PENDAHULUAN
1
hipertonik salin sediaan 3% hingga 29,2% (1.026 sampai 10.000 mOsm) dan yang
terbaru adalah natrium laktat (1.020 mOsm) [ CITATION Bat161 \l 1033 ].
Manitol saat ini merupakan diuretika osmotika yang banyak digunakan
sebagai obat pilihan untuk mengatasi tekanan tinggi intrakranial. Manitol
merupakan diuretika osmotika utama yang digunakan untuk mengurangi edema
serebri. Manitol menurunkan tekanan intrakranial dengan cara memindahkan
cairan dari intraselular ke ruang intravaskular. Pemindahan cairan tersebut karena
menaikkan gradient osmotik antara otak dan darah. Efek cepat manitol didapat
dari perubahan keenceran darah yang akan menaikkan aliran darah otak serta
oksigenasi otak yang menyebabkan vasokontriksi yang berujung pada penurunan
tekanan intrakranial [ CITATION Ari12 \l 1033 ].
Efek samping manitol dapat menyebabkan diuresis cairan dan elektrolit
sehingga terjadi hipotensi intravaskular yang dapat meningkatkan mortalitas
penderita cedera kepala.12 Pemberian manitol jangka panjang dapat menyebabkan
dehidrasi intravaskular, hipotensi, serta azotemia prerenal yang dapat berkembang
menjadi gagal ginjal [ CITATION Ari12 \l 1033 ].
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
molekuler dan biokimia yang membawa ke arah neuroinflamasi, edema otak, dan
kematian sel otak yang lambat. Hipoksia dan hipotensi merangsang dan
mengekalkan iskemia serebral serta cedera reperfusi, merupakan prediktor
independen terjadinya efek buruk setelah cedera kepala. Cedera sekunder
disebabkan oleh hal-hal berikut [ CITATION Bis13 \l 1033 ]:
1. Disfungsi respirasi (hipoksemia, hiperkapnia)
2. Ketidakstabilan kardiovaskuler (hipotensi, curah jantung yang rendah)
3. Peningkatan tekanan intrakranial
4. Kekacauan biokimia.
4
menimbulkan perubahan paradigma dalam pengelolaan cedera kepala dan 70
mmHg telah diadopsi sebagai target CPP pada Brain Trauma Foundation (BTF)
guidelines yang pertama yang dipublikasikan tahun 1996.Walaupun peningkatan
CPP merupakan jalan yang berguna untuk meningkatkan pasokan oksigen ke
otak, tetapi tetap sesuatu yang harus diperhitungkan [ CITATION Bis13 \l 1033 ].
Hilangnya autoregulasi vaskuler pada otak yang cedera adalah keadaan
yang umum terjadi pada cedera kepala dan menyebabkan disosiasi antara aliran
darah otak (cerebral blood flow/CBF) dan keperluan metabolik. Dalam keadaan
ini, peningkatan CPP dapat menimbulkan penambahan diameter pembuluh darah,
meningkatkan volume darah otak (cerebral blood volume/CBV) dan TIK.
Peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler serebral dapat menimbulkan edema
vasogenik, yang juga akan meningkatkan TIK. Suatu pendekatan alternatif adalah
Protokol Lund, yang menyarankan mengurangi target CPP ke level 50 mmHg
untuk menghindari iskemia tapi juga tidak menimbulkan cedera lebih lanjut.
Lebih jauh lagi, menaikkan MAP dengan cairan dan inotrop untuk
mempertahankan CPP dihubungkan dengan komplikasi kardiorespirasi. Target
CPP 70 mmHg dibandingkan dengan 50 mmHg menunjukkan meningkatnya
asupan cairan, inotropik, dan penggunaan monitoring invasif dan 5 kali terjadinya
komplikasi ARDS. Jelas ada keseimbangan antara perbaikan pasokan oksigen ke
otak dan menghindari komplikasi dari kenaikan MAP. Situasi menjadi sulit
dengan adanya kenyataan bahwa setelah cedera kepala ada heterogenitas
metabolik dalam otak yang telah cedera, dimana beberapa daerah mungkin
iskemia pada nilai CPP dimana secara umum mencukupi. Baru-baru ini, pada
BTF guideline 2007 target CPP adalah 60 mmHg, jangan kurang dari 50 mmHg
karena ada resiko iskemia otak, tapi jangan lebih dari 70 mmHg karena ada resiko
terjadinya ARDS [ CITATION Bis13 \l 1033 ].
Tekanan intrakranial dan CPP harus dikendalikan melalui sejumlah cara,
termasuk mengurangi keperluan metabolik dengan menggunakan sedasi,
hiperventilasi, terapi hiperosmoler, hipotermia, dan pembedahan [ CITATION
Bis13 \l 1033 ].
5
Manitol, secara kimia 1,2,3,4,5,6-hexanehexol (C6H8(OH)6), adalah
poliol (gula alkohol) yang banyak digunakan dalam industri makanan dan farmasi
karena sifat fungsionalnya yang unik. Manitol adalah zat alami yang ditemukan
dalam ganggang laut, jamur segar, dan eksudat dari pohon. Manitol adalah isomer
sorbitol, yang biasanya disintesis oleh hidrogenasi sirup glukosa khusus. Manitol
tersedia secara komersial dalam berbagai bubuk kristal putih dan bentuk granular,
yang semuanya larut dalam air. Selain penggunaannya dalam industri makanan
dan farmasi, manitol juga banyak digunakan dalam praktik medis untuk berbagai
indikasi, terutama karena sifat osmotiknya. Untuk penggunaan klinis, diberikan
sebagai larutan steril 10% dan 20% dalam kantong 500 ml air yang mengandung
50 dan 100 gram manitol. Larutan Manitol bersifat asam (pH 6,3) tetapi sediaan
tertentu terdapat natrium bikarbonat yang ditambahkan untuk penyesuaian pH.
Manitol dapat mengkristal jika disimpan pada suhu kamar tetapi dapat dibuat larut
lagi dengan memanaskan larutan. Karena berat molekulnya yang rendah (182),
manitol secara bebas disaring melalui tubulus ginjal. Namun, karena tidak diserap
kembali, ia terus aktif secara osmosis dalam tubulus dan ini menjelaskan
mekanismenya sebagai diuretik osmotik. Manitol juga menyebabkan pelepasan
prostaglandin ginjal yang menyebabkan vasodilatasi ginjal dan peningkatan aliran
urin tubular yang diyakini dapat melindungi terhadap cedera ginjal dengan
mengurangi obstruksi tubular. Manitol juga bertindak sebagai pengikat radikal
bebas dan mengurangi efek berbahaya dari radikal bebas selama ischaemia –
reperfusion injury. Manitol memiliki banyak efek samping termasuk ekspansi
volume awal (meningkatkan risiko gagal jantung), diikuti hipovolemia dan
hipotensi, asidosis metabolik, dan ketidakseimbangan elektrolit, termasuk
hipernatremia dan hipokalemia. Dalam dosis besar, manitol juga dapat
menyebabkan gagal ginjal karena vasokonstriksi intra-ginjal dan penurunan
volume intravaskular. Pemberian berulang dapat menyebabkan osmolaritas serum
yang tidak dapat diterima (>320 mOsm/liter) dan komplikasi neurologis lainnya
[ CITATION Sha12 \l 1033 ].
6
Manitol adalah cairan hipertonik dengan osmolaritas 1098 mOsm/L.
Diuretik merupakan cara kedua terapi kenaikan tekanan intrakranial dengan
memberikan manitol dan atau furosemid. Efek utama manitol mungkin dengan
membuat suatu perbedaan tekanan osmotik sehingga air keluar dari intraseluler
dan interstitiil dan masuk ke intravaskuler. Manitol lebih lambat menurunkan
tekanan intrakranial jika dibandingkan dengan hiperventilasi. Manitol dapat
menurunkan tekanan intrakranial sebanyak 26% atau lebih dalam waktu 5 menit
dan permulaan penurunan tekanan intrakranial tidak bergantung pada adanya
diuresis. Selama infus manitol terjadi penurunan serum natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, haemoglobin, hematokrit dan terjadi peningkatan osmolaritas serum.
Perubahan-perubahan ini terjadi lebih banyak sesuai dengan besarnya dosis
manitol. Pada pemakaian singkat misalnya di kamar operasi, perubahan perubahan
ini sudah kembali normal begitu pasien tiba di ruang pemulihan. Pada penggunaan
yang lama, semua jenis osmotik diuretik dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit [ CITATION Bis13 \l 1033 ].
Manitol bekerja dalam mengendalikan hipertensi intrakranial yaitu dengan
cara meningkatkan CPP sebesar 18% dan penurunkan hipertensi intrakranial
sebesar 22% tanpa ada gangguan hemodinamik. Manitol menimbulkan perubahan
reologi darah dan peningkatan curah jantung, yang berguna untuk memperbaiki
oksigenasi otak dan menimbulkan vasokontriksi arteri serebral dan sebagai
konsekuensinya akan menyebabkan penurunan volume darah otak dan tekanan
intrakranial. Selain itu, manitol juga dapat menimbulkan dehidrasi sedang setelah
terapi hiperosmoler dengan tujuan memperbaiki edema otak, pada dehidrasi yang
berat dapat menimbulkan keadaan hiperosmolar dan gangguan pada ginjal.
Manitol mampu menurunkan produksi cairan serebrospinal hingga 50% melalui
Monro-Kellie serta dapat menurunkan tekanan intrakranial dalam jangka waktu
yang lama[ CITATION Bis13 \l 1033 ].
Khasiat manitol yang lain yaitu mengurangi viskositas darah, yang akan
menimbulkan refleks vasokonstriksi dan menurunkan tekanan intrakranial.
Autoregulasi viskositas ini bergantung pada autoregulasi. Juga, dengan
mengurangi viskositas darah, darah menjadi lebih encer dan pengeluaran CO2 dari
jaringan otak akan lebih baik. Demikian pula, osmotik diuretik akan mengurangi
7
volume cairan serebrospinal. Manitol juga bekerja sebagai pembersih radikal
bebas[ CITATION Bis13 \l 1033 ].
8
terhadap meningkatnya osmolaritas ekstraseluler dan plasma. Dengan
demikian, dibutuhkan kenaikan plasma osmolaritas untuk mempertahankan
perbedaan tersebut.
2. Terjadi asidosis sistemik dan gagal ginjal disebabkan peningkatan osmolaritas
plasma. Osmolaritas plasma harus diperiksa secara reguler dan osmolaritas
serum dipertahankan di bawah 320 mOsm/L untuk menghindari komplikasi
ini. Umumnya, komplikasi gagal ginjal terjadi bila osmolaritas 350–360
mOsm/L.
3. Rebound tekanan intrakranial bila manitol dihentikan
Fenomena ini sering didiskusikan, tetapi jarang menimbulkan masalah
klinik. Secara teori, bila pengobatan mannitol dihentikan, pengurangan tibatiba
osmolaritas plasma dan adanya peningkatan osmolaritas pada cairan di dalam
jaringan otak akan menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial. Untuk
menghindari hal ini, mannitol diberikan dalam dosis 0,25 gr/kg secara perlahan-
lahan[ CITATION Bis13 \l 1033 ].
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Cedera kepala masih merupakan permasalahan kesehatan global sebagai
penyebab kematian, disabilitas, dan defisit mental. Cedera kepala menjadi
penyebab utama kematian disabilitas pada usia muda. Penderita cedera kepala
sering kali mengalami edema serebri atau perdarahan intrakranial yang akan
meningkatkan tekanan intrakranial (intracranial pressure/ICP). Saat ini fokus
perawatan penderita cedera kepala pada usaha mengatasi tekanan tinggi
intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial telah dikenal sebagai faktor yang
sangat menentukan mortalitas dan morbiditas penderita cedera kepala. Tekanan
intrakranial yang terkontrol mencegah perburukan cedera kepala sekunder
sehingga penderita cedera kepala memiliki prognosis yang lebih baik. Terjadinya
cedera kepala dapat menyebabkan gangguan autoregulasi tekanan perfusi otak dan
menyebabkan otak tidak terlindungi dari perubahan hemodinamika tubuh.
Terganggunya autoregulasi berpotensi meninggikan tekanan intrakranial.
10
3.2. Saran
Dalam menggunakan manitol maka harus dilakukan observasi ketat untuk
menjaga pasien agar tetap dalam keadaan euvolemia dan osmolaritas serum < 320
mmol/l. Euvolemia dipertahankan dengan penggantian volume cairan yang
isotonis dan harus dicegah terjadinya hipotensi (TDS < 90 mmHg). Fenomena
rebound dapat dikurangi dengan pemberian bolus, dan penghentian manitol
dilakukan secara bertahap.
11
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuhadi, J., Suryaningtyas, W., Susilo, R. I., Faris, M., & Apriawan, T. (2014).
Pedoman Tatalaksana Cedera Otak. Surabaya: Universitas Airlangga.
12