“PNEUMONIA”
Disusun Oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
ini. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umatnya ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
berharap kita semua dapat lebih mengetahui dan memahami tentang bagaimana
memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada kita semua. Dalam penulisan
makalah ini mungkin masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu saya berharap pembaca dapat memberikan kritikan dan saran yang membangun.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 3
BAB II KONSEP TEORI PNEUMONIA
2.1 Definisi ............................................................................................................ 4
2.2 Etiologi ............................................................................................................ 4
2.3 Manifestasi Klinis ............................................................................................ 5
2.4 Penatalaksanaan ............................................................................................... 7
2.5 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 8
2.6 WOC ............................................................................................................... 10
BAB III KONSEP TEORI ASKEP
3.1 Pengkajian Data Fokus ................................................................................... 11
3.2 Masalah Keperaatan ....................................................................................... 18
3.3 Intervensi ........................................................................................................ 19
3.4 Implementasi .................................................................................................. 25
3.5 Evaluasi .......................................................................................................... 24
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 26
4.2 Saran ............................................................................................................... 26
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah peradangan parenkhim paru dimana asinus terisi dengan cairan
radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium
(bakteri, virus, jamur, parasit), bahan kimia, radiasi, aspirasi, obatobatan dan lain-lain.
(Sudarsono, 2005 dalam Pusdik SDM Kesehatan, 2016). Pasien Pneumonia biasanya
mengalami gangguan fungsi pernapasan salah satunya adalah gangguan pola nafas
yang mengacu pada frekuensi, volume, irama dan usaha pernapasan. Perubahan pola
nafas yang umum terjadi adalah takipnea, hiperventilasi, dispnea, orthopnea, apnea.
(Mubarak, 2008).
Kejadian Pneumonia cukup tinggi di dunia, yaitu sekitar 15%-20% (Dahlan, 2014).
diperkirakan mencapai 935.000 jiwa pertahun dan bahkan lebih dari 2.500 jiwa perhari
meninggal dunia (World Health Organization, 2014). Pada usia lanjut, angka kejadian
pneumonia mencapai 25-44 kasus per 1000 penduduk setiap tahun (Putri et
Asia Selatan dan afrika. Prevalensi kejadian pneumonia di Indonesia pada tahun
2017 sebesar 46,34%yaitu dengan jumlah keseluruhan 447.431 orang (Kemenkes RI,
2018).Prevalensi kejadian pneumonia di Jawa Timur pada tahun 2017 adalah 41,93%,
yaitu dengan jumlah keseluruhan 65.139 orang yang menderita pneumonia (Kemenkes
3
2018).
dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi. Di negara
peradangan pada paru yang timbul karena invasi dari beberapa patogen dan salah satu
penyebab yang paling banyak yaitu bakteri sehingga bisa menyebabkan gangguan
fungsi organ pernapasan seperti kesulitan untuk bernapas karena kekurangan oksigen
gejala seperti demam, anoreksia, muntah, nyeri abdomen, batuk, sakit tenggorokan, dan
komplikasi pada pneumonia antara lain abses paru, edusi pleural, empisema, gagal
dehidrasi.
ketidakefektifan pola nafas. Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak memberi ventilasi yang adekuat atau keadaan dimana seorang individu
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan benda asing. Pneumonia bisa disebabkan oleh terapi radiasi, bahan
kimia, dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyertai radiasi untuk kanker
payudara atau paru, pneumonia kimiawi terjadi setelah menghirup kerosin atau
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan oleh agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma,
2013).
2.2 Etiologi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), penyebaran infeksi terjadi melalui droplet
dan sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui selang infuse oleh
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah
6
berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain diatas
Influinza.
c. Mycoplasma Pneumonia
Candida Albicans.
f. Pneumonia Hipostatik
g. Sindrom Loeffler.
a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6bulan-3 tahun dengan suhu mencapai 39,5- 40,5
bahkan dengan infeksi ringan, mungkin malas dan peka rangsang atau
terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kerning dan
7
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
masa sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap
g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi.
mengi, krekels.
yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan
makan peroral.
l. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau
8
memuntahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress
pernafasan berat.
m. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja
2.4 Penatalaksanaan
berat, biasanya diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat
sputum mencakup :
c. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
d. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
9
base:
a. Radiologi
misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran radiologi sering
kali tidak sesuai dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak
Foto thoraks tidak dapat membedakan antara pneumonia bakteri dari pneumonia
virus. Gambaran radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi tiga macam
10
gambaran bilateral yang diffus, corakan peribronchial yang bertambah, dan
gambaran foto thoraks masih dipertanyakan namun para ahli sepakat adanya
antibiotika.
b. Laboratorium
sering didapatkan pada pneumonia bakteri, dapat pula karena penyebab non
bakteri. Laju endap darah (LED) dan C reakti protein juga menunjukkan
darah jarang positif pada 3 – 11% saja, tetapi untuk Pneumococcus dan
respiratorik.
11
2.6 WOC Penumonia
Bakteri, Virus, Jamur
Terhirup / Teraspirasi
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah & Walid,
1. Identitas pasien/biodata
• Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, asal
suku bangsa.
• Pneumonia sering ditemukan pada anak balita, tetapi juga pada orang dewasa
dan pada kelompok usia lanjut. Pada orang dewasa yang terkena pneumonia
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk meminta
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Pada klien dengan
pneumonia keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah
meminum obat batuk yang biasanya ada di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk
tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan
13
mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau- hijauan, kecokelatan, atau kemerahan,
dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi
dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada
pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala
(Muttaqin, 2009).
Diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorokan, kongesti nasal,
merupakan perokok aktif berapa jumlah rokok yang dapat dihabiskan dalam
5. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku
kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat
yang dialaminya. Hal lain yang perlu ditanyakan adalah kondisi pemukiman dimana
klien bertempat tinggal, klien dengan pneumonia sering dijumpai bila bertempat
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien (Dewi Sartika, 2010).
a. Keadaan umum
Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas
b. Kesadaran
Perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas
dan fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai keadaan umum,
kesadaran, dan pengukuran GCS bila kesadaran klien menurun yang memerlukan
c. Tanda-tanda vital
didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40ºC, frekuensi napas meningkat
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila tidak melibatkan
d. Kepala
mengetahui bentuk dan fungsi kepala, mengetahui kelainan yang terdapat pada
15
kepala. Pemeriksaan kepala dilakukan dengan dua cara yaitu inspeksi dan
pemeriksaan kepala.
e. Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga
bagian tengah, dan telinga bagian dalam Pemeriksaan telinga bagian luar dapat
dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang telinga dengan menentukan
bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan liang telinga dapat dilakukan dengan
f. Mata
Pemeriksaan fisik pada mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi
mata. Dalam pengkajian mata, inpeksi merupakan teknik yang paling penting
sebagai berikut :
2) Palpasi : Tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
g. Hidung
kesimetrisan lubang hidung kana dan kiri, apakah hidung lurus, apakah ada
16
deviasi septum nasi, ada atau tidaknya kelainan bentuk hidung, pembengkakan,
(Andarmoyo, 2012).
Pemeriksaan fisik mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan pada mulut
dengan atau tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data
i. Leher
1) Inspeksi : Tidak ada lesi, warna kulit sawo matang,warna kulit merata.
2) Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran
j. Thorax
1. Pemeriksaan Jantung
keadaan pada suara jantung apakah normal atau apakah terdapat kelainan,
2. Pemeriksaan paru
1) Inspeksi
napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercostal
space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama
oleh anak-anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada
2) Palpasi
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara (fremitus vocal).
3) Perkusi
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi
4) Auskultasi
k. Abdomen
mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkan bunyi peristaltik usus, dan
untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen. Pemeriksaan
l. Integumen
Pemeriksaan fisik pada kulit, rambut dan kuku adalah inspeksi dan palpasi.
Sistem integumen meliputi kulit, rambut, dan kuku. Sistem ini berfungsi
suhu tubuh, sebagai sensor nyeri, dan indera peraba. Pada kasus peumonia
m. Pemeriksaan Penunjang
adalah:
1) Sinar X
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan
3) JDL Leukositosis
Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
4) LED meningkat
5) Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat dan
komplain menurun
7) Bilirubin meningkat
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (mis. Nyeri saat
bernafas, kelemahan otot pernafasan) yang ditandai dengan dispnea, pola nafas abnormal
memanjang.
yang ditandai dengan dispnea, PCO2 meningkat, PO2 menurun, takikardia, dan bunyi
nafas tambahan.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperplasia dinding jalan nafas
20
3.3 Intervensi Keperawatan Teori
NO. Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperwatan (SIKI)
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi
Penyebab: selama 1x24 jam diharapkan pola Terapi Oksigen – 1.01026
1. Depresi pusat pernapasan napas menjadi efektif dengan Observasi:
2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri kriteria hasil :
saat bernapas, kelemahan otot Pola Napas : 1. Monitor kecepatan aliran O2
pernapasan) 1. Dispnea menurun 2. Monitor posisi alat terapi O2
3. Deformitas dinding dada 2. Tekanan ekspirasi meningkat 3. Monitor aliran oksigen secara
4. Deformitas tulang dada 3. Tekanan inspirasi meningkat periodik dan pastikan fraksi yang
5. Gangguan neuromuskular 4. Pemanjangan fase ekspirasi diberikan cukup
6. Gangguan neurologis (mis. menurun 4. Monitor efektifitas terapi O2
Elektroensefalogram [EEG] Positif, 5. Frekuensi nafas membaik 5. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
cedera kepala, gangguan kejang) 6. Monitor tanda dan gejala toksitasi
7. Imaturitas neurologis Tingkat Nyeri : 7. Monitor tingkat kecemasan akibat
8. Penurunan energi a. Keluhan nyeri menurun terapi O2
9. Obesitas b. Kesulitan tidur menurun
10. Posisi tubuh yang menghambat c. Pola napas membaik Terapeutik :
ekspansi paru d. Pola tidur membaik 1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung,
11. Sindrom hipoventilasi trakea (jika perlu)
12. Kerusakan inervasi diafragma 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
(kerusakan saraf C5 keatas) 3. Siapkan dan atur peralatanpemberian
13. Cedera pada medula spinalis O2
14. Efek agen farmakologis 4. Gunakan perangkat O2 yang sesuai
15. Kecemasan dengan tingkat mobilitas pasien
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasi hasil pemantauan
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi penurunan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,dan
pemicu nyeri Jelaskan strategi
meredakannyeri
2. Anjurkan monitor nyeri secaramandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan intervensi 2x24
Penyebab: jam diharapkan gangguan Pemantauan Respirasi –1.01014
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi pertukaran gas berkurang dengan
Observasi :
2. Perubahan membran alveolus-kapiler kriteria hasil :
Pertukaran Gas : 1. Monitor frekuensi, irama,
Gejala dan Tanda Mayor 1. Tingkat kesadaran meningkat kedalaman dan upaya napas
Subjektif : Dispnea 2. Dispnea menurun 2. Monitor pola napas
Objektif : 3. Napas cuping menurun 3. Monitor kemampuan batukefektif
1. PCO2 meningkat/menurun 4. PCO2 membaik 4. Monitor adanya produksisputum
2. PO2 menurun 5. PO2 membaik 5. Monitor adanya sumbatanjalan
3. Takikardia 6. Takikardia membaik napas
4. pH arteri meningkat/menurun 7. pH Arteri membaik 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5. Bunyi napas tambahan 8. Pola Napas membaik 7. Auskultasi bunyi napas
23
Monitor
Gejala dan Tanda Minor saturasi
Subjektif : oksigen
1. Pusing 8. Monitor
2. Penglihatan kabur nilai
Objektif : AGD
1. Sianosis (Analisa
2. Diaforesis Gas
3. Gelisah Darah)
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal (cepat/lambat, Terapeutik :
regular/iregular, dalam/dangkal) 1. Atur interval pemantauan respirasi
6. Warna kulit abnormal (mis. Pucat, sesuai kondisi pasien
kebiruan) 2. Dokumentasi hasil
7. Kesadaran menurun pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasi hasil pemantauan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi
Penyebab: selama 1x24 jam diharapkan Manajemen Jalan Napas –1..01011
Fisiologis : bersihan jalan napas menjadi Observasi :
1. Spasme jalan napas efektif dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi,
2. Hipersekresi jalan napas Bersihan Jalan Napas : kedalam, usaha napas)
3. Disfungsi neuromuskuler 1. Batuk efektif meningkat 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
4. Benda asing dalam jalan napas 2. Produksi sputum menurun Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
5. Adanya jalan napas buatan 3. Dispnea menurun kering)
6. Sekresi yang tertelan 4. Frekuensi napas membaik 3. Monitor sputum (jumlah,warna,
7. Hiperplasia dinding jalan napas 5. Pola napas membaik aroma)
8. Proses infeksi
9. Respon alergi Terapeutik :
10. Efek agen farmakologis (mis. 1. Posisikan semi fowler ataufowler
Anastesi) 2. Berikan minuman hangat
24
Situasional : 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
1. Merokok Aktif 4. Berikan oksigen
2. Merokok Pasif
3. Terpajan Polutan Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan2000ml/hari
Gejala dan Tanda Mayor 2. Ajarkan teknik batuk efektif
Subjektif : Tidak Tersedia Kolaborasi :
Objektif :
1. Batuk tidak efektif Kolaborasi pemberian bronkodilator,
2. Tidak mampu batuk ekspektoran, mukolitik
3. Sputum berlebih
4. Mengi, Wheezing
dan/ronkhi kering
5. Mekonium dijalan
napas (pada neonatus)
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
25
26
3.4 Implementasi Keperawatan Teori
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
mengobservası respon kilen. selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data
yang baru. Ada beberapa ketrampilan yang dibutuhkan dalam hal Int. Pertama ,
memahami respon fisiologıs dan psikologis normal dan abnormal, mampu mengidentifikasi
kebutuhan pembelajaran dan pemulangan klien, dan mengenali askep- askep promotif
kesehatan klien dan kebutuhan penyakit. Kedua, ketrampilan Interpersonal, Ketrampilan ini
Perawat harus berkomunikasi dengan jelas kepada klien, tim kesehatan lainnya. Ketiga
3.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan
sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (Fitn
Nur 2018).
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan
terjadi pengisian rongga alveoli yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda
asing. Pneumonia bisa disebabkan oleh terapi radiasi, bahan kimia, dan aspirasi.
Pneumonia radiasi dapat menyertai radiasi untuk kanker payudara atau paru, pneumonia
kimiawi terjadi setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas. Penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui selang
Pada klien dengan pneumonia keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak
berkurang setelah meminum obat batuk yang biasanya ada di pasaran. Pada awalnya
keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif
dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis,
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat lebih mengetahui tentang
hipertensi. Jika ada penulisan kata dalam makalah ini kami selaku penulis mohon dengan
28
DAFTAR PUSTAKA
Misnadiarly, 2008, Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoni pada anak dan Dewasa, Usia
Mubarak, I, W, & Cahyatin N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi
Muttaqin, A. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta: Penerbit
Salemba
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
29