Anda di halaman 1dari 2

Nama: Muhammad Andy Firmansyah

Kelas: XI MIPA-7
Nomor Absen: 23

Etnosentrisme
1. Mengapa faktor tersebut, menjadi penghambat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia?

Karena hal tersebut dapat menjadi suatu dampak negatif yang dapat menimbulkan perseteruan
antar suatu suku dengan suku yang lainnya. Walaupun suku tersebut tidak memiliki maksud
untuk membanggakan sukunya dengan komunikasi verbal, dengan non-verbal juga dapat
mengakibatkan ketersinggungan suatu suku. Sebagai contoh suku papua mengenakan koteka,
yang merupakan penutup kelamin laki-laki saat persidangan, walaupun hal tersebut adalah
bentuk mencintai kebudayaan sendiri akan tetapi dalam suatu persidangan hendaknya
mengenakan pakaian yang layak dan tertutup. Agar menghindari hal yang tidak diinginkan.

2. Apa yang terjadi jika penyebab tersebut tidak dapat terselesaikan?

Jika hal ini tidak dapat diselesaikan maka akan menimbulkan konflik dimana suatu suku akan
merasa tidak nyaman terhadap suku yang lainnya, sehingga konflik akan terjadi walaupun
bukanlah suatu perkara, akan menjadi hal yang sangat berdampak untuk persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia di kemudian hari, anak cucu kita juga akan meniru sikap ini dan menjadi hal
yang semakin buruk apabila mereka menerapkan untuk suatu kebanggan.

3. Bagaimana cara mengatasi faktor tersebut agar tidak terulang kembali?

Dengan mengurangi rasa bahwa suku yang dimiliki lebih baik dari suku yang lainnya, jika bisa
lebih baik dihilangkan agar hal ini tidak akan menjadi konflik kedepannya. Walaupun ada
dampak positif Etnosentrisme akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkannya lebih besar
untuk kedepannya sehingga hal ini tidak baik bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Pemerintah juga harus adil dalam membuat kebijakan untuk kedepannya.

4. Berikan contoh nyata, faktor tersebut termasuk konflik horizontal atau vertikal!

Salah 1 contoh nyata dan sempat mengalami perbincangan di tanah air adalah Suku Papua
mengenakan koteka saat persidangan. Saat itu persidangan terkait kasus pengibaran bendera
bintang kejora, suku Papua yang hadir dalam sidang mengenakan koteka. Hal ini membuat
seluruh anggota persidangan menjadi tidak nyaman dan tentu saja Persidangan Negeri Jakarta
Pusat menunda persidangan karena hal tersebut.
Menggunakan koteka adalah kebudayaan suku Papua akan tetapi koteka adalah baju adat yang
digunakan untuk acara adat saja. Menggunakan koteka dalam persidangan tidak hanya kurang
sopan tetapi juga toleransi terhadap suku lainnya juga dianggap tidak pantas karena yang hadir
tidak hanya dari suku Papua saja. Suku Papua saat itu mengenakannya karena merasa cinta
akan sukunya tetapi kita sedang membahas tentang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
yang harus kita jaga. Tindakan ini merupakan konflik vertikal dimana suku Papua dengan PN
Jakarta Pusat. Konflik terselesaikan dengan penundaan sidang dan suku Papua harus
mengenakan pakaian yang selayaknya saat persidangan.
Dikutip dari : ( https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/01/20/13153241/larang-terdakwa-
pakai-koteka-di-sidang-pn-jakpus-bantah-diskriminatif )

Anda mungkin juga menyukai