Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA PNEUMONIA

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2 / Kelas : 7-A
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Lu’lu’ul Farodissa (1130019003)
2. Ajie Febriarta (1130019008)
3. Nurul Khasanah (1130019045)
4. Riatul Arini (1130019073)
5. Tasya Sal Sabilla (1130019110)

FASILITATOR:
Arif Helmi Setiawan S.Kep.,Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Penderita Pneumonia”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Keperawatan Kritis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terimakasih
kepada bapak Arif Helmi Setiawan S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Kritis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, dan membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Surabaya, 13 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI.....................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Teori..........................................................................................5
BAB 3 TINJAUAN KASUS.....................................................................................16
3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................22
3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................23
3.4 Implementasi Keprawatan ..............................................................................25
3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................................28
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................29
4.1 Kesimpulan........................................................................................................29
4.2 Saran..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................30

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan masyrakat terutamabagi
negara maju dan berkembang. Penyakit innfeksi ialah penyakit yang disebakan
masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme, suatu kelompok luas dari
organisme mikroskopik yang terdiri dari satu atau banyak sel seperti bakteri, fungsi,
parasite, virus. Penyakit infeksi terjadi ketika interaksi dengan mikroorganisme
menyebabkan kerusakan pada tubuh host dan kerusakan tersebut menimbulkan
berbagai gejala dan tanda klinis. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada
manusia disebut sebagai mikroorganisme pathogen (Novard et al, 2019).
Angka kejadian pneumonia di dunia merupakan masalahkeehatan karena
angka kematiannya tinggi dinegara maju seperti Amerika, Canada, dan Eropa.
Terdapat dua juta samapi tiga juta kasusper tahun dengan jumlah kematian rata-rata
45.000 jiwa di Amerika. Angka ini paling besar terjadi pada anak-annak yang
berusia kurang dari 5 tahun, dan dewasa yangberusia lebih dari 75 tahun(Lantu et
al., 2016).
Jumlah kasus penyakit pneumonia di wilayah Asia khususnya Philipina
berada pada peringkat ke-4 dengan jumlah kasus sebanyak 53,101 kasus (10,0%)
pada tahun 2013. Sedangkan pada Negara Asia Lainnya yaitu Malaysia memiliki
angka kematian akibat pneumonia yang berada pada peringkat ke-2 dengan jumlah
kasus 9,240 kasus (12,0%) pada tahun 2014 ( Malaysia, 2016).
Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2018 prevalensi penyakit
pneumonia di Provinsi Kalimanta, Kalimantan Barat menempati peringkat ke-1
dengan jumlah kasus sebanyak 19,190 kasus, di susull epringkat ke-2 yaitu
Kalimantan Selatan dengan jumlah sebanyak 16,043 kasus. Untuk Kalimantan
Timur sendiri menempati peringkat ke-3 dengan jumlah kasus sebanyak
13.977kasus. peringkat ke-4 adalah Kalimantan Tengahdengan kasus sebanyak
10.189 kasus danperingkat ke-5 ditempatioleh Kalimantan Utara denganjumlah

1
kasus sebanyka 2,733 kasus (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2019).
Pneumonia disebakan oleh mikroorganisme seperti virus danbakteri yang
masuk kedalam tubuh sehingga mikroorganisme pathogen mencapai bronkioli
terminnalis lalu merusak sel epitel basiica dan sel goblet sehingga cairan eksudat
dan leukosit masuk ke dalam alveoli samapi terjadi konsolidasi paru yang
mengakibatkan kapasitas vital dan compliance menurun sehngga meluasnya
permukaan membrane respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi sehingga
suplai O2 dalam tubuh terganggu. Faktor lingkungan yang empengaruhi untuk
terjadinya pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara dalam rumah
dipengaruhi oleh berbagai faktor anatara lain, bahanbangunan (missal: asbes),
struktur bangunan (missal: ventilasi), bahan pelapus untuk furniture secara interior
(pada pelarut organic), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air
quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid debu, dan kelembaban yang
berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah
seperti dalam hal penggunaan energy tidak ramah lingkungan. Penggunaan sumber
energy yang relative murah seperti batu bara dan biomasa 9kayu, kotoran kering
dari hewan ternak, residu pertanian), perilakumerokok dalam rumah, penggunaan
peptisida, penggunaan bahan kimia pembersih, dan kosmetik. Bahan- bahan kimia
tersebut dapat mengeluarkan polutan yang dapat bertahan dalam rumah untu jangka
waktu yang cukup lama (Kemenkes RI, 2011).
Pada klien yang menderita pneumonia diagnose yang sering muncul adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi, pola nafas
tidak efektoif berhubungan denganhambatan upaya nafas, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler, nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, deficit nutrisi berhubungan dengan
ketidak mampuan untuk menelanmakana, hipertemia berhubungan dengan
ketidakseimbangan anatar suplai dan kebutuhan oksigen, dan resiko hypovolemia
ditandai dengan kehilangan cairansecara aktif (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan Achmad Maulana (2018) dalam
mennagani masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien

2
pneumonia dengan melakukan tindakan keperawtaan mengobservasi frekuensi atau
kedalaman pernafasan dan gerakan dada, membantu pasien latihan nafas dalam dan
batu secara efektif. Menganjurkan keluarga untuk memberikanposisi nayaman pada
pasien seperti semi-fowler, pemberian terapinebulizer, dan kolaborasi dengan
timmedis atau dokter dalam pemberian obat. Memebrikan perubaha pada keadaan
pasien menjadi mebaik,tidak batu dan tidak sesak (Maulana, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraaian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah
ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dri penulisan makalah ini dibedakan menjadi dua tujuan sebagai
berikut:
a. Apa pengertian dari Pneumonia ?
b. Apa saja konsep anatomi dari pneumona ?
c. Apa saja etiologi dari pneumonia ?
d. Apa saja Patofisiologis dari pneumonia ?
e. Bagaimana Pathway dari Pneumonia ?
f. Bagaimana Klasifikasi dari Pneumonia ?
g. Apa saja Faktor Resiko dari Pneumonia ?
h. Apa saja Manifestasi Klinis dari Pneumonia ?
i. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Pneumonia ?
j. Bagaimana Penatalaksanaan dari Pneumoni ?
k. Bagaimana Komplikasi dari Pneumonia ?

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
Asuhan Keperawatan Pasien Pneumonia.
2. Tujuan Khusus
a. mengidentifikasi pengertian dari Pneumonia
b. mengidentifikasi konsep anatomi dari pneumona
b. mengidentifikasi etiologi dari pneumonia

3
c. mengidentifikasi Patofisiologis dari pneumonia
d. mengidentifikasi Pathway dari Pneumonia
e. mengidentifikasi Klasifikasi dari Pneumonia
f. mengidentifikasi Faktor Resiko dari Pneumonia
g. mengidentifikasi Manifestasi Klinis dari Pneumonia
h. mengidentifikasi Pemeriksaan Penunjang dari Pneumonia
i. mengidentifikasi Penatalaksanaan dari Pneumonia
j. mengidentifikasi Komplikasi dari Pneumonia

4
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori


1. Pengertian
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru
yang disebakan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasite, dimana pulmonary
alveolus (alveoli), organ yang bertanggungjawab menyerap oksigen dari
atmosfer, mengalami peradangan dan terisi oleh cairan (Shaleh, 2013).
Pneumonia adalah inflamasi mengenai parenkim paru dengan konsolidasi ruang
alveola, disebbkan sejumalah agen infeksi meliputi virus, bakteri, dan jamur.
2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan


a. Rongga hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selapt lenndir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lender berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernafasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaringkotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang

5
mempunyai banyak kapiler darah yangberfunsi menghangatkan udara yang
masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring
melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung
terdapat rambut-rambut halus dan selaput lender yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
b. Tenggorokan ( Faring)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernafasan (nasofaring) padabagian
depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belaknag. Pada
bagian belaknag faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya
pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebbakan
pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambal bicara dapat
mengakibtakan makanna masuk ke saluran pernafasan karena saluran pada
saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian., saraf kita tidak yerjadi
bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama
faringadalah menyediakan saluran bagi udara keluar masuk dan juga sebagai
jalan makanan dan minuman yangditelan, faring juga menyediakan ruaang
dengung 9resonasi) untuk suara percakapan.
c. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.
Laring berada diantara orofaring dan trakea., didepan lariofaring. Salah satu
tulang rawan pada laring disebut epiglottis. Epiglottis terletak di ujung
bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri
dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuatuntuk
menahangetaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah
menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.
Pangkal tenggorokan disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk
jakun. Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan
(epiglottis). Pada wkatu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal
tenggorokan dan pada waktu bernafas katup membuka. Pada pangkal

6
tenggorokan terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari
paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
d. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjang 10cm, terletak diantara bagian
leher dan di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan kaku dan tipis, di
kelilingi 4cincin tulang rawan dan pada bagian dalam bersilia. Silia-silia
berfunsi untuk menyaring benda-benda asing yangmasuk ke saluran
pernafasan. Baatang tenggookan yerletak di sebalah depan kerongkongan.
Dalamrongga dada, batang tenggorokan bercabang menjadi dua cabang
tenggorok (bronkus). Dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang
lagi menjadi saluran kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa
gelembung-gelembung kecil disebut paru-paru (alveolus)
e. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
f. Bronchioles
g. Alveolus
3. Etiologi
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya
adalah bakteri. Penyeba paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu
Stretococcus pneumonia, atau pneumococcus. Sedangkan pneumonia yang
disebakan Karen avirus umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus,
rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Savere Acute Respiratory Syndrome (SARS)
(Nursalam,2016).
a. Bakteri
Pneumonia bacterial dibagi menjadi 2 bakteri penyebabnya yatu:
1) Tipical organisme
Penyebba pneumonia berasal dari gram positif berupa:
a) Streptococcus pneumonia
merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri patogen ini di
temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak
20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU
sebanyak 33%

7
b) Staphylococcus aureus
bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara
intravena (intravena drug abusers) 17 memungkan infeksi kuman
ini menyebar secara hematogen dari kontaminasi injeksi awal
menuju ke paruparu. Apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini
akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan
pembentukan abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faccium)
2) Atipikal organisme
Bakteriyang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp, chlamedia sp,
Legionella sp.
a) Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet,
biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga
virus penyebabnya adalah cytomegali virus, herpes simplex virus,
varicella zooster virus.
b) Fungsi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur
oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat
menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp,
Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.
c) Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi
untuk terjadinya pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara.
Pencemaran udara dalam rumah dipengaruhi oleh berbagai factor
antara lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan
(misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada
pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah
(ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu,
dan kelembaban yang berlebihan. Selainitu, kualitas udara juga
dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti dalam hal

8
penggunaan energy tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber
energi yang relative murah seperti batu bara dan biomasa (kayu,
kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku
merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan
kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
mengeluarkan polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk
jangka waktu yang cukup lama (Kemenkes RI, 2011).
4. Patofisiologis
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian parifer
melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
memudahkan roliferasi dan penyebarann kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit,
cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin
dan leukosit di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini
disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di
alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner
jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal (Nursalam, 2016).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema
masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian
makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas
lebih jauh lagi ke lobus yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru- paru
melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat
mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami
konsolidasi, maka kapasitas vital dan comliance paru menurun, serta aliran darah
yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan
ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja
jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan
hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas (Nursalam,
2016).

9
4. Pathway

Sistem pertahanan tubuh


terganggu

Virus, bakteri, protozoa, bahan


kimia
Melepaskan toksin
Kerusakan pada membrane Masuk ke saluran nafas lipoproteinsakarida (zat
mocus alveolus pyrogen)

Menyerang alveoli
perkembangan edema pru Peningkatan set poin
dan eksudat Virus bakteri mengeluarkan
dihipotalamus
toksin.

Mengurangi luas Menggigil


permukaan aleoli untuk
Peradangan ada parenkim
pertukaran karbondioksida Demam
paru
dan oksigen
MK : HIPERTERMI
Dispnue (sulit bernafas)

MK: GANGGUAN
PERTUKARAN GAS

Peningkatan sekresi mucus

MK:
KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
NAFAS

10
5. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak
anatomi (Nursalam, 2016) sebagai berikut:
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi.
1) Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada
seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2) Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama
perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau
prosedur.
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari
lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada
paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena
bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab
lain dari pneumonia.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia
yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1) Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu
bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena,
maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2) Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Bronkopneumonia terjadi
pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya.
3) Pneumonia interstisial Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
6. Faktor Resiko
Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan situasi yang
umumnya menjadi faktor predisposisi individu terhadap pneumonia akan
membantu untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terhadap

11
pneumonia. Memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan
keperawatan yang penting (Brunner & Suddarth, 2013).
a. Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan
mengganggu drainase normal paru (misalnya kanker, penyakit obstruksi
paru menahun) meningkatkan kerentanan pasien terhadap pneumonia.
b. Pasien imunosupresif dan mereka yang neutrofil rendah (neutropeni)
c. Individu yang merokok berisiko, karena asap rokok mengganggu baik
aktivitas mukosiliari dan makrofag.
d. Setiap individu yang mengalami depresi reflex batuk (karena medikasi,
keadaan yang melemahkan, atau otot-otot pernafasan yang lemah), telah
menginspirasi benda asing kedalam paru-paru selama priode tidak sadar
(cedera kepala, anesthesia) atau mempunyai mekanisme menelan abnormal.
e. Setiap orang yang menerima pengobatan dengan peralatan terapai
pernafasan dapat mengalami pneumonia jika alat tersebut tidak dibersihkan
dengan tepat.
7. Manifestasi Klinik
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik
non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya
adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada
bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus,
perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan
pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan gejala
klinis sebagai berikut:
a. Batuk
b. Sputum produktifSesak nafas
c. Ronki
d. Demam tidak setabil
e. Leukositosis

12
f. Infiltrat
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta
gambaran kavitas.
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia.
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah
untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi
antigen polisakarida pneumokokkus.
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik. 25
9. Penatalaksanaan
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun
akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan
pengobatan pada penderita pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan
gejala yang timbul dari infeksi pneumonia itu sendiri (shaleh, 2013).
a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Maka pemberian
antibiotik adalah yang paling tepat. Pengobatan haruslah benar-benar
komplit sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala pada penderita.
Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum harus tidak lagi
menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika pengobatan ini tidak

13
dilakukan secara komplit maka suatu saat pneumonia akan kembali
mendera si penderita (shaleh, 2013).
1) Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae
Bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua
vaksin tersedia, yaitu pneumococcal conjugate vaccine dan
pneumococcal polysacharide vaccine. Pneumococcal conjugate
vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari imunisasi bayi dan
direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2 tahun dan
anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu pneumococcal
polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa. 26
Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan tipe
pneumonia ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid,
serta macrolide antibiotics, termasuk erythromycin (shaleh, 2013).
2) Untuk bakteri Hemophilus Influenzae
Antibiotik yang bermanfaat dalam kasus ini adalah generasi
cephalosporins kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid,
fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral, gatifloxacin
oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim (shaleh, 2013).
3) Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan cara memberikan antibiotik macrolides (erythromycin,
clarithomycin, azithromicin dan fluoroquinolones), antibiotik ini
umum diresepkan untuk merawat mycoplasma pneumonia (shaleh,
2013).
b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus Pengobatannya hampir sama
dengan pengobatan pada penderita flu. Namun, yang lebih
ditekankandalam menangani penyakit pneumonia ini adalah banyak
beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu pemulihan
daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan jika
daya tahan tubuh sangat baik (shaleh, 2013).
c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur Cara pengobatannya akan
sama dengan cara mengobati panyakit jamur lainnya. Hal yang paling

14
penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia
(shaleh, 2013).
10. Komplikasi
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa
menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok
pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti
bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas.
Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk
ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi
menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia dengan bakteremia
dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis,
endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat
menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut dengan
efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Efusi
pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak
beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka
cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan
(Ryusuke, 2017)

15
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas pasien
Nama pasien : An.D
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Gresik, 31 Oktober 2017
Umur : 5 tahun
Pendidikan : Belum sekolah
Nama ayah/ibu : Tn.A/Ny.B
Agama : Islam
Alamat rumah : Sidowungu RT.09 RW.02, Menganti, Gresik
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama
Klien meengalami sesak nafas yang dialami sejak 2 hari yang lalu,
batuk berdahak, dan demam
2) Riwayat keluhan utama
Sejak 2 hari yang lalu mengalami sesak nafas, batuk berdahak, dan
pilek oleh keluarga klien di bawa ke RSUD Kota Gresik, pada saat
pengkajian ibu juga mengatakan takut dengan kondisi anaknya yang
mengeluh ,batuk berdahak disertai sesak nafas dan demam
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah di rawat di rumah sakit lain dengan keluhan yang sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa An.D tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan ataupun penyakit menular
3. Riwayat imunisasi

16
Ibu klien mengatakan imunisasi dasar yang sudah didapatkan anaknya adalah
sudah lengkap
No Jenis Usia Frekuensi Selang Reaksi
Imunisasi Pemberian Waktu Pemberian
1. BCG 1bulan 1x - -
2. DPT(I,II,III) 2-4 bulan 3x 4 minggu bengkak
3. Polio 1-4 bulan 4x 4 minggu -
(I,II,III,IV)
4. Campak 9 bulan 1x - Demam
5. Hepatitis <7nr-4bulan 4x 4 minggu -

4. Riwayat tumbuh kembang


a. Pertumbuhan
Berat Badan : 18 kg
Tinggi Badan : 110 cm
b. Perkembangan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 9 bulan
Berdiri : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun
5. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI : sampai usia 3 bulan
b. Pemberian susu formula
Alasan pemeberian : ASI sudah tidak keluar
Jumlah pemberian : 100 cc/2 jam
Cara pemeberian : Pakai dot
c. Pole perubahan nutrisi :
Usia Jenis Kelamin Lama Pemberian
0-3 bulan ASI 3 bulan
3 bulan Susu formula s/d sekarang
7 bulan Bubur 5 bulan

17
1 tahun Nasi s/d sekarang

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : composmentis
Postur tubuh : ideal
Kondisi : lemah dan letih
b. TTV
TD : -
N : 104x/menit
S : 390C
RR : 46x/menit
SpO2 : 92%
c. Ukuran anthropometric
1) Tinggi badan : 110 cm
2) Berat badan : 18 kg
3) Lingkat kepala : 49 cm
d. Kepala
1) Kebersihan : bersih
2) Warna rambut : hitam
3) Benjolan : tidak ada
4) Tekstur rambut : halus
e. Muka
1) Bentuk muka : simetris
2) Ekspresi wajah : pucat dan lesu
3) Keluhan : tidak ada
f. Mata
1) Penglihatan : normal
2) Kelopak mata : normal
3) Sclera : tidak icterus
4) Pupil : isokor

18
5) Konjungtiva : merah muda
6) Peradangan : tidak ada
g. Hidung
1) Struktut : simetris
2) Fungsi penciuman : normal
3) Keluhan : hidung tersumbat
h. Telinga
1) Struktur : simetris
2) Fungsi : normal
3) Serumen : tidak ada
4) Keluhan : tidak ada
5) Pemakaian alat bantu : tidak pakai
i. Mulut
1) Gigi : belum lengkap
2) Gusi : merah
3) Lidah : bersih
4) Bibir : merah kering
j. Tenggorokan
1) Warna mukosa : merah muda
2) Nyeri akut : tidak ada
3) Nyeri telan : tidak ada
k. Leher
1) Kelenjar thyroid : tidak membesar
2) Kelenjar limfe : tidak membesar
3) Kaku kuduk : tidak ada
l. Torax dan pernafasan
1) Bentuk dada : simetris
2) Benjolan : tidak ada
3) Pernafasan
a) Pola nafas : cepat dan dangkal
b) Frekuensi nafas : 46x/menit

19
c) Kualitas nafas : sesak
d) Penggunaan otot : ya
e) Peranafasan tambahan : ya, pernafasan cuping hidung
f) Batuk : ya
g) Sputum : ya
h) Ronki : ya
m. Jantung
1) Ictus cordis : tidak teraba
2) Pembesaran jantung : tidak ada
3) BJ I : negative
4) BJ II : negative
n. Abdomen
1) Bentuk perut : simetris
2) Nyeri tekan : tidak ada
3) Kondisi perut : elastis
4) Bising usus : normal
o. Genitalia dan anus
1) Keluhan : tidak ada
2) Alat bantu kateter : tidak
3) Kandung kencing : normal
4) Produksi urin : 320 cc
5) Warna/bau : kuning/khas
6) Diare : tidak
7) Konstipasi : tidak
p. Ekstremitas
1) Odema : tidak
2) Kontraktur : tidak
3) Kelainan : tidak ada
q. Integumen
1) Kebersihgan : bersih
2) Turgor : elastis

20
3) Lesi : tidak ada
4) Kelainan : tidak ada
5) Termperatur kulit : hangat
r. Status neurologi
1) Saraf-saraf kranial : normal
2) Perangasangan selaput otak : normal
7. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Pelaksanaan DDST pada klien didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Personal sosial menggosok gigi tanpa bantuan
b. Motori halus memilih garus yang lebih panjang
c. Bahasa mengartikan 7 kata
d. Motoric kasar berdiri 1 kaki 6 detik
8. Tes diagnostik
a. Hasil laboratorium meliputi :
1) Hb : 12,8 g/dl (10-14 g/dl)
2) Leukosit : 14.900 ul (4-11 rb/ul)
3) Hematokrit : 36,2 % (37-48%)
4) Eritrosit : 4.9000.000 (4,5-5,6 jt/ul)
5) Trombosit : 250.000 ul (150-350 rb/ul)
b. Rongten dada : hasil bacaan pneumonia
9. Analisa data
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1. DS : Sekresi yang Bersihan Jalan
1) Ibu klien mengatakan tertahan Nafas Tidak
anaknya batuk di sertai Efektif
dahak
DO :
1) Klien terlihat sesak nafas
2) Terdapat sekret
3) N : 104x/ menit

21
4) RR : 46x/menit
5) Ronki (+)
2. DS : Perubahan Gangguan
1) Ibu klien mengatakan membrane Pertukaran Gas
anaknya sesak alveolus kapiler
DO :
1) Klien terlihat sesak nafas
2) Klien terlihat pucat dan
sianosis
3) N : 104x/menit
4) RR : 46x/menit
5) SpO2 : 92%
3. DS : Proses penyakit Hipertermia
1) Klien mengatakan
anaknya demam
DO :
1) S : 390C
2) N : : 104x/menit
3) Kulit teraba hangat

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan Jalan nafas Tidak Efektif b.d sekresi tertahan d.d ronki
2. Gangguan Pertukaran Gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler d.d
sianosis
3. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal

22
3.3 Intervensi Keperawatan
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SDKI) (SLKI) Indonesia (SIKI)
1. (D.0001) Bersihan Jalan Nafas (L.01001) (I.01006)
Tidak Efektif berhubungan Bersihan Jalan Nafas Latihan Batuk Efektif
dengan sekresi tertahan Setelah dilakukan tindakan 2 × 24 jam, Observasi :
diharapkan bersihan jalan nafas membaik 1. Identifikasi kemampuan batuk
dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya retensi sputum
1. Batuk efektif dari skala 2 (cukup 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
menurun) menjadi skala 4 (cukup saluran nafas
meningkat) Terapeutik :
2. Produksi dari skala 2 (cukup 1. Atur posisi semi-Fowler atau
meningkat) menjadi skala 4 (cukup Fowler
menurun) 2. Pasang perlak dan bengkok di
3. Dyspnea darri skala 2 (cukup pangkuan pasien
meningkat) menjadi skala 4 (cukup 3. Buang secret pada tempat
menurun) sputum
4. Sianosis dari skala 2 (cukup meningkat)
menjadi skala 4 (cukup menurun) (I.01011)

23
5. Frekuensi nafas dari skala 2 (cukup Manajemen Jalan Nafas
mrmburuk) menjadi skala 4 (cukup Observasi :
membaik) 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan
(mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik :
1. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
2. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
3. Berikan oksigen, jika perlu

24
3.4 Implementasi Keperawtan
No. Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal Jam Implementasi
Dx
1. (D.0001) Sabtu, 15 Oktober 2022 08:00 WIB Pemeriksaan TTV
Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif berhubungan dengan 08:15 WIB Memonitor pola nafas
Sekresi Tertahan (frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)

08:30 WIB Memonitor bunyi nafas


tambahan (mis. Gurgling,
mengi, ronkhi kering)

08:45 WIB
Memonitor sputum
(jumlah, warna, aroma)

09:00 WIB
Melakukan fisioterapi dada,
jika perlu

09:10 WIB
Lakukan penghisapan

25
lendir kurang dari 15 detik

09:30 WIB Berikan oksigenasi, jika


perlu
Minggu, 16 Oktober 08:00 WIB Pemeriksaan TTV
2022 08:15 WIB Memonitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)

08:30 WIB Memonitor bunyi nafas


tambahan (mis. Gurgling,
mengi, ronkhi kering)

08:45 WIB
Memonitor sputum
(jumlah, warna, aroma)

09:00 WIB
Melakukan fisioterapi dada,
jika perlu

09:10 WIB
Lakukan penghisapan

26
09:30 WIB lendir kurang dari 15 detik
Berikan oksigenasi, jika
perlu

27
3.5 Evaluasi Keperawatan
Dx Hari/Tanggal Evaluasi
(D.0001) Sabtu, 15 Oktober S :
Bersihan Jalan 2022 1. Ibu klien mengatakan An.D batuk
Nafas Tidak disertai dahak
Efektif 2. Ibu klien mengatakan An.D sesak
nafas
O:
1. Terdapat sekret
2. Klien tampak sesak nafas
3. Terdapat ronkhi
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Minggu, 16 S:
Oktober 2022 1. Ibu klien mengatakan bahwa batuk
dan dahak An.D sudah hilang
2. Ibu klien mengatakan An.D sudah
tidak sesak nafas lagi
O:
1. Tidak ada sekret
2. Frekuensi nafas klien normal
3. Suara nafas tambahan sudah hilang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

28
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebakan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasite, dimana pulmonary alveolus
(alveoli), organ yang bertanggungjawab menyerap oksigen dari atmosfer,
mengalami peradangan dan terisi oleh cairan..
Pada klien yang menderita pneumonia diagnose yang sering muncul adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahan, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler,
hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat di
butuhkan demi kesempurnaan makalah ini

29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019). Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018. In Riset Kesehatan Dasar 2018 (pp.
182–183). https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-risetkesehatan-dasar-
riskesdas/.
Brunner & Suddarth. (2013).Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Dahlan. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 10–43.
Djojodibroto. (2012). No Title‫راءات‬RRRR‫ة االج‬RRRR‫ الجنائي‬.ABA Journal, 102(4), 24–25.
https://doi.org/10.1002/ejsp.2570
Kemenkes RI. (2011). Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae
Brunensis (Vol. 16, Issue 2). https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625.
Lantu, M. G., Loho, E., & Ali, R. H. (2016). Gambaran Foto Toraks Pada Efusi Pleura
Di Bagian/Smf Radiologi Fk Unsrat Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Periode November 2014 – Oktober 2015. E-CliniC, 4(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10966
Malaysia, D. of S. (2016). Department of Statictic Malaysia, 2016.
Mansjoer & Suriadi dan rita Y. (2006). Pathway-Pneumonia.
Misnadiarly. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan dengan
Perilaku Pencegahan Pneumonia Pada Balita. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat, 1(4), 1–10.
Muttaqin,Arif (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Novard, M. F. A., Suharti, N., & Rasyid, R. (2019). Gambaran Bakteri Penyebab
Infeksi Pada Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan Pola Resistensinya di
Laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014-2016. Jurnal Kesehatan
Andalas, 8(2S), 26. https://doi.org/10.25077/jka.v8i2s.955
Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 140
Potter & Perry, 2009, Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses dan
Praktik, edisi 4, volume 1, EGC, Jakarta

30
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. Pokja S.D.K.I (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Indikasi dan
indikator Diagnostik (Cet akan II). Jakarta.
Radji. (2011). UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS MERAH
(Alpinia purpurata K.Schum) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Klebsiella pneumoniae ISOLAT SPUTUM PADA PENDERITA PNEUMONIA
RESISTEN ANTIBIOTIK SEFTRIAKSON. Pharmacon, 8(1), 11–21.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/22611/22307.
Ryusuke, O. (2017). Tugas Responsi Mendeley. https://ejournal.unisayogya.ac.id.
Samita, L. (2018). Program studi d iii keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan
perintis padang tahun 2018. 1–104.
Selam, jahya bukhari adnan. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A.D
DENGAN PNEUMONIA DI RUANG CENDANA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA Drs. TITUS ULLY KUPANG. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
Shaleh. (2013). No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Smeltzer, Suzanne. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2 Edisi 8. EGC: Jakarta
M.J. Wilkinson. (2014). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai