ARTIKEL KIMIA
KABUPATEN BLITAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NAMA KELOMPOK : 1. M. IBNU MUROBI.
2. M. AGUNG KURNIAWAN.
3. M. RIKI KRISTIANTO.
4. ZIDNI ILMAN NAFI’A.
5. M. WAHYUDEN K.
Rumusan Masalah
1. Sumber arus terbaharui yang bisa di cas !
2. Sumber arus yang tidak dapat diperbaharui atau yang tidak dapat dicas !
Hingga saat ini aki yang populer digunakan adalah aki model basah yang berisi
cairan asam sulfat (H2SO4). Ciri utamanya memiliki lubang dengan penutup yang
berfungsi untuk menambah air aki saat ia kekurangan akibat penguapan saat terjadi reaksi
kimia antara sel dan air aki . Sel-selnya menggunakan bahan timbal (Pb).
Kelemahan aki jenis ini adalah pemilik harus rajin memeriksa ketinggian level air aki
secara rutin. Cairannya bersifat sangat korosif. Uap air aki mengandung hydrogen yang
cukup rentan terbakar dan meledak jika terkena percikan api.
Memiliki sifat self-discharge paling besar dibanding aki lain sehingga harus dilakukan
penyetruman ulang saat ia didiamkan terlalu lama.
2. Accu Hybrid
Pada dasarnya aki hybrid tak jauh berbeda dengan aki basah. Bedanya terdapat
pada material komponen sel aki . Pada aki hybrid selnya menggunakan low-antimonial
pada sel (+) dan kalsium pada sel (-). Aki jenis ini memiliki performa dan sifat self-
discharge yang lebih baik dari aki basah konvensional.
3. Aki Bebas Perawatan/Maintenance Free (MF)
Aki jenis ini dikemas dalam desain khusus yang mampu menekan tingkat
penguapan air aki . Uap aki yang terbentuk akan mengalami kondensasi sehingga dan
kembali menjadi air murni yang menjaga level air aki selalu pada kondisi ideal sehingga
tak lagi diperlukan pengisian air aki. Aki jenis ini biasanya terbuat dari basis jenis aki
hybrid maupun aki kalsium.
5. Accu Calcium
B. Baterai
Baterai (Battery) adalah sebuah alat yang dapat merubah energi kimia yang disimpannya
menjadi energi Listrik yang dapat digunakan oleh suatu perangkat Elektronik. Pada umumnya,
Baterai terdiri dari 2 Jenis utama yakni Baterai Primer yang hanya dapat sekali pakai (single use
battery) dan Baterai Sekunder yang dapat diisi ulang (rechargeable battery).
Baterai Sekunder (Baterai Isi Ulang/Rechargeable)
Baterai
Sekunder adalah jenis baterai yang dapat di isi ulang atau Rechargeable Battery. Pada prinsipnya,
cara Baterai Sekunder menghasilkan arus listrik adalah sama dengan Baterai Primer. Hanya saja,
Reaksi Kimia pada Baterai Sekunder ini dapat berbalik (Reversible). Pada saat Baterai
digunakan dengan menghubungkan beban pada terminal Baterai (discharge), Elektron akan
mengalir dari Negatif ke Positif. Sedangkan pada saat Sumber Energi Luar (Charger)
dihubungkan ke Baterai Sekunder, elektron akan mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi
pengisian muatan pada baterai. Jenis-jenis Baterai yang dapat di isi ulang (rechargeable Battery)
yang sering kita temukan antara lain seperti Baterai Ni-cd (Nickel-Cadmium), Ni-MH (Nickel-
Metal Hydride) dan Li-Ion (Lithium-Ion).
Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Sekunder (Baterai Isi Ulang)
diantaranya adalah :
Baterai Ni-Cd (NIcket-Cadmium) adalah jenis baterai sekunder (isi ulang) yang menggunakan
Nickel Oxide Hydroxide dan Metallic Cadmium sebagai bahan Elektrolitnya. Baterai Ni-Cd
memiliki kemampuan beroperasi dalam jangkauan suhu yang luas dan siklus daya tahan yang
lama. Di satu sisi, Baterai Ni-Cd akan melakukan discharge sendiri (self discharge) sekitar 30%
per bulan saat tidak digunakan. Baterai Ni-Cd juga mengandung 15% Tosik/racun yaitu bahan
Carcinogenic Cadmium yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan Lingkungan Hidup.
Saat ini, Penggunaan dan penjualan Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmiun) dalam perangkat Portabel
Konsumen telah dilarang oleh EU (European Union) berdasarkan peraturan “Directive
2006/66/EC” atau dikenal dengan “Battery Directive”.
Baterai jenis Li-Ion (Lithium-Ion) merupakan jenis Baterai yang paling banyak digunakan pada
peralatan Elektronika portabel seperti Digital Kamera, Handphone, Video Kamera ataupun
Laptop. Baterai Li-Ion memiliki daya tahan siklus yang tinggi dan juga lebih ringan sekitar 30%
serta menyediakan kapasitas yang lebih tinggi sekitar 30% jika dibandingkan dengan Baterai Ni-
MH. Rasio Self-discharge adalah sekitar 20% per bulan. Baterai Li-Ion lebih ramah lingkungan
karena tidak mengandung zat berbahaya Cadmium. Sama seperti Baterai Ni-MH (Nickel- Metal
Hydride), Meskipun tidak memiliki zat berbahaya Cadmium, Baterai Li-Ion tetap mengandung
sedikit zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia dan Lingkungan hidup, sehingga
perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak boleh dibuang di sembarang tempat.Jenis-jenis
Baterai Sekunder
Baterai Primer atau Baterai sekali pakai ini merupakan baterai yang paling sering ditemukan di
pasaran, hampir semua toko dan supermarket menjualnya. Hal ini dikarenakan penggunaannya
yang luas dengan harga yang lebih terjangkau. Baterai jenis ini pada umumnya memberikan
tegangan 1,5 Volt dan terdiri dari berbagai jenis ukuran seperti AAA (sangat kecil), AA (kecil)
dan C (medium) dan D (besar). Disamping itu, terdapat juga Baterai Primer (sekali pakai) yang
berbentuk kotak dengan tegangan 6 Volt ataupun 9 Volt.
Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Primer (sekali Pakai / Single use)
diantaranya adalah :
a. Baterai Zinc-Carbon (Seng-Karbon)
Baterai Zinc-Carbon juga disering disebut dengan Baterai “Heavy Duty” yang sering kita jumpai
di Toko-toko ataupun Supermarket. Baterai jenis ini terdiri dari bahan Zinc yang berfungsi
sebagai Terminal Negatif dan juga sebagai pembungkus Baterainya. Sedangkan Terminal
Positifnya adalah terbuat dari Karbon yang berbentuk Batang (rod). Baterai jenis Zinc-Carbon
merupakan jenis baterai yang relatif murah dibandingkan dengan jenis lainnya.
Baterai Alkaline ini memiliki daya tahan yang lebih lama dengan harga yang lebih mahal
dibanding dengan Baterai Zinc-Carbon. Elektrolit yang digunakannya adalah Potassium
hydroxide yang merupakan Zat Alkali (Alkaline) sehingga namanya juga disebut dengan Baterai
Alkaline. Saat ini, banyak Baterai yang menggunakan Alkalline sebagai Elektrolit, tetapi mereka
menggunakan bahan aktif lainnya sebagai Elektrodanya.
c. Baterai Lithium
Baterai Primer Lithium menawarkan kinerja yang lebih baik dibanding jenis-jenis Baterai Primer
(sekali pakai) lainnya. Baterai Lithium dapat disimpan lebih dari 10 tahun dan dapat bekerja
pada suhu yang sangat rendah. Karena keunggulannya tersebut, Baterai jenis Lithium ini sering
digunakan untuk aplikasi Memory Backup pada Mikrokomputer maupun Jam Tangan. Baterai
Lithium biasanya dibuat seperti bentuk Uang Logam atau disebut juga dengan Baterai Koin
(Coin Battery) atau Baterai Kancing (Button Cell).
Baterai Silver Oxide merupakan jenis baterai yang tergolong mahal dalam harganya. Hal ini
dikarenakan tingginya harga Perak (Silver). Baterai Silver Oxide dapat dibuat untuk
menghasilkan Energi yang tinggi tetapi dengan bentuk yang relatif kecil dan ringan. Baterai jenis
Silver Oxide ini sering dibuat dalam dalam bentuk Baterai Koin (Coin Battery) / Baterai Kancing
(Button Cell). Baterai jenis Silver Oxide ini sering dipergunakan pada Jam Tangan, Kalkulator
maupun aplikasi militer.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN LOGAM
Gambar 1.
Keempat kelompok besi diatas terbagi lagi atas pengelompokan yang lebih kecil yang
diperlihatkan pada tabel 1. Untuk logam bukanbesi contohnya adalah logam dan paduan seperti :
aluminium, tembaga, timah, emas, magnesium dsb.
Dalam penggunaannya pada bidang teknik diharuskan memilih bahan logam yang sesuai dengan
keperluan aplikasi dalam hal kekuatan, kekerasan, kekuatan lelah, ketahan korosi dan sebagainya
sehingga dalam pemakaiannya akan memberikan hasil yang paling optimal.
Sifat-sifat yang diperlukan di dalam aplikasi sangat dipengaruhi oleh struktur bahan tersebut,
sedangkan struktur yang terbentuk dipengaruhi oleh komposisi kimia, teknik/proses pembuatan
serta proses perlakuan panas yang diberikan kepada logam tersebut. Secara skematik hubungan
antara struktur, sifat mekanik dan kualitas yang diberikan logam diperlihatkan pada gambar 1.
Pada produk rekayasa, selain pengaruh faktor-faktor diatas, kualitasnya juga dipengaruhi oleh
faktor desain (perencanaan) dan kondisi pengoperasian.
Pada dewasa ini penggunaan logam yang paling banyak masih didominasi oleh logam besi dan
paduannya terutama di bidang permesinan.
Logam aluminium dan paduannya juga mengalami penggunaan yang meningkat akhir-akir ini
karena beberapa sifatsifatnya yang disukai yang salah satunya adalah bobotnya yang ringan.
Teknologi Pengolahan Logam
Proses pengolahan logam secara garis besar diperlihatkan pada gambar 2 di atas. Dari gambar
tersebut proses pengolahan logam dibagi atas 3 bagian pokok yaitu :
1. Industri hulu : industri yang mengolah bahan tambang berupa biji logam menjadi logam dasar
melalui proses pemurnian dan proses reduksi/peleburan.
2. Industri antara : industri yang mengolah logam dasar baik yang berbentuk ingot primer atau
masih berupa logam cair menjadi produk antara seperti billet, slab, bloom, rod atau ingot paduan
untuk industri pengecoran.
3. Industri hilir : industri yang mengolah lebih lanjut produk industri antara menjadi produk
setengah jadi dan selanjutnya melalui proses pabrikasi dan pengerjaan akhir menjadi produk jadi.
Proses pengolahan logam pada ke tiga industri tersebut diatas akan dijelaskan berikut ini, dengan
penekanan pada pembuatan besi dan baja serta pembuatan aluminium.
Secara singkat proses pembuatan besi dan baja dapat dilihat pada gambar 3 dan 4. Uraian singkat
mengenai tahapan proses pengolahan besi dan baja tersebut diuraikan dibawah ini.
Penambangan dan Pengolahan Biji Besi
Terlihat dari gambar 3 dan 4 bahwa bahan baku awal dalam pembuatan besi dan baja adalah biji
besi (iron core). Biji besi yang didapatkan dari alam umumnya merupakan senyawa besi dengan
oksigen seperti hematite (Fe2O3) ; atau magnetite (Fe3O4); limonite (Fe2O3); aTAU siderite
(Fe2Co3) Pembentukan senyawa besi oksida tersebut sebagai proses alam yang terjadi selama
beribu-ribu tahun.
Kandungan senyawa besi dibumi ini mencapai 5 % dari seluruh kerak bumi ini. Penambangan
biji besi tergantung keadaan dimana biji besi tersebut ditemukan. Jika biji besi ada di permukaan
bumi maka, penambangan dilakukan dipermukaan bumi (open-pit mining), dan jika biji besi
berada didalam tanah maka penambangan dilakukan dibawah tanah (underground mining).
Karena biji besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur dengan kotoran-kotoran
lainnya maka sebelum dilakukan peleburan biji besi tersebut terlebih dahulu harus dilakukan
pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi biji yang lebih tinggi (25 - 40%). Proses pemurnian
ini dilakukan dengan metode : crushing, screening, dan washing (pencucian).
Untuk meningkatkan kemurnian menjadi lebih tinggi (60 - 65%) serta memudahkan dalam
penanganan berikutnya, dilakukan proses agglomerasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Biji besi dihancurkan menjadi partikel-partikel halus (serbuk).
- Partikel-partikel biji besi kemudian dipisahkan dari kotoran-
kotoran dengan cara pemisahan magnet (magnetic separator) atau metode lainnya.
- Serbuk biji besi selanjutnya dibentuk menjadi pellet berupa bola-bola kecil berdiameter antara
12,5 - 20 mm.
- Terakhir, pellet biji besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan hingga temperatur
1300DerajatC agar pellet tersebut menjadi keras dan kuat sehingga tidak mudah rontok.