Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330161589

ARTIKEL AYU FINAL

Article · January 2019

CITATIONS READS

0 564

2 authors:

Maria Ayu Firman - Firman

4 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   
Universitas Negeri Padang
359 PUBLICATIONS   354 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PERANAN PSIKOLOGI DAN KONSELING DALAM PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) MENUJU KESEJAHTERAAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN View
project

PENCEGAHAN PELECEHAN SEKSUAL REMAJA MELALUI LAYANAN INFORMASI MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA) View project

All content following this page was uploaded by Maria Ayu on 05 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DESAIN MODEL PEMBELAJARAN “TIRU (TEMUKAN, IMPIKAN,
RANCANGKAN DAN UNGKAPKAN” DI SD

Maria Ratna Sariayu1, Firman Firman2


Jurusan Pendidikan Dasar dan Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
E-mail : firman@konselor.org

Abstrak

Dalam artikel ini penulis mempresentasikan desain model pembelajaran TIRU. Ini
adalah produk kreasi dan inovasi penulis yang akan diterapkan untuk
pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat. Model TIRU adalah model yang
dimodifikasi dari Appreciative Inquiry. Prosedurnya adalah Menemukan
(Penemuan), Impikan (Mimpi), Rancangkan (Desain), dan Ungkapkan
(Pengiriman / Destiny). Untuk menerapkan penulis menyusun model
implementasi untuk pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas Dua.

Kata Kunci: Desain, model TIRU, dan Apreciative Inquiry

Pendahuluan Indonesia Berkarakter, Sains


Tulisan ini disusun bertolak Berkarakter, Matematika
dari 3 alasan. Pertama, alasan Berkarakter, dan lain-lain. Misalnya,
profesional, yaitu seorang guru selain seorang peserta didik dapat
menggunakan juga mendayagunakan menghitung berapa kawan yang
kemampuan profesi pendidik dengan bermain, tetapi tidak peduli atau
kreasi dan inovasi. Mengelola tidak memperhitungkan teman-
pembelajaran berdasarkan kebiasaan, temannya ketika menikmati jajan
mengikuti buku petunjuk, atau pola- bawaannya. Dalam hal ini, dia
pola konvensional lainnya tidak mengetahui jumlah tetapi tidak
mengembangkan profesi pendidik menghayati nilai saling berbagi
sendiri dan membosankan bagi dalam hidup. Oleh karena itu,
peserta didik. Dengan alasan pertama pelajaran matematika harus
ini, model desain pembelajaran yang diintegrasikan dengan pembentukan
disajikan berikut disajikan sebagai karakter (Character
wujud kreasi dan inovasi penulis Building/Forming).
sebagai guru. Dalam kurikulum 2013 guru di
Kedua, tuntutan Kurikulum tuntut harus kreatif dan inovatif
2013 dan kebutuhan konkret
mengintegrasikan karakter dalam dalam memilih model, metode,
mata pelajaran, seperti Bahasa

1
media yang cocok. Sebuah model Ketiga, model desain
pembelajaran TIRU yang disajikan
pembelajaran agar lahir peserta didik
berikut merupakan sebentuk tugas
yang memilki pengetahuan dan dalam studi lanjut di Program
Pascasarjana S2 Pendidikan Dasar di
karakter. Guru yang baik biasanya
Universitas Negeri Padang.
tahu bahwa dengan memilih profesi Pemahaman teori, misal,
Penyelidikan Apresiatif (The
guru, mereka telah berkomitmen
Appreciative Inquiry) dan kesadaran
untuk belajar sepanjang masa. akan kebermanfaatannya dalam
pembelajaran mendorong penulis
(Firman, 2009) .
untuk memodifikasikannya dalam
bentuk model desain pembelajaran
Penyelenggaraan pendidikan
sehingga dapat diterapkan.
di Indonesia merupakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur Dalam artikel ini, penulis
berupaya mendesain Penyelidikan
secara sistematis dalam
Apresiatif (Appreciative Inquiry)
mengembangkan sumber daya menjadi sebuah model pembelajaran
manusia (SDM) yang unggul untuk yang dinamai Model Pembelajaran
menghadapi persaingan global. Oleh TIRU untuk membelajarkan
karena itu, pendidikan nasional harus Apresiasi Sastra Berkarakter.
benar-benar direncanakan dan Model TIRU adalah model
diusahakan secara sadar, karena pada yang dimodifikasi dari Appreciative
hakekatnya pendidikan adalah Inquiry. Prosedurnya adalah
membantu individu mengembangkan Menemukan (Penemuan), Impikan
potensi diri agar memiliki kekuatan (Mimpi), Rancangkan (Desain), dan
Ungkapkan (Pengiriman /
spiritual keagamaan, pengendalian
Destiny).Tampak bahwa pilihan
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak akronim TIRU dipahami dalam
mulia, dan keterampilan.(Fitria, penamaan berciri pedagogis, yaitu
Firman & Sukma, 2013) penamaan model bercorak nilai-nilai
pendidikan yang mendidik. Sebab,
Sejalan dengan itu (Lenny
meniru hal yang benar dan baik
Zaroha; Firman; Desyandri, 2018) adalah salah satu tujuan pendidikan.
Namun, secara real akronim TIRU
menyatakan bahwa Pendidikan
berhubungan dengan prosedur-
adalah hal yang paling penting dalam prosedur dalam model pembelajaran
ini, yaitu Temukan, Impikan,
kehidupan seseorang. Melalui
Rancangkan, dan Ungkapkan.
pendidikan, seseorang dapat diangga Contoh penerapan konkretnya
terhormat, memiliki karier yang adalah apresiasi sastra dalam
pembelajaran bahasa. Sebab, salah
bagus dan dapat bertindak sesuai satu makna apresiasi adalah
dengan norma-norma yang berlaku, penghargaan. Di samping itu,
apresiasi juga bermakna penilaian
yang pada akhirnya melahirkan berdasarkan pertimbangan nilai
generasi yang berkarakter. kebaikan dan keburukan; kelebihan

2
dan kekurangan terhadap suatu karya akronim tersebut menunjukkan
sastra, misal puisi, cerpen, novel, prosedur, urutan, sintaks yang
atau drama (Bdk. DEPDIKNAS, dilakukan agar dapat mencapai
2013:82). Dari dua makna itu terlihat tujuan. Dalam konteks rancangan ini,
secara jelas bahwa apresiasi amat maksud dan tujuannya adalah
potensial dimanfaatkan untuk membelajarkan peserta didik secara
membangun karakter peserta didik. aktif dan interaktif agar terampil
dalam menuliskan apresiasi terhadap
objek tertentu.
Model Pembelajaran TIRU
Kedua, Appresiative Inquiry
Sekilas TIRU dapat (AI) secara harafiah berarti
membahasakan respons pembelajar Penyelidikan Apresiatif. Secara
terhadap subjek pembelajaran. konseptual, Penyelidikan Apresiatif
Subjek yang dipelajari diserap, ditiru, adalah pelacakan dan pendayagunaan
disalin, dikopi secara kognitif dan kekuatan dan kecakapan yang ada
diterapkan serta ditampilkan dalam pada setiap ‘organ’ dalam suatu
sikap. Namun sesungguhnya TIRU organisasi untuk mencapai
di sini dipakai sebagai akronim dari performansi atau keunggulan
prosedur penerapan pendekatan tertentu. Dikontekstualisasikan
Penyelidikan Apresiatif (PA) atau dalam pembelajaran, Penyelidikan
Appreciative Inquiry (AI) approach Apresiatif adalah pelacakan dan
dalam pembelajaran. pendayagunaan kekuatan dan
Modifikasi Pendekatan kecakapan peserta didik dan
Apppreciative Inquiry menjadi TIRU mengaktivasikannya dalam
didasari kebutuhan praktis dalam pembelajaran untuk mencapai
konteks keberlakuan Kurikulum keterampilan tertentu.
2013 di Indonesia yang Ketiga, 4 Ds, yaitu
menggunakan pendekatan berbasis Discovery, Dream, Design, and
teks dan pengelolaan pembelajaran Delivery (Destiny). Bertolak dari 4D
berpusat siswa. Di antara segi-segi tersebut, perancang memodifikasinya
saintifik yang dimaksud adalah segi menjadi TIRU, yaitu Temukan,
penemuan melalui pengamatan, Impikan, Rancangkan, dan
wawancara, atau dokumentasi, dan Ungkapkan.
produk, proyek. Searah dengan itu,
TIRU bertolak dari usaha
menemukan (discovery), Appreciative Inquiry
mengimpikan (dream), merumuskan, Penyelidikan Apresiatif (PA
menyusun, merancang (design) dan atau Appreciative Inquiry/AI) adalah
mengkomunikasikan, menyiarkan, model positif untuk membantu
menyampaikan (delivery, destiny). orang, tim, kelompok, atau
Jadi, modifikasi AI menjadi TIRU organisasi agar berkembang
bertujuan untuk memmudahkan mencapai tujuan yang diimpikan. PA
penjabaran Appreciative Inquiry mengajak orang untuk berfokus pada
dalam pembelajaran. topik tertentu dan kemudian 1)
TIRU adalah akronim dari menerangkan jika mereka telah
Temukan, Impikan, Rancangkan, terampil dalam suatu ranah atau
dan Ungkapkan. Secara prosedural, topik; 2) menerangkan prinsip-

3
prinsip yang membuat mereka bernilai sebagai hasil tatapan mata
terampil; dan 3) menerangkan apresiatif untuk mengaktivasi
bagaimana mereka menuruti prinsip- kompetensi, energi, kinerja, dan
prinsip- plus menambahkan elemen- sinergi potensi-potensi diri manusia.
elemen lain- untuk semakin terampil (Browne, 2008)
lagi di masa yang akan datang
Pembelajaran atau studi
(Cooperrider dan Whitney 1999
mengarah kepada penciptaan
dalam
pengetahuan (konstruksi) yang dapat
http://appreciativeinquiry.case.edu).
digunakan, diterapkan, dan divalidasi
Dikatakan positif karena dalam tindakan. Kelas atau
model ini hendak menggali dan komunitas belajar diprovokasi,
memberdayakan potensi diri manusia dihela, dipacu untuk menjadi lebih
berupa kekuatan dan kecakapannya. dari keadaan sekarang. Kolaboratif
Sementara, model problem solving, berkenaan dengan pengembangan
pemecahan masalah, (dalam arti dan penyelenggaraan pembelajaran
aslinya) bersifat negatif karena yang melibatkan pengajar dan
bertujuan melawan, membantah, pembelajar serta antarpembelajar.
mengingkari, mengatasi,
Apresiatif Inquiri membantu
memecahkan masalah.
memahami keunggulan diri atau
Terobosan Cooperrider, yang organisasi dan mengarahkan untuk
kemudian diikuti Diana Whitney, mendambakan dan menciptakan
lebih memperhatikan kekuatan dan secara kolektif masa depan yang
kecakapan anggota. Seorang visioner, berdasar, dan berorientasi
manajer, organisator, berusaha untuk jelas.
mempelajari kekuatan dan kecakapan
Prinsip-Prinsip Apresiativ inquri
orang, tim, kelompok, atau
(dalam Banawiratma, 2014:9-13)
organisasi. Bersama William Kiser,
dalam mengelola sebuah Klinik, (1) Perspektif Konstruktif, yaitu
Copperrider berfokus secara total pendayagunaan kekuatan dan
pada pendekatan positif dan kecakapan peserta didik
diberdayakan untuk maju. untuk menyusun, merancang
Selanjutnya bersama supervisor, temuan-temuan yang
Suresh Srivatsva, mereka dihasilkan dalam pengalaman
merumuskan prinsip, “Sistem-sistem belajar. Kemampuan
manuasiawi bertumbuh dalam arah mengapresiasi dilandasi oleh
yang manusia pelajari”. Prinsip Appreciative Eye, mata
tersebut bermakna bahwa kemajuan apresiatif, yaitu kemampuan
manusia dalam hal yang dan kecakapan peserta didik
diusahakannya tidak terjadi secara untuk menangkap nilai-nilai
spontan dan alamiah (natural), tetapi subjek yang diselidiki.
diusahakan secara ilmiah (scientific), (2) Prinsip puitik, yaitu bahwa
dicapai melalui tahapan, prosedur metafor yang dipakai untuk
yang dapat dipertanggung jawabkan menggambarkan subjek
secara ilmiah. laksana puisi yang memunyai
lapis-lapis makna yang tiada
Tugas pertama dalam
tuntas dikupas. Secara puitis,
penyelidikan adalah mendeskripsikan
dirumuskan bahwa reality is
dan menjelaskan segi-segi yang

4
an open book. Realitas kepekaan bathin dan cita rasa
laksana kitab terbuka untuk sosial untuk mencapai
dibaca, digali makna yang keterampilan dan ditunjukkan
berlapis-lapis, dalam dalam sikap hidup.
halaman-halaman yang tiada Di atas dikatakan bahwa
habis. Model Desain Pembelajaran TIRU
(3) Prinsip simultan merupakan hasil modifikasi. Pada
(Simultaneity), yaitu level pertama, modifikasi yang
keserempakan dan dimaksud berupa adaptasi dan
keberiringan antara kontekstualisasi Appreciative Inquiry
pencarian, penyelidikan dan (AI) yang semula ditemukan dalam
perubahan, pembaruan. studi organisasi dan bahkan jauh
Penyelidikan Apresiatif sebelumnya dalam studi keagamaan.
berprinsip bahwa “Change Adaptasi dan kontekstualisasi
begins the moment you ask tersebut memunyai basis linguistik,
the question.” Perubahan, yaitu bahwa upaya menangkap
pembaruan bermula dengan makna tidak terbatas pada perilaku
bertanya. Sebab, pertanyaan nonverbal (semiotik organisasi)
mendorong pencarian melainkan juga dan secara luas
jawaban (-jawaban). berlangsung melalui perilaku
(4) Prinsip Antisipatoris, yaitu linguistik. Menghasilkan teks
bahwa penggunaan AI (encoding) adalah upaya menyajikan
dimaksudkan untuk makna. Sebaliknya, tindakan
memberdayakan pembelajar menemukan makna (decoding)
agar mengalami peningkatan adalah upaya membedah teks,
keterampilan di masa depan. menggali makna di balik teks.
(5) Prinsip positif, yaitu bahwa
AI mendayagunakan potensi Dalam konteks pembelajaran
manusia untuk menemukan sastra, AI berhubungan dengan
harapan (optimisme), apresiasi. Pada dasarnya apresiasi
inspirasi (dari tokoh, merupakan sebentuk inquiry. Sebab,
pengalaman, peristiwa), dan keputusan menilai, menghargai, dan
kegembiraan untuk berkreasi mengkritisi suatu karya sastra harus
bersama. Dalam kata-kata berbasiskan inquiry, bukan spekulasi
Cooperrider, “The more dan manipulasi. Selain itu, praktik
positive the question, the apresiasi tidak berhenti pada
greater and longer-lasting penikmatan, respons reseptif.
the change.” Apresiasi yang demikian hanya
(6) Prinsip keutuhan dan bersarang dalam benak atau ingatan
keseluruhan (wholeness and penikmat. Oleh karena itu diperlukan
totality), yaitu daya upaya apresiasi produktif berupa tanggapan
mengintegrasikan berbagai tertulis terhadap suatu objek atau
potensi untuk mencapai bacaan.
tujuan yang diimpikan. Mata Selain basis linguistik,
apresiatif (Appreciative Eye) modifikasi TIRU juga dilandasi
bermakna utuh dan pendekatan pembelajaran, yaitu
menyeluruh, yaitu pendekatan berbasis kompetensi
pendayagunaan potensi nalar, (competency-based learning) yang

5
bertentangan dengan pembelajaran merumuskan topik. Misalnya, dalam
berbasis masalah (problem-based menulis biografi sederhana. Pengajar
learning). Sebab, Cooperrider dan dapat menentukan salah satu fokus
Srivastva berpandangan bahwa pada salah satu karakter positif tokoh
penggunaan model pengembangan yang hendak ditulis. Selanjutnya
atau pembentukan berorientasi fokus dapat pula ditentukan
problem solving telah menguras berdasarkan hasil identifikasi peserta
energi ragawi dan bathin (dalam didik, baik secara individual maupun
Banawiratma, 2014:13-16). Masalah secara berkelompok. Meminjam
sedemikian berlimpah dan kata-kata Cooperrider dan Whitney,
pengehadapan terhadap masalah peserta didik memunyai mata
secara terus menerus menimbulkan apresiatif (Appreciative Eye) untuk
kelesuan dan kebuntuan. Oleh karena melihat sisi-sisi positif dalam subjek
itu dibutuhkan model yang lebih yang diselidiki (1999 dalam
afirmatif, positif, dan optimis. Untuk http://appreciativeinquiry.case.edu)
itu dibutuhkan kecermatan dan Kedua, peserta didik membayangkan
kepekaan menangkap segi-segi (imagine) dan mengimpikan (dream),
positif, optimis, dan yaitu bahwa segi positif yang telah
memberdayakannya untuk hal-hal ditentukan dibayangkan partisi dan
produktif dan konstruktif. deskripsinya. Segi positif yang
Dalam konteks pembelajaran difokuskan memunyai ciri-ciri atau
berbasis teks, sebagaimana dalam bagian-bagian dan contoh-contoh
Kurikulum 2013, para siswa konkret dan dideskripsikan. Segi-segi
dihadapkan dengan teks secara terus- unggul (positif) diimpikan, dicita-
menerus. Pengalaman ini amat citakan untuk menjadi nilai-nilai
potensial. Bagaimana konteks yang dianut dan sifat-sifat yang
tersebut dimanfaatkan sebagai basis bertentangan harus ditolak.
pembelajaran? Oleh karena itu Ketiga, peserta didik
dibutuhkan AI, pencarian atau merancang dan menyusun hasil AI
penyelidikan untuk menemukan segi- baik lisan maupun tulis. Penyelidikan
segi pilihan yang potensial untuk Apresiatif (PA) tidak berhenti pada
diafirmasi dan selanjutnya menjadi membayangkan dan mengimpikan
titik awal membangun mimpi, ideal, tetapi ditindaklanjuti dengan
cita-cita, harapan. Impian tersebut merancang, menyusun, dan
mesti ditempatkan dalam suatu menghasilkan sesuatu. Mengikuti
desaian, suatu konstruksi. Apa yang prinsip konstruktiv, pengetahuan
konstruksikan tersebut merupakan dikonstruksi dengan dan dalam suatu
segi-segi afirmatif yang layak pengalaman belajar. Pengetahuan
diunggulkan. Justru segi keunggulan tersebut dirumuskan dalam sebuah
ini menjadi pengerek dan penggerak desain yang berbentuk dan tertata
memberdayakan kemampuan secara organisasional. Itu berarti
selanjutnya. Pembelajara tidak hanya pengetahuan tersebut memunyai
menemukan tetapi menghasilkan konten dan struktur, isi dan bentuk.
sesuatu melalui komunikasi Demikian pun aktivitas apresiasi,
temuannya. terdapat segi kognitif yang hendak
Pertama, Apresiatif dimulai disajikan dalam suatu susunan
dengan menetapkan fokus dan sehingga dapat diketahui oleh pihak
lain.

6
Keempat, fase mengantar
sampai tujuan (delivery-destiny),
yaitu konstruksi pengetahuan yang
telah diorganisasikan dalam sebuah
desain diungkapkan, disiarkan,
disampaikan secara lisan atau tulis
kepada pihak lain. Dalam contoh
misalnya, delivery-
nya/tujuannya/sasarannya adalah
menemukan jenis-jenis kalimat dan
nilai-nilai dalam lagu yang
diapresiasi.

KESIMPULAN
Desain Model Pembelajaran
TIRU adalah wujud kreasi dan
inovasi dalam pembelajaran. Desain
ini dibuat untuk bertolak dari alasan
profesional, tuntutan kurikuler dan
kebutuhan institusional, dan
akademik penulis. Desain ini
menunjukkan bahwa pemahaman,
kesadaran dan kepekaan teoretis
dibutuhkan agar suatu teori dapat
diterapkan dalam bidang
pembelajaran. Seperti Penyelidikan
Apresiatif (Appreciative Inquiry)
aslinya merupakan bagian dari tata
kelola perusahan atau organisasi.
Namun, oleh pemahaman, kesadaran
dan kepekaan teoretis, teori tersebut
dapat dimodifikasi menjadi Desain
Model Pembelajaran TIRU seperti
terjadi dalam artikel ini.

7
DAFTAR RUJUKAN Ilmiah Konseling,
2(September), 202–207.

Banawiratma, J.B. 2014. Firman. (2009). Tanggung Jawab


Pemberdayaan Diri Jemaat Profesi Guru dalam Era
dan Teologi Praktis melalui Teknologi Informasi. Jurnal
Appresiative Inquiry (AI). Ilmiah Ilmu Pendidikan No, 1–
Yogyakarta: Kanisius 15.

Brownie, Bliss.2008. “AI in Lenny Zaroha; Firman; Desyandri.


Community Development” (2018). The Effect of Using
dalam http:blissbrownie.AI.org Quantum Teaching and
diakses 20 Desember 2018 Motivation in Learning Toward
Chambers, Ellie dan Gregory, Students Achievement.
Marshall. 2006. Teaching & JAIPTEKIN | Jurnal Aplikasi
Learning English Literature. IPTEK Indonesia, 2(4), 14–20.
London: SAGE Publications Whitney, D. Dan Trosten-Bloom,
Ltd. Amanda. 2003. The Power of
Cooperrider, David dan Whitney, Appreciative Inquiry (AI): A
Diana. 1999. Appreciative Practical Guide to Positive
Inquiry: A Positive Revolution Change. San Fransisco: Berret-
in Change. Koehler Publisher
________________ dalam
http://appreciativeinquiry.case.
edu diakses tanggal 21
November 2018
________________ dalam
www.davidcooperrider.com/
diakses 21 November 2018
________________ dalam
www.positivechange.org/
diakses 24 November 2018.
Fitria, A., Firman & Sukma, D.
(2013). KONSELOR | Jurnal
Ilmiah Konseling. Jurnal

8
9

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai