benih Ikan Hias Mandarin (Synchiropus
Splendidus) Dengan Warna Wadah Yang Berbeda. Balai Budidaya Laut Ambon. 6 hal.

Said, D.S., Supyawati, W.D., dan Noortiningsih. 2005. Pengaruh Jenis Pakan dan Kondisi Cahaya Terhadap
Penampilan Warna ikan Pelangi Merah Glossolepis incisus Jantan. Jurnal Iktiologi Indonesia, 5
(2): 61-67.
Storebaken, T. dan Hong, K.N. 1992. Pigmentation Of Rainbow Trout. Aquaculture, 100: 209-229.

Sukmara. 2007. Sex Reversal pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) secara Perendaman Larva dalam
Larutan Madu 5 ml/L. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai