Anda di halaman 1dari 19

Tinjauan Tentang Pengaruh Bisnis Perjalanan Wisata di

Kota Medan Terhadap Peningkatan Tenaga Kerja

PROPOSAL PENELITIAN

oleh

Yola Bedyanina Barus


1905121019

PROGRAM STUDI BISNIS PERJALAN WISATA


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2022
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tenaga Kerja
2.1.1 Klasifikasi Tenaga Kerja
2.1.2 Permintaan Tenaga Kerja
2.1.3 Pengertian Tena
2.2 Pengertian Bisnis
2.2.1 Tujuan Bisnis
2.2.2 Jenis- Jenis Bentuk Bisnis
2.3 Bisnis Perjalanan Wisata
2.3.1 Faktor Perjalanan Wisata
2.4 Kerangka Berfikir
2.5 Hipotesis
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
3.2 Metode Penelitian
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
3.5 Jenis dan Sumber Data
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN
4.1 Gambaran Umum Kota Medan
4.2 Pengolahan Data
4.3 Analisis Data
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan ekonomi yang
dilakukan oleh negara-negara berkembang, dengan tujuan antara lain untuk menciptakan
pembangunan ekonomi secara merata. Kusumowindo (2001) memberikan pengertian tenaga
kerja sebagai berikut: tenaga kerja adalah jumlah semua penduduk dalam suatu negara yang
dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja, mereka pun
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Kesempatan kerja menurut Simanjuntak (2005) bahwa besarnya permintaan perusahaan akan
tenaga kerja pada dasarnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
perusahaan tersebut Salah satu usaha untuk meningkatkan kesempatan kerja adalah melalui
pembangunan di sektor bisnis perjalanan wisata. Pengembangan bisnis perjalanan wisata
diharapkan menjadi salah satu penghasil devisa yang diandalkan di luar migas. Oleh karena itu
dalam rangka pengembangan bisnis perjalanan wisata , perlu ditingkatkan upaya dalam bentuk
industri kepariwisataan, baik oleh pemerintah, semua jajaran terkait seperti Departemen Seni dan
Budaya, Dinas Pariwisata, dan Perusahaan Swasta yang bergerak dibidang industri pariwisata.

Oleh karena itu, Pembangunan bisnis perjalanan wisata terus ditingkatkan dan dikembangkan
untuk memperbesar penerimaan devisa negara, untuk memeratakan kesempatan usaha dan
lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.

Dilihat dari perkembangannya, bisnis perjalanan wisata akan memberikan dampak yang positif
bagi setiap negara karena pada saat ini banyak sekali negara yang menjadikan bisnis perjalanan
wisata sebagai salah satu andalan dalam menghasilkan devisa Negara. Upaya tersebut dapat
dilakukan melalui kerja sama pemerintah dan swasta serta pebisnis travel, maka berbagai
kebijaksanaan seperti promosi, mutu pelayanan, dan mutu obyek wisata melalui kerja sama
sektoral secara terpadu dilaksanakan upaya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing dan
domestic yang dampaknya diharapkan akan memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha.

Pengembangan bisnis perjalanan wisata yang diprogramkan baik oleh pemerintah maupun
swasta akan diarahkan kepada usaha peningkatan jumlah kunjungan wisatawan karena
merupakan sumber pendapatan yang cukup signifikan. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan
yang berkunjung ke daerah secara positif mempengaruhi tingkat kesempatan kerja khususnya
dibidang bisnis perjalanan wisata. Oleh karena itu sektor bisnis perjalanan wisata perlu didukung
oleh beberapa sector penunjang seperti bidang transportasi, bidang akomodasi serta pelayanan
dalam hal ini sektor hotel dan restoran.

1.2 Rumusan Masalah

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak destinasi
wisata. Salah satunya adalah Danau Toba merupakan daerah wisata yang memiliki daya atraktif
yang tinggi di kawasan Asia. Selain Danau Toba masih banyak destinasi wisata yang tidak kalah
menarik untuk di kunjungi seperti, Berastagi, Bukit Lawang (Hutan Lindung), Pulau Nias
( Pantai Selancar) dan masih banyak lainnya.
Secara umum Kota Medan merupakan titik tumpu keberangkatan dan kepulangan wisatawan ke
dan dari destinasi wisata di Sumatera Utara sehingga bisnis perjalanan wisata berpeluang besar
untuk menyerap tenaga kerja di Kota Medan. Jika dibandingkan dengan Negara Thailand yang
memiliki gdp 20,6% dan Malaysia sementara di Indonesia hanya memiliki gdp 4,3% dan di
Sumatera Utara sekitar 2-3%. Dari perbandingan ini dapat dirumuskan masalah bahwa bisnis
perjalanan wisata belum mampu menyerap tenaga kerja secara signifikan yang pada gilirannya
mampu meningkatkan gdp daerah.

1.3 Tujuan Penelitian

Agar bisnis perjalanan wisata mampu menyerap dan meningkatkan tenaga kerja sebanyak-
sebanyaknya, mengingat penambahan tenaga kerja di sector lain memiliki peluang yang sangat
sedikit. Sebagai contoh : bidang properti memiliki proyek baru tenaga kerjanya hanya berpindah
tempat dari proyek sebelumnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak baik untuk kegiatan
operasional maupun pengembangan ilmu.

1. Pemerintah Daerah

Diharapkan dapat memberikan manfaat maupun masukan-masukan yang berharga bagi


Pemerintah Daerah untuk menggalakkan wisata di Kota Medan.

2. Pihak lain

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat bermanfaat bagi pihak lain sehingga
mengetahui seberapa besar peranan bisnis perjalanan wisata dalam meningkatkan penyerapan
tenaga kerja setempat.

3. Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai peranan sektor bisnis perjalanan
wisata dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja daerah melalui penerapan ilmu dan teori
yang penulis peroleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya kedalam teori penelitian ini
sehingga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

4. Peneliti lain

Sebagai sumber masukan dan bahan referensi maupun bahan pertimbangan bagi mereka yang
menjadikan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai peranan sektor bisnis perjalanan wisata
dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan dapat dijadikan sumber pembanding dalam
penelitian dengan tema yang sama.

BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.18 Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja Sedangkan menurut DR
Payaman Siamanjuntak dalam bukunya “Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia” tenaga
kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan
yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara praksis
pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya dibedakan oleh batas umur.19
Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu individu yang sedang mencari atau sudah
melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah memenuhi persyaratan
ataupun batasan usia yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang bertujuan untuk
memperoleh hasil atau upah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

2.1.1 Klasifikasi Tenaga Kerja

Klasifikasi adalah penyusunan bersistem atau berkelompok menurut standar yang di


tentukan.20 Maka, klasifikasi tenaga kerja adalah pengelompokan akan ketenaga kerjaan yang
sudah tersusun berdasarkan kriteria yang sudah di tentukan. Yaitu:

A. Berdasarkan penduduknya
1) Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja
jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang
dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan
64 tahun.

2) Bukan tenaga kerja


Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun
ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka
adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas
64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
20Pius Partanto dkk, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 2001), hal 345 21

B. Berdasarkan batas kerja


1) Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari
pekerjaan.

2) Bukan angkatan kerja


Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya
bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah
dan mahasiswa, para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela.

C. Berdasarkan kualitasnya
1) Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam
bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya:
pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

2) Tenaga kerja terlatih


Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan
melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang
sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan
lain-lain.

3) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih


Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

2.1.2 Permintaan Tenaga Kerja

Menurut Sumarsono, tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup
bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun
anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka yang sesungguhnya
bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak
ada kesempatan kerja. Tenaga kerja mencangkup penduduk yang sudah bekerja, sedang mencari
pekerjaan dan yang melakukan pekerjaan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Aris Ananta, mendefinisikan permintaan tenaga kerja sebagai sebuah daftar berbagai alternatif
kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia yang berhubungan dengan tingkat
gaji. Sudarsono, menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu.

Biasanya permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain naik turunnya
Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009), Ananta, Masalah Penyerapan Tenaga Kerja, Prospek dan Permasalahan
Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Sinar Harapan, 2008), hlm. 78. permintaan pasar akan hasil
produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi dan
harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi.16
Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang
dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu memberikan kepuasan (utility) kepada
konsumen tersebut.

Akan tetapi pengusaha mempekerjakan seseorang itu membantu memproduksikan barang atau
jasa untuk dijual kepada masyarakat.17 Dengan kata lain, permintaan pengusaha terhadap tenaga
kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya.
Permintaan tenaga kerja yang seperti ini disebut derived demand. Dalam proses produksi, tenaga
kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari apa yang telah dilakukannya, yaitu
berwujud upah, sehingga pengertian permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah
tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya serap tenaga kerja antara lain:

1) Kemungkinan substitusi tenaga kerja dengan sektor produksi yang lain, misalnya modal
2) Elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan
3) Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi
4) Elastisitas persediaan faktor produksi pelengkap lainnya
Pertama, semakin kecil kemungkinan mensubtitusikan modal terhadap tenaga kerja, semakin
kecil elastisitas yang tergantung juga dari teknologi. Bila suatu jenis produksi menggunakan
modal dan tenaga kerja dalam perbandingan tetap maka perubahan tingkat upah tidak
mempengaruhi permintaan akan tenaga kerja paling sedikit dalam jangka pendek. Elastisitas
akan semakin kecil bila keahlian atau keterampilan golongan tenaga kerja semakin tinggi dan
semakin khusus. Kedua, membebankan kenaikan tingkat upah kepada konsumen dengan
menaikkan harga jual barang hasil produksi di pasar. Kenaikan harga jual ini menurunkan jumlah
permintaan masyarakat akan hasil produksi yang selanjutnya akan menurunkan jumlah tenaga
kerja. Semakin besar elastisitas permintaan terhadap barang hasil produksi maka semakin besar
elastisitas permintaan akan tenaga kerja. Ketiga, elastisitas permintaan akan tenaga kerja relative
tinggi bila proporsi biaya karyawan terhadap biaya produksi secara keseluruhan juga besar.

2.2 Pengertian Bisnis

Banyak ahli yang memberikan pengertian tentang bisnis diantaranya adalah seperti yang tersebut
dibawah ini:
a. Ebert Driffin (2001)
Bisnis adalah Suatu organisasi yang menghasilkan barang dan/atau jasa yang kemudian dijual
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan (profit).
b. Erni dan Ernawan (2007:11)
Bisnis sebagai kegiatan manusia dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan
mendistribusikan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.
c. Steinhoff dalam Budiarta (2010)
Bisnis merupakan seluruh aktivitas yang mencakup pengadaan barang dan jasa yang diperlukan
atau diinginkan oleh konsumen.
d. (Hughes dan Kapoor, 2010)
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual
barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.”
Merujuk pada uraian tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa arti inti dari
pengertian bisnis adalah sebagai berikut:
a. Bisnis dijalankan oleh orang perorangan secara individu atau sekelompok orang yang
membentuk sebuah institusi.
b. Seseorang dan institusi bisnis yang mengorganisasikan berbagai sumber daya yang tersedia
untuk mendukung proses bisnis.
c. Dalam prosesnya disnis membuat dan menyalurkan produk baik barang ataupun jasa tertentu.
d.Barang-barang dan jasa yang dihasilkan tersebut dibutuhkan oleh masyarakat secara umum.

Keuntungan mendorong seseorang atau institusi untuk berbisnis dan melakukan perluasan atas
bisnisnya. Keuntungan atau laba usaha merupakan penghargaan yang didapatkan oleh seorang
pengusaha atas pengorbanan modal dan waktu yang telah ia kerjakan. Suatu kegitan bisnis dapat
dikatakan baik apabila dapat menguntungkan lingkungan sekitarnya, misalkan: memproduksi
barang dan atau jasa yang dibutuhkan masyarakat, menciptakan produk dengan inovasi-inovasi
terbaru, memberikan support kepada lembagalembaga sosial, dan menyediakan lapangan
pekerjaan. Bisnis yang buruk adalah bisnis yang merusak lingkungan, misalnya pencemaran dan
melakukan praktik-praktik tidak sehat hanya untuk mencapai kepentingan pribadi beberapa
pemangku kepentingan (stakeholders) saja. Menurut tingkat kepentingan dan keterlibatan dalam
aktivitas usaha, Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam bisnis digolongkan menjadi:

a. Pemodal atau investor adalah para pihak yang menyediakan modal untuk mendukung kegiatan
operasional dan segala aktivitas organisasi sehingga organisasi usaha dapat berjalan dengan
lancar.
b. Manajemen adalah orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk menjalankan dan
mengelola organisasi sehingga organisasi akan mencapai visi dan misi yang telah direncanakan
oleh pemilik usaha.
c. Sumber daya manusia (SDM) adalah merupakan pengelola kegiatan produksi perusahaan
untuk menghasilkan barang dan jasa dengan berkualitas tinggi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen.
d. Konsumen adalah pengguna produk baik barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Konsumen merupakan sekelompok orang yang berpotensi akan menggunakan produk atau jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan.

2.2.1 Tujuan Bisnis

Tujuan dari bisnis tidak hanya bermaksud untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen.
Tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku bisnis akan sangat beragam. Aktivitas orang atau lembaga
berdasarkan motifnya dapat dibagi menjadi orang atau lembaga yang memiliki motif sosial
(nirlaba) dan motif mencari laba (komersial). Secara garis besar bisnis memiliki dua tujuan
pokok sebagai berikut:

a. Tujuan Umum
Bisnis memiliki tujuan memperoleh laba, pangsa pasar atau segment tertentu, dan tercapainya
keberlanjutan usaha (going concern).
b. Tujuan Khusus
Bisnis memiliki tujuan khusus yang berbeda-beda tergantung dari apa yang akan di targetkan
oleh sipemilik. Tujuan khusus ini dapat berupa: menciptakan good image, kualitas produk
terbaik, pelayanan tercepat, keramahan, jangkauan yang luas, menciptakan produk best seller,
menjual produk dengan harga termurah, menghasilkan produk dengan suku cadang terlengkap,
dan lain-lain. Selain itu, berikut dijelaskan beberapa tujuan lain dari adanya organisasi bisnis,
yaitu sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan serta keinginan dari pelanggan. Contohnya produk sepeda motor untuk
sarana transportasi yang mudah dan fleksibel.
b. Menghasilkan laba. Setiap organisasi bisnis yang didirikan pada akhirnya akan berorintasi
pada pencapaian kemakmuran yang akan di dapatkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam binsis
dalam bentuk penghasilan yang berkelanjutan.
c. Keberlanjutan usaha adalah stategi dimana setiap bisnis akan selalu berusaha
menumbuhkembangkan core bisnisnya dalam rangka agar usaha tetap bertahan dalam waktu
lama (going concern). Contoh PT Perkebunan Nusantara yang melakukan reboisasi dan
penghijauan kembali hutan untuk tujuan kelestarian usaha dimasa datang.
d. Mengantisipasi berbagai risiko. Contoh bisnis ini seperti jasa kemanan, lembaga asuransi.
e. Corporate Social Responsibility (CSR) atau pertanggungjawaban sosial. Kini telah banyak
bisnis yang mulai peduli terhadap kondisi lingkungan sosial sekitar perusahaan selain mengejar
keuntungan semata.
f. Melindungi kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
g. Mendukung pelaksanaan hukum dan pemerintah.

2.2.2 Jenis-jenis Bentuk Bisnis

Didalam sebuah perekonomian Negara terdapat beragam jenis usaha, dari keberagaman
tersebut berdasarkan pada kegiatan usahanya bisnis dapat dikeompokan menjadi 6 jenis usaha
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Sektor agraris
Sektor usaha agraris merupakan sektor usaha yang paling banyak dijumpai di Indonesia hal ini
dikarenakan kebanyakan rakyatnya bergelut pada bidang usaha seperti pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan. Sektor pertanian adalah suatu kegiatan usaha yang memanfaatkan
lahan untuk bercocok tanam baik untuk kebutuhan rumah tangga atau industri. Lokasi usaha
pertanian biasanya dilakukan di sawah, lading, kebun, dan tegalan. Usaha lain yang tergolong
kedalam kegiatan usaha di bidang agraris adalah perkebunan, peternakan, dan perikanan. Usaha
perkebunan umumnya dikelola oleh masyarakat dan pemerintah. Perkebunan yang dikelola oleh
masyarakat biasanya dilakukan di lahan pribadi. Sedangkan perkebunan yang dikelola oleh
pemerintah menggarap lahan milik negara seperti PT Perkebunan Nusantara. Lalu usaha lainnya
adalah sektor peternakan dan perikanan. Peternakan adalah usaha yang membudidayakan hewan
ternak untuk dikonsumsi. Ditinjau dari segi pengelolaannya, usaha peternakan digolongkan
menjadi peternak hewan kecil, peternak hewan besar, dan peternak unggas. Sementara itu, usaha
perikanan digolongkan menjadi usaha perikanan air tawar dan perikanan air laut.

b. Sektor perindustrian
Aktifitas Industri merupakan kegiatan untuk menghasilkan barang dari pengelolahan bahan baku
menjadi barang setengah jadi dan kemudian diolah kembali menjadi barang jadi. Usaha di bidang
industri juga merupakan bagian kegiatan untuk menghasilkan nilai tambah (value added) atas
barang sehingga barang tersebut akan menghasilkan laba. Penggolongan jenis industri menurut
jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh usaha adalah sebagai berikut :
1) Sektor rumah tangga, adalah jenis industri yang berskala rumahan dan tidak memerlukan
tempat usaha yang luas karena cukup dikerjakan di lingkungan rumah dan biasanya sektor ini
memiliki jumlah pegawai antara 1 sampai dengan maksimal 5 orang.
2) Sektor usaha kecil, adalah jenis industri yang memiliki jumlah pegawai antara 6 sampai
dengan 19 orang.
3) Sektor usaha sedang, adalah jenis industri yang memiliki jumlah pegawai antara 20 sampai
dengan 99 orang.
4) Sektor usaha besar, adalah jenis industri yang memiliki jumlah pegawai lebih dari 100 orang.
Menurut jenisnya, sektor industri digolongkan menjadi industri kecil, aneka industri, industri
kimia dasar, dan industri mesin dan logam dasar.

c. Sektor perdagangan
Bidang perdagangan adalah bidang yang kegiatan utamanya melakukan transaksi jual beli barang
dagangan baik barang ataupun jada dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba
usaha. Uang dijadikan sebagai alat tukar yang digunakan dalam transaksi jual beli. menurut
jumlah barang yang diperjualbelikan, usaha sektor perdagangan digolongkan kedalam:
1) Pedagang kecil, seperti toko kelontong, kios, dan pedagang kaki lima.
2) Pedagang menengah, seperti agen dan distributor.
3) Pedagang besar, pedagang yang lingkup usahanya sudah melakukan perdagangan
internasional dalam hal ekspor dan impor.

d. Sektor jasa
Adalah usaha yang bergerak dalam bidang pelayanan dengan menyediakan jasa-jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat pengguna, dengan mengharapkan imbalan atas jasa yang telah
diberikan. Berbagai bentuk dan jenis usaha jasa telah berkembang luas di masyarakat. Usaha ini
tidak menghasilkan barang, akan tetapi memberikan suatu layanan yang dibutuhkan oleh orang
lain. Misalnya: bimbingan belajar, rumah sakit, transportasi, pelatihan, dll.

e. Sektor pertambangan
Usaha disektor ini merupakan usaha yang sangat menguntungakan bagi perekonomian Negara
karena hasil yang didapat dapat menyubang pada pendapatan Negara secara signifikan. Hasil
pertambangan selain digunakan didalam negeri juga untuk di ekspor ke luar negeri jika
kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi. Kegiatan explorasi pertambangan biasanya dikerjaan
oleh pihak pemerintah lewat perusahaan BUMN. Contoh: penambangan batu bara, minyak bumi,
gas alam, emas dan galian mineral. Namun, ada juga pertambangan yang dilakukan swadaya
oleh masyarakat, contohnya pertambangan pasir dan bebatuan untuk bahan bangunan. Galian
tersebut biasanya dilakukan oleh masyarakat di tanah miliknya.

f. Sektor pariwisata
Bidang pariwisata adalah usaha yang memanfaatkan alam sebagai daya tarik wisatawan, tatanan
sosial dan budaya masyarakkat, senirupa, adat, kesenian daerah dan hasil kreativitas obejk
wisata. Daerah wisata mendapatkan keuntungan dari hasil kunjungan wisatawan berupa
penjualan tiket masuk. Masyarakat sekitar memperoleh penghasilan dari pelancong yang
mengunjungi tempat wisata dan berbelanja di wilayah tersebut. Sehingga pariwisata mampu
menjadi penggerak roda perekonomian di daerah tujuan wisata.

Jika dilihat dari sektornya, maka bisnis dibagi menjadi 2 sektor, yaitu:
a. Sektor Informal
Sektor usaha informal adalah salah satu jenis usaha yang paling banyak kita jumpai di
masyarakat. Bentuk usaha yang ini banyak ditekuni oleh masyarakat yang kurang didalam
pendidikan, redah modal, dikerjakan oleh masyarakat ekonomi bawah dan biasanya tidak
mempunyai tempat usaha tetap. Sektor usaha informal terbuka bagi siapa saja yang ingin
memulai dan mudah didalam pendiriannya, sehingga jika dilihat dari jumlahnya yang ada
didalam sebuah perekonomian sangat sulit untuk dikalkulasikan, sehingga dengan banyaknya
jenis usaha ini akan dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran.
b. Sektor Formal
Sektor Usaha Formal adalah sektor usaha yang mendapat izin dari pejabat berwenang dalam
bentuk akta pendirian dari notaris dan terdaftar di kantor pemerintahan dalam bentuk pengesahan
akta notaris di hadapan kementrian hukum dan hak azasi manusia. Badan usaha formal apabila
dilihat dari sisi pajak maupun kantor kementrian perdagangan dan perindustrian akan terdaftar
nama perusahan dan klasifikasi dari jenis usaha yang dijalankan. Adapun ciri-ciri dari usaha
yang dikategorikan dalam sektor formal adalah sebagai berikut:
1) Mengantongi izin resmi dari pemerintah baik itu SIUP, TDP, Domisili, Akta, NIB dan
dokumen lainnya sesuai jenis usaha.
2) Dalam aktifitas transaksi bisnis yang dilakukannya biasanya akan dikenakan pajak, baik itu
pajak penghasilan ataupun pajak pertambahan nilai.
3) Biasanya beroperasi di daerah sentral bisnis seperti diperkotaan.
4) Telah menggunakan sistem akuntansi yang profesional.
5) Biasanya membutuhkan modal yang cukup besar jika dibandingkan dengan sektor informal.

2.3 Bisnis Perjalanan Wisata

Semakin meningkatnya orang orang yang melakukan perjalanan wisata itu menuntut pula
peningkatan pelayanan yang harus diberikan Biro Perjalanan. Dengan kata lain diperlukan
peningkatan pelayanan pengatur perjalanan wisata yang lebih baik dan semuanya ini sangat
tergantung pada sumber daya manusia yang profesional yang mengelolanya Persaingan dalam
bidang pariwisata yang semakin ketat, membuat perusahaan berusaha mencari strategi bisnis
yang tepat dalam memasarkan produknya, minat jual beli diperoleh dari suatu proses belajar dan
proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat pembelian ini menciptakan suatu
motivasi yang terus terekam dalam benak konsumen dan menjadi suatu keinginan yang kuat.
Pesaingan dalam dunia bisnis di era globalisasi menuntut perusahaan harus mampu bersikap dan
bertindak cepat dan tepat dalam menghadapi persaingan di lingkungan bisnis yang bergerak
sangat dinamis dan penuh dengan ketidakpastian.

Untuk menjadikan perusahaan biro pejalanan yang kuat dan berkembang, maka perusahaan
harus mempunyai langkah-langkah agar dapat bersaing dengan perusahaan biro perjalanan yang
lain. Dengan usaha dan semangat kerja yang tinggi maka dengan sendirinya akan memotivasi
seluruh jajaran sistem usaha untuk pro-aktif berusaha menjadi yang terbaik dalam menjaga
kepuasan pelanggan.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Bab 1, Pasal 1 tentang Kepariwisataan, pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Wardiyanto
(2011:3), mengemukakan bahwa secara etimologis kata “pariwisata” diidentikan dengan kata
“travel” dalam bahasa inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari
suatu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini
pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu
atau kelompok dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan
untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan Yoeti (1996:118), menjelaskan bahwa pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu
tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk usaha atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan
rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2.3.1 Faktor Perjalanan Wisata

Perceived Culture Differentiation


Menurut Oliver (1980 dalam Huang dan Chiu 2006), perceived culture differences adalah
perasaan atau anggapan wisatawan akan seberapa menariknya kebudayaan yang ditampilkan dan
dialami di tempat tujuan wisata. Hal ini dapat ditunjukan dari produk atau feature dari
kebudayaan, karakteristiknya, warisan, ataupun acara-acara dan atraksi kebudayaan yang
ditampilkan. Oliver (1980) juga menjelaskan bahwa perbedaan budaya yang dirasakan
(pengalaman) merupakan suatu pengaruh yang subtansial pada persepsi aktual. Sementara itu,
berdasarkan pada paradigma diskonfrimasi, kualitas hubungan merupakan hasil dari proses
evaluasi dimana para wisatawan membandingkan ekspektasi mereka tentang seberapa menarik
budaya dari tempat tujuan wisata tertentu yag diharapkan akan menyajikan pengalaman aktual
terkait dengan budaya. Menurut Yoeti (1997:1), Indonesia pada dasarnya mengembangkan
konsep pariwisata budaya (cultural tourism). Konsep ini menggunakan potensi seni dan
Seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepinya
terhadap sesuatu. Dua orang yang memiliki motif sama namun dengan persepsi yang berbeda
bisa menghasilkan keputusan yang berbeda pula. Persepsi ini tidak hanya tergantung
padarangsangan fisik, tetapi juga rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan
keadaan individu yang bersangkutan. budaya yang kita miliki, mulai dari bangunan, cendera
mata, bahan-bahan promosi, makanan dan minuman.

Sedangkan menurut Pendit (1994:79), secara lebih spesifik, hal-hal yang dapat diteliti dari daya
tarik pariwisata dalam hal sosio budaya antara lain :
1. Adat istiadat : Pakaian, makanan dan tata cara hidup daerah, pesta rakyat.
2. Seni bangunan
3. Pentas, pagelaran, dan festival : Gamelan, musik, seni tari, dan lainnya.
4. Pameran, pekan raya.
5. Sejarah (peninggalan purbakala) : Bekas istana, tempat ibadah, legenda

Perceived Safety
Menurut Awaritefe (2003), perceived safety adalah perasaan atau anggapan wisatawan dimana
tidak terlalu beresiko dan merasa lebih aman saat berpergian ke destinasi wisata. Perasaan ini
bisa muncul berdasarkan pengalaman perjalanan wisatawan sebelumya baik ke destinasi yang
sama atau berbeda. Wisatawan dapat mudah diserang sebagai korban kejahatan. Hal ini karena
wisatawan merupakan target mudah dari tindak kriminal terutama mereka yang berada di tempat
dan waktu yang salah. Kemudian saat kejadian tersebut diangkat oleh media dan dapat
mempengaruhi persepsi dan perasaan wisatawan secara umum terhadap destinasi tersebut.
Garafalo (1979), menyimpulkan bahwa ketakutan wisatawan bisa disebabkan oleh beberapa
sumber, antara lain pengalaman pribadi mereka, diskusi dengan teman dan kerabat, ulasan oleh
media massa (televisi, internet, koran, Sedangkan menurut Pendit (1994:79), secara lebih
spesifik, hal-hal yang dapat diteliti dari daya tarik pariwisata dalam hal sosio budaya antara lain :
1. Adat istiadat : Pakaian, makanan dan tatacara hidup daerah, pesta rakyat.
2. Seni bangunan
3. Pentas, pagelaran, dan festival : Gamelan, musik, seni tari, dan lainnya.
4. Pameran, pekan raya.
5. Sejarah (peninggalan purbakala) : Bekas istana, tempat ibadah, legenda.

Perceived Safety
Menurut Awaritefe (2003), perceived safety adalah perasaan atau anggapan wisatawan dimana
tidak terlalu beresiko dan merasa lebih aman saat berpergian ke destinasi wisata. Perasaan ini
bisamuncul berdasarkan pengalaman perjalanan wisatawan sebelumya baik ke destinasi yang
sama atau berbeda. Wisatawan dapat mudahdiserang sebagai korban kejahatan. Hal ini karena
wisatawan merupakan target mudah dari tindak kriminal terutama mereka yang berada di tempat
dan waktu yang salah. Kemudian saat kejadian tersebut diangkat oleh media dan dapat
mempengaruhi persepsi dan perasaan wisatawan secara umum terhadap destinasi tersebut.
Garafalo (1979) menyimpulkan bahwa ketakutan wisatawan bisa persepsi mengenai tingkat
kriminalitas saat itu, serta persepsi mereka terhadap efektifitas polisi di destinasi tersebut.
George (2003:575-578), menjelaskan bahwa keamanan pribadi menjadi faktor besar dalam
proses pengambilan keputusan dalam memilih perjalanan. Jika wisatawan merasa tidak aman
atau terancam saat berlibur di destinasi wisata, mereka dapat membangun pandangan yang
negatif terhadap suatu destinasi. Hal ini berdampak buruk bagi industri pariwisata dan dapat
terjadi penurunan jumlah wisatawan di area tersebut. Secara spesifik hal ini dapat terjadi jika :
1. Wisatawan yang potensial memutuskan untuk tidak mengunjungi destinasi tersebut karena
memiliki reputasi tingkat kriminalitas yang tinggi.
2. Wisatawan merasa destinasi wisata tidak aman, sehingga mereka tidak beraktivitas di luar
fasilitas akomodasi mereka.
3. Wisatawan yang merasa terancam atau tidak aman, memilih tidak kembali ke destinasi
tersebut dan tidak suka merekomendasikan kepada orang lain.

Perceived Convenient Transportation


Hadinoto (1996:34), menjelaskan bahwa transportasi memiliki dampak besar pada volume dan
lokasi pengembangan pariwisata. Agar pariwisata bisa berkembang, maka suatu destinasi harus
assessible (bisa didatangi). Pengaturan perjalanan nyaman, komparatif ekonomis dari pasar
wisata ke destinasi harus ada atau harus tidak ada. Jarak waktu terbaik dari perjalanan darat dari
gateway (pintu gerbang) sampai di hotel maksimal 2 jam. Karena waktu kedatangan dan
keberangkatan dari

destinasi itu sangat penting dan harus menyenangkan wisatawan, maka kawasan dan
menyenangkan pula. Menurut Awaritefe (2003), convenient transportation atau kenyamanan
transportasi bagi wisatawan tidak hanya destinasi harus selalu dekat dengan bandara
internasional, namun juga terkait dengan waktu yang dihabiskan dari bandara ke tempat tujuan;
akses ke lokasi-lokasi wisata; kesanggupan memenuhi kebutuhan spesial manula, orang cacat,
ataupun anak kecil dan kemudahan mendapatkan tempat penyewaan mobil; serta kemudahan
untuk mengerti sistem transportasi yang ada. Kenyamanan transportasi ini menurut Huang dan
Chiu (2006) didefinisikan sebagai efisiensi atas transportasi yang diambil untuk memastikan
wisatawan mendapatkan jasa transportasi dalam tingkatan yang wajar.
Kepercayaan (Trust)
Mangan dan Collins (2002 dalam Huang dan Chiu 2006), menjelaskan bahwa kepercayaan
didefinisikan sebagai keinginan untuk bersandar pada tempat tujuan wisata yang sangat diminati
atau keyakinan pada berbagai aktivitas wisatawan di tempat tujuan wisata yang terpercaya.
Kepercayaan merupakan sarana menuju komitmen dan hubungan yang lebih jauh yang
bermanfaat penting bagi kedua belah pihak yang saling percaya (Morgan dan Hunt, 1994).
Dilanjutkan menurut Gronroos (1994) bahwa sumber daya yang dimiliki oleh penjual, seperti
SDM, teknologi dan sistem, harus dapat digunakan sedemikian rupa sehingga konsumen
memiliki kepercayaan pada sumber daya tersebut. Dengan demikian, kepercayaan perusahaan
akan semakin terpelihara dan semakin kuat. Pada suatu studi mengenai hubungan dalam industri
jasa, Moorman (1999) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan seseorang untuk
mengandalkan exchanged partneryang diyakininya. Definisi ini berarti perusahaan harus dapat
meyakinkan konsumen agar jasa yang diberikan dapat diandalkan. Lebih lanjut diungkapkan
bahwa memelihara dan memperkuat kepercayaan merupakan hal yang penting dalam kualitas
hubungan, khususnya untuk membina keberhasilan hubungan dalam jangka panjang.

Kepuasan (Satisfaction)
Kepuasan konsumen (wisatawan) telah menjadi konsep sentral dalam teori dan aplikasi
pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktifitas bisnis. Kepuasan konsumen
juga dipandang sebagai salah satu indikator terbaik untuk meraih laba di masa yang akan datang
(Fornell, 1992; Kotler, 2000). Fakta yang menunjukkan bahwa menarik konsumen baru lebih
mahal dari pada mempertahankan konsumen yang ada, juga menjadi pemicu meningkatnya
upaya untuk menjaga kepuasan konsumen. Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa
latin “satis” yang berarti cukup baik atau memadai dan “facio” yang berarti melakukan atau
membuat. Kepuasan merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi loyalitas. Semakin
tinggi tingkat kepuasan, maka loyalitas akan semakin tinggi. Pendapat tersebut ditegaskan oleh
Kotler (2006:23) yang mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa
seseorang yang berasal jasa, Moorman (1999) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan
seseorang untuk mengandalkan exchanged partneryang diyakininya. Definisi ini berarti
perusahaanharus dapat meyakinkan konsumen agar jasa yang diberikan dapat diandalkan. Lebih
lanjut diungkapkan bahwa memelihara dan memperkuat kepercayaan merupakan hal yang
pentingdalam kualitas hubungan, khususnyauntuk membina keberhasilan hubungan dalam
jangka panjang.

2.4 Kerangka Berpikir

Jika Pemerintah Daerah Kota Medan serius memberikan motivasi terhadap bisnis perjalanan
wisata maka dapat membuka ruang untuk berpeluang meningkatkan tenaga kerja

2.5 Hipotesis

Ada pengaruh keseriusan/kekurangpedulian Pemerintah Daerah Kota Medan terhadap bisnis


perjalanan wisata dalam hal peningkatan tenaga kerja
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Dinas Pariwisata kota Medan. Dinas
Pariwisata merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Industri Jasa Pariwisata berlokasi di
Medan. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode
penelitan yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Penelitian ini termasuk penelitian penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan suatu unit sosial baik individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.
Peneliti juga menggunakan penelitian kepustakaan (library reseach). Penelitian kepustakaan
adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) yaitu
penelitian yang bertujuan mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan penelaahan
terhadap beberapa buku, data jurnal, dan artikel.87 Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang berkaitan dengan ekonomi dan juga pariwisata, data Dinas Pariwisata, data
Badan Pusat Statistik (BPS), data Dinas Tenaga Kerja, yang berkaitan dengan data jumlah hotel
dan tenaga kerja yang terserap didalamnya dan juga data tentang biro perjalanan wisata beserta
tenaga kerja yang terserap didalamnya.

3.2 Metode Penelitian


Menurut Sugiyono Pengertian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan pengetahuan,
teori, untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia
(Sugiyono: 2012).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.Pengertian survey
adalah sebuah teknik riset atau penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data yang valid
dengan memberi batas yang jelas atas data kepada suatu obyek tertentu.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Untuk mengurangi dan menghindari terjadinya kekaburan dalam pembahasan, perlu untuk
memberikan pengertian atau definisi operasional dari masing-masing variabel yang dibahas.
Variabel-variabel tersebut adalah :

1. Jumlah Pengangguran di Sumatera Utara (Y) dalam penelitian ini adalah jumlah
pengangguran yang terdapat di Sumatera utara dalam Badan Pusat Statistika Sumatera Utara
2. Jumlah hotel (X1) adalah jumlah hotel di Kota Medan
3. Jumlah obyek wisata (X2) adalah jumlah obyek wisata di Sumatera Utara
4. Jumlah wisatawan (X3) adalah jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan
5. Tingkat pendapatan (X4) adalah penghasilan rata-rata per bulan dari tenaga kerja di

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2018: 117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan menurut Sekaran (2019 226),
“Populasi adalah sekumpulan individu, peristiwa atau hal yang menarik lainnya yang ingin
diteliti”. Berdasarkan definisi di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Medan Sumatera Utara yang jumlah penangguran selama 5 tahun terakhir
2016 – 2018 berjumlah 2.408 orang.

3.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2008:81) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi yang digunakan yaitu 586 orang. Agar sampel yang
diperoleh representative, peneliti menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan 10 %
(Husein Umar, 2005:120) yaitu sebagai berikut :

𝑛 =1 + 𝑁𝑒²

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Presentasi kelonggaran karena kesalahan pengambilan sampel yang masih
ditolelir (ketidaktelitian)

3.5 Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka dan data
kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka. Sumber data pada penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder berasal dari dokumentasi dan pencatatan dari Badan Pusat Statistik
tahun 2016-2018.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, dan
buku-buku, surat kabar, majalah dan Jurnal. Penulis menggunakan metode ini untuk
mendapatkan data- data yang bersumber pada dokumentasi tertulis yang sesuai dengan keperluan
penelitian. Dokumentasi untuk memperoleh data jumlah hotel dan tenaga kerja yang ada, jumlah
biro perjalanan wisata dan tenaga kerja yang ada yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Sumatera Utara dan Dinas Pariwisata Kota Medan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan
pencatatan dari data yang telah didokumentasikan oleh orang lain atau institusi lain sebelumnya
(Sugiyono, 2008: 45).
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya menumenal dari seseorang. Dokumen yang dimaksud adalah meliputi
data jumlah hotel, biro perjalana, obyek wisata dan tenaga kerja di kota Medan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran Umum Kota Medan

Sumatra Utara atau Sumatera Utara (disingkat Sumut) adalah sebuah provinsi di Indonesia
yang terletak di bagian Utara pulau Sumatra. Provinsi ini beribu kota di Kota Medan, dengan
luas wilayah 72.981,23 km2. Sumatra Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk
terbesar keempat di Indonesia, setelah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, dan
terbanyak di pulau Sumatra. Pada 30 Juni 2022 penduduk Sumatra Utara berjumlah 15.305.230
jiwa, dengan kepadatan penduduk 210 jiwa/km2.

Provinsi Sumatra Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas
daratan Provinsi Sumatra Utara 72.981,23 km². Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat, Kepulauan Nias. Pesisir timur
merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan
infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga
merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya.
Pada masa kolonial Hindia Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama
provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat
beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau
Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya
kepada danau ini. Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi
penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan
etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.

Terdapat 419 pulau di propisi Sumatra Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan
Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatra (Malaka). Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias
sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas
pantai pesisir barat di Samudra Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.

Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa.
Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan
Nias. Pulau-pulau lain di Sumatra Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego,
Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.

Di Sumatra Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser
dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun
2005, luas hutan di Sumatra Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan
Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan
Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang
dapat dikonversi seluas 52.760 ha. Dimana destinasi tersebut dapat dijadikan sebagai objek
wisata.

Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota
Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan sebagai
ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan tolok
ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa maka secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat dengan kota-
kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura.

4.2 Pengolahan Data

Analisa deskriptif adalah anailisis untuk pengolahan data dalam penelitian ini, dan digunakan
untuk mengambarkan data yang didapat berdasarkan metode sampel yang digunakan yaitu
purposive sampling Dari hasil olah data yang dilakukan dapat dijelaskan mengenai
variabelvariabel yang terdapat pada model regresi berganda. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini di dapatkan dari berbagai laporan tahunan yang disajikan oleh dinas terkait di Kota
Medan. Keseluruhan data yang didapat terdiri dari jumlah hotel, restoran, objek wisata dan
jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Berdasarkan data yang di dapat diharapkan dapat diketahui
sebagimana pengaruh industri pariwisata seperti hotel, restoran dan objek wisata terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kota Medan.

4.3 Analisis Data

Data Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Sumatera Utara tahun 2018

Data Jumlah Wisatawan


Januari 14999
Februari 17926
Maret 22055
April 18740
Mei 14744
Juni 14716
Juli 21650
Agustus 23430
September 19885
Oktober 18288
November 13571
Desember 21769
Total 221773

Dari data total jumlah wisatawan 221773 : 40 = 5.544,325 x 10


= 55.443,25

Dengan asumsi/ 40 dapat meningkatkan 10 tenaga kerja dengan keterangan sebagai berikut
40 wisatawan 1 transportasi x 2 tenaga kerja = 2 tenaga kerja
1 Hotel x 3 tenaga kerja = 3 tenaga kerja
1 Akomodasi makanan x 3 tenga kerja = 3 tenaga kerja
1 tour guide x 2 tenaga kerja = 2 tenaga kerja
10 tenaga kerja
Populasi yang digunakan 90 biro perjalanan wisata di kota medan dengan menggunakan sampel
secara random sebanyak 10% dari populasi yaitu 9 datanya sebagai berikut :

No Nama Travel Jumlah Wisatawan


1 Kings Star Tour and Travel Service 2464
2 Ravelino Wisata Tour and Travel 2603
3 Tri Jaya Tour and Travel 2370
4 PT. Sumatera Alam Wisata 2290
5 Sedona Holiday Tour and Travel 2436
6 Enjoy Holiday Medan 2600
7 Tiket Kita Bersama Sejahtera 2275
8 PT. Sukses Bersama Mitra Wisata 2698
9 Aurora Wisata Medan 2415

Populasi yang diambil data yaitu 90 biro perjalanan wisata di Kota Medan dengan sampel
(secara random) adalah 10% dari populasi yaitu 9 sampel. Rata rata dari 9 sempel tersebut adalah
2461 x 90 = 221490.
Berdasarkan asumsi maka dari 221490 wisatawan dapat diserap tenaga kerja yaitu
221490 : 40 = 5537,25 x 10 = 55372,5 tenaga kerja

Sedangkan di Sumatera Utara masih terdapat sejumlah 423.000 sehingga bisnis perjalananan
wisata di kota medan belum mampu menyerap tenaga kerja secara signifikan.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh yaitu jumlah biro perjalanan di Kota Medan,
Jumlah destinasi di Sumatera Utara jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja
dan jumlah pengangguran di Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa biro
perjalanan wisata di Kota Medan belum mampu menyerap tenaga kerja secara
signifikan.

5.2 Saran
Pemerintah dan pihak yang terkait harus lebih fokus untuk memanfaatkan dan
mengembangkan biro perjalanan di Kota Medan melalui destinasi yang ada di
Sumatera Utara sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih signifikan.
https://sumut.bps.go.id/indicator/6/53/1/jumlah-angkatan-kerja-15-tahun-keatas-menurut-kab-
kota.html

Anda mungkin juga menyukai