Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting bagi kemajuan dan masa depan suatu
bangsa. Tanpa pendidikan yang baik mustahil suatu bangsa akan maju dan
berperadaban. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal BAB II Pasal 3
menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia
dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”.
Salah satu keberhasilan suatu pendidikan dalam sebuah negara adalah
eksistensi guru. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan
dan kemajuan anak didiknya. Dari sinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan
tugas dengan sebaiknya-baiknya. Untuk mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan, guru harus “kaya” dengan berbagai model pembelajaran yang tepat dan
sesuai kebutuhan anak didik. Sehingga nantinya proses pembelajaran tidak monoton
dan membuat antusias anak didik dalam mengikuti materi pelajaran yang
disampaikan.
Dalam bahasa Arab dikenal empat kompetensi dasar yang harus dimiliki anak
didik yaitu Istima', Kalam, Qiro'ah, Kitabah. Selama ini, seperti yang pernah penulis
alami ketika duduk di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, kompetensi yang
dipakai guru hanya sebatas pada kompetensi Qiro'ah dan kitabah saja. Padahal
kompetensi Istima' dan Kalam juga merupakan satu rangkaian penting dalam proses
pembelajaran bahasa Arab. Tanpa adanya kompetensi Istima' dan Kalam, proses
pembelajaran tersebut tidak akan seimbang, dalam artian anak didik pandai dalam
Qiro'ah dan Kitabah, tapi lemah dalam Istima' dan Kalam. Padahal perkembangan
bahasa apapun pada seorang anak (mulai balita hingga dewasa) berangkat dari
kebiasaan subjek mendengar kosa kata baru dan kemudian berusaha untuk
mengartikulasikan apa yang didengar. Sehingga perlu adanya konsentrasi
pembelajaran anak didik pada pengembangan istima' dan kalam.
Dalam upaya ini penulis berusaha melakukan penelitian tindakan kelas yang
berkonsentrasi pada dua hal tersebut (istima' dan kalam) dengan menggunakan

1
strategi pembelajaran role-play.
Role playing (bermain peran) adalah sejenis permainan gerak yang di
dalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam role
playing siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain role playing seringkali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana anak didik membayangkan dirinya seolah-olah
berada di luar kelas dan memainkan peran orang, ia juga berfungsi sebagai penanam
karakter kata atau penggunaan ungkapan.
Berbagai alasan penggunaan role play dalam pembelajaran adalah: (i) untuk
mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang diperoleh. (ii)
Mendemonstrasikan intregasi pengetahuan praktis. (iii) Membandingkan dan
mengontraskan posisi-posisi yang diambil dalam pokok permasalahan. (iv) Melibatkan
mahasiswa dalam pembelajaran yang langsung dan eksperensial. (v) Memberi feedback
yang segera bagi dosen dan mahasiswa.
Oleh karena itu, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian tindakan kelas.
Namun, Dalam penelitian tindakan kelas berikut, penulis mengkerucutkan
kompetensi istima' dan kalam untuk meneliti aspek kalam saja. Dalam hal ini penulis
mengangkat topik: “Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing Dalam Mata
Pelajaran Bahasa Arab Guna Meningkatkan Ketrampilan Kalam Siswa Kelas
X C MAN 2 Tulungagung”

B. Rumusan Masalah.
Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan ketrampilan
Kalam siswa Kelas X C MAN 2 Tulungagung?
2. Bagaimana strategi pembelajaran Role Playing diterapkan, sehingga dapat
meningkatkan ketrampilan Kalam siswa Kelas X C MAN 2 Tulungagung?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

2
1. Mendiskripsikan peningkatan penggunaan strategi pembelajaran Role
Playing dalam ketrampilan Kalam siswa Kelas X C MAN 2 Tulungagung.
2. Menganalisis penerapan strategi pembelajaran Role Playing sehingga dapat
meningkatkan ketrampilan Kalam siswa Kelas X C MAN 2 Tulungagung.
D. Hipotesis Tindakan
1. Jika strategi pembelajaran Role Playing diterapkan dalam mata pelajaran
bahasa Arab, maka ketrampilan Kalam siswa Kelas X C MAN 2
Tulungagung dapat ditingkatkan.
2. Jika strategi pembelajaran Role Playing diterapkan dalam mata pelajaran
bahasa Arab, maka kualitas ketrampilan kalam siswa Kelas X C MAN 2
Tulungagung dapat ditingkatkan.

E. Manfaat Penelitian.
Secara khusus penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan kegunaan
bagi:
1. Anak didik
 Memberikan konstribusi langsung berupa praktek tentang materi-materi
yang sudah dipelajari.
 Memberikan anak didik perasaan senang terhadap materi pelajaran karena
dikemas dengan Role Playing.
2. Guru
 Sebagai bahan pertimbangan guru untuk memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Sekolah
 Sebagai bahan pertimbangan penggunaan informasi atau menentukan
langkah-langkah penggunaan modul pembelajaran bahasa Arab
khususnya dan materi pelajaran lain pada umumnya.
4. Pengembang Kurikulum
 Melihat berbagai kelemahan kurikulum sebagai pijakan pengembangan
kurikulum.

3
BAB II
Kajian Pustaka

A. Metode Pembelajaran Role Playing


Role playing (bermain peran) adalah sejenis permainan gerak yang di
dalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam role
playing siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain role playing seringkali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana anak didik membayangkan dirinya seolah-olah
berada di luar kelas dan memainkan peran orang, ia juga berfungsi sebagai penanam
karakter kata atau penggunaan ungkapan.
Dalam role playing, anak didik diperlakukan sebagai subyek pembelajar yang
secara aktif melakukan praktek-praktek berbahasa (bertanya dan menjawab dalam
bahasa Arab) bersama teman-teman sebayanya pada situasi tertentu. Belajar yang
efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri anak didik. Lebih lanjut
prinsip pembelajaran bahasa menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa, anak
didik akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan bahasa
dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa. Bila mereka berpartisipasi, mereka
akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran
siswa harus aktif. Tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin
terjadi.
Bermain peran (role playing) adalah latihan yang baik bagi tumbuh kembang
anak didik. Ketika anak didik berperan sebagai ibu misalnya, saat itu ia
membayangkan dan meniru sikap sebagai seorang ibu dengan berkaca pada perilaku
ibunya atau ibu idaman. Selain itu, ia juga mengembangkan sikap keibuan. Role
Playing juga dapat membuat anak didik pandai berimajinasi karena memerankan
sosok yang bukan dirinya. Ini bisa meningkatkan kemampuan verbal anak didik
dalam pembelajaran ketrampilan berbicara (kalam).
Sebuah penelitian mengatakan bahwa metode pengajaran instruksional yang
satu arah, yaitu guru mendominasi kelas, sudah ketinggalan zaman karena membuat
anak menjadi pasif dan pada gilirannnya tidak melatih anak menjadi makhluk yang
artikulatif ketika terjun ke masyarakat.

4
Ada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari
yaitu:
1. Mengambil peran (role taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial
terhadap pemegang peran, contoh: berdasar pada hubungan keluarga (apa
yang harus dikerjakan anak perempuan) atau berdasar tugas jabatan
(bagaimana seorang agen polisi harus bertindak), dalam situasi-situasi sosial
(Goffman, 1976)
2. Membuat peran (role making), yaitu kemampuan pemegang peran untuk
berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan
serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan. (Roberts, 1991)
3. Tawar-menawar peran (role negotiation), yaitu tingkat dimana peran-peran
dinegosiasikan dengan pemegang-pemegang peran yang lain dalam parameter
dan hambatan interaksi sosial.
Dalam role play, peserta melakukan tawar menawar antara ekspektasi-
ekspektasi social suatu peran tertentu, interpretasi dinamik mereka tentang peran
tersebut, dan tingkat dimana orang lain menerima pandangan mereka tentang peran
tersebut.
Dalam role play peserta diminta; pertama untuk mengandaikan suatu peran
khusus, apakah sebagai mereka sendiri atau sebagai orang lain. Kedua, masuk dalam
situasi yang bersifat simulasi atau skenario, yang dipilih berdasar relevansi dengan
pengetahuan yang sedang dipelajari anak didik atau materi kurikulum. Ketiga,
bertindak persis sebagaimana pandangan mereka terhadap orang yang diperankan
dalam situasi-situasi tertentu ini, dengan menyepakati untuk bertindak “seolah-olah”
peran-peran tersebut adalah peran mereka sendiri dan bertindak berdasar asumsi
tersebut, dan keempat menggunakan pengalaman-pengalaman peran yang sama pada
masa lalu untuk “mengisi” gap yang hilang dalam suatu peran singkat yang
ditentukan.
Disamping tiga aspek utama dari pengalaman peran diatas, ada empat pokok
pendekatan dalam role play yang seringkali digunakan, yaitu role play berbasis
ketrampilan (skills based), berbasis isu (issues based), berbasis problem (problems
based), dan berbasis spekulasi (speculative based).
Role play pendekatan berbasis ketrampilan (skills-based approach) adalah

5
siswa diminta untuk memperoleh ketrampilan, kemampuan atau sikap yang sering
melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria kemudian melatih sifat-sifat ini
sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada dan
mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain, biasanya dengan tujuan penilaian
atau evaluasi (Rowntree, 1987, 1994). Contohnya adalah menjadi model peran
seorang dokter.
Role play dengan pendekatan berbasis isu (issues-based approach) adalah
anak didik secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran
dari manusia dalam kehidupan yang sesungguhnya yang berselisih satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya yang dilandasi seperangkat
kepentingan-kepentingan pribadi yang jelas. Contoh dari pendekatan ini adalah
membangun jalan bebas hambatan.
Role play dengan pendekatan berbasis problem (problems-based approach)
adalah anak didik diminta untuk memecahkan masalah dengan menggunakan
pengetahuannya secara tepat. Disini guru boleh mengintervensi dengan memberikan
informasi atau problem baru, krisis atau tantangan baru sementara role play tetap
berjalan. Contohnya adalah perjuangan untuk mempertahankan hidup dari
kecelakaan kapal laut.
Role play dengan pendekatan berbasis spekulasi (speculative-based
approach) adalah keterlibatan anak didik dalam membuat spekulasi terhadap
pengetahuan lampau dan yang akan datang dengan menggunakan aspek yang
diketahui dari wilayah subyek tertentu. Contohnya kematian karena kecelakaan misal
dalam suatu konser musik yang kacau.

B. Ketrampilan Berbicara (Kalam)


Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang
ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara
merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian dan komunikasi timbal
balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua
arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan
demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan

6
mendengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan kosa kata serta ungkapan
yang memungkinkan anak didik dapat mengkomunikasikan maksud atau fikirannya.
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah
keberanian anak didik dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu, guru
hendaknya memberikan dorongan kepada anak didik agar berani berbicara
kendatipun dengan resiko salah.
Pada tahap permulaan latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan
menyimak akan tetapi tujuan akhir keduanya berbeda. Latihan berbicara
menekankan kemampuan eskpresi atau mengungkapkan ide pikiran pesan kepada
orang lain. Sedangan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak.
Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif
secara timbal balik.
Pembelajar bahasa perlu menyadari bahwa ketrampilan berbicara melibatkan
tiga bidang pengetahuan, yaitu:
a. Mekanik (pengucapan, tata bahasa, dan kosakata); penggunaan kata-kata yang
sesuai dengan susunan dan pengucapan yang benar.
b. Fungsi (transaksi dan interaksi); mengetahui kapan pesan yang jelas diperlukan
(transaksi atau pertukaran informasi) dan kapan pemahaman yang tepat tidak
diperlukan (interaksi atau membangun hubungan).
c. Norma dan aturan sosial budaya (pengalihan pembicara, kecepatan berbicara,
lamanya berhenti anatara pembicara, peran aktif pembicara); pemahaman
tentang siapa yang berbicara kepada siapa, dalam situasi yang bagaimana,
tentang apa, dan untuk apa.
Berikut ini model-model latihan berbicara yang digunakan dalam melatih
ketrampilan kalam anak didik yaitu;
1. Latihan asosiasi dan identifikasi
Dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya dalam
mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya.
2. Latihan Pola kalimat
a. Latihan Mekanis.

7
Latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk
mendapatkan respon yang benar. Ada bermacam-macam latihan mekanis
diantaranya adalah:
1) Pengulangan sederhana
2) Penggantian sederhana
3) Penggantian berganda
4) Tranformasi penggabungan kalimat dengan penambahan qowa’id
b. Latihan Bermakna.
1) alat peraga: baik berupa benda-benda alamiah maupun gambar-gambar yang
dipakai untuk memberikan makna pada kalimat-kalimat yang dilatihkan.
2) Situasi kelas: benda-benda yang ada didalam kelas dapat dimanfaatkan untuk
pemberian makna.
c. Latihan komunikatif.
Latihan ini menumbuhkan daya kreasi siswa dan merupakan latihan yang
sebenarnya.
3. Latihan percakapan, model-model latihan percakapan itu adalah sebagai berikut:
a. Tanya Jawab.
b. Menghafalkan Dialog.
Guru memberikan suatu model dialog secara tertulis untuk dihafalkan oleh siswa
di rumah masing-masing. Pada minggu berikutnya siswa diminta secara
berpasangan untuk tampil di depan kelas untuk memperagakan dialog tersebut.
c. Percakapan Terpimpin.
Guru menentukan situasi atau konteksnya, siswa diharapkan mengembangkan
imajinasinya sendiri dalam percakapan dengan lawan bicaranya sesuai dengan
konteks atau situasi yang telah ditentukan.
d. Percakapan Bebas.
Guru hanya menentukan topik pembicaraan, siswa diberi kesempatan untuk
melakukan percakapan mengenai topic tersebut secara bebas.
4. Bercerita
5. Diskusi, ada beberapa model diskusi yang bisa dilakukan di kelas kaitannya
dengan latihan berbicara, yaitu:
a. Diskusi kelas dengan dua kelompok berhadapan.

8
b. Diskusi kelas bebas.
Guru menetapkan topik, siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya tentang masalah yang menjadi topik pembicaraan tersebut secara
bebas.
c. Diskusi kelompok.
d. Diskusi panel.
6. Wawancara
7. Drama
8. Berpidato

9
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
MAN 2 TULUNGAGUNG terletak di jalan Kimangun Sarkoro Kopos 101
Tulungagung, Jumlah kelas adalah 30 dengan rincian, kelas kelas X (sepuluh) 11
kelas belajar, kelas XI (sebelas) 10 kelas belajar, dan kelas XII (duabelas) 9 kelas
belajar yang kesemua siswa masuk pagi. Kelas XI dan kelas XII terbagi dalam empat
jurusan yaitu 5 kelas jurusan IPA, 3 kelas jurusan IPS, 1 kelas jurusan Bahasa dan 1
jurusan Agama. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X C dengan mata pelajaran
Bahasa Arab. Adapun jumlah siswa kelas X C adalah 28 siswa yang terdiri dari 9
putra dan 19 putri.
Sebagai guru Bahasa Arab peneliti ingin menerapkan berbagai metode dalam
pembelajaran Bahasa Arab. Peneliti Berharap meyakini bahwa metode yang
digunakan peneliti dapat berjalan dengan efektif.

B. Rencana Tindakan
1. Perencanaan Tindakan.
Perencanaan tindakan yang dilakukan agar pembelajaran Bahasa Arab lebih
efektif dan efisien terutama tentang ketrampilan berbicara (kalam) adalah dengan
menerapkan strategi role playing dikelas. Adapun prosesnya ialah dengan
menyususun rencana pembelajaran (RP) yang menggunakan strategi role playing dan
menggunakan metode-metodenya yang sesuai dengan karakter materi dan
menjelaskan strategi pembelajaran dan memberi batasan-batasan tugas yang harus
dikerjakan untuk mendukung suksesnya pembelajaran pada tahap membuka
pelajaran. Untuk mengoptimalkan hasil tindakan yang akan dilakukan, maka peneliti
akan membuat dua siklus rencana tindakan, yaitu sebagai berikut:

Siklus Pertama : Pertemuan pertama ( 1 November 2011)


Materi : Hiwar tentang Kehidupan Keluarga
a. Pendahuluan

10
1) Guru memberi informasi kepada siswa mengenai bahan ajar yang
akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan kepada siswa tentang kompetensi dasar yang akan
dicapai.
3) Guru memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembelajaran.

b. Isi
1) Guru meminta semua siswa membaca dan memahami isi teks tentang
Kehidupan Keluarga.
2) Guru menjelaskan tentang isi bacaan Kehidupan Keluarga.
3) Guru memberikan pertanyaan tentang kandungan teks dan meminta
setiap siswa menceritakan kembali isi teks dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri.
c. Penutup
Guru bersama siswa merefleksikan proses pembelajaran

Siklus Kedua : Pertemuan Kedua (7 November 2011)


Materi : Kalam tentang Kehidupan Keluarga
Strategi pembelajaran
a. Pendahuluan
1) Guru memberi informasi kepada siswa mengenai bahan ajar yang
akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan kepada siswa tentang kompetensi dasar yang akan
dicapai.
3) Guru memberikan gambaran sekilas (ilustrasi) mengenai topik yang
akan dijadikan bahan role playing.
4) Guru membentuk kelompok untuk melakukan role playing.
5) Guru memberikan langkah yang akan dilakukan oleh kelompok role
playing.

11
b. Isi
1) Guru memberikan contoh bagaimana melafalkan kalimat dengan
intonasi yang benar.
2) Guru memberikan contoh bagaimana cara dan sikap seseorang ketika
melakukan role playing.
3) Guru meminta masing-masing kelompok untuk membuat hiwar
sederhana tentang Kehidupan Keluarga dengan struktur kalimat yang
mengandung Mubtada’ dan Khobar
4) Guru menerapkan strategi role playing dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok dan meminta masing-
masing kelompok siswa membuat hiwar sederhana sesuai dengan
gambar yang telah mereka pilih tentang Kehidupan Keluarga dengan
struktur kalimat yang mengandung Mubtada’ dan Khobar.
b. Guru meminta masing-masing kelompok untuk mendemonstrasi-
kan hiwar yang telah mereka buat.
5) Guru bersama siswa memberikan penilaian kepada masing-masing
kelompok.yang mendemonstrasikan role playnya.

c. Penutup
1) Guru bersama siswa merefleksikan proses pembelajaran yang meliputi
kelebihan dan kelemahan siswa, maupun kesulitan yang dihadapi siswa.

2. Implementasi Tindakan
Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan strategi role playing dengan langkah-
langkahnya. Misalnya dengan memberikan materi pelajaran, media gambar
kehidupan keluarga, membagi kelompok, dan anak didik melaksanakan strategi
pembelajaran seperti yang telah direncanakan.

3. Observasi dan Interpretasi


Observasi dilaksanakan dengan tujuan memperoleh informasi yang lebih
mendalam dan komprehensif tentang data aktifitas mulai dari awal sampai akhir

12
tindakan. Dalam penelitian ini guru bertindak sebagai peneliti dan mengamati secara
langsung kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran role
playing yang kemudian hasilnya dicatat dalam lembar observasi role playing. Guru
mengawasi semua kondisi dan perilaku anak didik saat pengamatan atau observasi
berlangsung. Sehingga guru mengetahui sejauh mana kosa kata yang dimiliki dan
yang digunakan anak didik dalam ketrampilan kalam dengan strategi pembelajaran
role playing tersebut.
4. Analisis dan Refleksi
Peneliti melakukan analisis dan refleksi adalah untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan ketrampilan kalam anak didik dalam kegiatan belajar mengajar
bahasa Arab dengan menggunakan strategi pembelajaran role playing yang
selanjutnya akan dipakai pertimbangan untuk menerapkan metode pada hari
selanjutnya, sehingga nantinya dapat diukur sejauh mana keberhasilan guru dalam
kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat dari prestasi belajar anak didik yaitu
melalui keberanian dan rasa percaya diri mereka dalam menggunakan bahasa Arab
baik bertanya maupun menjawab berbagai persoalan yang ada di dalam kelas
maupun di luar kelas.

B. Siklus Penelitian
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan
jenis penelitian tindakan. Tahap-tahap penelitian ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Teggat, berupa siklus spiral yang meliputi
kegiatan perencanaan, pemberian tindakan, observasi dan refleksi yang membentuk
siklus demi siklus sampai tuntas penelitian sehingga diperoleh data yang dapat
disimpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini
akan direncanakan 2 siklus (setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan).
Secara lebih rinci tahap-tahap dalam penelitian ini direncanakan sebagai
berikut: Siklus pertama dilakukan pada pertemuan pertama mengajar tanpa
menggunakan strategi pembelajaran role playing. Dalam siklus ini dilakukan tes
awal dimana tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan kalam anak didik
terhadap materi pelajaran bahasa Arab. Siklus kedua, penulis membagikan kartu
bergambar sebagai bahan pembuatan naskah role play. Setelah naskah selesai dibuat,

13
peneliti meminta siswa untuk melakukan role play. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kemampuan kalam anak didik dari setiap materi yang diajarkan dengan
menggunakan metode role playing.

C. Penyusunan Instrumen
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang ditunjang dengan
instrument lain yaitu interview, kartu gambar, dan lembar observasi.

D. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh ketika pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan
matang, dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan
data selama proses penelitian berlangsung, yaitu:
1. Pengamatan Partisipasi.
Cara ini digunakan peneliti agar data yang diperoleh dapat sesuai dengan apa
yang diharapkan peneliti. Penelitian partisipatif maksudnya adalah peneliti
terlibat secara langsung dan bersifat aktif serta turut mengumpulkan data.
2. Observasi Aktifitas Kelas.
Observasi aktifitas kelas dilakukan oleh peneliti dengan mengajar di kelas
dimana peneliti menggunakan metode role playing, sehingga peneliti mendapat
gambaran suasana kelas dimana nantinya digunakan peneliti untuk
menyampaikan pembelajaran bahasa Arab pada pertemuan selanjutnya. Hal ini
dapat dilihat dari hasil yang dicapai setelah menggunakan metode role playing.
3. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara ini peneliti gunakan secara langsung untuk memperoleh
data-data yang akurat yang dapat menunjang hasil dari metode observasi. Metode
wawancara menurut suharsismi (1998) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewancara (interviever) untuk memperoleh informasi dari terwawancaraI. Karena
itu Sutrisno Hadi (1987:193) memandang bahwa wawancara merupakan tehnik
pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematis berlandaskan tujuan umum penyelidikan.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:

14
a. Wawancara bebas (inguided interview), yaitu sebuah wawancara dimana
pewancara bebas menanyakan apa saja, tetapi tetap mengacu pada data
yang ingin dikumpulkan.
b. Wawancara terpimpin (guelded interview), yaitu wawancara yang dilakukan
dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang
dimaksud juga dengan wawancara terstruktur.
c. Wawancara bebas terpimpin, yaitu merupakan kombinasi dari wawancara
bebas dan wawancara terpimpin.
Terkait dengan proses pencarian data dalam penelitian yang penulis lakukan,
maka disini penulis menggunakan tehnik wawancara bebas.

E. Indikator Kinerja
Keberhasilan penelitian ini bisa dilihat dari meningkatnya ketrampilan kalam
anak didik yang ditunjukkan pada sikap dan tingkah laku anak didik pada saat
pembelajaran bahasa Arab sedang berlangsung, yaitu meningkatnya antusiasme anak
didik dalam menggunakan ketrampilan kalam dalam percakapan sehari-hari baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.

15
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Data tindakan dan temuan serta refleksi tindakan yang diperoleh selama dua
siklus tindakan pembelajaran dipaparkan sebagai berikut:

1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran ketrampilan berbicara
(kalam) dalam bahasa Arab adalah dengan menerapkan strategi role playing.
b. Pelaksanaan
Siklus pertama dari upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran
ketrampilan berbicara (kalam) bahasa Arab adalah dengan meminta siswa
untuk meresume kandungan teks menggunakan bahasa siswa sendiri. Tujuan
awal dari siklus pertama ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan anak didik dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Arab.
c. Pengamatan
Hasil penelitian tindakan pada siklus pertama ini mengungkapkan bahwa
anak didik belum sepenuhnya menggunakan bahasa Arab, karena ada
beberapa dari anak didik masih menggunakan bahasa ibu. Hal ini bisa jadi
disebabkan karena anak didik masih belum menggunakan mufrodat bahasa
Arab secara maksimal yang sudah didapatkan dalam percakapan sehari-hari,
takut salah, perasaan minder ataupun kurang percaya diri terhadap
kemampuannya dan perasaan-perasaan negatif lainnya.
d. Refleksi
Sesuai dengan hasil observasi dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan kegiatan pembelajaran kurang berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Ini terlihat dari kecanggungan anak didik dalam melakukan
aktifitas berbicara (kalam) di depan kelas. Kurangnya kebiasaan melakukan
komunikasi dengan bahasa Arab menjadi faktor utama penghambat
ketrampilan berbicara ini. Namun setidaknya ada sebagian anak didik yang

16
mulai berusaha mengkomunikasikan bahasa Arab meskipun masih ada
kesalahan di beberapa kalimat yang perlu dibenahi.
Terkait dengan hal diatas, maka untuk proses selanjutnya, perlu diberikan
motivasi kepada anak didik untuk melakukan komunikasi sederhana dengan
anak didik yang lain.

2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Siklus kedua ini pada dasarnya merupakan tahap perbaikan dari siklus
pertama. Peneliti akan banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
untuk itu yang akan dilakukan adalah dengan menerapkan strategi role
playing. Jika permasalahan pada siklus pertama adalah kecanggungan anak
didik dalam melakukan aktifitas berbicara (kalam) di depan kelas, belum
menggunakan mufrodat bahasa Arab secara maksimal yang sudah didapatkan
dalam percakapan sehari-hari, takut salah, perasaan minder ataupun kurang
percaya diri terhadap kemampuannya, dan perasaan-perasaan negatif lainnya,
maka dalam siklus ini anak didik sudah dikondisikan untuk melakukan
komunikasi dengan temannya dengan menggunakan mufrodat yang sudah
didapatkan.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini, pembelajaran akan dilakukan dengan memakai strategi
yang berbeda, yaitu strategi pembelajaran role playing, yang menjadi
pertimbangan pemilihan strategi yang berbeda adalah, agar pembelajaran tetap
menarik dan berkesan bagi siswa, karena hal ini penting untuk menimbulkan
motivasi belajar yang lebih tinggi.
Strategi pebelajaran ini sangat baik untuk dilaksanakan karena para siswa
akan termotivasi untuk melakukan komunikasi dengan orang lain dimana anak
didik melakukan peran-peran yang berbeda sebagaimana biasanya.
c. Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan, bahwa
pembelajaran dengan menggunakan strategi role playing sangat efektif untuk

17
meningkatkan kualitas pembelajaran terutama tentang ketrampilan berbicara
(kalam).

d. Refleksi
Harus diakui, bahwa strategi pembelajaran role playing ini sangat
membantu mengefektifkan pembelajaran, karena masing-masing anak didik
belajar memainkan peran orang lain yang berbeda sebagaimana biasanya.
Anak didik juga akan memperkaya mufrodatnya dengan menggunakan peran-
peran tersebut. Disisi lain, anak didik juga ditumbuhkan rasa percaya diri dan
pandai berimajinasi karena memerankan sosok yang bukan dirinya. Ini bisa
meningkatkan kemampuan verbal anak didik dalam pembelajaran ketrampilan
berbicara (kalam).
Terlepas dari kelebihan metode ini, ada satu hal yang mungkin jadi
masalah, yaitu ketika anak didik tidak memiliki kecenderungan pada modal
kinestetik. Karena role playing menuntut anak didik untuk mengolah mufrodat
menjadi sebuah kalimat yang didialogkan dan ekspresi bahasa tubuh.

B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Kelas X C MAN 2 Tulungagung
adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran Role Playing. Penelitian di Kelas
X C ini merupakan penelitian kualitatif yang menggambarkan berbagai hal yang
dapat dijadikan sebagai tolak ukur dari suatu penelitian. dalam penelitian ini
tentunya peneliti mengalami hambatan, namun hambatan tersebut tidak begitu berat
terutama mengenai penerapan metode Role Playing yang dapat menjadikan siswa
meningkatkan kemampuan berfikir (kognitif) dan dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas, Kelas X C MAN 2 Tulungagung
dimulai pada tanggal 1 November 2011 sampai dengan tanggal 21 Noverber 2011.
penelitian ini dilakukan tiap hari Senin dan berjalan selam empat kali pertemuan
pada waktu pertemuan pertama peneliti telah menggunakan metode Role Playing
yang mana dalam pelaksanaannya telah terjadi suatu hambatan atau adanya suatu
kegagalan atau hambatan yaitu dengan adanya sebagian siswa yang tidak

18
memperhatikan pelajaran pada waktu prosess belajar mengajar PBM dilakukan serta
kurang adanya respon dari murid terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
Dalam penerapan metode Role Playing guru bukan membuat siswa pasif,
melainkan guru membimbing siswa untuk selalu aktif bertanya atau memberikan
kesempatan pada siswa untuk berfikir secara aktif, kreatif, dan inovatif karena guru
memberi stimulus yang direspon dengan baik oleh murid
Penerapan metode Role Playing dalam menarik siswa dan juga peningkatan
kemampauan serta motivasi siswa dalam memahami Bahasa Arab khususnya dikelas
X C MAN 2 Tulungagung ternyata cukup efektif dan juga efesien dan dapat
diketahui dari ulangan yang telah mencapai hasil memuaskan.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Perencanaan tindakan yang dilakukan agar pembelajaran bahasa Arab khususnya
tentang ketampilan berbicara (kalam) lebih efektif adalah dengan menerapkan
strategi pembelajaran role playing. Adapun prosesnya ialah dengan menyususun
rencana pembelajaran (RP) yang menggunakan strategi role playing dan
menggunakan metode-metodenya yang sesuai dengan karakter materi dan
menjelaskan strategi pembelajaran dan memberi batasan-batasan tugas yang harus
dikerjakan untuk mendukung suksesnya pembelajaran pada tahap membuka
pelajaran. Untuk mengoptimalkan hasil tindakan yang akan dilakukan, maka peneliti
akan membuat dua siklus rencana tindakan. Yaitu: 1) perencanaan (planing). 2)
tindakan (actuating). 3) observasi (observing). 4) refleksi (refleksing).
Hasil penelitian dengan keempat proses diatas menunjukkan, bahwa penerapan
strategi pembelajaran role playing dalam pembelajaran bahasa arab, mempunyai
efektifitas yang cukup besar. Hal ini terbukti; tidak saja dengan pencapaian materi
pembelajaran yang secara kuantitatif ditunjukkan dengan nilai tes yang bagus, atau
secara kualitatif dibuktikan dengan ketertarikan anak didik kepada proses
pembelajaran hingga kemudian melahirkan motivasi untuk mempelajari materi
pelajaran.
Lebih dari itu, pembelajaran dengan strategi role playing ternyata memiliki peran
dominan untuk membantu anak didik mengasah keberaniannya menggunakan
ketrampilan berbicara (kalam) di depan kelas tanpa takut salah, menumbuhkan rasa
percaya diri dan pandai berimajinasi karena memerankan sosok yang bukan dirinya.
Disisi lain role playing juga mampu menjalin kerjasama yang harmonis dengan
teman-teman sebayanya.

B. Saran
Penerapan strategi pembelajaran role playing pada dasarnya, akan lebih
maksimal manakala disesuaikan dengan materi pelajaran dan kondisi serta karakter
peserta didik. Selain itu model-model lain dalam strategi pembelajaran role playing

20
ini juga dapat dikombinasikan agar pembelajaran lebih menarik dan para siswa dapat
mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Bennet, Neville, dkk. 2005. Teaching Through Play. Jakarta: Anggota Ikapi

DePorter, Bobby, dkk. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

DePorter, Bobby dan Mike Hemacki, dkk. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa

Effendi, Fuad Ahmad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:


Misykat.

Http/www.geocities.com/jipsumbar. Diakses tanggal 3 Oktober 2011 pkl 04.00 WIB

Http/www/harian kompas.com. diakses tanggal 3 Oktober 2011 pkl 04.00 WIB

Http/www/gudang info balita.com. diakses tanggal 4 Oktober 2011 pukul 05.00 WIB

Sari, Rina. 2007. Pembelajaran Bahasa Inggris Pendekatan Qur’ani. Malang:UIN


Press

Tim redaksi. 2005. Himpunan Peraturan Perundangan Standar Nasional


Pendidikan. Bandung: Anggota Ikapi

Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda


Karya.

22

Anda mungkin juga menyukai