Anda di halaman 1dari 14

Langkah kaki Azel sampai rumah dengan keadaan langit sudah gelap, yang

tersisa hanyalah penerang jalan. setelah membayar taxi Azel masuk dengan
wajah di tekuk masih kesal dengan kejadian tadi sore, yang Karel tiba-tiba
menarik tangannya sampai ikut lari. Azel duduk di depan teras kesal Gak jadi
beli buku yang di pesan Rian, keburu moodnya gak bagus, ia memutuskan
pulang urusan Rian marah belakangan. daripada dapat amukan dari dua
preman, lebih baik memilih cari aman.

Bibir Azel maju berapa senti masih kesal dengan laki-laki itu bisa-bisanya
mengajaknya lari, padahal gak ada urusan juga sama dirinya. Azel melipat
kedua tangan di dada pandangan fokus ke depan. Siapa yang akan lihat pasti
gemas lihat wajah Azel, kalau di lihat sangat imut.

Pintu terbuka menampilkan sosok seorang laki-laki keluar, Rian sampai


memiring kepala memerhatikan raut wajah adeknya yang tidak bersahabat
Rian mengusap pucuk kepala berjalan duduk di bangku samping Azel yang
dihalangi meja bundar kecil.

"Mana buku yang kakak pesan?" Tagih Rian menoleh lihat wajah Azel dari
samping

Azel menoleh sebentar kembali fokus kedepan. "Azel belum beli" balas Azel
jutek

"Keburu di ajak lari tadi" tambahnya

"Kenapa kamu lari? siapa yang kejar kamu?" Tanya Rian bertubi-tubi masih
bersikap normal dan yakin wajah tekuk Azel ada sesuatu.
"Di kejar preman"

Rian membulatkan mata bangun memeriksa adek kesayangannya takut ada


yang luka.

"Kamu gak apa-apa? Gak ada yang luka? di apa kan sama mereka?" Tanya
Rian bertubi-tubi tanpa memberikan Azel berkomentar

"Azel gak apa-apa" balas Azel senang di perhatikan Rian seperti ini

Rian bernafas lega mendengarnya, kalau sampai lecet sedikit pun di tubuh
Azel. ia akan cari pelakunya sampai ketemu udah berani lukai adek
kesayangannya.

"Terus kenapa muka kamu di tekuk seperti itu?" Tanya Rian mencolek pipi
Azel gemas lihat wajah kesal Azel
"Kesal sama yang ajak Azel lari"

Rian mencubit pipi Azel gemas lihat adeknya, dengan sigap Azel menepis
tangan Rian dari pipinya. Bukan karena apa Azel kalau udah cerita seperti
anak kecil. Bikin Rian gemas lihatnya, Rian sebisa mungkin mengontrol
kegemaskan kalau gak bisa aja ia gigit pipi Azel

"Sakit kak Rian"

"Emang siapa yang ajak kamu lari sampai sekesal ini?" Tanya Rian
penasaran alasan adeknya cemberut ini

"Teman"

"Seharunya Kamu berterima kasih sama dia, kalau dia gak tarik tadi mungkin
kamu di ganggu sama preman"

"Ngapain ganggu Azel? Azel kan gak ada urusan dengan dua preman tadi
ganggu aja gak pernah"

Rian mencubit pipi Azel gemas dengan adeknya. Azel becerita seperti anak
kecil

"Kamu cantik Azel, bisa aja mereka ganggu kamu"

"Saat teman kamu lari terus kebetulan kamu lewat, pasti preman berhenti
kejar teman kamu dan ganggu kamu karena cantik"

"Kamu berterima kasih sama dia?"

"Gak"

"Azel pukul dia beberapa kali kesal gara-gara dia Azel gak jadi belikan buku
buat kakak" lanjutnya

Rian mengusap kepala Azel mana mungkin berani memarahi adeknya. "Yang
penting kamu gak apa-apa kakak udah bersyukur, kan bisa beli bukunya
besok"

"KAK RIAN"

Azel menghentakan kakinya seperti di permainkan oleh kakaknya, sebelum


pergi udah di tawarkan beli buku besok malah di paksa. Gak dapet di suruh
beli besok kakaknya sangat menyebalkan, Rian hanya senyum mengacak
rambut Azel. Marahnya Azel bukannya takut yang ada bikin gemas.

"Maafin kakak Azel, sebenarnya tugas kakak udah lewat dan kamu percaya
aja, kakak gak belajar manajemen udah tahu jurusan kakak otomotif malah di
iyain aja dan kakak sengaja suruh kamu supaya kamu keluar kakak yang
capek lihat kamu diam diri di kamar jarang keluar rumah"

Azel kesal memukul lengan Rian beberapa kali, masalah tadi belum selesai
ditambah dikerjain oleh kakaknya. Udah berapa orang yang ngerjain dirinya
dalam sehari ini? Azel menendang bentis Rian sampai Rian meringis
kesakitan.

Rian mengusap bentisnya rasa nyeri tembus sampai tulangnya, tendangan


Azel mematikan sangat keras. Ini mentang-mentang anak atlet main seenak
jidat tendang untung sayang. Kalau gak Rian pastikan akan bales perbuatan
Azel.
"Sakit Azel" ringis Rian mengusap bentisnya, untuk menghilangkan rasa
sakitnya.

Azel cemberut moodnya semakin gak baik gara-gara kejadian malam hari ini
"Kakak duluan, udah tahu Azel capek dari tadi malah di kerjain" ketusnya,
menatap Rian sinis.

"Lebih baik Azel tidur tadi" tambahnya, kesal demi kakaknya Azel rela tidak
tidur, tapi apa malah di kerjaian

Rian menarik tangan Azel sampai masuk kedalam pelukannya. "Maafin


kakak" ucap Rian merasa bersalah telah paksa Azel keluar.

Azel berontak supaya Rian melepaskan pelukannya tapi malah di perkuat,


tidak memberikan Azel melepaskan pelukannya

"Gak"

Rian memegang pipi Azel gemas dengan adeknya sehingga kepala Azel
dongak tatap Rian.

"Kakak gak bermaksud ngerjain kamu, tapi kakak gak mau kamu masih
terlarut dalam kesedihan"

Azel langsung memeluk Rian menyembunyikan wajahnya di dada datar Rian.


Rian mengelus rambut belakang Azel dan menyelipkan anak rambut ke daun
telinga. Ada alasan Rian menyuruh Azel pergi tadi. Bukan karena apa-apa
alias capek lihat Azel di rumah terus, ia akan lihat Azel keluar saat berangkat
sekolah itu pun setelah pulang gak akan kemana-mana diam di dalam kamar
tidur, makan baca buku, nonton film.

Rian nunduk yakin adeknya akan nangis


"Jangan nangis" ujar Rian semakin bersalah telah buat Azel marah

Azel masih menyembunyikan wajahnya di dada Rian. "Kakak yang duluan"

"Udah sana istirahat ini udah malam besok kamu sekolah" perintah Rian
karena sebisa mungkin Azel harus tidur dibawah jam 10

"Baru jam 7 malam kakak ku yang ganteng" balas Azel kesal matahari baru
aja tenggelam malah disuruh tidur

Kepala Rian nunduk "kamu mau gak temenin kakak ke toko kamera beli
lensa?" Tanya Rian penuh dengan senyuman.
Kepala Azel dongak menatap kakaknya dengan senyum udah mengembang,
sepertinya akan minta sesuatu pada Rian  senyum ini yang bisa lihat
hanyalah Rian. selain itu tidak ada yang bisa melihat senyum manis Azel, tiga
temannya juga jarang Azel memperlihatkan senyum.

"Sekalian belikan Azel es coklat dua" balas Azel mengangkat tangannya


berbentuk v.

"Iya kakak belikan" dapat anggukan dari Azel setuju temenin kakaknya beli
lensa kamera.

Rian melepaskan pelukan "Kakak ganti baju dulu" ucap Rian

"Jangan lama-lama" balas Azel emang kakaknya bisa membuat moodnya


yang buruk menjadi baik.
"Siap tuan putri" balas Rian lari masuk mengganti bajunya.

🍀🍀🍀🍀🍀

Bilang mau ke toko kamera beli lensa malah ke tongkrongan, sehari udah
berapa orang yang ngerjainnya? Azel tambah kesal dengan Rian masalah
buku masih ia simpan di otaknya, gak akan pernah Azel lupakan. Sekarang?
Rian malah tambah masalah dengannya, Azel bukan dendam lebih kesal bisa
gak, bilang jujur supaya enak apalagi di tongkrongan Rian kebanyakan cowok
ketimbang cewek.

Saat ini moodnya tambah gak bagus gara-gara kebohongan Rian, kalau tahu
Rian ajak ke sini lebih baik tidur di kasur empuk. Azel gak ngerti sama sekali
pembicaraan mereka hanya mengaduk-aduk minuman dengan pipet sambil
memerhatikan jalan, Lama-lama bosen. Azel menompang dagu dengan
tangan yang bertumpu pada meja. Azel gak tahu alasan Rian mengajaknya ke
tongkrongan langka aja, Rian berbohong padanya.

Kalau jujur pun Azel gak akan mau di ajak ke tongkrongan Rian, mungkin ini
alasan Rian harus berbohong supaya Azel tidak curiga bahwa Rian akan
mengajaknya ke tongkrongan, apalagi Rian gak pernah bohong sama nya.
Beberapa kali Azel buang nafas, benar-benar bosen ia sudah ngamuk di
dalam hatinya sumpahin Rian gara-gara mengajaknya ke sini tanpa bilang
malah memilih berbohong.

Rian udah sibuk dengan teman-temannya membahas soal balapan. "Jadi lo


mau balapan dengan Robby?" Tanya Zam memastikan.

"Iya, mau taruh dimana muka gue kalau gue batalkan" jawab Rian menoleh
lihat Zam di sebrangnya.

"Lo jangan remehkan Roby" timpal salah satu laki-laki di depan Azel. Pria ini
tidak kalah tampan dari mereka berempat siapa lagi kalau bukan Gren.

"Roby itu licik bisa aja dia main curang" timpal Zam gedek dengan tingkah
Roby yang selalu main licik.

"Gue udah buat strategi supaya menang" balas Rian sudah siapkan rencana
untuk mengalahkan Roby.

"Jangan sampai lo kalah, gak kebayang sombongnya Robby " Zam udah
membayangkan kalau Rian kalah dari Robby.

"Dua minggu lagi Robby dan Zam balapan, disana lo bisa lihat kemampuan
Robby" timpal Gren

"Beneran lo lawan Robby?" Tanya Rian memastikan yang di katakan Gren


benar. Tentu saja kaget apalagi baru tahu kalau Zam akan balapan dengan
Roby

"Iya, dia yang nantangin ya udah gue terima aja dan harga diri gue gak mau di
injak-injak Robby" jawab Zam menggebu-gebu membayangkan Robby aja ia
udah muak.

"Belum apa-apa udah belagu duluan" lanjut Zam kesal apalagi kalau ketemu
bisa adu jotos
"Lo jangan lupa dateng kalau harapkan Gren dateng jangan harap" tambah
Zam gak bisa berharap lebih ke Gren karena teman barunya yang ini orang
alim jarang ke sirkuit, walau pertemuan awalnya di sirkuit.

"Kalau gak sibuk gue dateng lihat lo bertanding" balas Gren merasa gak enak
dengan Zam, walau baru berteman dengan Zam tapi nyambung satu sama
lain.

"Gue pasti dateng apalagi gue yang tantang Roby buat balapan" timpal Rian
meneguk kopi yang di pesan.

Salah satu dari mereka hanya tertuju pada Azel senyumannya gak pernah
pudar, dari kedatangan Azel dengan Rian udah senang. langka seorang Rian
ajak adeknya ke tongkrongan. Apalagi di tongkrongan kebanyakan cowok gak
takut adeknya di goda. Tapi itu tidak akan terjadi goda Azel berurusan dengan
Rian, kakaknya Azel serem apalagi kalau udah berkaitan dengan Azel. Rian
akan menjadi orang sensitif kalau yang berkaitan dengan Azel.

Di saat orang-orang pada diskusi ia hanya fokus pada Azel, masuk telinga
kanan keluar telinga kiri, hanya masuk sekilas di dalam pikirannya setelah itu
hilang begitu saja, yang di obrolkan teman-temannya gak ada yang masuk di
otaknya. Memandang wajah gadis ini adalah kesenangan baginya, ia kenal
Azel sering ke rumah Rian gak kaget lihat Azel seperti ini walau Azel kenal
dirinya. Jangan harap lihat Azel banyak bicara dengan orang baru.

Rio sadar pandangan tertuju pada Rian


memajukan wajahnya membisikan sesuatu pada Rian sambil melirik Azel di
samping Rian.

"Perempuan di samping lo siapa?"

Rian kegelapan sendiri kaget dengar suara tiba-tiba, kemudian melirik Azel di
sampingnya yang ngelamun, lupa. Saking adeknya gak ngomong sampai lupa
kalau ia dateng dengan Azel.

Rian mendorong wajah Rio menjauh darinya, Paham maksudnya. Adeknya


kalau gak di pancing bicara gak akan bicara akan diam sebagai pendengar
yang baik, tahu Azel termasuk orang pendiam kalau ketemu sama orang baru.

"Adek gue" jawab Rian menoleh ke sisi kanan dimana Azel duduk, ternyata
adeknya cantik di lihat dari samping pantesan aja Rio bertanya.

"Tumben banget lo bawa adek?" Tanya Gren di depan Azel memerhatikan


wajah Azel sangat tidak membosankan.
Gren kagum dengan wajah Azel berbagai sisi di lihat gak akan bosan dan
baru tahu Rian punya adek cewek. selama berteman dengan Rian, di kira
Rian anak tunggal gak tahunya punya adek cewek cantik. Apalagi postur
tubuhnya bagus cocok untuk seorang model.

"Dia sendirian di rumah makanya gue ajak" jawab Rian

"Namanya siapa?" Tanya Gren basa-basi dan sekalian kenalan dengan


adeknya Rian, siapa tahu kan bisa jadi adek iparnya Rian, bercanda jangan
serius✌.

Azel sadar dari lamunannya menatap empat orang di depannya


menghela nafas bener-bener bosen.

"Azel"

Penglihatannya tertuju laki-laki di depannya memandang nya, seperti


memandang seseorang, tapi lupa wajah laki-laki ini mirip siapa? Otaknya
belum bekerja mengingat seseorang.

"Azel sekolah dimana?" Tanya Gren mulai pembicaraan

"SMA Gurana" balas Azel dan dapat anggukan kepala dari Gren.

"Nama kakak siapa?" Tanya Azel balik wajahnya seperti tidak asing.

"Panggil kak Gren bisa, tanpa embel-embel kak juga bisa. Sesenang kamu
aja mau panggil apa" balas Gren senyum manis, adelnya Rian sangat imut.

"Kak Gren kayak teman aku rupanya" balas Azel setelah mikir panjang
akhirnya ketemu juga wajah seseorang di dalam pikirannya.

Satu orang yang terlintas di pikiran nya setelah melihat Gren dan berusaha
berpikir keras mengingat seseorang dan wajahnya. yang terlintas di pikiranya
tertuju pada seorang Karel. Gak tahu kenapa lihat Gren merasa lihat Karel
dalam diri Gren, mirip seperti buah pinang di belah dua seperti itulah
peribahasanya.

Seketika ia langsung ingat kejadian dimana Karel mengajaknya lari. Dan baru
ingat yang mengajaknya lari tadi adalah Karel secepat itukah ia lupa dengan
orang? Sama teman sendiri gak kenal? Mungkin efek gak pernah saling tegur
sapa jadi susah kenal satu sama lain.
"Apa kak Gren punya kembaran?" Tanya Azel penasaran hubungan mereka
berdua.

Gren yang dengar malah senyum momen langkah ada orang yang bertanya
seperti itu Dan baru kali ini dapat pertanyaan seperti itu.

Gren senang ngobrol dengan Azel ternyata gak seburuk itu Azel di ajak
ngobrol nyambung.

"Kak Gren gak punya kembaran?" Tanya


Azel kesal kenapa memikirkan Karel, otaknya lagi konslet bisa kepikiran Ke
sana

"Wajah kak Gren seperti gak asing Azel lihat" 

"Kayak wajah teman Azel" lanjutnya, Azel udah hilang akal bisa memikirkan
Karel .

"Emang muka kak Gren pasaran, banyak banget kembaran kak Gren" balas
Gren senang ngobrol dengan Azel.

"Pacar kamu" goda Gren penuh dengan ssnyuman jahilnya, dan paham
kemana arah pikir Azel.
"Azel gak punya pacar kak Gren" ketus Azel malah di goda dengan Karel.

"Pasti cowoknya ganteng sampai kamu berpikir ke sana sebagai kembaran


kak Gren" Gren tahu aja kalau Azel lagi pikirkan seorang cowok, sepertinya
Gren punya indra ke enam tahu isi pikiran Azel.

"Mirip kayak kak Gren! makanya Azel tanya kak Gren punya kembaran" Azel
tidak munafik dengan ketampan Karel walau dilihat sekilas tapi Azel tahu rupa
wajah Karel gimana.

"Boleh kak Gren lihat cowoknya?" Izin Gren penasaran rupa teman Azel yang
mirip dengannya.

"Azel gak punya fotonya" Azel menggelengkan kepala ketemu dan tegur sapa
dengan Karel aja gak pernah gimana mau simpen foto cowok itu.

Rian gak salah lihat adeknya banyak bicara dengan orang yang baru kenal,
momen langka lihat Azel banyak bertanya. Sebagai kakak kaget dengan
perkembangan Azel.
Dan baru kali ini ada temannya yang bisa ajak Azel bicara banyak, walau dari
tiga temannya hanya Rio yang sering Azel respon tapi Gren luar biasa bisa
buat Azel banyak bertanya.

Dengan Rio? Azel tidak banyak bertanya hanya banyak menjawab


pertanyaan dari Rio. Tapi kali ini malah Azel yang banyak bertanya mungkin
Rian akan mengadakan sukuran 7 hari 7 malam buat Azel.

"Azel gak penasaran gitu sama kak Zam" sahut Zam duduk di sampung Gren
dan ikutan kaget lihat Azel banyak bicara.

Walau sering ke rumah jangan harap ada respon yang di berikan Azel kalau di
ajak ngobrol, tapi sekarang lihat Azel banyak bicara dengan Gren. Zam boro-
boro di respon yang ada di cuekin

Azel melirik Zam sekilas kembali fokus pada Gren memandang wajahnya
sangat tidak membosankan.

"Azel gak tertarik dengan kak Zam" balas Azel telak mulut Azel memang
tajam gak bisa di filter kalau sama orang yang menurutnya menyebalkan.

Seketika Satu meja ketawa dengar perkataan Azel, Zam hanya bisa mengelus
dadanya.

"Sabar orang ganteng"

"Azel lebih suka kak Gren" ucap Azel senang memandang Gren

Gak tahu kenapa lihat Gren, Azel seperti lihat Karel di wajah Gren tapi ia juga
gak bisa berasumsi kalau Gren kakaknya Karel bisa aja hanya sebatas mirip.

Mata Rian tertuju pada Rio dimana cowok itu lagi memerhatikan Azel dengan
tatapan kagum, orang yang di lihat malah fokus pada Gren.

"Kalau di samping kanan Gren kamu kenal?" Tanya Rian sambil tunjuk Rio
Azel melirik Rio yang lagi menatapnya

"Kenal kak Rio"

"Darimana kamu tahu nama kak Rio?" Pancing Rio penasaran apakah Azel
akan ingat atau gak.

Azel menggumpalkan tangan siap menghajar Rio. "Jangan seperti orang gak
kenal iya kak Rio, Azel tonjok"

Rio senyum lebar ke arah Azel ternyata Azel masih ingat namanya
"Bercanda"
Rio sering ke rumah Rian ketemu sama Azel, malah dari mereka bertiga yang
kenal Azel hanya dirinya. Ia sengaja pancing Azel biar membuka mulut tahu
kalau Azel udah seperti itu gak akan buka mulut jadi perlu di pancing dulu.

"Kak Gren ganteng" kata Azel tiba-tiba membuat mereka kaget termasuk
Rian.

Udah berapa kali Rian di buat kaget dengan Azel kata-kata yang keluar dari
mulut adeknya bikin syok di luar dugaannya.

Zam menepuk pundak Gren beberapa kali


"Kalau Azel udah bilang ganteng gue akuin lo ganteng Ren"

"Azel perempuan yang paling jujur yang pernah gue temuin jadi apa yang
keluar dari mulut Azel gue percaya"  tambahnya

"Sekali dapat pujian langsung dari adeknya Rian" heboh Zam

"Gantengan kakak kamu" balas Gren

Azel melirik Rian sekilas kembali fokus pada Gren "Iya ganteng kalau di lihat
dari atas monas"
Ketawa mereka pecah lagi gara-gara gadis ini ada aja celetukan yang keluar
dari mulutnya.

Rian menoleh dan yakin akan dapat ocehan gak jelas dari mulut Azel.
"Perasaan Gren aja yang kamu tanyain dari tadi"

"Teserah Azel mau tanya siapa" jawab Azel ketus aura pelatih paskib nya
keluar wajahnya seketika berubah tatap Rian horor.

"Jangan pasang ekpresi itu kakak gak suka" tegur Rian tahu kalau Azel
pasang ekpresi tajam seperti itu lagi marah dan ia juga akui kesalahannya
ajak Azel ke tongkrongan tanpa memberi tahu orangnya dulu.

Zam sampai tahan senyum dengarnya kalau bukan Rian yang di ejek Azel
udah ia lepas ketawa Dan senang lihat Rian kicep berhenti bicara emang
yang bisa buat Rian diam adeknya.

"Zel, sering-sering ikut Rian kumpul bareng kita" timpal Zam senang dengan
kehadiran Azel walau terpaksa.

"Ogah lebih baik Azel tidur ini aja Azel terpaksa ikut gara-gara di bohongin kak
Rian"
Merasa terpanggil Rian noleh mengacak rambut Azel. Merasa bersalah ajak
Azel kesini.

"Kalau gak di bohongin kamu gak akan mau ikut"

Azel mulai capek tubuhnya seperti butuh tempat yang nyenyak sepertinya
malam ini ia akan tidur nyenyak.

"Kak Rian udah tahu Azel paling males keluar"

"Malah ajak Azel ke sini, di bohongin lagi dan gak di belikan es coklat" lanjut
Azel

"Itu yang kamu minum apa? Air got?" Tanya Rian gak habis pikir dengan
adeknya di kira di belikan air got padahal es coklat.

"Ini bukan es coklat" balas Azel mengangkat gelasnya memperlihatkan es nya


yang tinggal sedikit

Rian di buat kesal dengan Azel tapi sebisa mungkin mengontrolnya supaya
tidak membuat Azel sedih
🍀🍀🍀🍀🍀

Karel duduk di depan cermin mengobati luka di wajahnya sampai rumah tidak
menemukan siapa-siapa yang ada sepi. mau gak mau ia obati luka di
wajahnya sendiri daripada infeksi kalau gak di obati, kapas berserakan di
lantai setelah menggunakan Karel asal buang.
Karel kesusahan mengobati diri sendiri kesal sendiri berhenti.

"Susah banget" kesalnya

Karel kesal tidak menemukan orang tuannya dirumah "Ini orang rumah
kemana sepi amat" protes Karel kesal saat seperti ini kenapa orang rumah
tidak ada

Karel Bangun jalan menuju luar kamar menghirup udara malam hari. Tangan
nya bertumpu pada pembatas melihat sekeliling rumah sepi kendaaraan pun
gak ada lewat kepalanya dongak menatap langit malam yang di hiasi bulan
dan bintang.

Dua benda langit malam yang tidak bisa di pisahkan selalu ada di waktu
cerah. Dua benda itu akan hilang ketika di tutupi awan pekat. Malam ini
bintang berserakan di atas sana, pancar sinarnya terlihat jelas di tambah
dengan pantulan sinar bulan langit malam semakin indah, di hiasai dua benda
langit.

Angin malam sangat mematikan hembusannya bisa membuat orang menjadi


kedinginan, malam ini cuaca sangat mendukung bisa menyaksikan bintang
berserakan di atas sana.

"Orang rumah kemana sepi amat?" Suara seseorang dari belakang.

Pikiran Karel langsung buyar dengar suara membalikan badan melihat siapa
yang asal masuk ke kamarnya.

"Wajah lo kenapa?" Tanya Aldo melihat wajah Karel babak belur berdiri di
depan pintu

Karel masih gak nyangka ia kenal sial tadi


"Di hajar preman tadi" jawab Karel

Karel berjalan masuk kedalam hawa dingin mulai menyengat kulitnya yang
tipis. Aldo memilih duduk di sofa dekat pintu menghidupkan tv nonton.

Aldo penasaran padahal Karel jago bela diri malah membiarkan wajaahnya
dihajar
"Kok bisa di hajar?"

"Saat gue ambil foto anak-anak jalanan tiba-tiba dua preman hajar gue untung
aja gue bisa kabur walau gue dapet hadiah dari mereka"

Karel meraih ponselnya yang tergeletak di tempat tidur memainkannya

"Sepi banget rumah lo pada kemana?" Tanya Aldo merasakan rumah Karel
seperti rumah hantu sepi, dibawah tidak menemukan siapa-siapa.

Karel masih fokus pada ponselnya tangannya bergerak lincah di atas


keyboard seperti membalas chat dari seseorang.

"Gak tahu pulang-pulang gue udah lihat sepi"

Aldo melirik Karel, merasa diabaikan dengan cowok ini malah asik dengan
ponselnya

"Gue denger-denger lo punya proyek?"

"Hmm"
Aldo memancing supaya menatapnya malah semakin gelut dengan
handphonenya

"Udah dapet model?"

Karel masih fokus pada handphone


"Belum" jawab Karel semakin asik dengan ponsel nya

Aldo merubah posisi tubuhnya menjadi duduk tegap mengkerutkan kening


merasa di abaikan oleh Karel, cowok itu kalau udah di pertemukan dengan
benda canggih dan kamera akan lupa dengan lawan bicara, ingin sekali Aldo
merampas handphone itu supaya Karel tidak mengabaikannya tapi nanti
ujungnya berantem

"Lo chatan sama siapa serius amat?" Tanya Aldo penasaran Karel chatan
dengan siapa

Karel melirik Aldo sekilas kembali fokus pada handphone "Anya"

"Dia khawatir sama gue setelah gue kasih tahu dia kalau gue di hajar preman
tadi" lanjut nya

Aldo tidak kaget dengan kedekatan mereka yang seperti lem gak bisa lepas
kemana aja selalu berdua. Dan herannya sampai sekarang tidak ada status
yang pegang selain hanya 'teman'. Satu sekolah udah tahu kalau mereka
dekat sampai ada gosip miring mengenai mereka yang pacaran padahal tidak.

Karel selesai bergelut dengan ponsel menaruh di atas meja, menatap Aldo
yang lagi serius nonton tv.

Aldo kesal lihat Karel dekat-dekat dengan Anya  "Kenapa gak pacaran aja?
gue yang bosen lihat lo deket sama dia tapi gak pacaran" ujarnya

"Gue anggap Anya sebatas teman gak lebih"

"Kalau gue saran jangan terlalu dekat dengan Anya, nanti anak orang baper
dan berharap lebih sama lo" peringati Aldo supaya Karel tidak menyakitkan
perasaan anak orang.

"Delan mana?" Tanya Karel mengalihkan pembicaraan gak mau Aldo kembali
membahas Anya

Aldo mengotak-atik remot mengganti cenel tv, mulai merasakan bosan


selaam ini ia jarang menonton tv jadinya bosen.
"Di rumah"

Karel penasaran Alasan cowok itu gak ikut, biasanya disaat Aldo ke sini pasti
Delan ikut tapi sekarang

"Tumben banget gak ikut tu anak?"


"Lagi dapat hukuman gara-gara buat kucing kesayangan mamanya hilang"
jawab Aldo santai merasa perihatin dengan temannya yang satu itu.

"Markus?" Tebak Karel

"Hm"

"Kasihan banget sih teman gue mamanya lebih sayang kucingnya daripada
anaknya"

🍀🍀🍀🍀🍀

Anda mungkin juga menyukai