Anda di halaman 1dari 8

Alma Diniarti 1, Septi Viantri Kurdaningsih 2, Nopianti 3

PENERAPAN PEMBERIAN CAIRAN ORALIT TERHADAP RESIKO


HIPOVOLEMIA PADA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
GASTROENTERITIS
Alma Diniarti 1, Septi Viantri Kurdaningsih 2, Nopianti 3
Program Studi DIII Keperawatan, STIKES „Aisyiyah Palembang1,2,3
madiniarti@gmail.com
septi@stikes-aisyiyah-palembang.ac.id
nopiantiratnawati@gmai.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Gastroenteritis merupakan masalah yang dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare yaitu gangguan osmotik yang terdapat pada makan atau zat yang tidak
dapat diserap sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, rongga usus yang
berlebihan akan merangsang ususuntuk mengeluarkan feses sehingga timbul diare. Meto
de : Desain yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus. Subjek
penelitian 2 pasien dengan gastroenteritis. Penelitian dilakukan di Ruang Rasyid Thalib Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang pada tanggal 20- 27 April 2022, Data dikumpulkan dengan
cara observasi, wawancara, pemeriksaan dan studi dokumentasi. Analisa data dengan
membandingkan antara teori dengan data yang ditemukan pada pasien. Hasil : Didapatkan hasil
responden mengalami Resiko Hipovolemia, sebelum dilakukan pemberian cairan oralit pada
pasien I frekuensi BAB 5x sehari dan pada pasien II frekuensi BAB 10x sehari , setelah
dilakukan pemberian cairan oralit selama 3 hari pada pasien I frekuensi BAB menjadi 3x sehari
dan pada pasien II frekuensi bab 7x sehari. Saran : Dapat digunakan sebagai implementasi
keperawatan dengan masalah resiko hipovolemia pada asuhan keperawatan anak dengan
gastroenteritis .

Kata Kunci : Pemberian Cairan Oralit, Resiko Hipovolemia, Gastroenteritis.

ABSTRACT
Background: Gastroenteritis is a problem that can lead to fluid and electrolyte balance disorders. The basic
mechanism that causes diarrhea is osmotic disturbances found in food or substances that cannot be
absorbed, causing osmotic pressure in the intestinal cavity to increase resulting in a shift of water and
electrolytes into the intestinal cavity. , excessive intestinal cavity will stimulate the intestine to expel feces,
causing diarrhea. Objective: To know the application of ORS fluids to the risk of hypovolemia in nursing care
of children with gastroenteritis. Method : The design used is descriptive analytic with a case study approach.
The study subjects were 2 patients with gastroenteritis. The research was conducted in the Rasyid Thalib
Room at Muhammadiyah Palembang Hospital on April 20-27 2022. Data was collected by observation,
interviews, examinations and documentation studies. Data analysis by comparing between theory and data
found on patients. Results: Respondents were found to be at risk for hypovolemia, before giving ORS fluids to
patient I, the frequency of defecation was 5x a day and in patient II, the frequency of defecation was 10x a
day, after giving ORS fluids for 3 days in patient I, the frequency of defecation was 3x a day and in patient II
chapter frequency 7x a day. Suggestion: Can be used as an implementation of nursing with the problem of
the risk of hypovolemia in nursing care of children with gastroenteritis
Keywords: Administration of ORS fluids, risk of hypovolemia, gastroenteritis.
Alma Diniarti 1, Septi Viantri Kurdaningsih 2, Nopianti 3

PENDAHULUAN . Data tersebut di ambil berdasarkan


Gastroenteritis merupakan masalah dari jumlah gastroenteritis di Ruang Rasyid
yang dapat mengakibatkan gangguan Thalib RSMP.
keseimbangan cairan dan elektrolit Menurut badan pusat statistik
mekanisme dasar yang menyebabkan provinsi Sumatra selatan tahun 2022 di
timbulnya diare yaitu gangguan osmotik dapatkan data jumlah angkah kejadian
yang terdapat pada makan atau zat yang gastroenteritis pada tahun 2019 174.808
tidak dapat diserap sehingga kasus dan mengalami penurunan pada
menyebabkan tekanan osmotik dalam tahun 2020 ada 90.094 kasus sedangkan
rongga usus meninggi sehingga terjadi pada tahun 2021 mengalami kenaikan
pergeseran air dan elektrolit kedalam dangan kasus dengan kasus sebanyak
rongga usus, rongga usus yang berlebihan 94.653 (BPS Provinsi Sumatra selatan
akan merangsang usus untuk 2021).
mengeluarkan feses sehingga timbul diare Resiko hipovolemia adalah suatu
(Mardian2019). kondisi di mana tubuh mempunyai kresoko
Menurut Data WHO (2017) volume cairan intravaskuler. Intertisial, dan
menyatakan bahwa terdapat sekitar 1,7 intraseluler berhubungan dengan kehilangan
milyar kasus diare pada balita dan cairan secara aktif ( PPNI, 2016)
menyebabkan kematian sebanyak Kehilangan cairan secara aktif di
525.000 balita setiap tahunnya (sandika artikan dengan berkurangnya cairan tubuh
2021). Di Indonesia, diare merupakan sekitar seperlima / lebih dari volume darah
masalah kesehatan masyarakat dengan melakui kulit Ginja,pendarhan, serta gastroi
prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data ntestinal. Sedangkan kandungan air dalam
Kemenkes RI prevalensi diare pada tahun tubuh anak yang sehat dengan usia 3-5
2018 sebanyak 37,88% atau sekitar tahun antara 70-75% dari total berat badan
1.516.438 kasus pada balita. Prevalensi ( Kusuhadan Hasana 2018)
tersebut mengalami kenaikan pada tahun Garam Rehidrasi oral (ORS) adalah
2019 menjadi 40% atau sekitar 1.591.944 minuman khusus yang terdiri dari kombinasi
kasus pada balita (Kemenkes RI, 2020). garam kering. Ketika di campur dengan air
Berdasarkan data Rekam Medis matang dengan benar, maka minuman oralit
RSMP pada tahun 2020 tercatat jumlah dapat membantu rehydratw tubih ketika
kasus gastroenteritis berjumlah 88 jiwa, kehilangan banyak cairan kareana diare
sedangkan pada tahun 2021 tercatat (Gilang 2018).
jumlah gastroenteritis berjumalah 98 jiwa Cairan rehidrasi oral (oralit) adalah
dan pada tahub 2022 tercapai jumlah campuran yang tepat dari air, garam dan
gastroenteritis berjumlah 22 jiwa. gula. Penanganan awal sangat penting pada
Alma Diniarti 1, Septi Viantri Kurdaningsih 2, Nopianti 3

anak dengan diare adalah mencegah dan pada asuhan keperawatan anak dengan
mengatasi keadan dehidrasi. Pemberian gastroenteritis di Rumah Sakir
cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik Muhammadiyah Palembang Tahun 2022.
yang di berikan secara oral (di minum) Pendekatan yang di gunakan adalah
maupun parenteral (melalui infus) telah pendekatan asuhan keperawatan yang
berhasil menurunkan angka kematian meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
akibat dehidrasi pada ribuan anak yang perencanaan, pelaksanan dan evaluasi
menderita diare. pelakasanan penelitian stadi kasus ini
Oralit diberikan untuk mengganti dilakuakn di Ruang Rasyid Thalib Rumah
cairan dan elektrolit dalam tubuh yang Sakit Muhammadiyah Palembang. Waktu
terbuang saat diare. Walaupun air sangat pengambilan data melakuakan kegiatan di
penting untuk mencegah dehidrasi, air lapangan dari tanggal 20-27 april dan mei
minum tidak mengandung garam elektrolit 2022.
yang di perlukan untuk mempertahankan
Pengumpulan data dilakukan dengan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh
melalui observasi dan wawancara kepada
sehingga lebih diutamakan oralit.
pasien. Analisa data dilakukan dengan
Campuran glukosa dan garam yang
membandingkan antara teori dan data yang
terkandung dalam oralit dapat diserap
ditemukan pada pasien.
dengan baik oleh usus penderita diare.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah
Kasus 1
dilakukan Anisa (2019) tentang resiko
Pasien 1, An. “D” 1 tahun, beragama
hipovolemia dengan anak gastroenteritis
Islam, laki-laki, tinggal di Kota Palembang.
dengan cara pemberian cairan oralit di
Penanggung jawab Tn”A”, Ayah An “D”, 30
dapatkan rata-rata hipovolemia menurun
tahun, dan beragama Islam. Saat dilakukan
per hari dan di lakukan selama 3 hari
pengkajian didapatkan keluhan utama
menunjukkan bahwa terjadi penurunan
BAB cair. Ibu Pasien mengatakan anaknya
setalah di kakukan pemberian cairan oralit
deman sudah 3 hari, BAB cair 5x, mual dan
sesuai target yang ingin dicapai dan dapat
muntah. Hasil pengkajian terdapat BAB masih
disimpulkan bahwa pemberian cairan oralit
cair dan berlendir 5x kali pasien tampah lesu.
efektif penurunan hipovolemia.
Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
METODE PENELITIAN
vital didapatkan BB 11 Kg , nadi 110x/m, RR
Jenis penetitian ini adalah deskriptif
30x/m dan suhu 38 ºC.
analitik dalam bentuk studi kasus untuk
Implementasi pada An.D dilakukan
mengekplorasi penerapan pemberian
selama 3 kali pertemuan dan setiap pertemuan
cairan oralit terhadap resiko hipovolemia
terdapat 2 sesi. Diawali dengan mengkaji
Alma Diniarti 1, Septi Viantri Kurdaningsih 2, Nopianti 3

banyaknya frekuensi BAB, memintaka mengatakan anaknya BAB 10 x, mta cekuang


kepada kelurga pasien untuk mengatakan hasil pengkajian terdapat BAB masih cair 10x
sudah berapa banyak anak nya BAB pada kali. Pasien tampak lesu. Setelah di lakukan
hari dan memintak ke pada kelurga pasien pemerikksaan tanda-tanda vital di dapatkan BB
untuk berapa bayak frekunsi pemberian 14 Kg, nadi 130x/ m, RR 30x/m dan suhu tubuh
cairan oralit yang masuk pasa anak. Pada 38 c.
implementasi berapa banyak cairan oralit Implementasi pada An.A dilakukan selama
yng di berikan pada saat anak BAB sebayak 3 kali pertemuan dan setiap pertemuan terdapat
200cc /setiap BAB. 2 sesi. Diawali dengan mengkaji banyaknya
Pada saat melakukan implementasi frekuensi BAB, Pada implementasi di berikan
terdapat perbedaan antara pasien I dan cairan oralit sebayak 200CC /setiap BAB.
pasien II, dimana pasien I jika di berikan Selama 3 hari.
cairan oralit pasien I kurang untuk minum Pada saat melakukan implementasi terdapat
cairan tersebut sedangkan pasien II jika di perbedaan antara pasien I dan pasien II, dimana
berikan cairan oralit pada pasein II mau pasien I jika di berikan cairan oralit pasien I
menghabiskan cairan oralit yang di berikan . kurang untuk minum cairan tersebut sedangkan
Hal tersebut dikarenakan pasien nya masih pasien II jika di berikan cairan oralit pada
anak-anak sehingah susa di ajak / disuruh pasein II mau menghabiskan cairan oralit yang
untuk minum cairan oralit tersebut. di berikan . Hal tersebut dikarenakan pasien nya
Kasus 2 masih anak-anak sehinga susah disuruh untuk
Pasien II, An. “A” 1 tahun 3 bulan, minum cairan oralit tersebut.
beragama Islam, laki-laki, tinggal di Kota
Palembang. Penanggung jawab Tn”T”, Ayah
An “A”, 31 tahun, dan beragama Islam.
Saat di lakukan pengkajian di dapatkan
keluhan utama BAB cair. Ibu pasien
Alma Diniarti 1, Septi Viantri Kurdaningsih 2, Nopianti 3

Tabel 1.
SOP Pemberian oralit

Sop pemberian oralit


Pengertian Oralit adalah campuran gula garam elekrolit yang terdiri atas natrium
klorida ( NaCl) kalium kloridah).sirat dan glucose. Oralit osmoralitas
rendah tentang direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF.
Tujuan 1. untuk meningkatkan pengetahuan serta membangun sikap dan perilaku
positif masyarakat untuk berperan aktif dalam penggulangan diare pada
bayi dan balita.
2. promosi upaya dehidrasi oral.
3. pemberian pelayanan bagi penderita diare (yang mengalami dehidrasi
ringan-sedang) diobservasi di layanan dehidrasi oralit aktif paling sedikit
3: jam orang tua / pengasuh/keluarganya akan diajarkan bagaimana cara
penyiapan oralit dan berapa banyak oralit yang harus diminum oleh
penderita.
Indikasi 1. Klien dengan resiko hipovolemia

Persiapan Alat 1. gelas


2. sendok
3. air minum
4. bungkus oralit
Prosedur 1.cuci tangan pakai sabun lalu bilas dengan air mengalit
2. sediahkan satugelas air minum kemasan
3. masukan satu bungkus oralit dalam air minum kemasan ±250cc
4. aduk cairan oralit sampai homogeny
5. berikan oralit pada balita.

Cara pemberian larutan oralit


1.berikan dengan sendok atau gelas
2.berikan sedikit demi sedikit samapai habis. Atau hinga anak tidak
kehilangan haus.
3. bila munta, hentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan
sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit
4.walau diare berlanjut oralit tetap diteruskan.
5. bila cairan oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan oralit
berikutnya.
6. anak kurang dari 1 tahun diberikan 50-100cc cairan oralit setiap kali
buang air besar.
Dokumentasi 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat hasil Tindakan (respon subjektif dan objektif)
3. Dokumentasikan Tindakan
( Siti Aisyiyah Munawaroh, 2017)
Tabel 2.
Lembar Observasi pemberian oralit
Pasien 1 Pasien 2
Waktu Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
20-4-2022 21-4-2022 22 -4-2022 27 -5- 2022 28-5- 2022 29-5- 2022
09: 00 100cc 200cc 200cc 200cc 200cc 200cc

Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat bahwa oralit sebanyak 500cc sedangka pasien II
selama 3 hari pasien I yaitu Iminum cairan minum cairan oralit sebanyak 600cc.
Alma Diniarti 1, Septi Viantri Kurdaningsih
2
, Nopianti 3

PEMBAHASAN KESIMPULAN
Setelah di lakukan tindakan Setelah peneliti melakuakn tindakan
keperawatan didapatkan hasi pada pasien keperawatan. Pemberian cairan oralit pada
I hari pertama di berikan oralit sebanyak pasien I dan pasien II dengan resiko
100CC dan di hari ketika diberikan hipovolemia di Ruang Rasyid Thalib Rumah
sebanyak 200CC sedangkan pada pasien Sakit Muhammadiya Palembang selama 3 hari
II hari pertama di berikan sebanyak peneliti menyimpulkan :
200CC dan di hari ketiga di berikan 1. Pengkajian mendapatkan data bahwa Pada
sebanyak 200CC. pasien 1 dan pasien 2 dengan masalah
Cairan rehidrasi oral (oralit) adalah Resiko hipovolemia
campuran yang tepat dari air, garam dan 2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
gula. Penanganan awal sangat penting pasien 1 dan pasien 2 dengan resiko
pada anak dengan diare adalah mencegah hipovolemia berhubungan dengan status
dan mengatasi keadan dehidrasi. cairan.
Berdasarkan penelitian yang telah 3. Intervensi keperawatan pada studi kasus ini
di lakukan Claudia (2021) tetang dapat berfokus utama diagnosa resiko
pengkajian hasil di dapatkan data kedua hipovolemia memiliki tujuan, setelah
pasien mengalami bab cairan, masalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
keperawtan dengan resiko hipovolemia hari di harapkan resiko hipovolemia dapat
pada dua pasien teratasi pada hati ke tiga teratasi dengan kriteria hasil berdasarkan
dengan hasil evaluasi baba 1x dengan SLKI meliputi: Kekuatan nadi( Meningkat),
konsistensi lembek, nafsu makan Turgor kulit (meningkat) , Outputurine (men
meningkat, suhu tubuh dalam batas ingkat), Pengisian vena (meningkat), Berat
normal, tidak ada muntah, oleh karena itu badan (membaik), Keluhan haus (menurun),
peneliti memberikan asuhan keperawatan Frekuensi nadi (membaik), Tekanan darah
pada pasien anak gastroenteritis akur (membaik), Tekanan nadi (membaik), Intake
dengan upaya pemberian rehidrasi cairan cairan (membaik),Suhu tubuh(membaik).
sehiggah pasien tidak jatuh dalam kondisi 4. Implementasi keperawatan data yang didapat
hipovolemia. dari hasil implementasi keperawatan pada
Berdasarkan asumsi peneliti pasien 1 dan pasien 2 yaitu resiko
bahwa pemberian cairan oralit dapat hipovolemia.
menurunkan gejagala resiko hipovolemia. 5. Evaluasi keperawatan pada pasien 1 dan
pasien 2 dimana frekunsi bab menurun ±5x
sehari menjadi 3x sehari.
Alma Diniarti 1, Septi Viantri Kurdaningsih
2
, Nopianti 3

SARAN pasien dalam penerapan pemberian cairan oralit


Diharapkan kepada pelayanan sesuai dengan standaran operasional prosedur
kesehatan untuk memberikan edukasi pada anak yang mengalami resiko hipovolemia.
yang baik secara SOP kepada orang tua
DAFTAR PUSTAKA

Iriyanti, A. (2018). Penurunan Tingkat Cemas Dengan Relaksasi Nafas DalamPada


Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Mayong I

Jepara (Doctoral Dissertation, Universitas MuhammadiyahSemarang).

Nurlatifah, N. E. Efektivitas Antara Relaksasi Genggam Jari Dengan Relaksasi


Napas Dalam Pada Tingkat Ansietas Pasien Pra Bedah Orthopedi Di
Rsud Dr. Soedarso Pontianak. Jurnal Proners, 4(1).

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawawtan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tkriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


IndikatorDiagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Rivalsyah, M., & Ashori, A. (2022). Penerapan Asuhan Keperawatan Psikososial


Dengan Masalah Ansietas Pada Penderita Diabetes Mellitus: Studi
Kasus

Rusdin, M. A., Tahiruddin, T., & Mien, M. (2021). Perbedaan Efektivitas Terapi
Zikir dan Relaksasi Nafas dalam Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Sectio Caesarea.

Anda mungkin juga menyukai