Anda di halaman 1dari 31

IMPLEMENTASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE

DALAM PEMBELAJARAN AL QUR’AN HADITS SEBAGAI


UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP
MATERI AL QUR’AN DAN HADITS

LAPORAN PENELITIAN

OLEH
HIFIZAH WARDANTI (04120001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
SEPTEMBER 2007
ABSTRAK

Belajar adalah suatu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupan


makhluk hidup khususnya bagi kelangsungan hidup umat manusia. Ajaran agama
selalu menyuruh umatnya untuk selalu belajar, walaupun perintah belajar tersebut
tidak secara langsung tersurat dalam ayat.
Aktivitas belajar selalu terkait dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat
menekankan terhadap pentingnya mencari ilmu. Dalam proses pencarian ilmu,
tentunya maing-masing individu memiliki kecerdasan masing-masing yang
berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Perbedaan karakteristik masing-masing individu tersebut dipengaruhi oleh
banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah faktor genetik dan lingkungan.
Banyak orang yang berpendapat bahwa kecerdasan seseorang itu hanya
tergantung pada kecerdasan IQ saja, tetapi belakangan ini muncul teori KM
(Kecerdasan Majemuk), teori ini mengemukakan bahwa dalam diri manusia
terdapat delapan macam kecerdasan, dari kedelapan macam kecerdasan tersebut
akan berkembang salah satu atau hanya beberapa macam kecerdasan saja. Tetapi
tidak menutup kemungkinan kecerdasan tersebut akan berkembang semuanya,
sehingga apabila berkembang semuanya akan menjadi seorang manusia yang
memiliki berbagai macam kecerdasan seperti filosof Jerman.
Berbagai macam teori kecerdasan tersebut biasa disebut dengan multiple
intellegence. Teori ini meliputi delapan macam kecerdasan yaitu kecerdasan logis
matematis, linguistik, verbal, visual spasial, musikal, intrepersonal dan
interpersonal serta kecerdasan kinestetik.
Melihat delapan kecerdasan itulah seharusnya kita sebagai seorang guru
tidak serta merta memfonis seorang murid itu bodoh lantaran dia tidak bisa untuk
mengerjakan soal matematika. Menurut teori kecerdasan majemuk hal ini terjadi
karena mungkin saja anak tersebut memiliki kecerdasan matematis logis yang
kurang begitu berkembang, dan mungkin saja yang berkembang adalah
kecerdasan yang lain.
Untuk mengetahui kecerdasan-kecerdasan tersebut harus dilakukan
beberapa penelitian untuk mengetahui siswa yang bersangkutan termasuk dalam
kategori siswa dengan kecerdasan apa. Salah satu diantara penelitian itu adalah
dengan menggunakan angket yang diberikan kepada siswa, serta bisa juga
dilakukan dengan melihat atau mengamati perilaku dan keadaan siswa serta
aktivitas yang dilakukan oleh mereka.
Penelitian Tindakan Kelas oleh Hifizah Wardanti ini telah diperiksa dan
disetujui untuk dilaporkan.

Malang, 12 September 2007


Dosen Pembimbing Lapangan

Dr. Miftahul Huda, M. Pd


NIP. 150302535
`KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, dengan
limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan Praktik Kerja Lapangan Integratif yang dilaksanakan mulai pada tanggal
28 Juli 2007 sampai dengan 12 September 2007, yang dilaksanakan di Mts.
Negeri Malang III.
Kedua kalinya semoga shalawat dan salam tetap dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw yang telah membimbing kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti yang kita alami
sekarang ini. Semoga kelak di hari akhir kita mendapatkan syafa’atnya. Amiin.
Dalam penulisan Laporan Penelitian Kelas yang berjudul Implementasi
Teori Multiple Intellegence dalam Pembelajaran Al Qur’an Hadits sebagai
Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Al Qur’an dan
Hadits Kelas VII A, B dan C MTs. Negeri Malang III.
Dalam pembuatan Laporan Penelitian Kelas ini, banyak sekali pihak yang
membantu guna terselesaikannya pembuatan laporan ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Dengan penuh hormat dan kerendahan hati kami mengucapkan
terima kasih yang tidak terkira kepada:
1. Ayah (Suwardi) dan Ibu (Suryatin) yang sangat kami cintai, hormati dan
banggakan, yang dengan segenap curahan dan limpahan kasih sayangnya,
tiada dapat terukur dengan suatu apapun, tulus ikhlas memberikan arahan
dan bimbingan kepada kami hingga seperti sekarang ini. Adik tersayang
(Iffatu Wardani) yang telah membantu secara langsung (trims atas idenya)
dan tidak langsung hingga terselesaikannya laporan ini.
2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Malang.
3. Prof. Dr. Djunaidi Ghony, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang.
4. Drs. M. Padil, M. Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.
5. Bapak Dr. Miftahul Huda, M. Ag selaku dosen pembimbing lapangan yang
telah mengarahkan dan membimbing kami selama PKLI berada Mts.
Negeri Malang III.
6. Bapak Drs. Samsudin, M.Pd selaku kepala Madrasah Tsanawiyah Malang
III, yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada kami untuk
melaksanakan kegiatan PKLI.
7. Bapak Mustofa, M.Ag selaku kepala guru pamong yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami.
8. Bapak Ali Munawar, BA selaku guru pamong kami, yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan kepada kami ketika kami
melaksanakan kegiatan PKLI di MTs. Negeri Malang III.
9. Seluruh Bapak Ibu guru dan karyawan MTs. Negeri Malang III dan siswa
siswi yang secara langsung ataupun secara tidak langsung membantu
dalam penulisan Tugas Penelitian Kelas ini.
10. Teman-teman PKLI senasib seperjuangan dikala senang ataupun susah di
Mts.N Malang III (Ani, Mbak Da’i, Il, Mbak Mei, Zum, Ratna, Obi, Irul,
Razali dan Indra).
11. Teman-teman kos 51 (khususnya Lutfi).
12. Keluarga besar Pak Rudi yang telah memberikan tempat tinggal kepada
kami selama kami melaksanakan PKLI di MTs. N Malang III.
Tiada kata yang pantas kami ucapkan selain terima kasih yang sebesar-
besarnya, hanya Allah SWT yang bisa membalas semuanya.
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dalam penulisan di lain
waktu lebih sempurna. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semuanya, khususnya
bagi penulis sendiri
Malang, 12 September 2007

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 2
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Mulitiple Intellegence ..................................................... 4
B. Dasar-dasar Teori Kecerdasan Majemuk .......................................... 4
C. Kunci dalam teori KM serta kaitannya dengan teori
kecerdasan yang lainnya................................................................... 6
D. Hubungan antara teori KM dengan pengembangan
Kurikulum yang ada si sekolah.......................................................... 8
E. Faktor pendukung agar teori KM berjalan dengan sempurna dan
hambatan yang melatarbelakangi teori KM tidak berjalan dengan
sempurna .......................................................................................... 8

BAB III METODE PENELITIAN


A. Setting Penelitian ............................................................................. 10
B. Rencana Tindakan ........................................................................... 11
1. Perencanaan Tindakan ............................................................... 11
2. Implementasi Tindakan ............................................................ 13
3. Observasi dan Interpretasi ....................................................... 14
4. Analisis dan Refleksi ................................................................ 15
C. Siklus Penelitian .............................................................................. 16
D. Pembuatan Instrumen ...................................................................... 17
E. Pengumpulan Data .......................................................................... 17
F. Indikator Kinerja .............................................................................. 18

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN


A. Paparan Data ................................................................................... 19
1. Siklus Pertama ................................................................................. 19
a. Perencanaan ............................................................................... 19
b. Pengamatan ................................................................................ 19
c. Refleksi ...................................................................................... 19
B. Pembahasan ...................................................................................... 19

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 21

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar sebagai suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia bukanlah hanya sekedar pendapat dari hasil perenungan manusia semata.
Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk
selalu belajar. Walaupun tidak ada ajaran agama yang secara detail membahas
tentang belajar, namun setiap ajaran agama baik secara eksplisit dan implisit
menyinggung bahwa belajar adalah aktivitas yang dapat memberikan kebaikan
bagi kelangsungan hidup manusia.
Aktifitas belajar terkait dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat
menekankan terhadap pentingnya mencari ilmu. Al Qur’an dan as sunnah
mengajak kepada kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu kearifan
(widsom) serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat
yang tinggi.
Tentunya dalam proses kegiatan pembelajaran anak memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. Semula orang beranggapan bahwa kecerdasan anak
didik hanya tergantung kepada teori kecerdasan majemuk (KM), teori KM ini
meluas hingga menjangkau distrik sekolah, ribuan sekolah dan puluhan ribu guru
di Amerika Serikat serta di berbagai negara lain di Amerika Serikat.
Para pendidik menerapkan konsep-konsep teori KM dalam banyak hal
mulai dari taman kanak-kanak sampai ke jenjang perguruan tinggi. Tetapi teori ini
mengalami permasalahan ketika kita berbicara tentang bakat alami yang dimiliki
oleh masing-masng individu, terutama bakat mereka yang dicap sebagai anak-
anak yang bermasalah di dalam sekolah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat di dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan multiple intellegence?
2. Apa sajakah yang melandasi teori kemajemukan?
3. Apa saja yang menjadi kunci dalam teori KM serta bagaimanakah
kaitannya dengan teori kecerdasan yang lainnya?
4. Adakah hubungan antara teori KM dengan pengembangan kurikulum yang
ada di sekolah? Bagaimana jelaskan!
5. Apa saja faktor pendukung agar teori Km berjalan dengan sempurna dan
apa saja hambatan yang melatarbelakangi teori KM tidak berjalan dengan
sempurna?

C. Tujuan
Adapun tujuan didakannya penelitian yang dilaksanakan di Mts. Negeri III
Malang adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian tentang multiple intelegent.
2. Untuk mengetahui dasar-dasar teori kemajemukan.
3. Untuk mengetahui kunci teori kemajemukan.
4. Untuk mengetahui hubungan antara teori KM dengan pengembangan
kurikulum yang ada di sekolah.
5. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat bagi
berlangsungnya teori KM.

D. Hipotesis Penelitian
Jika teori multiple intelegent ini digunakan, maka kemungkinan besar anak
tidak akan bosan dalam kegiatan belajar mengajar, selain itu semua siswa (siswa
yang pandai, sedang ataupun yang kurang pandai) juga dapat memahami materi
yang disampaikan karena metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
disesuaikan dengan intelegensi masing-masing siswa (tidak hanya mencakup satu
ranah saja).

E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberiakan masukan dalam
upaya meningkatkan pembelajaran Al Qur,an kelas VII (A, B dan C) di MTsN
Malang III.
Adapun secara detail kegunaan penelitian ini diantaranya untuk:
1. Siswa
Dengan adanya penerapan metode multiple intellegence ini diharapkan
pemahaman siswa dapat meningkat. Misalnya ketika penerapan metode
menulis bagi anak yang memiliki kecerdasan linguistik, mengelompokkan
bagi anak yang memiliki kecerdasan matematis logis dan lain-lain.
2. Bagi Peneliti /Guru
Metode multiple intellegence dapat bermanfaat bagi guru ketika dalam
menyampaikan suatu pelajaran, guru dapat memfariasikan metode
mengajar. Misalnya guru tidak harus terus menerus menggunakan metode
ceramah yang cukup menguras tenaga.
3. Lembaga
Implementasi multiple intellegence ini dapat digunakan sebagai usaha
untuk meningkatkan mutu sekolah, serta usaha untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dengan metode yang cocok dan lebih bervariasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Multiple Intellegece


Kurang lebih selama 15 tahun Prof. Gardner melakukan penelitian tentang
kecerdasan manusia, ia mematahkan pendapat bahwa IQ seseorang tetap dan tidak
berubah, beliau juga berpendapat bahwa IQ seseorang adalah sebagain kecerdasan
manusia, bahkan ada kecerdasan yang melebihi IQ. Masing-masing individu
memiliki multi (beragam) kecerdasan yang disebut dengan multiple intellegence.
Multiple intellegence dalam diri setiap individu ada delapan macam,
meliputi: kecerdasan logis matematis, kecerdasan linguistik verbal, kecerdasan
visual spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan emosional
(kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal), kecerdasan naturalis,
kecerdasan intuisi, kecerdasan moral dan kecerdasan spiritual.
Masing-masing kecerdasan tersebut memiliki rumpun atau ranah sendiri-
sendiri. Misalnya kecerdasan matematis dan linguistik diklasifikasikan dalam
kategori IQ. Kecerdasan intrepersonal dan interpersonal dikategorikan dalam EQ
dan kecerdasan spiritual (semangat hidup) dikategorikan sebagai SQ.
Setiap individu memiliki potensi IQ, EQ, SQ atau Q yang lain. Dengan
mengetahui beragam Q yang dimiliki oleh masing-masing individu akan
memudahkan kita untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Termasuk di
dalamnya apakah dalam suatu kelas kita menggunakan metode belajar cara
membaca cepat dan paham, menghafal cepat, mencatat efektif, berfikir kreatif
ataupun mengajar dengan cara berhitung cepat.

B. Dasar-dasar Teori Kecerdasan Majemuk


Menurut Gardner, persoalan kecerdasan diyakini dan ditafsirkan dengan
sangat sempit. Pada teori yang pertama Gardner mengemukakan bahwa dalam diri
setiap individu memiliki tujuh macam kecerdasan yang berbeda-beda. Selang
berapa lama Gardner menamba hasil temuannnya dengan menambah satu teori
kecerdasan, sehingga sampai sekarang teori kecerdasan ada delapan macam.
Masing-masing teri kecerdasan memiliki kapasitas sendiri-sendiri, yaitu:
1. Memecahkan masalah.
2. Menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah.
Adapun ruang lingkup kemampuan atau kecerdasan manusia yang dibagi
menjadi delapan macam kategori yang komprehensif atau delapan kecerdasan
dasar adalah:
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan lingustik meliuti kecerdasan dalam memenipulasi tata bahasa atau
struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa,
dimensi pragmatic atau penggunaan praktis bahasa. Penggunaan bahasa ini
antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhiorang
lain melakukan tindakan tertentu), mnemonic atau hafalan (penggunaan bahasa
untuk mengingat informasi), eksplanasi (penggunaan bahasa untuk
memberikan informasi) dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas
bahasa itu sendiri).
2. Kecerdasan Matematis Logis
Kecerdasan matematis logis meliputi skepekaan individu pada pola hubungan
yang proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis logis antara lain
adalah: kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi,
penghitungan dan pengujian hipotesis.
3. Kecerdasan Spasial
Kecerdasan spasial meliputi kepekaan seseorang pada warna, garis, bentuk,
ruang dan hubungan antara semua unsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan membayangkan sesuatu, mempresentasikan ide secara visual dan
spasial serta mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.
4. Kecerdasan Kinestetis- Jasmani
Kecerdasan ini meliputi kemampuan yang spesifik. Misalnya koordinasi,
keseimbangan, ketrampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan maupun
kemampuan dalam menerima rangsangan (propioceptive) dan hal yang
berkaitan dengan sentuhan (tactile and haptic).
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal meliputi kepekaan pada irama, pola titinada atau melodi
dan warna nada atau suara pada suatu lagu. Orang dapat memahami musik
figural atau atas, bawah (global-intuitif), pemahaman formal atau bawah, atas
(analitis-teknis), ataupun juga dapat memahami keduanya secara bersamaan.
6. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan bagaimana seseorang dapat
memahami orang lain, dengan melihat pada ekspresi wajah, suara, gerak-gerik
atau isyarat, kemampuan membedakan antara tanda-tanda intrapersonal;
kemampuan menanggapi secara efektif dengan tindakan pragmatis tertentu
(misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan
tertentu).
7. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan dalam upaya untuk memahami
diri sendiri dan bertindak berdasakan pemahaman yang ada tersebut.
Kecerdasan interpersonal meliputi kemampuan memahami diri sendiri secara
tepat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasan hati, maksud,
motivasi, temperamen dan keinginan serta kemampuan untuk berdisiplin diri,
memahami dan menghargai diri sendiri.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap fenomena alam yang lainnya.
Misalnya formasi awan dan gunung-gunung, dan bagi mereka yang dibesarkan
di lingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda yang tidak hidup
seperti mobil, sepatu karet, sampul dan VCD.

C. Kunci dalam Teori KM


Selain ada delapan macam teori kecerdasan seperti yang telah diuraikan,
ada beberapa poin tentang model teori kecerdasan majemuk yaitu:
1. Setiap orang memiliki delapan kecerdasan. Masing-masing orang
memiliki kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut, yang berfungsi
secara berbeda-beda pada masing-masing individu. Beberapa orang yang
memiliki kecerdasan tinggi di semua tingkat kecerdasan tersebut misalnya
penyair, negarawan, ilmuawan, naturalis dan filosof Jerman Johann
Wolfgang von Gothe.
2. Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai
pada tingkat penguasaan yang memadai. Terkadang banyak orang yang
menyesali kekurangan di wilayah kecerdasan tertentu, Gardner malahan
berpendapat bahwa setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan
mengembangkan kedelapan macam kecerdasan tersebut sampai pada tahap
yang paling tinggi apabila orang tersebut memperoleh cukup dukungan,
pengayaan dan pengajaran. Cara yang dipakai misalnya adanya
keterlibatan orang tua, pengenalan sejak masa pertumbuhan dan
pengajaran sejak usia dini.
3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang
kompleks. Tidak ada kecerdasan yang dapat berdiri sendiri dalam
kehidupan sehari-hari (kecuali mungkin untuk kasus yang amat langka
pada diri savant dan orang yang mengalami cerdera otak). Ketika orang
mau memasak, orang harus membaca resep (linguistik), mungkin perlu
membaginya menjadi setengah resep (matematis logis), membuat menu
tersebut untuk memuaskan keluarganya dan dirinya sendiri (intrepersonal
dan interpersonal). Dalam teori kecerdasan majemuk, kecerdasan keluar
dari konteks aslinya agar dapat dinilai aspek esensialnya dan dipelajari
cara penggunaannya secara efektif. Dan perlu untuk diingat bahwa untuk
mengembalikan kecerdasan tersebut ke dalam konteks bernilai budayanya
yang spesifik setelah rampung mempelajarinya.
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. Tidak ada
rangkaian standar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat disebut
sebagai orang yang cerdas dalam kategori tertentu. Mungkin saja
seseorang tidak pandai dalam hal membaca, tetapi dia memiliki
kecerdasan lingustik yang tinggi karena ia dapat menyampaikan cerita
dengan memukau kepada penonton, serta memiliki kosa kata lisan yang
luas. Teori kecerdasan majemuk menekankan pada keragaman cara orang
menunjukkan bakat, baik itu dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar
kecerdasan.

D. Hubungan Antara Teori KM dengan Pengembangan Kurikulum yang Ada


di Sekolah
Sumbangan terbesar teori KM bagi bidang pendidikan adalah saran bagi
guru untuk memperluas perbendaharaan teknik, alat dan strategi daripada sekedar
teknik, sarana dan strategi linguistik dan logis yang umum dijumpai dan
mendominasi sekolah-sekolah yang ada seperti sekarang ini.
Menurut suatu studi tentang dunia sekolah yang melibatkan sejumlah
peneliti untuk mengobservasi lebih dari seribu kelas di seluruh Amerika hampir
70% waktu di kelas dihabiskan dengan uraian singkat dari guru. Kegiatan kedua
yang paling banyak adalah pemberian tugas tertulis bagi siswa.
Permulaan berdirinya sekolah yang menggunakan kurikulum KM adalah
sekolah taman kanak-kanak modern Friedrich Froebel dengan menggunakan
kurikulum yang terdiri dari kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif/ gerak
tubuh siswa (hands-on activities), dengan kegiatan memanipulasi dan
menciptakan karya dan bakat, kemudian di abad 20 ini diperbaharui lagi oleh
Maria Montessari dan John Dewey, dengan model tehnik yang mirip dengan teori
KM, termasuk diantaranya huruf timbul untuk diraba dan materi yang disesuaikan
dengan laju belajar anak serta metode mikrokosmos oleh Dewey.
Pada dasarnya teori KM meliputi hal-hal yang selalu dilakukan oleh guru
yang baik dalam proses pengajarannya, menggugah pikiran siswa tanpa terpaku
pada teks dan papan tulis.

E. Faktor Pendukung dan Hambatan Penerapan Teori KM


Ada beberapa faktor pendukung agar teori KM dapat berjalan dengan
lancar dan terlaksana sesuai dengan harapan yang diinginkan. Adapun faktor-
faktor itu adalah:
1. Karakteristik filosofis. Karakteristik ini penting karena pandangan guru
mengenai pendidikan ikut menentukan pendekatan mereka terhadap siswa
di kelas, guru juga mencerminkan sikap koperatif dan profesional serta
memiliki kompetensi dan minat terhadap proses pembelajaran.
2. Karakteristik profesional. Meliputi strategi untuk mengoptimalkan belajar
siswa serta pengetahuan dan pemahaman terhadap siswa.
3. Karakteristik pribadi. Meliputi empati, tolerensi terhadap keberagaman,
aktualisasi diri dan antusiasme.
Adapun faktor penghambat bagi terlaksananya teori KM ini adalah:
1. Aspek historis. Sampai pada derajat tertentu kemampuan kecerdasan
manusia merupakan pembawaan atau hereditas, tetapi faktor lingkungan
juga amat berperan sebagai determinan pengembangan kecerdasan
seseorang.
2. Aspek biologis. Penyakit, kecelakaan atau keturunan dapat juga
berpengaruh terhadap tingkat kecerdasana seseorang, karena hal itu dapat
merusak atau menghambat fungsi otak.
3. Aspek fisiologis.
4. Aspek sosiologis. Lingkungan sosial atau masayarakatyang tidak mampu
menerima gagasan inovatif dapat menjadi kendala bagi pengembangan
tingkat kecerdasan pada generasi berikutnya.
5. Aspek psikologis. Khususnya faktor internal ketidak mampuan untuk
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, melihat apa yang
diharapkan akan dilihat, serta terpaku pada penyelesaian yang
konvensional.
6. Dan aspek diri sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Setting atau tempat yang kami gunakan untuk melaksanakan penelitian
kami yaitu bertempat di MTs. Negeri Malang III yang terletak di Dusun
Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Awal berdirinya MTs.
Negeri Malang III diawali dengan surat keputusan Menteri Agama RI nomor 27
Tahun 1980 tentang relokasi Madrasah Negeri, yang direspon oleh Drs. Dhohiri
yang saat itu menjabat kepala Mts Balong Kandat Kediri. Setelah beliau
berkonsultasi dengan aparat Depag Kabupaten Malang maka Camat Gondanglegi
(Bpk Ahmad Fauzi) dan kepala KUA Gondanglegi sepakat mendirikan MTs N
Malang 3 di Gondanglegi-Malang.
Selanjutnya dipilih lokasi di Desa Sepanjang untuk membangun gedung
MTs. Pada awal berdirinya MTs Negri Malang 3 pendaftaran siswa baru
dilaksanakan pada tanggal 1-15 september 1980 dinyatakan 80 siswa yang
diterima dari 109 siswa yang daftar. Karena belum memiliki gedung yang layak
akhirnya bergabung dengan SMA Agus Salim.
Pada tanggal 1 Oktober 1980 secara resmi MTs N Malang 3 dibuka
namun karena keadaan masih sulit maka MTs N Malang 3 berpindah ke MI
Mambaul Ulum berkat tawaran dari H. Abdul Rozak, Kunar Rahasia dan
pengurus MI Mambaul Ulum.
Sampai saat ini kepemimpinan di MTs Negeri Malang 3 telah berganti
kepala Madrasah sebanyak 7 kali yaitu:
1. Drs.H..A. Dhohiri Zahid : 1980-1986
2. Drs.H.Masjhari : 1986-1998
3. Drs.H. Imam Supardi : 1998-2000
4. Drs.H. Misno : 2000
5. Drs. Imam Bashori : 2000-2003
6. Drs.H. Zainal Mahmudi, M.Ag : 2003-2006
7. Drs. Samsuddin, M.Pd : 2006-2007
Mulai periode ke-enam MTs N Malang 3 dicanangkan sebagai Madrasah
percontohan oleh Kepala Kandepag Kabupaten Malang Drs.H. Mas’ud Ali, M.Ag.
dan pada tahun 2006 berdasarkan SK Kepala Kandepag Kabupaten Malang
No.Kd.131/1/PP.00.5/108/SK/2004 (SK terampir) memutuskan bahwa MTs N
Malang 3 sebagai Madrasah Unggulan di lingkungan Kantor Departemen Agama
Kabupaten Malang.
Selanjutnya mulai tahun pelajaran 2007/2008, MTs N Malang 3 membuka
program baru yaitu program kelas percepatan (akselerasi) bagi siswa baru yang
memenuhi syarat-syarat tertentu.

B. Rencana Tindakan
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan kelas yang dipakai yaitu modus siklus dilakukan
secara berulang-ulang dan berkelanjutan, artinya dalam setiap kegaiatan belajar
mengajar peneliti terus mengamati dan meneliti aktivitas yang dilakukan oleh
siswa di dalam kelas. Dalam perencanaan penelitian ini kami menggunakan sistem
refleksi spiral diri yang dimulai dengan rencana tindakan pengamatan atau releksi
sesuai model tersebut maka kegiatannya:
1. Observasi dan wawancara.
2. Identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Melakukan metode yang sesuai
4. Melaksanakan tindakan kelas
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih satu setengah bulan, mulai saat
peneliti masuk ke kelas untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang pertama
kali yaitu pada tanggal 8 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 4 September 2007.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama kurang lebih satu setengah
bulan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertemuan I (Tanggal, 8 Agustus 2007)
a. Tahap Awal
- Salam Pembuka
- Perkenalan antara peneliti, (peneliti diperkenalkan oleh guru
pamong serta guru pamong memberitahukan keberadaan peneliti
di MTs. Negeri Malang III Kelas A, B dan C).
Peneliti memperkenalkan diri secara pribadi dengan seluruh siswa dan
dilanjutkan dengan siswa.
b. Tahap inti
Peneliti mengadakan pra test kepada siswa dengan tanya jawab langsung
antara guru dan siswa.
Peneliti menjelaskan sedikit tentang materi makharijul huruf kepada siwa.
 Pada pertemuan pertama ini peneliti menggunakan metode ceramah, dan
kelas dapat dikondisikan dengan baik.
c. Tahap Akhir
Peneliti dan murid bersama-sama menyimpulkan materi yang baru saja
dipelajari.
Peneliti menutup pertemuan dengan salam.

Pertemuan II (Tanggal 15 Agustus 2007)


a. Tahap Awal
Salam Pembuka
Presensi Siswa
Refleksi pelajaran yang telah dipelajari.
b. Tahap Inti
Apersepsi tentang materi yang akan dipelajari yaitu alif lam syamsiyah dan alif
lam qamariyah.
 Guru sedikit meminta siswa untuk memberi contoh huruf-huruf alif lam
syamsiyah dan alif lam qamariyah.
 Guru menugaskan kepada siswa untuk menambah pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa.
c. Tahap Akhir
Peneliti memberikan tugas kepada siswa
Salam penutup

Pertemuan III (Tanggal, 22 Agustus 2007)


a. Tahap Awal
Salam Pembuka
Presensi siswa
b. Tahap Inti
 Guru menjelaskan tentang hukum bacaan nun sukun dan tanwin.
 Guru meminta siswa untuk memberikan contoh hukum bacaan nun
sukun dan tanwin.
 Guru membagikan kertas yang berisi huruf hijaiyah, dan meminta siswa
yang membawanya untuk menyebutkan hukum bacan huruf yang telah
dibagi tersebut.
c. Tahap Akhir
 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari hukum bacaan lif
lam syamsiyah dan lif lam qamariyah di al Qur’an.
c. Penutup
Salam Penutup

2. Implementasi Tindakan
Pada pertemuan pertama, peneliti mengawali dengan memberikan acuan
materi yang berjudul makharijul huruf. Setelah peneliti memberikan sdeikit
informasi tentang materi yang akan dipelajari, peneliti memberikan pertanyaan
kepada siswa, untuk menguji sejauh mana mereka telah menguasai materi yang
akan dipelajari. Pada pertemuan pertama ini peneliti menggunakan metode
ceramah untuk semua kelas yang dipegang. Adapun menurut peneliti hanya dua
kelas saja yang cukup kondusif dan bisa dikendalaikan, sedangkan untuk kelas
yang satunya keliihatannya metode cermah tidak begitu cocok.
Pada pertemuan kedua, yaitu pada materi tentang alif lam syamsiyah dan
alif lam qamariyah, peneliti menggunakan dua metode ceramah lagi untuk
memperkuat hasil penelitian yang telah didapatkan pada pertemuan minggu
sebelumnya. Dan ternyata masih seperti minggun yang lalu dua kelas masih cukup
kondusif, sedangkan pada kelas yang satunya, tidak sekondusif dua kelas yang
lain. Memang pada kelas ini kelihatannya anaknya cukup aktif, mereka akan
kondusif juka mereka diberi tugas untuk mengerjakan sesuatu, namun jika tugas
yang diselesaikan telah selesai, maka mereka akan kurang begitu kondusif.
Pada pertemuan yang ketiga atau pertemuan yang terakhir peneliti
menyampaikan materi, dengan materi hokum bacaan nun sukun dan tanwin,
peneliti merubah dengan menggunakan metode card short. Untuk kedua kelas
yang pertama metode yang digunakan ini cukup cocok, sedangkan untuk kelas
yang lain metode ini cukup cocok bila dibandingkan dengan metode yang
digunakan pada minggu yang lalu, tetapi dalam kegiatan akhirnya mereka kurang
begitu kondusif.
3. Observasi dan Interpretasi
Penelitian ini dilakukan mulai pada hari pertama peneliti masuk ke kelas,
yaitu pada hari Rabu, 8 Agustus 2007 sampai pada hari terakhir peneliti
mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas yaitu pada tanggal 5 September
2007. Pada setiap kali tatap muka peneliti memperhatikan tingkah laku atau
aktivitas siswa selama mereka berada di dalam kelas, interaksi anatara siswa
dengan guru , interaksi antara siswa dengan siswa serta interaksi siswa dengan
bahan ajar yang dipelajari.
Dari penelitian yang dilakukan tersebut peneliti sedikit dapat mengambil
kesimpulan bahwa dalam kegaiatan belajar mengajar yang dilakukan setiap
individu di masing-masing kelas memiliki karekteristik atau corak tersendiri.
Lebih umumnya masing-masing kelas memiliki ciri yang tidah sama dengan cirri
yang dimiliki oleh kelas yang lain.
Untuk kedua kelas yang pertama peneliti sedikit mengambil kesimpulan
bahwa suasan kelas saat melaksanakan kegiatan pembelajaran cukup kondusif dan
cukup bisa untuk diatur, baik itu ketika peneliti memberikan tugas kepada mereka
ataupun ketika tugas yang mereka kerjakan telah selesai dikerjakan, suasana kelas
masih bisa dikatakan kondusif. Sedangkan pada kelas yang satunya, kondisi kelas
akan kondusif jika mereka diberikan suatu tugas tertentu, tetapi apabila tugas
tersebut telah selesai dilaksanakan mereka, maka suasana kelas tidak begitu
kondusif seperti ketika siswa diberikan suatu pekerjaan.
4. Analisis dan Refleksi
Dari hasil pelassanaan tindakan yang telah dilakukan di kelas VII A, B dan
C dalam proses belajar mengajar. Setelah dianalisis dapat diambil kesimpulan
sementara bahwa antara rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya
terdapat kesesuaian dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan.
Kemudian apabila dikaitkan dengan teori yang ada dalam pelaksanaan tindakan
terdapat sedikit kekurangan, hal ini disebabkab karena peneliti menggunakan satu
metode yang sama untuk ketiga kelas yang diteliti, padahal untuk efektifnya
peneliti seharusnya menggunakan metode yang cocok (berbeda-beda) antara kelas
satu dengan kelas yang lain karena tingkat kemampuan dan kecerdasan-
kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing kelas tidak sama.
Untuk minggu yang berikutnya peneliti menggunakan metode yang
berbeda darimetode yang digunakan pada minggu yang lalu. Dan hasil yang
dicapai pada minggu ini lebih memuaskan bila dibandingkan dengan minggu
sebelumnya. Selama menggunakan metode pembelajaran tersebut, peneliti melihat
ada dua kelompok siswa. Kelompok yang pertama, yaitu untuk di dua kelas yang
pertama, mereka cukup kondusif dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan,
baik itu ketika peneliti menggunakan metode yang pertama, maupun ketika
peneliti menggunakan metode yang kedua. Sedangkan untuk kelas yang satunya,
peneliti melihat bahwa mereka lebih aktif bila dibandingkan dengan kedua kelas
sebelumnya. Mereka akan sangat kondusif jika mereka diberikan suatu tugas.
Dari hasil yang diperoleh tersebut, akan dibuat acuan untuk menyusun
rencana tindakakan selanjutnya karena setelah dianalisis hasilnya menunjukkan
bahwa masing-masing kelas memiliki karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik yang dimiliki oleh kelas yang lain.
C. Siklus Penelitian
Siklus penelitian dilakukan dengan beberapa rencana tindakan yang telah
dilaksanakan sebelumnya. Pada materi yang pertama yaitu dengan pokok bahasan
makharijul huruf peneliti menggunakan metode ceramah, dan untuk minggu
berikutnya peneliti juga menggunakan metode ceramah, hal ini dimaksudkan
untuk lebih memperkuat data yang telah diperolah pada minggu yang lalu. Dan
untuk minggu beriutnya peneliti menggunakan metode yang lain dan peneliti
merasa metode yang digunakan cukup cocok.

D. Pembuatan Instrumen
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini
adalah yaitu menggunakan metode observasi secara langsung pada siswa dan yang
kedua adalah kuesioner yang dibagikan kepada siswa untuk diisi.

E. Pengumpulan Data
Data yang akurat akan diperoleh ketika proses pengumpulan data
dipersiapkan dengan matang, dan dalam penelitian akan digunakan beberapa cara
untuk mengumpulkan data selama proses penelitian yaitu:
1. Pengamatan Partisipatif
Cara ini digunakan peneliti agar data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang dimaksudkan oleh peneliti. Peneliti partisipatif adalah peneliti
terlibat secara langsung dan bersifat aktif dalam mengupulkan data yang
diinginkan, kadang-kadang peneliti mengarah secara langsung pada objek
yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang
ingin diperoleh oleh peneliti.
2. Observasi Aktivitas di Kelas
Observasi aktifitas kelas dilaksanakan oleh peneliti ketika peneliti
mengajar di kelas dengan menggunakan metode yang berbeda-beda untuk
memperoleh gambaran seperti yang tercantum pada judul yang dibuat oleh
peneliti.
F. Indikator Kinerja
Penelitian yang dilaksanakan tiga kali pertemuan ini, peneliti mengambil
topik tentang implementasi teori multiple intelegence dalam pembelajaran al
Qur’an Hadits sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi al
Qur’an Hadits. Indikator yang digunakan oleh peneliti menerapkan metode yang
berbeda-beda setiap kali pertemuan, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data
yang akurat terkait dengan judul yang dibahas oleh peneliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Setelah peneliti mengadakan penelitian mengenai implementasi teori
multiple intelegence, dari data yang dikumpulkan melalui pendekatan partisipatif
dan observasi di kelas dan pengukuran hasil penilaian serta melalui beberapa
tapan yaitu:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan. Rencana pembelajaran yang dibuat dengan menggunakan
implementasi teori multiple intelegence. Hal ini dilakukan dengan harapan
agar siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran setiap saat
tanpa mengesampingkan salah satu atau beberapa macam kecerdasan
majemuk.
b. Pengamatan. Perencanaan pembelajaran yang telah disusun dapat
terealisasikan dalam proses relajar mengajar sesuai dengan harapan
peneliti.
c. Refleksi. Pada pertemuan yang pertama dan kedua metode yang digunakan
oleh peneliti belum sepenuhnya dapat terlaksana 100%, pada pertemuan
yang pertama hal ini karena peneliti ingin melihat atau menguji coba
bagaimana sebenarnya ciri atau karakteristik masing-masing kelas yang
digunakan untuk penelitian, sedangkan pada pertemuan yang kedua
hampir sama dengan pertemuan yang pertama, tetapi ada sedikit kemajuan.
Pada pertemuan yang ketiga peneliti mengubah metode yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran , dan pada pertemuan yang ketiga hasil yang
diharapkan lebih baik daripada minggu yang sebelumnya.

B. Pembahasan
Implemenasi teori multiple intelegent ini digunakan sebagai judul oleh
peneliti karena teori ini memandang siswa dari berbagai sudut pandang. Masing-
masing individu (siswa) memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, yang
kecerdasan itu dibagi menjadi delapan keceradasan. Jadi misalkan ada anak yang
tidak pandai dalam bidang matematika, tidak dapat dikatakan anak tersebut
sebagai anak yang bodoh, karena mungkin saja anak tersebut pandai dalam
bidang kecerdasan yang lain. Untuk mempelajari teori multiple intelegent ini
peneliti menggunakan berbagai macam metode dalam kegaiatan pembelajaran.
Berbagai macam metode yang digunakan tersebut berkaiatan dengan penelitian
yang dilaksanakan oleh peneliti.
Penerapan metode yang berbeda-beda ini dapat juga digunakan untuk
melihat anak atau siswa termasuk dalam kategori kecerdasan yang mana. Dari
penelitian yang dilakukan tersebut, peneliti mengira-ngira bahwa dari ketiga kelas
yang dilakukan kegiatan belajar mengajar tersebut ada dua macam kategori. Yang
pertama yaitu kelas yang pertama dan kedua, mereka memiliki banyak persamaan
dan pada kelas yang ketiga mereka memiliki karakteristik yang berbeda dengan
kelas yang pertama dan kedua.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan seperti yang telah disebitkan di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Penerapan atau implementasi teori multiple intelegent pada kegiatan
belajar mengajar diharapkan mampu untuk meningkatkan proses
pembelajaran siswa, karena dalam teori ini masing-masing siswa
diperlakukan secara adil dalam kegiatan pembelajaran.
2. model-model metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar
untuk menerapkan teori multiple intelegent diantaranya adalah metode
ceramah dan metode card short.
3. model-model metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar
untuk menerapkan teori multiple intelegent diantaranya adalah metode
ceramah dan metode card short. Metode ceramah sangat cocok untuk anak
yang memiliki kecerdasan lingustik. Dan metode card short cocok
digunakan untuk siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis. Peneliti
merasa dari metode yang digunakan tersebut masih jauh dari sempurna,
halini karena pertemuan yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
tergolong cukup singkat, sehingga sulit untuk menghasilkan hasil yan
maksimal.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RUJUKAN

Kornhaber L. Mindy. dkk, Multiple Intellegence, 2004.

Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Rieneka Cipta, 1999.

Nggermanto, Agus, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum, Cara Pratis


Melejitkan IQ, SQ, EQ yang Harmonis, Bandung: Nuansa, 2001.

Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara, Bandung: Kaifa, 2002.

Suharsono, Melejitkan IQ, EQ dan SQ, Depok: Insani Press, 2005.

Zuhairini dan Ghofir. A, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,


Malang: Universitas Negeri Malang, 2004.

Anda mungkin juga menyukai