5. Manifestasi Klinik
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu
diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang
tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada Dugaan gejala terbentuknya disfungsi
otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan. Beberapa gejala, seperti
lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu
bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi
lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan
kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit.
Menurut Corwin (2019) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya
hematom.
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat.
f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan
intra cranium.
6. Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri yang
dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah
didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan
yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh
darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar
perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi,
perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang
menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan
kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang
dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila
aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi
penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala
ini masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari
darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat
tergantung pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik
akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi
yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat
meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak
perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara
umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat
berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa hari. (Corwin, 2019).
7. Pemeriksaan khusus dan penunjang
1. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma.
2. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak
sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat
pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, dan malformasi arteriovena.
4. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang
otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
5. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.
8. Pathway COB
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Primary survey
a. Airway
Kerusakan otak yang irreversible dapat terjadi 6-8 menitsetelah anoxia otak.oleh
karena itu , prioritas pertama dalam penanganan trauma yaitu pastikan kelancaran
jalan infus, ventilasi yang adekuat dan oksigenasi.
b. Breathing
Tindakan kedua setelah airway tertangani adalah ventilasi. Penurunan oksigen yang
tajam (10L/min) harus dilakukan suatu tindakan ventilasi. Analisa gas darah dan
puise oximeter dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari penderita.
c. Circulation
Pendarahan merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang mungkin dapat
diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat durumah sakit suatu keadaan hipotensi
harus dianggap disebabkan oleh hipovo lemia. Sampai terbukti sebaliknya dengan
demikian maka perilaku yang cepat dari status hemodinamika penderita.
d. Disability
Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis
secara cepat. Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi
pupil. Suatu cara sederhana untuk menilai tingkat kesadaran adalah metode AVPU.
e. Exposure
Keadaan dengan laserasi,kontusio,abrasi,swelling, dan deformitas sering terjadi pada
pasien trauma cara yang paling aman dengan membuka pakaian penderita secara
keseluruhan. Inidilakukan dengan tujuan untuk memudahkan dalam memeriksa dan
mengavaluasi keadaan penderita .
2. Scondray survey
a. Riwayat penyakit sekarang
Adanya penurunan kesadaran,alergi,mual dan muntah,sakit kepala,wajah tidak
simetris,lemas,paralysis, perdarahan, fraktur, hilang,keseimbangan, sulit
menggenggam amnesia seputarkejadian, tidak bias beristirahat, kesulitan mendengar,
mngecapkan mencium bau, sulit mencerna /menelan makanan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit system persyarafan,riwayat trauma masa lalu,
riwayat penyakit darah, riwayat penyakit system /pernafasan kardiovaskuler dan
metabolic.
c. Kebutuhan dasar
Eliminasi : perubahan pada BAK/BAB, inkontinrnsia, obstipasi,hematuria
Nutrisi : mual, muntah, gangguan mencerna /menelan makanan ,kaji biding usus
Istirahat : kelemahan, mobilisasi, tidur kurang
d. Psiko social
Gangguan emosi/apatis, delirium, perubahan tingkah laku atau kepribadian
e. Pengkajian social
Hubungan dengan orang terdekat, kemampuan komonikasi, afasia motoric atau
sesoric, bicara tanpa arti, disartria, anomia.
f. Nyeri/kenyamanan
Skala kepala dengan intensitas dan lokasi berbeda, respon menarik pada rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah
g. Pengkajian fisik
Fungsi kognitif
Pengkajian tingkat keterjagaan
Pengkajian mata
Pengkajian respon batang otak
Pengkajian fungsi motoric
Pengkajian fungsi pernafasan
Pengkajian system tubuh lain
1. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
b. Resiko perpusi serebral tidak efektif berhubungan dengan perdarahan pada
otak
c. Resiko aspirasi berhubungan dengan trauma kepala
d. Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan gangguan suplai darah
menurun
e. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai darah
menurun
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi pada klien
g. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pada kepala
h. Difisit perawatan diri berhubungan dengan trauma pada kepala
i. Gangguan intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan imobilisasi pada
klien
j. Resiko luka tekan berhubungan dengan imobilisasi pada klien
Perencanaan Keperawatan
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 2018, dalam Potter & Perry,
2018).Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan
hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan.
S : Subjective (subjektif), yakni segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien.
O : Objective (objektif), yakni data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh perawat atau
tenaga kesehatan lain.
A : Analysis (analisis), yakni kesimpulan dari objektif dan subjektif.
P : Planning (perencanaan), yakni rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., et al. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition.
Mosby Elsevier.
Mansjoer, Arif. 2018. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius
FK UI.
Moorhead, Sue., et al. Tanpa tahun. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby Elsevier.
Muttaqin, A. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2018. Nursing Diagnosis Definitions and Classification. Wiley-Blackwell.
Price, Sylvia Anderson, dan Wilson, Lorraine M. 2018. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Volume II. Edisi VI. Jakarta: EGC.