Dengue Fever
Oleh :
PEMBIMBING :
SURABAYA
2021
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................1
2.1 Subjective.........................................................................................3
2.2 Objective..........................................................................................7
2.3 Assessment.......................................................................................14
2.4 Planning............................................................................................14
2.5 Follow Up.........................................................................................14
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA........................................................................14
3.1 Definisi.............................................................................................20
3.2 Epidemiologi....................................................................................20
3.3 Patofisiologi.....................................................................................22
3.4 Diagnosis dan Differential Diagnosis..............................................26
3.5 Penatalaksanaan...............................................................................28
3.6 Prognosis..........................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
biasa penyakit ini telah sering dilaporkan dari berbagai negara. Penyakit dengue
terurtama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Diperkirakan setiap tahun sekitar
50 juta manusia terinfeksi virus dengue yang 500.000 di antaranya memerlukan rawat
inap dan hampir 90% dari pasien rawat inap adalah anak-anak. Asia tenggara
Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang
termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu
Den-1, Den-2, Den3 dan Den -4, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang terdapat hampir
di seluruh pelosok Indonesia. Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi
intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-
rata muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi
Asia, Afrika dan Amerika Utara pada tahun 1780. Namun, baru diketahui virus
1
dengue merupakan etiologi infeksi dengue pada tahun 1940-an. Diperkirakan 390 juta
orang di dunia terinfeksi dengue setiap tahun. Epidemi demam berdarah dengue
(DBD) di Asia Tenggara pertama kali terjadi di Manila tahun 1953. Sejak saat itu
sampai tahun 1980-an sering kali terjadi kejadia luar biasa (KLB) infeksi dengue di
negara lain. Maka sejak sekitar tahun 1990 dengue merupakan mosquito-borne
disease penting setelah malaria, dengan KLB terjadi setiap 3 sampai 5 tahun.
Akhirnya, penyakit ini menyebar ke benua lain dengan sangat cepat, melalui
diidentifikasi penderita penyakit infeksi virus dengue. Sejak itu hingga saat ini infeksi
virus dengue menjadi salah satu penyaki yang paling terkenal di Indonesia.
Identifikasi serupa di negara lain dia Asia Tenggara umumnya sudah terjadi lebih
infeksi virus dengue. Jumlah ini terdiri dari mereka yang tinggal di daerah tropis dan
sekitarnya serta yang sering bepergian ke daerah tropis tersebut dimana nyamuk
Aedes sebagai vektor infeksi virus dengue banyak dijumpai di daerah tropis. Saat ini
di Indonesia penderita anak masih relatif lebih banyak daripada dewasa namun
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Subjective
A. Identitas Pasien
Nama : An. Y
Umur : 10 bulan
Berat Badan : 11 kg
Alamat : Porong
Agama : Islam
No. RM : 2131369
B. Anamnesa
pada kaki, tangan dan punggung, batuk, pilek dan perut membesar.
3
Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang anak diantar ibunya datang ke IGD pada tanggal 27 Oktober 2021
pada malam hari dengan keluhan anaknya hari keempat panas sejak tanggal
23 Oktober 2021 malam mendadak panas tinggi dengan suhu 39oC, hari
kedua tanggal 25 Oktober 2021 demam dengan suhu 38,5oC, hari ketiga
tanggal 26 Oktober 2021 demam dengan suhu 39 oC. Panas turun saat
diminumkan obat penurun panas yang didapatkan dari klinik, suhunya turun
MRS pada hari ke empat sakit tanggal 27 Oktober 2021. Hari ke empat
sakit pasien demam dengan suhu 37,8 oC, nafsu makan dan minum
Muntah-muntah kurang lebih 4 kali sehari sebanyak 1 gelas, tidak ada sisa
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada keluhan mimisan, gusi berdarah,
berak darah, nyeri kepala, nyeri otot/sendi, dan nyeri di belakang mata.
Perut pasien membesar dan teraba keras pada hari kedua MRS yaitu
didapatkan adanya darah yang terlihat pada selang NGT sebanyak 50cc,
4
warna merah kehitaman. Pasien lemas dan kurang aktif. Pasien dirawat di
BAB normal, BAK normal. Makan dan minum pasien berkurang tidak
seperti biasanya, batuk (+), pilek (+), telinga keluar cairan (-), kejang (-).
Riwayat sakit serupa sebelumnya tidak ada, riwayat kejang tidak ada,
Tidak ada keluarga yang sakit ataupun demam. Tidak ada keluarga yang
Riwayat Sosial
Tidak ada tetangga pasien yang mengalami keluhan serupa dengan pasien
Riwayat Pengobatan
Paracetamol Syrup
Riwayat Alergi
Partus : Spontan
Motorik kasar :
Berjalan : -
Motorik halus : -
Riwayat Makan
ASI : 0 – 6 bulan
MPASI : 6 bulan – sekarang
ASI + bubur halus dan buah 6 bulan – sekarang
seperlunya) : -
6
Makanan padat : -
Riwayat Imunisasi
Usia Imunisasi
Baru Hepatitis B √
Lahir
1 bulan BCG, Polio 1 √
9 bulan Campak/MR -
Kelas 1 Campak/MR, DT -
SD atau
usia (5-7
tahun)
2.2 Objective
C. Pemeriksaan Fisik
GCS : 4-5-6
Pernapasan : 60 x/menit
7
Suhu : 38 °c
Berat Badan : 11 kg
Keadaan Spesifik
Kepala/Leher
Bentuk : Normosefali, simetris, dismorfik (-)
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : Cekung (-/-), Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya
+/+, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-).
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-).
Telinga : Sekret (-).
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-).
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
Thorak
Paru-paru
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Klonus - -
Reflek patologis - - - -
9
D. Pemeriksaan penunjang
Hematology : 28 / 10 / 2021
WBC 3.24 6.00 – 17.50 103/uL
RBC 4.4 4.2 – 6.1 106/uL
HGB 11.9 10.7 – 13.1 g/dL
HCT 35.8 37.0 – 52.0 %
PLT 17 217 – 497 103/uL
EO% 0.00 0.00 – 3.00 %
BASO% 0.20 0.00 – 1.00 %
NEUT% 22.7 50.0 – 70.0 %
LYMPH 67.7 25.0 – 40.0 %
MONO% 9.4 2.0 – 8.0 %
10
Hematology : 29 / 10 / 2021
WBC 3.95 6.00 – 17.50 103/uL
RBC 4.4 4.2 – 6.1 106/uL
HGB 11.5 10.7 – 13.1 g/dL
HCT 38.1 37.0 – 52.0 %
PLT 7 217 – 497 103/uL
EO% 0.00 0.00 – 3.00 %
BASO% 0.20 0.00 – 1.00 %
NEUT% 21.7 50.0 – 70.0 %
LYMPH 69.7 25.0 – 40.0 %
MONO% 10.4 2.0 – 8.0 %
Hematology : 30 / 10 / 2021
WBC 11.02 6.00 – 17.50 103/uL
RBC 4.1 4.2 – 6.1 106/uL
HGB 10.7 10.7 – 13.1 g/dL
HCT 32.4 37.0 – 52.0 %
PLT 21 217 – 497 103/uL
EO% 0.00 0.00 – 3.00 %
BASO% 0.20 0.00 – 1.00 %
NEUT% 16.0 50.0 – 70.0 %
LYMPH 71.6 25.0 – 40.0 %
MONO% 12,2 2.0 – 8.0 %
11
Hematology : 31 / 10 / 2021
WBC 12.10 6.00 – 17.50 103/uL
RBC 4.2 4.2 – 6.1 106/uL
HGB 11.0 10.7 – 13.1 g/dL
HCT 33.8 37.0 – 52.0 %
PLT 100 217 – 497 103/uL
EO% 0.00 0.00 – 3.00 %
BASO% 0.20 0.00 – 1.00 %
NEUT% 19.9 50.0 – 70.0 %
LYMPH 68.8 25.0 – 40.0 %
MONO% 11.1 2.0 – 8.0 %
Hematology : 1 / 11 / 2021
WBC 8.66 6.00 – 17.50 103/uL
RBC 3.6 4.2 – 6.1 106/uL
HGB 9.7 10.7 – 13.1 g/dL
HCT 29.0 37.0 – 52.0 %
PLT 217 217 – 497 103/uL
EO% 0.00 0.00 – 3.00 %
BASO% 0.00 0.00 – 1.00 %
NEUT% 32.0 50.0 – 70.0 %
LYMPH 53.0 25.0 – 40.0 %
MONO% 15.0 2.0 – 8.0 %
Natrium 135 132-141 Mmol/L
Kalium 4.2 3.5-6.1 Mmol/L
Klorida 100 97-106 Mmol/L
Calsium 7.7 8.8-10.3 Mg/dl
12
Hematology : 2 / 11 / 2021
WBC 9.66 6.00 – 17.50 103/uL
RBC 4.6 4.2 – 6.1 106/uL
HGB 11.5 10.7 – 13.1 g/dL
HCT 28.0 37.0 – 52.0 %
PLT 217 217 – 497 103/uL
EO% 0.00 0.00 – 3.00 %
BASO% 0.00 0.00 – 1.00 %
NEUT% 32.0 50.0 – 70.0 %
LYMPH 53.0 25.0 – 40.0 %
MONO% 15.0 2.0 – 8.0 %
Natrium 135 132-141 Mmol/L
Kalium 4.2 3.5-6.1 Mmol/L
Klorida 100 97-106 Mmol/L
Calsium 8.8 8.8-10.3 Mg/dl
Foto Thorax
13
2.3 Assessment
E. Diagnosis Kerja
Dengue fever + GI bleeding
2.4 Planning
F. Penatalaksanaan
- Infus RD5 1000 cc/24 jam atau 14 tpm
- Inj. Paracetamol 4 x 150 mg
- Inj. Ondansentron 3 x 1 mg
- Puasa
- kompres
G. Rencana Pemeriksaan
Darah Lengkap Serial
H. Prognosis
Dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
Jumat, 29 / 10 / An. Yardan 10 bulan / 11 kg / Status Gizi 115%
2021
14
GCS : 4 5 6
TTV :
S : 38o C
N : 124 x / menit
RR : 60 x / menit
Tekanan Darah : 95/60 mmHg
SpO2 : 98%
Thorax : Auskultasi :
Cor : S1 S2 Tunggal Reguler
Pulmo : Ves + / + , Wheezing - / - , Rhonki - / -
Abdomen : Inspeksi : Distended
Auskultasi : Bising Usus (+) menurun
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Nyeri tekan abdomen(+), turgor kulit normal
Perkusi : Redup di
+ +
epigastrium, Shifting dullness (-)
+ +
Ekstremitas : Akral Kering Merah Hangat
CRT < 2 detik
15
S : Pasien sakit hari ke 7. Demam masih naik turun, pasien
terpasang NGT, masih terdapat darah di botol penampung
kurang lebih 20 cc, warna merah kehitaman, perut sudah
mengecil, nyeri perut berkurang, sudah tidak muntah, BAB
(-), BAK normal ganti popok 6-7x/ hari, batuk (-), pilek (-),
sesak (-)
P:
P. Dx : DL Serial, SE
16
P. Tx :
- Infus RD5 1000 cc/24 jam atau 14 tpm
- Inj. Paracetamol 4 x 150 mg
- Inj. Ondansentron 3 x 1 mg
- Puasa
- Kompres
Senin, 1 / 11/ 2021 An. Yardan 10 bulan / 11 kg / Status Gizi 115%
17
Ekstremitas : Akral Kering Merah Hangat
+ +
CRT < 2 detik
+ +
P:
P. Dx : DL Serial, SE
P. Tx :
- Infus RD5 500 cc / 24 jam
- Ca gluconas 10 cc / 24 jam
- Inj. Paracetamol 4 x 150 mg (k/p)
- Inj. Ondansentron 3 x 1 mg (k/p)
- PO :
- Diet TKTP
- Bubur kasar 3x1, ASI
Selasa, 2 / 11/ 2021 An. Yardan 10 bulan / 11 kg / Status Gizi 115%
P:
P. Dx : DL Serial, SE
P. Tx :
- Infus RD5 500 cc / 24 jam
- Inj. Paracetamol 4 x 150 mg (k/p)
- Inj. Ondansentron 3 x 1 mg (k/p)
PO :
- Diet TKTP
Bubur kasar 3x1, ASI
KRS
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Infeksi dengue yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus
tunggal dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Seseorang yang tinggal
di daerah endemis dengue dapat terinfeksi lebih dari satu kali hidupnya oleh
serotipe yang sama atau yang berbeda. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
Aedes (Stegomyia) agypti atau Ae. albopictus. dll Transmisi dari nyamuk ke
manusia terjadi baik secara epidemi atau endemik (daerah yang mempunyai
inkubasi virus dengue dalam darah nyamuk 8-12 hari sebelum menularkan
kepada individu yang rentan. Sekali nyamuk terinfeksi, virus dengue akan
menetap seumur hidup nyamuk dan dapat menularkan kepada manusia yang
20
digigitnya. Transmisi dapat juga terjadi secara vertikal dari ibu hamil ke janin
3.2 Epidemiologi
dengue di Indonesia meningkat pada kelompok usia remaja dan dewasa muda,
mencapai lebih dari 50% kasus yang dilaporkan walaupun kematian masih
lebih banyak terjadi pada kelompok usia muda. World Health Organization
melaporkan telah terjadi lonjakan laporan kasus infeksi dengue baik di daerah
tropis maupun subtropics di Asia. Pada awalnya infeksi virus dengue hanya
terjadi di daerah perkotaan (urban), namun saat ini telah meluas ke daerah
kematian pada anak dan dewasa muda. Indonesia merupakan negara yang
21
Gambar 3.2.1 Peta angka kesakitan infeksi dengue di indonesia, tahun 2016 (kemenkes
RI, 2017)
Transmisi virus dengue dapat terjadi melalui dua pola penyebaran, yaitu
secara epidemik dan hiperendemik. Transmisi secara epidemik terjadi jika dalam
daerah tersebut hanya ada satu serotipe virus dengue. Insiden terjadi sekitar 25-
50% jika jumlah anak dan dewasa yang rentan dan jumlah vektor cukup tinggi.
Upaya pemberantasan vector, perubahan iklim dan factor herd immunity turut
jika virus dengue dan nyamuk perantara bersirkulasi di suatu daerah secara terus-
menerus. Hal ini cenderung untuk terjadi transmisi global. Pada populasi di
usia sehingga dewasa pada umunya telah imun. Daerah dengan transmisi
3.3 Patofisiologi
oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang
yang khas pada DBD yang bisa mengarah pada kondisi renjatan. Renjatan itu
disebabkan karena kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada
demam dengue hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis demam dengue timbul
akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam
22
peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama
2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai.
menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag
lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-
sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga
mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah
merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise
dan gejala lainnya. Dapat terjadi manifetasi perdarahan karena terjadi agregasi
ringan. Teori virulensi dapat dihipotesiskan sebagai berikut : Virus dengue seperti
juga virus binatang yang lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan
sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh
nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat
menyebabkan kematian terjadi sebagai akibat serotipe virus yang paling virulen.
terdapat antibodi yang spesifik terhadap jenis virus tertentu maka antibodi tersebut
dapat mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi terdapat dalam tubuh
23
merupakan antibodi yang tidak dapat menetralisasi virus, justru dapat
menimbulkan penyakit yang berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya
akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk
enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi
virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai respon terhadap infeksi tersebut,
pada seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu
24
beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan
menghasilkan titer tinggi antibodi IgG antidengue. Disamping itu, replikasi virus
terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya
Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari
30% dan berlangsung selama 24 –48 jam. Perembesan plasma yang erat
terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura dan asites). Syok yang
tidak tertanggulangi secara adekuat akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang
dapat berakibat fatal, oleh karena itu pengobatan syok sangat penting guna
pada DBD. Agrerasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks
banyak, tidak berfungsi dengan baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan
mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh
26
Belum ada panduan yang dapat diterima untuk mengenal awal infeksi virus
dengue (WHO Scientific Working Group, 2006). Perbedaan utama antara demam
dengue dan DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma
(Suhendro, 2006).
Demam Dengue
Ditegakkan bila terdapat dua atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala,
demam dengue/ demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
hipoproteinemia
3.5 Penatalaksanaan
10-15 mg/kgBB/dosis yang dapat diulang setiap 4-6 jam bila demam.
putih atau teh, namun lebih baik jika diberikan cairan yang mengandung
elektrolit seperti jus buah, oralit, air tajin. Tanda kecukupan cairan adalah
Pasien diharuskan untuk kembali berobat (kontrol) setiap hari hal ini
mengingat tanda dan gejala demam berdarah dengue (DBD )pada fase awal
sangat menyerupai DD. Oleh karena itu pasien dengan diagnosis klinis DD
yang ditegakan pada saat masuk, baik yang kemudian diperlakukan sebagai
pasien rawat jalan maupun rawat inap, masih memerlukan evaluasi lebih
lanjut apakah hanya DD atau merupakan DBD fase awal. Pasien DD,
dehidrasi akibat asupan yang kurang misal karena timbul muntah, pendarahan
berat. Dengan kontrol setiap hari dapat diketahui pasien hanya menderita DD,
timbul selama rawat jalan, orang tua diminta untuk memantau kondisi anak,
bila ditemukan tanda bahaya (warning sign) harus segera kembali ke rumah
a) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air
tiap 6 jam.
cairan.
30
d) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai
31
Gambar 3.5.2 Penatalaksanaan DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan
hematokrit.
32
a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok Grade III
33
b. Kriteria KRS
terapi antipiretik
3.6 Prognosis
oleh adanya antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada
DBD, kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan
intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok
34
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis, Ibu pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat panas sejak
tanggal 23 Oktober 2021 (4 hari sebelum MRS), Ibu pasien mengatakan saat itu
anaknya mendadak panas tinggi. Panas naik turun saat diminumkan obat penurun
panas, suhu nya turun tapi beberapa jam kemudian kembali naik. Ibunya juga
mengatakan mual, muntah, nafsu makan dan minum berkurang, ruam merah pada
Muntah : muntah pada hari keempat sakit. Muntah-muntah kurang lebih 4 kali
sehari sebanyak 1 gelas, tidak ada sisa makanan dan tidak ada darah.
Perut membesar dan teraba keras pada hari kedua MRS disertai sesak, kemudian
NGT dan didapatkan adanya darah yang terlihat pada selang NGT sebanyak 50cc,
BAB normal, BAK normal. Makan dan minum pasien berkurang tidak seperti
biasanya, batuk (+), pilek (+), telinga keluar cairan (-), kejang (-).
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan penderita yang masih tampak
sedikit kesakitan dan agak lemas, didapatkan nadi 124 x/menit reguler, amplitudo
(paracetamol), status gizi pasien ini menunjukkan keadaan gizi baik yakni 115%.
35
Pada pemeriksaan abdomen tampak distended, bising usus menurun, nyeri tekan
(+). Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan ptekie (+), rumple leed (tidak
dilakukan)
Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam. Pada kasus Dengue
36
DAFTAR PUSTAKA
37