Anda di halaman 1dari 4

MULAI DARI DIRI

Tulisan reflektif kritis dengan jumlah minimum 300 kata dan maksimum 500 kata dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan panduan yang telah disediakan.
Berikut adalah pertanyaan panduan tulisan reflektif Anda:
 Siapa saya saat ini?
 Mengapa saya memilih menjadi guru?
 Bagaimana saya bisa menjadi guru yang berpihak pada peserta didik?

Saya Siska Ayu Agustin seorang sarjana pendidikan, namun belum memiliki banyak
pengalaman dan kontribusi dalam dunia Pendidikan di negeri ini. Saat ini saya adalah
mahasiswi Program Pendidikan Profesi Guru yang mengikuti program PPG ini karena
keinginan saya untuk terus belajar demi menjadi seorang guru professional yang mampu
meningkatkan kemampuan diri sendiri dan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik.
Ki Hajar Dewantara pernah menyatakan bahwa pendidikan adalah tempat persemaian
benih-benih. Guru sebagai seorang petani dan peserta didik sebagai benihnya Pertanyaan
mengapa ingin menjadi guru? Memiliki penjelasan yang tidak terbatas. Saya memilih
menjadi guru, karena mengajar dan membimbing peserta didik untuk berkembang menjadi
orang yang berkompeten dan berkarakter merupakan suatu kegembiraan yang tidak ternilai.
Menjadi guru bukan semata-mata hanya mencerdaskan peserta didik saya, tetapi menjadi
guru juga meningkatkan value diri kita, meningkatkan kemampuan kita dalam segala bidang.
Menjadi guru bukan hanya pekerjaan dunia, namun menyampaikan ilmu yang bermafaat dan
digunakan dan disebarluakan kepada orang banyak, bisa menjadi tabungan kita diakhirat
sebagai amal jariyah.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa guru harus berpihak pada murid, sehingga
sebagai guru harus bisa menuntun murid sesuai dengan kodratnya, baik kodrat alam maupun
kodrat zaman. Menjadi guru yang dapat berpihak pada peserta didik, perlu memiliki nilai-
nilai penting sebagai penggerak pembelajaran, yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif,
dan berpihak pada peserta didik. Nilai-nilai ini penting untuk dimiliki oleh seluruh guru.
Untuk menanamkan dan memperdalam nilai-nilai tersebut perlu adanya peningkatan
kompetensi diri. Mengikuti pelatihan, berpikiran luas dan terbuka, mengikuti perkembangan
zaman dengan tetap selektif, perlu adanya kolaborasi demi memecahkan permasalah dalam
pembelajaran, menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan dan mampu meningkatkan
kemampuan peserta didik, serta mampu memahami setiap karakter peserta didik. Strategi
yang perlu dilakukan adalah melalui pembelajaran yang terdiferensiasi, ada 3 aspek yang
perlu diperhatikan, yaitu kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Pembelajaran
terdiferensiasi suatu dasar guru dalam memilih metode, media, dan bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini akan dirasakan oleh seluruh peserta didik yang akan
merasakan lingkungannya untuk belajar, kebutuhan peserta didik terakomodasi, dan seluruh
peserta didik yang memiliki karakter berbeda merasa dari guru yang sama dapat mencapai
tujuan yang sama, namun proses dan berkreasinya dengan cara berbeda.
EKSPLORASI KONSEP
Pada tahap Eksplorasi Konsep, Anda membaca tulisan teks pidato Ki Hadjar Dewantara
pada penganugerahan Honoris Causa oleh Universitas Gajah Mada pada 7 November 1956
dan Video “Pendidikan Zaman Kolonial” untuk memberikan visualisasi bagi Anda untuk
melihat Perjalan Pendidikan Nasional secara kritis dalam membangun konsep pemikiran
Anda.
1. Pidato Sambutan Ki Hadjar Dewantara
2. Video “Pendidikan Zaman Kolonial”
Argumentasi kritis (minimum 300 kata dan maksimum 500 kata )tentang gerakan
transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah
kemerdekaan (Catatan Reviewer – mohon dielaborasi maksud dari argumen kritis, misalnya
untuk memberikan argumen kritisi itu membutuhkan referensi, data, fakta untuk membimbing
mahasiswa sehingga ketika Dosen memeriksa hasil kerja mahasiswa dapat melihat acuan
referensi yang disajikan)

Pada zaman colonial atau sebelum kemerdekaan, belenggu pendidikan sangatlah besar. Hak
untuk mengenyam Pendidikan dibatasi untuk orang-orang tertentu saja. Sekolah hanya
ditujukan untuk calon pegawai dan pengajarannya pun hanya sebatas membaca, menulis, dan
menghitung seperlunya. Saat itu Pendidikan hanya ditujukan untuk mendidik peran-peran
pembantu dalam mendukung usahawan. Hal ini tentu bukan Pendidikan yang akan
mencerdaskan manusia, melainkan mendidik manusia untuk tergantung pada nasib dan
bersikap pasif.. Pada pidato sambutan Ki Hadjar Dewantara, banyak hal yang dibahas
mengenai pendidikan. Mengenai telaah dalam mengukur perkembangan seseorang dengan
menggunakan sifat, bentuk, isi, dan irama. Sifat dan bentuk diperoleh dari gambaran
pengaruh lingkungan. Isi dan irama adalah hasil dari mengembangkan diri melalui budaya,
sosial, dan intelektual. Perkembangan zaman harus tetap selaras dengan budaya, dengan
tujuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Pada pidato ini akulturasi budaya dikenal
dengan Asas trikon, yaitu kontinyu, konsentris, dan konvergen. Kontinyu adalah
perngebangan yang dilakukan harus berekesinambungan dan dilakukan secara terus menerus,
konsentris adalah pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan
kepribadian sendiri, dan konvergen adalah pengembangan yang dilakukan dengan mengambil
sumber dari luar, bahkan dari pendidikan di luar negeri. Hal-hal ini harus tetap menciptakan
sifat “Bhineka Tunggal Ika”. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa filosofi pendidikannya
berasal dari filsafat barat dan filsafat timur. Pada filsafat barat menginterpretasikan
pendidikan dengan semata-mata mementingkan pengajaran yang intelektualitas serta
materialistis. Pada filsafat timur menginterpretasikan pendidikan dengan penciptaan
pembelajaran yang humanis dan berbudaya. Sehingga bangsa Indonesia bukan hanya
memiliki kemampuan keilmuan, namun juga etika dan menjunjung tinggi norma-norma yang
berlaku di lingkungan sekitar.

Pemerintah Hindia-Belanda membuat kebijakan untuk memperbaiki kehidupan pribumi


dalam pendidikan, pengairan, dan perpindahan penduduk. Pada saat pemerintahan ini,
pendidikan dilakukan lebih kearah barat dengan bahasa pengantarnya bahasa Belanda.
Rakyat merasa berterima kasih dengan cara mau berkerjasama dengan pemerintah kolonial.
Bumiputer sebagai sekolah yang didirikan pemerintah kolonial Belanda. Sekolah ini lebih
kepada kepentingan kolonial dalam bidang politik, administrasi, ekonomi, dll. Pada
praktiknya sekolah ini sangat rendah dalam pendidikan, yang mana rakyat pribumi hanya
diajarkan menulis, membaca, dan berhitung seperlunya. Kemudian masuklah organisasi Budi
Utomo, di sini Ki Hadjar Dewantara sangat berperan dan bangsa Indonesia bisa lepas dari
penjajahan Belanda. Ki Hadjar Dewantara bersama rekannya membangun organisasi Indische
partij. Organisasi ini dibangun dengan tujuan untuk memajukan pendidikan karena pribumi
sudsh dikuasai Belanda dan hanya sebagai pembantu yang ditindas. Tujuan lainnya adalah
lebih banyak membangun sekolah untuk anak-anak di Indonesia memperbaiki pembelajaran
dan dapat dengan mudah bersekolah kejenjang yang lebih tinggi. 

Selanjutnya, dibentuklah Taman Siswa, di sekolah ini guru mengajarkan budi pekerti dan
pendidikan kebangsaan untuk menyiapkan kebebasan dan tanggungjawab agar anak-anak
berkembang secara merdeka menjadi putra putri tanah air yang semangat dan memiliki jiwa
patriotisme yang tinggi. Manusia merdeka merupakan tujuan pendidikan Ki Hadjar
Dewantara, merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian. Kemerdekaan pribadi dibatasi
oleh tertib damai kehidupan bersama, dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan,
kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan disiplin.
Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari
segala aspek kemanusiaanya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan
setiap orang.

Referensi
Zuriatin, dkk. "Pandangan Dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara Dalam Memajukan     
         Pendidikan Nasional". Jurnal Pendidikan IPS.Taman Siswa Bima. 2021.
Eka Yanuarti.  "PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI. HAJAR DEWANTARA DAN
RELEVANSINYA 
         DENGAN KURIKULUM 13". Jurnal Penelitian. Bengkulu. 2017

Pandangan Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan dapat di lihat dari tekad beliau untuk
meluaskan semangat tentang pendidikan kepada generasi muda. Dalam pandangan beliau upaya
untuk mendidik kaum muda merupakan syarat utama dalam membebaskan diri dari jeratan
penjajah. Pendidikan yang mendasarkan kebudayaan nasional dapat menghindarkan dari
kebodohan. Pendidikan yang ada pada masa kolonial tidak mencerdaskan, melainkan mendidik
manusia untuk tergantung pada nasib dan bersikap pasif. Keinginan untuk merdeka harus dimulai
dengan mempersiapkan kaum bumi putra yang bebas, mandiri, dan pekerja keras. Sehingga generasi
muda harus dipersiapkan agar kelak menjadi bangsa yang mandiiri, sadar akan kemerdekaan,
sehingga kemerdekaan itu dimiliki oleh orang yang terdidik dan memiliki jiwa yang merdeka. Untuk
mewujudkan tekar dan cita-cita tersebut Tanggal 3 Juli 1922 babak baru perjuangan Ki Hadjar
Dewantara dalam bidang pendidikan di mulai yaitu dengan mendirikan Taman Siswa yang mulamula
bernama “ National Onderwijs Instituut Taman Siswa” yang pertama di Jogjakarta, sekolah ini kelak
di ubah menjadi “ Perguruan Kebangsaan Taman Siswa”sekolah ini awalnya di peruntukan hanya
untuk taman anak dan kursus guru. Konsep pendidikan ideal menurut K Ki Hadjar Dewantara dapat
di lihat dari system pendidikan Taman Siswa selalu mengutamakan semboyang-semboyang serta
perlambangan dalam pemgajaran dan pendidikan. Hal ini di anggap perlu untuk menyempurnakan
perkembangannkepribadian anak-anak, bukan hanya pikirannya juga perasaannya.
Semboyansemboyan dan perlambangaan di tuangkan dalam bentuk sastra dan juga lukisan maupun
wujud keesenian lainnya sehingga peserta didik dapat mudah mengingatnya. Semboyan dan
perlambangan tersebut diantaranya : 1).Lawan Sastra Ngesti Mulia, Inilah semboyan taman siswa
yang pertama menjelaskan maksud berdirinya Taman Siswa pada tahun 1922 yang di artikan
Kecerdasan Jiwa Menuju ke Arah Kesejahteraan.2). Suci Tata Ngesti Tunggal, Menjelaskan terjadinya
persatuan Taman Siswa pada tahun 1923 yang artinya: dengan kesucian hati mengejar
kesempurnaan. Dapat juga di artikan; Kesucian dan Ketertiban menuju kesatuan. 3). Tut Wuri
Handayani, Artinya; mengikuti di belakang sambil memberi pengaruh. Di maksudkan jangan
menarik-narik anak dari depan biarkanlah mereka mencari jalan sendiri. Pamong boleh turun tangan
apabila anak-anak salah jalan. Kemajuan yang sejati hanya dapat dengan perkembangan kodrati,
tidak perlu mempergunakan perintah, paksaan dan hukuman. 4). Kita Berhamba kepada Sang Anak,
Maksudnya: pendidikan dengan ikhlas dan tidak terikat oleh apapun juga mendekati si terdidik untuk
mengorbankan diri kepadanya. Jadi bukan murid untuk guru tetapi sebaliknya.5). Rawe-rawe rantas,
malang-malang putung, Segalanya yang menghalangi akan hancur. Semboyang ini dipakai untuk
memperteguh kemauan

Anda mungkin juga menyukai