Makalah
Makalah
Disusun oleh:
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah
Tentang Rheumatoid Arthritis”. Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan
keterbatasan dalam makalah ini, maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati
penulis mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga dapat melengkapi
kesempurnaan makalah ini.Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis
khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah-masalah kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai sistem tubuh
salah satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi non bakterial yang
bersifat sistematik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simestri (Chairuddin, 2011). Menurut Sutiami (2020) yang merupakan kader
Desa Wonodadi Fenomena yang terjadi di masyarakat yang tidak menjaga pola hidup
bahkan cenderung menghiraukan faktor-faktor pencetus rematik seperti mengkomsumsi
jeroan dan santan, banyak masyarakat yang sudah mengetahuinya tetapi tetap
mengkomsumsi kangkung yang tumbuh liar di sawah mereka percaya bahwa
menkomsumsinya akan sembuh dari penyakit rematik.
WHO (2016) mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari
populasi, hanya 24% yang pergi kedokter, sedangkan 71% nya cenderung langsyng
mengkomsumsi obat-obatan pereda nyeri yang terjual bebas. Angka ini menempatkan
Indonesia sebagai Negera yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan
Negara-negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Taiwan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik,
obesitas dan penyakit metabolic, cedera sendi, pekerjaan dan olahraga. Hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 untuk penyakit sendi secara nasional
pravalensinya berdasarkan diagnosa dokter umur 65-74 tahun (18,6%), umur >75 tahun
(18,9%), berdasarkan jenis kelamin lai-laki (6,1%) perempuan (8,9%). 1 penyakit sendi
tertinggi tahun 2018 adalah Aceh (13,3%), diikuti bengkulu (12%), papua (10,3%), dan
bali (11,7%). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter menurut
karakteristik tertinggi adalah tidak/belum pernah sekolah (13,7%) dan petani/buruh tani
(9,90%). Peningkatan jumlah populasi lansia yang mengalami penyakit reumatik juga
terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2017), di Jawa Timur jumlah
lansia adalah 173.606 orang, dengan status kesehatan baik 64.181 orang. Data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Mojokerto didapatkan jumlah 10 penyakit terbesar di Kabupaten
Mojokerto pada tahun 2017 yang pertama adalah penyakit reumatik (16,76%), kemudian
diikuti hipertensi (14, 96%), ISPA (13, 15%), Maag (12,17%), Alergi (10,73%) dan yang
terakhir adalah mata (3,38%). Di Puskemas Kecamatan Kutorejo dalam dua bulan terakhir
juga menunjukkan bahwa mayoritas lansia mengalami penyakit reumatik Puskemas se
Kabupaten Mojokerto yaitu 3.047 orang didapatkan data dari 21 lansia menderita penyakit
atritis reumatoid (Sutiami, Kader Lansia desa Wonodadi)
Penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu seperti adanya faktor genetik atau faktor
keturunan, faktor lingkungan, faktor hormon esterogen, faktor stress, penuaan, serta
adanya inflamasi atau peradangan ( Wahyuni, 2016). Rematik merupakan suatu penyakit
yang telah lama dikenal dan sudah tersebar luas diseluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Penyebab dari Rheumatoid Arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
presdisposisi atau faktor pencetusnya adalah adanya mekanisme immunitas
(antigenantibodi), Pada orang yang sering melakukan aktivitas dengan menggunakan
lututnya, seperti pedagang keliling, orang yang terbiasa terlalu lama jongkok, dan orang
yang terbiasa memikul beban berat juga dapat memicu terjadinya Rheumatoid Arthritis
atau rematik (Bawarodi et al., 2017). Dampak dari penyakit Rematik ini apabila tidak
segera ditangani maka akan menimbulkan kecacatan baik ringan seperti kerusakan sendi
maupun kecacatan berat seperti kelumpuhan baik ringan seperti kerusakan sendi maupun
kecacatan berat seperti kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini mungkin akan menyebabkan
berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat terbatasnya aktivitas terbatasnya
aktivitasnya bahkan parahnya dapat terjadi depresi dan gangguan kejiwaan ( Ferawati,
2017).
" Bagaimanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan diagnosa medis artritis
rheumatoid dengan masalah keperawatan nyeri akut di desa Wonodadi Kutorejo
Mojokerto?"
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Konsep Lansia
a. Definisi
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
Lansia adalah seorang ang telah brusia >60 tahun dan tidak berdaya dalam mencari
nafkah untuk memnhi kebutuhan nya sehari-hari (Ratnawati,2017)
b. Batasan lansia
1. Sel
Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid dada terlihat simetris, penyembuhan luka
yang lama. Palpasi : Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada nyeri tekan,
ictus cordis tidak teraba, CRT < 2 detik (bisa terjadi > 3 detik dan sianosis) Perkusi :
Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid biasanya terdengar suara dullnes atau redup
atau pekak. Auskultasi : Pada lansia dengan Diabetes Melitus bunyi jantung norma.
Pada umumnya lansia mengalami:
3. Sistem Pernafasan
4. Sistem Persarafan
1. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
2. Cepat menurunya hubungan persarafan.
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
4. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, berkurangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive
terhadap perubhan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5. Berkurangnya sensitivue terhadap sentuhan (Aspiani, 2014, h. 36- 37)
5. Sistem Gastroinsetinal
6. Sistem Genitourinaria
1. Ginjal, merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin
darah yang masuk ke ginjal disaring oleh satuan (unit) terkecildari ginjal yang
disebut nefron. Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +1) BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningtkat.
2. Vesika Urinaria, otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah di
kosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin
( Aspiani,2014)
7. Sistem Endokrin
8. Sistem Indera
1. Sistem pendengaran
2. Sistem Penglihatan
3. Sistem Indra peraba memberikan pesan yang paling inti dan yang paling mudah
untuk menterjemahkan. Biola indra lain hilang, rabaan dapt mengurangi perasaan
sejahtera. Meskipun reseptor lain akan menumpul dengan bertambahnya usia,
namun tidak pernah hilang
4. Sistem Pengecap Empat rasa dasar yaitu manis, asam. Asin, pahit. Diantara
semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas bagi kita
mengapa mereka senang membubuhkan gula secara berlebihan. Rasa yang
tumupul menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin dan banyak
berbumbu (Aspini, 2014)
9. Sistem Integumen
Pembesaran prostat ±75% dialami oeloh pria usia diatas 65 tahun (Aspiani,
2014)
a. Definisi
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat simetris atau
bilateral, tetapi kadang juga bisa terjadi pada satu sendi saja yang disebut dengan
Arthritis Rheumatoid mono-artikular (Huda & Kusuma, 2015). Rheumatoid Arthritis
(RA) adalah penyakit peradangan kronis pada sendi yang tidak diketahui
penyebabnya dengan manifestasi seperti kelelahan, malaise, dan kekakuan pada pagi
hari. Rheumatoid Arthritis (RA) dapat menyebabkan kerusakan pada sendi dan
sering menyebabkan morbiditas bahkan dapat menyebabkan kematian yang cukup
besar (Zairin, 2016).
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahw pengertian dari artritis reumatoid
adalah merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan kaki, sendi
bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat simetris atau bilateral,dan tidak
diketahui penyebabnya dengan manifestasi seperti kelelahan, malaise, dan kekakuan
pada pagi hari. Hasilnya dapat mengakibatkan sendi bengkak, rusak, nyeri,
meradang, kehilangan fungsi bahkan cacat.
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu: rematik artikular dan rematik non artikular.
Rematik Artikular atau Arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian, diantaranya meliputi Arthritis Rheumatoid,
Osteoarthritis, Olimiagia Reumatik, Artritis gout. Rematik non artikular arau ekstra
artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian
diantaranya Bursitis, Fibrositis, Sciatica (Hembing,2013). Rematik dapat
dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu:
3. Olimi algia Reumatik Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari
rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher,
bahu, dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50
tahun keatas.
4. Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause
Penyebab dari Rheumatoid Arthritis menurut Zairin (2016), belum diketahui secara
pasti. Meskipun etiologi infeksi telah berspekulasi bahwa penyebab dari Rheumatoid
Arthritis ini adalah organisme Mikoplasma, virus Epstein-Barr, Parvovirus, dan
Rubella, tetapi tidak ada organisme yang terbukti bertanggung jawab dalam
terjadinya penyakit ini. Rheumatoid Arthritis (RA) dikaitkan dengan banyak respon
autoimmune, tetapi apakah autoimmune itu merupakan peristiwa sekunder atau
primer masih belum diketahui secara pasti.
Rheumatoid Arthritis memiliki komponen gen yang genetik yang signifikan dan
berbagai epitop dari cluster HLA-DR4/DR1 hadir pada 90% pasien dengan
Rheumatoid Arthritis. Hiperplasia cairan sendi dan aktivasi sel endotel adalah
kejadian pada awal proses patologis yang berkembang menjadi suatu peradangan
yang tidak terkontrol dan berakibat pada kehancuran tulang dan tulang rawan.
Faktorgenetik dan kelainan sistem kekebalan tubuh berkontribusi terhadap
progresivitas penyakit Rheumatoid Arthritis. Sel T CD4, fagosit mononuclear,
fibroblast, osteoklas, dan neutrofil memainkan peran seluler utama dalam
patofisiologi Rheumatoid Arthritis, sedangkan Limfosit B memproduksi
autoantibodi. Produksi sitokin abnormal, kemokin, dan mediator inflamasi lain telah
ditunjukkan pada pasien dengan Rheumatoid Arthritis. Pada akhirnya, peradangan
dan proliferasi sinovium yaitu pannus menuju kepada kerusakan berbagai macam
jaringan pada sendi, termasuk tulang rawan, tulang, tendon, ligament, dan pembuluh
darah. Meskipun struktur articular adalah tempat utama yang terlibat oleh tejadinya
Rheumatoid Arthritis, tetapi jaringan lain juga dapat terpengaruh (Zairin, 2016).
Pada setiap orang gejala artritis reumatoid yang dirasakan berbeda-beda, berikut
adalah beberpa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit Rematik:
1. Kekauan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi
hari.
2. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
3. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari,
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher.
4. Sakit artritis reumatoid kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau
hujansetelah mengkonsumsi makanan pantangan seperti; sayur bayam,
kangkung,kelapa, santan, dan lain-lain (Haryono dan Setianingsih, 2013, h. 10)
1. Tes seroligi
1. BSE positif
2. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositis
3. Rheumatoid faktor terjadi 50-90% penderita
2. Pemeriksaan radiologi
2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga utuk
lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang 39 berlebihan pada sendi yang sakit,
dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
3. Diet
4. Dukungan psikososial
5. Fisioterapi
6. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan
nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi (Mujahidullah, 2012, h. 83-84)
B. Asuhan Keperawatan
1. Kasus
Ny. A berumur 65 tahun datang ke rumah sakit umum daerah, mengeluh nyeri saat
bergerak, mengeluh nyeri di tangan sehingga sulit untuk menggerakkan ekstremitas atas,
mengalami bengkak serta kekakuan di area persendian sehingga sulit melakukan aktivitas,
susah untuk menggerakkan bagian tubuhnya pada saat nyerinya timbul, takut melakukan
pergerakan pada area sendi, pasien mengatakan cemas saat bergerak, dan pada saat bangun
tidur duduk terlalu lama pasien sulit untuk bergerak karena kekakuan sendi.
2. Pengkajian
Data Biografi
Nama : Ny A…………………………………………L/P
Tempat tanggal lahir : Sampang, 23 April 1957.......................Gol darah :
O/A/B/AB
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin/BeluIm/Janda/Duda
(Cerai/Hidup/Mati) TB/BB : 155 cm/50kg
Penampilan : Rapi dan menarik……. ciri-ciri tubuh : sawo matang
dan manis
Alamat : Jalan Mutiara Sampang
Telp : 087856258xxx
Orang yang dekat dihubungi : Tn. D
Hubungan dengan lanjut usia : Kerabat
Alamat : Jalan Mutiara, Sampang
………………………………………………………
…………………..
Telp. 087234765xxx
Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Petani
Alamat pekerjaan : Sawah \ kebun
Berapa jarak dari rumah : 200 Km ke sawah \ kebun
Alat transportasi : jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya : Petani
Riwayat rekreasi
Hobbi/minat : Berkebun
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
Liburan/perjalanan : Tidak ada
Sistem pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisioterapi : Perawat dan Dokter
Jarak dari rumah : 305 Km
Rumah sakit : Dari rumah Jaraknya 305 Km
Klinik : Dari rumah Jaraknya 206nKm
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak pernah
Makanan yang dihantarkan : Makanan rendah garam dan lemak
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : membantu menyiapkan makanan dan
kebutuhan lainnya
Lain-lain : Tidak ada
Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Tidak ada
Yang lainnya : Tidak ada
Status kesehatan
Status kesehatan umum setahun yang lalu :
Merasa kesakitan di daerah sekitar pergelangan tangan kanan
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Baik
keluhan utama :
Provokasi/palliatif : Karena terlalu sering mengangkat benda benda berat
Quality/quantity : Nyeri terasa seperti tertusuk tusuk dan kuat
Region : Nyeri terasa di sekitar pergelangan tangan kanan
Severity scale : Skala nyeri yang dirasakan oleh klien 6
Timing : Klien mengatakan nyerinya berlangsung sekitar 5-10
menit dan terkadang hilang timbul
Obat-obatan :
Tinjauan sistem
Keadaan umum : Gelisah
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, sumnolen. Suportus, coma
Skala koma glasgow : verbal = 5 psikomotor= 4 mata = 4
Tanda-tanda vital : Nadi: 125 Suhu: 36,7ºC RR: 22 Tensi 120 \70
1. Kepala
Bentuk kepala ( dolichalus ), simetris, bergerak bebas
2. Wajah
- Wajah : pucat, terlihat meringis kesakitan
- Mata : Rabun jauh
- Telinga: Sedikit menurun
- Hidung: Normal
3. Leher
Bentuk leher: Simetris, tidak ada kelenjar tiroid
4. Dada dan punggung
Dada: simetris
Punggung: tidak simetris membungkuk
5. Abdomen dan pinggang
Bentuk abdomen: datar, tidak ada benjolan, simetris
Pinggang: tidak normal membungkuk
6. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas: sedikit terganggu karena adanya nyeri
Ektremitas bawah: normal
7. Sistem imun
Baik
8. Genetalia
Normal
9. Sistem reproduksi
Normal
10.Sistem persyarafan
Normal
11.Sistem pngecapan
Normal
12.Sistem penciuman tactil respon
Tidak ada sumbatan dalam hidung
Status kognetif/afektif/sosial
1. Short Portble Mental Status Questionare (SPMSQ)
Normal
2. Mini Mental State Exame (MMSE)
Composmentis
3. Inventraris Depresi Beck
Depresi tidak ada
4. APGAR Keluarga
Sosialisasi baik
5. Dan lainnya sesuai kebutuhan
Data penunjang
1. Laboratorium
Tidak terkaji
2. Radiologi
Tidak terkaji
3. EKG
Tak terkaji
4. USG
Tak terkaji
5. CT scan
Tak terkaji
6. Obat-obatan
Methotrexate dan Meloxicam
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mengangkat berat) ditandai
dengan pasien merasakan nyeri di sekitar pergelangan tangan; skala nyeri 6; pasien
mengatakan sering mengangkat benda-benda berat; pasien merasakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk dan kuat; pasien mengatakan nyerinya berlangsung sekitar 5-10 menit
dan terkadang hilang timbul; pasien terlihat gelisah, pengukuran nadi mencapai
125x/menit, pasien mengatakan sering terjaga dari tidurnya, dan wajah pasien terlihat
meringis kesakitan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan pasien
mengatakan sulit menggerakan ekstremitas atas; pasien mengatakan susah untuk
menggerakkan bagian tubuhnya terutama di area sendi; pasien mengatakan nyeri saat
bergerak; pasien takut melakukan pergerakan pada area sendi; pasien mengatakan
cemas saat bergerak seperti pada saat bangun tidur, duduk terlalu lama; pasien
mengatakan sulit bergerak karena kekakuan sendi.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan Tujuan : Intervensi Utama : Intervensi Utama :
dengan agen pencedera Setelah dilakukan Pemberian Analgesik Pemberian
fisik (mengangkat intervensi Observasi Analgesik :
berat) ditandai dengan keperawatan 1.Identifikasi Observasi
pasien merasakan nyeri selama … x 24 jam karakteristik nyeri 1. Untuk
di sekitar pergelangan tingkat nyeri pada 2.Identifikasi riwayat mengidentifikasi
tangan; skala nyeri 6; pasien menurun. alergi obat karakteristik
pasien mengatakan sering Kriteria hasil : 3.Identifikasi nyeri pada
mengangkat benda-benda 1. Keluhan nyeri kesesuaian jenis pasien
berat; pasien merasakan menurun analgesik dengan 2. Untuk
nyeri seperti tertusuk- 2. Skala nyeri = 1 tingkat keparahan mengidentifikasi
tusuk dan kuat; pasien 3. Pasien tidak nyeri alergi pada
mengatakan nyerinya merasakan nyeri 4.Monitor tanda-tanda pasien
berlangsung sekitar 5- tertusuk-tusuk vital sebelum dan 3. Untuk
10 menit dan terkadang dan kuat sesudah pemberian mengidentifikasi
hilang timbul; pasien 4.Nyeri analgesik obat analgesik
terlihat gelisah, berlangsung 5.Monitor efektivitas yang sesuai
pengukuran nadi tidak lama analgesik dengan rasa
mencapai 125x/menit, 5. Nyeri timbul Terapeutik nyeri pada
pasien mengatakan tidak sering 1.Tetapkan target pasien
sering terjaga dari 6.Gelisah yang efektifitas analgesik 4. Memantau
tidurnya, dan wajah dirasakan pasien untuk tanda-tanda vital
pasien terlihat meringis menurun mengoptimalkan pasien, sebelum
kesakitan 7.Frekuensi nadi respons pasien dan sesudah
membaik Edukasi minum obat
(100x/menit) 1.Jelaskan efek terapi analgesik
8.Pola tidur pasien dan efek samping obat 5. Mengetahui
membaik Kolaborasi pengaruh
Meringis di wajah 1.Kolaborasi pemberian kandungan obat
pasien menurun dosis dan jenis pada pasien
(tidak tampak) analgesik Terapeutik
1. Untuk
Manajemen Nyeri mengetahui
Terapeutik target
1.Kontrol lingkungan pencapaian dari
yang memperberat obat analgesik
rasa nyeri Edukasi
2.Fasilitasi istirahat dan 1. Agar pasien dan
tidur keluarga bisa
Edukasi memahami
1.Jelaskan strategi kelebihan dan
meredakan nyeri kekurangan
2.Anjurkan memonitor setelah minum
nyeri secara mandiri obat analgesik
3.Anjurkan Kolaborasi
menggunakan 1. Melakukan
analgetik secara tepat pengobatan
farmakologis
Intervensi sesuai dosis
Pendukung : obat
Edukasi Manajemen
Nyeri Manajemen Nyeri
Observasi Terapeutik
1.Identifikasi kesiapan 1. Membuat
dan kemampuan lingkungan
menerima informasi lebih kondusif
Terapeutik bagi pasien
1.Sediakan materi dan 2. Pasien bisa
media pendidikan merasa lebih
kesehatan nyaman dan bise
2.Jadwalkan pendidikan rileks
kesehatan sesuai Edukasi
kesepakatan 1. Menambah
3.Berikan kesempatan pengetahuan
untuk bertanya pasien tentang
Edukasi teknik pereda
1.Jelaskan penyebab, nyeri
periode, dan strategi 2. Pasien dan
meradakan nyeri keluarga bisa
2.Ajarkan teknik mengetahui
nonfarmakologis karakteristik
untuk mengurangi nyeri
rasa nyeri 3. Pasien bisa
mengetahui
waktu
penggunaan
obat dan cara
minumnya
Intervensi
Pendukung
Edukasi
Manajemen Nyeri
4. Implementasi Keperawatan
No Dx Tanggal Jam Implementasi TTD
1. 12-09-2022 16.30 WIB 1. mengidentifikasi karakteristik nyeri
Respon : Klien mengatakan nyeri seperti
tertusuk tusuk dan kuat
16.35 WIB
2. memonitor Tanda-tada vital sebelum dan
sesudah diberi analgesic
Respon :
1) sebelum diberi analgesic
TD : 120/70
RR : 22x/menit
N : 125x/menit
Suhu : 36,7°C
2) sesudah diberi analgesic
TD : 120/60
RR : 20x/menit
N : 120x/menit
16.40 WIB
Suhu : 36,5°C
3. menjelaskan terlebih dahulu efek samping dari
obat
Respon : klien tahu dan paham mengenai efek
samping penggunaan obat
16.45 WIB 4. Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri
(meminimalisir kebisingan)
Respon : Klien mengatakan merasa lebih
nyaman jika jauh dari kebisingan
16.50 WIB
5. Memberikan obat piroxicam 20mg 3x1 per oral
Respon : klien mengatakan nyerinya sedikit
berkurang setelah meminum obat
2. 12-09-2022 16.55 WIB 1. mengidentifikasi adanya nyeri
Respon : klien mengatankan nyeri jika
mengangkat benda-benda berat.
17.00 WIB
2. memonitor/mengecek dahulu Tekanan Darah
sebelum dilakukan mobilisasi
Respon : TD : 120/70
17.05 WIB 3. memberikan penjelasan kepada keluarga pasien
agar lebih membantu pasien dalam melakukan
latihan retang gerak aktif dan pasif.
Respon : Keluarga klien tampak paham dan
mengerti
5. Implementasi Keperawatan
No. Tanggal Dx Evaluasi TTD
Dan Jam
1. 12-09-2022 1 S :
(21.00 WIB) - klien mengatakan nyerinya sedikit berkurang setelah
meminum obat
- Klien mengatakan merasa lebih nyaman jika jauh dari
kebisingan
- Klien mengatakan nyerinya sedikit berkurang setelah
meminum obat
O:
- TD : 120/60
RR : 20x/menit
N : 120x/menit
Suhu : 36,5°C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
2 S:
- Klien mengatakan nyeri jika mengangkat benda-benda berat
O:
- TD : 120/70
- Keluarga klien tampak paham dan mengerti
P : Intervensi dilanjutkan
2. 13-09-2022 1 S :
(21.00) - Klien mengatakan nyeri dipergelangan tangannya sedikit
berkurang
- Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah minum obat
- Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang.
O:
- TD : 120/80
Suhu : 36°C
RR : 20x/menit
Nadi : 118x/menit
A:
P:
2 S :
- Klien mengatakan nyeri berkurang dan mulai bisa
mengangkat benda disekitarnya.
- Klien mengatakan lebih nyaman setelah melakukan
gerakan pasif dan aktif.
O:
- TD : 120/80
Suhu : 36°C
RR : 20x/menit
Nadi : 118x/menit
P : Intervensi dilanjutkan
3. 14-09-2022 1 S :
(21.00) - Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang dan bisa
mengangkat beban
- klien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O:
- TD : 120/60
Suhu : 36,5°C
RR : 18x/menit
Nadi : 100x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 S :
- Klien mengatakan nyeri nya sudah tidak ada dan tidak ada
keluhan fisik lainnya
O:
- Keluarga klien tampak paham dan mau membantu klien
dalam meningkatkan pergerakan.
A : Masalah teratasi
P :Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien Artritis
Rheumatoid, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut
Pada pengkajian pada tinjauan kasus didapatkan keluhan utama pada pengkajian klien
mengalami nyeri di area lutut , nyeri di rasakan saat pasien dari posisi duduk lalu berdiri,
nyeri seperti tertusuk, terjadi kedua lutut kaki dengan skala 4 hilang timbul Pada Diagnosa
keperawatan prioritas yang diangkat yaitu nyeri dengan tujuan Setelah di lakukan dintakan
keperawatan 3 kali kunjungan maka nyeri bmenurun dengn kriteria hasil Klien dapat
menjelaskan penyebab nyeri, Klien melaporkan nyerinya berkurang,Klien dapat
mendemonstrasikan cara mengatasi nyeri, wajah tidak tampak menyeringai,Skala nyeri 1-3,
TTV dalam batas normal TD : 130/80-140/90 mmHg, N : 60-70x/mnt,RR : 14-16x/mnt, S :
36,4- 37,5oC. Menjelaskan penyebab pemicu nyeri, Menganjurkan memonitoring nyeri secara
mandiri,Mengajarrkan klien teknik nonfarkologi (Misalnya: teknik relaksasi, teknik distraksi
dan kompres air hangat),.mengajarkan ROM Aktif dan Pasif, Mengobservasi skala nyeri,
lokasi, penyebab, durasi, dan kualitas nyeri Diagnosa kedua yaitu deficit pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi dengan tujuan Setelah dilakukan 1x kunjungan
maka pengetahuan menngkat dengan kriteria hasil:Klien mampu menyebutkan penyebab
artritis rheumatoid,Klien mampu menyebutkan tanda dan gejala artritis rheumatoid,Klien
mampu menyebutkna komplikasi dari artitis rheumatoid,Klien mampu menyebutkan
penanganan artritis rheumatoid, Klien tidak terlihat bingung. Pada akhir evaluasi semua
tujuan dapat di capai karena adanya kerja sama yang baik antara klien, keluarga. Hasil
evaluasi pada Ny.“W” sudah sesuai dengan harapan masalah teratasi.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bawarodi, F., Rottie, J., & Malara, R. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kekambuhan Penyakit Rematik Di Wilayah Puskesmas Beo Kabpaten Talaud. E-
Journal Keperawatan (e-Kp), 5(1). https://doi.org/10.4018/978-1-4666-2673-7.
Tanggal 20 Januari 2021 pukul 15.00 WIB
Budi, S. Herman. (2013). Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Timur 2013. (& N.
Puspasari, Eds.) (Vol. 84). Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes.
Retrieved
Dinda Eka, (2019). Aplikasi Parutan Jahe pada Lansia dengan Nyeri Kronik
RhuemtoidArtritisShttp://eprintslib.ummgl.ac.id/813/1/16.0601.0066_BA B
%20I_BAB%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA. pdf. Di
akses pada tangggal 10 Januari 2021 pada pukul 10.00 WIB
Ferawati. (2017). Efektifitas Kompres Jahe Merah Hangat dan Kompres Serai Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Arthritis Rematoid pada Lanjut Usia Di DesaMojoranu
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Keshatan MAKIA, 5(1), 1–
9 tanggal 07 Desember 2020 pukul 20.00 WIB
Haryono dan Setianingsih, (2013). Musuh-Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun. Jatirejo :
Gosyen Publising