BAB I
PENDAHULUAN
Daerah J umlah
Antara CTC
Operasi Stasiun
Daop 2 Bandung Tasikmalaya-Banjar 7 stasiun Tasikmalaya
Daop 3 Cirebon Luwung-Songgom 8 stasiun Cirebon
Daop 5 Purwokerto Prupuk-Randegan 12 stasiun Purwokerto
Langen-Sikampuh 11 stasiun Purwokerto
Kroya-Kutoarjo 15 stasiun Purwokerto
Daop 6 Yogyakarta Montelan-Patukan 8 stasiun Yogyakarta
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang
dilaksanakannya modernisasi sistem persinyalan
dengan menggunakan sistem persinyalan elektronik
dan sistematika pembahasan dari buku ini.
BAB II
Signalling
Outputs
Logic
processing
Signalling
Inputs
Power Supplies
Halaman 11
Sistem Persinyalan Westrace
PANEL
TELEMETRY
PANEL LINE INTERFACE
PROCESSOR (MODEM ETC)
NVC
EVENT
RECORDER VTC LINE INTERFACE
TECHNICIAN'S
VTC LINE INTERFACE
TERMINAL VTC
tambahan KE INTERLOCKING
DIAGNOCSTIC jika
STASIUN SEBELAH
MODULE VLM diperlukan
VITAL
VITAL
OPC
TIMERS
LACHES
DATA
PREPARATION
SYSTEM
SIMULATOR LOGIC AND
CONFIGURATION Keterangan
24 VOLT dc HVLM : Hot Stand-by Vital Logic Module
PSU OPC : Output Power Control
SUPPLY MODUL I/O OPCR : Output Power Control Relay
TAMBAHAN
JIKA VPIM : Vital Parallel Input Module
VPIM
VROM
DIPERLUKAN VROM : Vital Relay Output Module
NVC : Non Vital Communication Module
VTC : Vital Telemetry Continuous Module
SIGNAL LAMP
WESTRACE
DRIVE
Subdit Sintelis Kantor Pusat
TRACK RELAY
MOTOR WESEL
MOTOR DETEKSI
MOTOR WESEL
OPCR
WESEL
RWR
NWR
LOCAL
RELAY SUPPLY
POWER
SUPPLIES
Subdit Sintelis Kantor Pusat Sistem Persinyalan Westrace
9. Event Recorder
Untuk dapat berhubungan dengan event
recorder eksternal maka WESTRACE
dilengkapi suatu port komunikasi serial.
Spesifikasi logic memungkinkan pemilihan
beberapa input, output atau bagian eksternal
dari port tersebut untuk kepentingan analisa
interlocking.
2.3.3 Software
Software interlocking pada sistem persinyalan
WESTRACE terdiri dari tiga macam, yaitu:
3. Interlogic
Yaitu suatu program aplikasi yang dipergunakan
untuk memprogram interlocking dalam meja
pengendalian. interlogic ini juga dapat disebut non-
vital software.
Sebagaimana halnya dengan WESTRACE GCSS,
software ini adalah suatu perangkat yang berbasis
Personal Computer dan menggunakan aplikasi
ladder logic yang bekerja dibawah DOS.
Hardware yang diperlukan untuk menjalankan
INTERLOGIC harus mempunyai spesifikasi sebagai
berikut:
BAB III
EU EU
A B A B
Output Decoding
Spesifikasi P emancar P enerima
Transfo rmer Unit
Ukuran Lebar 114 mm 114 mm 114 mm 114 mm
P anjang 137 mm 137 mm 137 mm 137 mm
Tinggi 225 mm 225 mm 225 mm 225 mm
Code (cycles per minute) 75, 120, & 180 75, 120, & 180
Mikrocomputer 1 Mikrocomputer 2
Data input
INPUT INPUT
Processor Processor
and and
Memory Memory
SYNCHRO SYNCHRO
NISATION NISATION
COMPARI COMPARI
SON SON
OUTPUT OUTPUT
Channel 1 Channel 2
WDU 1 WDU 2
Block T T Block
A AzGrT Axle counter reset button B
EU Evaluation Unit
EU EU
C/OI Clear/occupied indication
T Transmission equipment
AzGrT C/OI
Block WDU Wheel detection unit Block
B A
BAB IV
Transmission Medium
Voice Frequency
WB & S WB & S
Interface Interface
Signalling
Transmission Medium
WB & S WB & S
Modem Modem
Data Data
Modulated Data
MO DEM
BAB V
PERENCANAAN DESAIN/MODIFIKASI
SISTEM PERSINYALAN WESTRACE
Barat Timur
0 1 2 3 4 5 6
Apabila Terdapat
Intermediate Block
(Sinyal Blok)
2. Di stasiun
Track circuit diberi nomor yang terdiri
dari dua angka dan diakhiri dengan
huruf T.
a. Angka puluhan menunjukkan nomor
jalan rel yang bersangkutan.
1) Angka ganjil digunakan untuk
sepur utama (main line) dan
sepur-sepur di sebelah kanan
yang sejajar dengan sepur utama.
2) Angka genap digunakan untuk
sepur-sepur di sebelah kiri yang
sejajar dengan sepur utama.
3) Angka satuan menunjukkan
nomor area dimana track circuit
tersebut diletakkan.
B16 MB16
14BT 15T 16T 10AT 10BT
14AT
MB15 B15
2. Di stasiun
Penomoran sinyal-sinyal di stasiun
dapat dilakukan dengan
menggunakan awalan J yang
menunjukkan bahwa sinyal tersebut
adalah sinyal jalan, L yang
menunjukkan bahwa sinyal tersebut
adalah sinyal langsir, dan sebagainya
yang kemudian diikuti dengan nomor
track circuit dimana sinyal tersebut
berada.
22T
11T
11B 12T 13B
11A 13A
32T 13T
V max
JT = JR + JPB + 50
50 m
350 m
Berdasarkan ketentuan-ketentuan
tersebut di atas, maka penempatan
sinyal masuk di suatu stasiun diatur
sebagai berikut:
a. Apabila wesel terujung di stasiun
merupakan wesel yang dilalui kereta
api masuk dari arah depan, maka
sinyal masuk harus ditempatkan 350
meter dari ujung wesel tersebut.
2. Sinyal Berangkat
Sinyal berangkat dipasang pada sepur
kereta api yang digunakan sebagai
tempat mulai berangkatnya kereta api.
a. Apabila wesel pertama yang akan
dilalui kereta api adalah wesel yang
dilalui kereta api dari arah depan,
maka penempatan sinyal berangkat
adalah 20 meter dari ujung lidah
wesel yang bersangkutan.
b. Apabila wesel pertama yang akan
dilalui kereta api adalah wesel yang
dilalui kereta api dari arah belakang,
maka penempatan sinyal berangkat
3. Sinyal Blok
Sinyal blok dipasang di titik tempat
masuknya kereta api ke dalam blok.
Apabila di tempat tersebut telah
dipasang sinyal berangkat atau sinyal
masuk, maka sinyal blok tidak perlu
dipasang karena dalam keadaan ini
sinyal berangkat atau sinyal masuk yang
bersangkutan berfungsi juga sebagai
sinyal blok.
4. Sinyal Langsir
5. Sinyal Muka
Sinyal muka dipasang pada jarak
minimum 900 meter dari sinyal masuk.
Apabila karena kondisi geografis
sehingga menyebabkan jarak tampak
sinyal masuk yang terkait dengan sinyal
muka tidak memenuhi syarat yang
ditentukan, maka penempatan sinyal
Prepared by Moch. Ridwan Halaman 58
Subdit Sintelis Kantor Pusat Sistem Persinyalan Westrace
5.3.1 Di Emplasemen
1. Interlocking
a. Rute
1) Persyaratan untuk rute kereta
api, rute darurat dan rute langsir
dinyatakan dalam tabel
interlocking.
2) Rute dapat terbentuk dan sinyal
akan dapat menunjukkan
indikasi aman apabila:
Wesel-wesel yang
bersangkutan telah terkunci
pada kedudukan yang
dikehendaki.
Sinyal yang berlaku untuk
arah yang berlawanan telah
terkunci pada kedudukan
tidak aman.
Bagian-bagian track yang
termasuk dalam rute yang
bersangkutan dalam
kedudukan aman.
Petak blok dalam kedudukan
aman (untuk sinyal keluar)
Overlap dalam kedudukan
aman
b. Luncuran
1) Luncuran adalah bagian jalan rel
yang terletak di belakang sinyal
jalan dengan panjang tertentu
dimana suatu sinyal jalan tidak
akan dapat menunjukkan
indikasi aman apabila bagian
jalan rel tersebut tidak aman.
2) Luncuran diperlukan untuk
semua rute kereta api dimana
persyaratan yang diperlukan
tertera dalam tabel interlocking.
3) Pada setiap saat harus diberi
kemungkinan untuk dapat
merubah luncuran rute kereta
api yang telah terbentuk, tanpa
menyebabkan sinyal ditempat
c. Penjaga samping
1) Penjaga samping adalah suatu
cara untuk memisahkan suatu
jalan yang sedang digunakan oleh
suatu gerakan bakal pelanting
dengan maksud agar gerakan
tersebut terhindar dari bahaya
atau pengaruh yang ditimbulkan
oleh gerakan bakal pelanting
yang sedang berlangsung di jalan
lain yang saling terhubung.
2) Penjaga samping dapat dilakukan
dengan menggunakan :
Wesel
Perintang
Sinyal
Track Circuit
3) Untuk rute kereta api, penjaga
samping harus dapat terdeteksi
secara berkesinambungan.
d. Sinyal
1) Aspek sinyal yang dipergunakan
harus sesuai dengan aspek sinyal
yang telah baku.
2) Sistem harus dilengkapi dengan
pengaturan tegangan lampu
sinyal sehingga pada malam hari
tegangan lampu sinyal dapat
dikurangi untuk mencegah
terlalu terangnya cahaya yang
dipancarkan oleh sinyal-sinyal di
emplasemen yang bersangkutan.
3) Semua sinyal utama kecuali
sinyal langsir dan sinyal darurat
dilengkapi dengan filament
switching sehingga apabila
filamen utama lampu sinyal yang
bersangkutan putus maka aspek
sinyal akan ditunjukkan oleh
filamen cadangan lampu sinyal
yang bersangkutan dan putusnya
filamen utama lampu sinyal
tersebut akan ditunjukkan oleh
indikator pada meja
pengendalian.
e. Wesel
1) Pelayanan mesin penggerak wesel
dapat dilakukan secara otomatis
yang terpusat pada meja
pengendalian.
2) Pada wesel terlayan tempat yang
dilengkapi dengan pembebas
kunci dan terletak pada rute
dideteksi dalam kedudukan biasa
dengan menggunakan pendeteksi
kedudukan wesel.
3) Pada wesel terlayan tempat yang
dilengkapi dengan perintang dan
terletak pada rute dideteksi
dalam kedudukan biasa dengan
menggunakan pendeteksi
kedudukan wesel.
2. Berdasarkan sistem
a. Sistem blok manual, adalah suatu
blok atau sederetan blok berurutan
yang dilindungi oleh sinyal blok yang
pelayanannya dilakukan secara
manual yang sebelumnya dilakukan
pertukaran informasi dengan
menggunakan telepon atau alat
komunikasi lainnya.
b. Sistem blok manual dengan
pengamat, adalah suatu blok atau
sederetan blok yang berurutan yang
dilindungi oleh sinyal blok dimana
pelayanannya dilakukan
sebagaimana blok manual dan
keadaan blok tersebut diamati
dengan menggunakan alat
pendeteksi sepur.
c. Sistem blok otomatis, adalah
sederetan blok yang berurutan dan
dilindungi dengan sinyal blok yang
bekerja secara otomatis karena
gerakan kereta api yang
bersangkutan.
d. Sistem blok dengan pengubah
jurusan, adalah sistem blok otomatis
yang berlaku untuk dua jurusan.
1440
N= X
T+C1+C2
Dimana:
N = Jumlah kereta api dalam satu
hari / Kapasitas Lintas (KA/hari)
Vmax
Vi
JP JP
Perlintasan sebidang
5m
Bebas Pandang
Bebas Pandang 5m
Gambar 23. Jarak tampak perlintasan
sebidang
Jarak Tampak
Perlintasan sebidang harus dilengkapi
dengan lampu silang datar apabila keadaan
perlintasan yang bersangkutan adalah
sebagai berikut:
1. Kepadatan lalu-lintas jalan raya tiap hari
telah mencapai angka-angka
Prepared by Moch. Ridwan Halaman 75
Subdit Sintelis Kantor Pusat Sistem Persinyalan Westrace
Kepadatan Lalu-lintas J
Jumlah Perjalanan Kereta Tiap Hari
Api
Jarak Tampak Perlintasa
Tiap Hari
< 50 meter >5
< 15 4000 – 6300 450
15 – 30 3700 – 6200 420
30 – 50 3300 – 6000 380
50 – 100 2500 – 5200 300
100 – 150 2300 – 4000 280
150 – 200 2100 – 3200 260
200 – 300 2000 – 2500 240
> 300 2000
Dimana:
Q = Kepadatan lalu-lintas jalan raya
perhari yang tertahan akibat
penutupan pintu perlintasan
(Kendaraan Jam)
P = Kepadatan lalu-lintas jalan raya
perhari (kendaraan)
Signalling Signalling
Plan Principles
Signalling
Team
Write Prepare
Prepare I/L rules
Layout Data simulator
(spech. app. s/w)
program
Error
Signalling
Engineer
Error
Check
Enter Data & Design
s/w to system
Generate
Check Rules Error Application s/w
& Data via
Simulator
Error
Check
System
Error
S/W
Integration
Test
Function
Check to
Control Table
Commision