Anda di halaman 1dari 6

Penerapan Model Konservasi Levine pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Anak yang Dirawat

PENERAPAN MODEL KONSERVASI LEVINE


PADA PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT ANAK
YANG DIRAWAT
Diah Ayu Agustin
Akademi Keperawatan Bina Insan Jakarta
Jalan Kramat Jaya Raya,Tugu Utara, Koja, Kota Jakarta 14260
diahayuagustin@yahoo.com

Abstract
Fluids and electrolytes are part of the energy conservation children need to adapt to maintain the full
function of the body. The purpose of this study was to provide an overview of the application of the Levine
conservation model in treated children with fluid and electrolyte problems. The method of this study is a
case study by applying Levine conservation model to five children treated with fluid and electrolyte
problems. The results of the evaluation of treatment of the five cases of fluid and electrolyte problems
showed that the problem was solved, only one case had not been resolved because the client experienced
a deterioration when about to go home. Conclusion: The Levine conservation model is well suited to the
fulfillment of fluid and electrolyte needs of treated children.

Keywords: levine conservation model, fluids and electrolytes, treated child

Abstrak
Cairan dan elektrolit merupakan bagian konservasi energi yang dibutuhkan anak untuk beradaptasi
mempertahankan fungsi tubuh secara utuh. Tujuan penelitian ini memberikan gambaran penerapan model
konservasi Levine pada anak yang dirawat dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Metode
penelitian ini adalah studi kasus dengan menerapkan model konservasi Levine pada lima orang anak yang
dirawat dengan masalah cairan dan elektrolit. Hasil evaluasi keperawatan kelima kasus yamg mengalami
masalah cairan dan elektrolit menunjukkan masalah teratasi, hanya satu kasus belum teratasi karena klien
mengalami perburukan saat hendak pulang. Simpulan: Model konservasi Levine sangat cocok diterapkan
dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit anak yang dirawat.

Kata kunci: model konservasi levine, cairan dan elektrolit, anak yang dirawat

Pendahuluan bayi tidak mampu merespon dengan cepat bila


Cairan dan elektrolit sangat penting untuk terjadi hipovolemia, dehidrasi, atau penurunan
mempertahankan keseimbangan atau homeostasis cardiak output (Potts & Mandleco, 2012).
tubuh. Anak sakit dapat mengalami gamgguan Tingkat keparahan dehidrasi yang ditim-
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat bulkan dapat diidentifikasi menggunakan skala dehi-
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Gangguan drasi. Perawat anak harus mampu mengidentifikasi
keseimbangan cairan tubuh terbagi dua yakni tingkat keparahan dehidrasi untuk mencegah kom-
edema/hipervolemik dan dehidrasi /hipovolemik plikasi lebih lanjut yaitu syok hopovolemik, gagal
(Potts & Mandleco, 2012). organ dan kematian pada anak (Ludmir, 2012).
Dehidrasi adalah peningkatan kehilangan Skala dehidrasi yang sering digunakan
cairan dalam tubuh yang dapat mengakibatkan adalah skala dehidrasi klinis/CDS dan Gorelick
kekurangan cairan dan elektrolit (James, Nelson, & (Jauregui et al., 2014; Hoxha et al., 2015). Penelitian
Ashwill). Kehilangan cairan pada anak dapat sistematis review yang dilakukan oleh Falszewska,
disebabkan oleh diare, muntah, demam, dan pen- Dziechciarz, dan Szajewska (2014) menjelaskan
darahan. Kehilangan cairan pada bayi dan anak-anak bahwa CDS dapat memprediksi dehidrasi sedang
tetap menjadi prioritas yang harus ditangani segera, hingga berat. Penelitian Tam, Wong, Plint, Lepage
hal ini diakibatkan karena bayi dan anak-anak dan Filler (2014) membandingkan penanda klinis
memiliki luas permukaan tubuh yang relatif besar dan biokimia, hasilnya menunjukkan skala CDS
daripada orang dewasa, memiliki tingkat meta- sebagai penanda dehidrasi yang akurat pada anak-
bolisme basal (BMR) lebih tinggi dari orang dewasa anak. Tanda klinis yang dikaji pada skala CDS
(Potts & Mandleco, 2012). Bayi kurang mampu adalah penampilan umum, kelopak mata, membran
dalam mengasamkan dan mengkonsentrasikan urin mukosadan air mata.
dibandingkan orang dewasa dengan demikian ginjal Menurut Gary dan Ludwig (2010) Gorelick
mengembangkan tool pengkajian dehidrasi terdiri
IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 19
Penerapan Model Konservasi Levine pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Anak yang Dirawat

dari 10 poin yang digunakan untuk anak usia diatas Hasil dan Pembahasan
5 tahun yaitu penampilan umum, nadi, repirasi, Kasus 1
mata, air mata, mukosa bibir, kualitas nadi, waktu Seorang anak laki-laki usia 1 tahun 3 bulan
pengisian kapiler, elastisitas kulit, urin output. datang ke IGD RSCM tanggal 21 Januari 2016
Sedangkan untuk usia 1 bulan sampai 5 tahun meng- pukul 03.00 karena BAB cair 8x/hari sejak 4 hari
gunakan penilaian dehidrasi dengan 4 poin yaitu sebelumnya, ada ampas, lendir, warna kehijauan dan
penampilan umum, membran mukosa, air mata, berbau asam, ada muntah setiap minum. Klien
waktu pengisian kapiler (capillary refill time/CRT). pindah ke ruang infeksi tanggal 22 Januari 2016
Keseimbangan cairan dan elektrolit meru- pukul 16.00, diagnosa medis: Diare Persisten, Gizi
pakan salah satu elemen konservasi energi. Tujuan Buruk Marasmik, HIV stadium IV imunosupresi
utama dalam memberikan asuhan keperawatan anak ringan.
yang mengalami ketidakseimbangan cairan dan Hasil pengkajian penulis di ruang rawat 1
elektrolit adalah agar kebutuhan cairan dan elektrolit Maret 2016 ibu mengatakan anaknya ada sesak,
anak terpenuhi. Peran perawat anak penting dalam batuk, BAB cair 4x/hari, muntah setiap minum
memfasilitasi anak agar terpenuhi kebutuhan cairan susu/NGT, demam naik turun keadaan umum
dan elektrolit, sehingga tubuh dapat melanjutkan sedang, kesadaran compos mentis, suhu 37,3 0C,
fungsi serta mampu beradaptasi melawan ketidak- mata cekung, turgor kulit elastis, mukosa bibir
mampuan. Hal ini sesuai dengan prinsip pada Model kering, berat badan 6,75 kg, asites ada, lingkar perut
Konservasi Levine terdiri dari pengkajian, thropi- 43 cm, frekuensi napas 30x/menit, nadi 128 x/menit,
cognosis, hipotesis dan evaluasi secara menyeluruh. balance cairan/24 jam +75 cc, diuresis/24 jam= 3,27
Beberapa penelitian sebelumnya telah cc, ada asites, lingkar perut 43 cm.
menggambarkan penerapan model konservasi Trophicognosis yang muncul adalah ber-
Levine pada anak yang mengalami kekurangan sihan jalan napas tidak efektif, ketidakseimbangan
cairan (Naviati, Rustina, & Waluyanti, 2013; cairan dan elektrolit, risiko penyebaran infeksi.
Zubaidah, Rustina, & Syahreni, 2013). Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
Berdasarkan data yang didapatkan di ruang mengukur tanda vital, mengkaji status oksigenasi
rawat anak infeksi RSUPN Cipto Mangunkusumo dan hidrasi, melakukan fisioterapi dada, membantu
pada bulan Februaritahun 2016, 8 dari 10 (80%) klien duduk, miring saat muntah, mengkompres
anak yang dirawat mengalami masalah kurang anak saat demam, menghitung asupan dan haluaran,
cairan dan elektrolit. Kasus anak yang dirawat diuresis, dalam pemberian cairan, memantau asupan
tersebut antara lain Diare Persisten, Diare Akut, Gizi dan haluaran, melakukan cuci tangan 6 langkah 5
Buruk Marasmik, HIV stadium IV imunosupresi waktu, melakukan deteksi dini plebitis dan
ringan, Hipokalemi, hiponatremia, Kejang Demam mengganti set infus setiap 3 hari, melibatkan
Komplek a/i abses serebri, Tetralogy of Fallot keluarga dalam perawatan. Tindakan kolaborasi
(TOF). yaitu memberikan terapi oksigen, inhalasi,
Data tersebut menarik minat penulis untuk antibiotik, antiretroviral, cairan melalui infus dan
meneliti penerapan model konservasi Levine untuk NGT, memantau hasil laboratorium elektrolit,
mengatasi masalah ketidakseimbangan cairan dan hematokrit, albumin, berat jenis dan pH urin. Klien
elektrolit pada anak yang dirawat. Tujuan penelitian pulang pada tanggal 10 Maret 2016 setelah 48 hari
ini mendeskripsikan penerapan model konservasi dirawat dan kontrol ke poli gizi metabolik dan alergi
Levine pada anak yang dirawat dengan masalah imunologi RSCM tanggal 16 Maret 2016.
gangguan cairan dan elektrolit.
Kasus 2
Metode Penelitian Seorang anak laki-laki usia 1 tahun, 7 bulan,
Metode penelitian ini adalah studi kasus. masuk ke IGD RSAB Tanggal 25 Maret 2016 pukul
Jumlah kasus yanng diteliti adalah 5 kasus. Sampel 01.00 karena satu hari sebelumnya klien demam,
yang diambil adalah anak yang dirawat di ruang kejang 1x di rumah, batuk dan BAB cair 8x/hari
rawat infeksi anak RSUPN Cipto Mangunkusumo selama 3 hari. Tanggal 26 Maret 2016 pukul 18.40
dan RSAB Harapan Kita Jakartadengan masalah masuk ruang Gambir. Diagnosa medis Diare Akut
kekurangan cairan dan elektrolit. Penelitian dila- Dehidrasi Berat, Kejang Demam Sederhana,
kukan pada bulan Februari-April 2016. Data dikum- Hiponatremi, Hipokalemi.
pulkan menggunakan lembar observasi dan catatan Hasil pengkajian yang dilakukan penulis
perkembangan pasien terintegrasi. Prinsip etik yang pada tanggal 28 Maret 2016 ibu mengatakan anak
digunakan peneliti adalah anonymity, autonomy, sesak, BAB cair 5x/hari, batuk, keadaan umum
beneficiency, non-maleficence. sedang, kesadaran compos mentis, berat badan 8, 3
kg suhu 37 0C, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 20
Penerapan Model Konservasi Levine pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Anak yang Dirawat

128x/menit, frekuensi napas 36x/menit, saturasi beri terapi cairan infus, obat oral dan intravena.
oksigen 95%, ada ronchi, retraksi dada, pengisian Klien pulang tanggal 24 Februari 2016 pukul 16.00
kapiler 2 detik, akral hangat. Mata klien cekung, setelah tiga hari dirawat dan kontrol satu minggu
turgor kurang elastis, mukosa bibir kering. Klien kemudian.
BAK melalui kateter 500 cc/24 jam, balance
cairan/24 jam= +208 cc, diuresis/24 jam=2,51 Kasus 4
cc/jam. Kemarin klien dipuasakan, hari ini mulai Seorang anak laki-laki (1 tahun) datang ke
intake/NGT. Hasil laboratorium Natrium 123, IGD RSCM tanggal 14 Maret 2016 dengan keluhan
Kalium 3,1, Clorida 96 mmol/L, Ca 8,8 mg/dl. CRP demam dan kejang 2x sebelum masuk rumah sakit.
kuantitatif 0,2 mg/dl, analisa gas darah pH 7,53, Tangan dan kaki kejang < 1 menit, mata mendelik
pCO2 18,2 mm Hg, p O2 181 mmHg, HCO3 15,4 ke atas, berhenti dengan stelsolid supositoria.
mEq/L, base excess -5,30, Stad Bic 20,0 mEq/l, O2 Diagnosa medis: Kejang Demam Komplek a/i abses
saturasi 96,6 %, 39,4 mEq/l. serebri, Tetralogy of Fallot (TOF).
Trophicognosiskasus tersebut adalah ber- Hasil pengkajian penulis tanggal 16 Maret
sihan jalan napas tidak efektif, gangguan pertukaran 2016: orang tua mengatakan anaknya kebiruan pada
gas, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, risiko bibir hanya sekali saat menangis keras, rencana
infeksi. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu operasi jantung April 2016, ada batuk dan sesak.
mengukur tanda vital, mengkaji status, oksigenasi, Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
dan hidrasi, fisioterapi dada, menghitung asupan, suhu 39,1 0C, frekuensi napas 32x/menit, nadi 132
haluaran cairan dan diuresis, melakukan cuci tangan x/menit, saturasi oksigen 98%, berat badan 8,6 kg,
6 langkah 5 waktu, melakukan deteksi dini plebitis clubbing finger ada, balance cairan/24 jam +306 cc,
dan mengganti set infus setiap 3 hari, melibatkan diuresis/24 jam=2,03 cc/jam. Hasil periksa echo
keluarga merawat anak. Tindakan kolaborasi yaitu Tetralogy of Fallot (TOF), hematokrit 42,7%.
memantau hasil analisa gas darah, elektrolit, hema- Trophicognosisyang dirumuskan yaitu
tokrit, lekosit, CRP, memberi terapi O2 sungkup, bersihan jalan napas tidak efektif, risiko penurunan
inhalasi, cairan dan elektrolit melalui infus dan cardiac output, risiko infeksi. Tindakan keperawatan
NGT, obat diare dan antibiotik. Klien pulang tanggal yang dilakukan mengukur tanda vital, mengkaji
31 Maret 2016, pukul 16.00 setelah perawatan 7 hari status oksigenasi dan hidrasi, memfasilitasi anak
dan kontrol poli anak minggu depan. istirahat, posisi knee chest, melakukan tepid sponge,
fisioterapi dada, menghitung asupan, haluaran cairan
Kasus 3 dan diuresis, melakukan cuci tangan 6 langkah 5
Seorang anak laki-laki usia 3 tahun 6 bulan waktu, deteksi dini plebitis dan mengganti set infus
datang ke IGD RSCM tanggal 22 Februari 2016 jam setiap 3 hari. Tindakan kolaborasi memberi terapi
03 WIB dengan keluhan demam hari ketiga, mual, oksigen, inhalasi cairan infus, obat jantung, demam
muntah dan lemas, kemudian masuk ruang rawat dan kejang melalui oral, memantau hasil CT scan
jam 16 WIB. Diagnosa medis: Demam Dengue. kepala deteksi abses serebri. Klien pulang tanggal
Hasil pengkajian penulis tanggal 22 Februari tanggal 22 Maret 2016, pukul 15.00 setelah 9 hari
2016: ibu mengatakan anak mual, tidak mau makan dirawat dan kontrol ke poli anak satu minggu
dan minum, nyeri di perut, sudah tidak demam. kemudian.
keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
suhu 36 0C, frekuensi napas 26x/menit, nadi 120 Kasus 5
x/menit, tekanan darah 91/62 mmHg, berat badan 14 Seorang anak perempuan (1 tahun, 2 bulan)
kg, mata cekung, turgor kulit elastis, mukosa bibir tanggal masuk IGD RSAB tanggal 21 Maret 2016
kering, perdarahan tidak ada, tampak menangis dan pukul 05.00 karena demam, sesak, mencret 1
nyeri perut VAS 2. Nilai trombosit 113 rb/ul, minggu, feses kehijauan. Di IGD klien mengalami
hematokrit 39%. gagal napas dan diintubasi. Klien masuk ruang PICU
Trophicognosisyang timbul defisit volume pukul 18.00. Klien masuk rawat Gambir tanggal 4
cairan, risiko perdarahan, risiko infeksi. Intervensi April 2016. Diagnosa medis Pneumonia, AVSD –
yang dilakukan mengukur tanda vital, memantau PDA post closure, Down Syndrom, Laringomalasia,
status hidrasi, adanya perdarahan, memberi cairan Diare Akut, Failure to Thrive, riwayat gangguan
melalui oral dan infus, menghitung asupan, haluaran fungsi hati.
cairan dan diuresis, melakukan cuci tangan 6 Hasil pengkajian penulis tanggal 12 Maret
langkah 5 waktu, melakukan deteksi dini plebitis 2016 ibu mengatakan anaknya sesak, batuk, dahak
dan mengganti set infus setiap 3 hari, melibatkan tidak keluar, post operasi Jantung 3 bulan lalu.
keluarga merawat anak. Tindakan kolaborasi yaitu Keadaan umum sedang, kesadaran compos apatis,
memantau trombosit, hematokrit, IgG, IgM, mem- suhu 37,2 0C, frekuensi napas 74x/menit, tekanan

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 21


Penerapan Model Konservasi Levine pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Anak yang Dirawat

darah 86/47 mmHg, nadi 128x/menit, saturasi dan elektrolit telah mengalami perbaikan atau tidak.
oksigen 95%, ada ronchi dan wheezing, berat badan Jika respon tidak mendukung hipotesis, maka
6,3 kg, tinggi badan 66 cm, intake nutrisi/per NGT, rencana dapat lakukan perubahan dan hipotesis yang
mata tidak cekung, turgor kulit cukup elastis, baru dapat ditegakkan (Alligood, 2014).
mukosa bibir kering, balance/24 jam +306 cc, Hasil pengkajian kelima kasus sudah
diuresis/24 jam=2,11 cc/jam. Klien baru bisa miring mengalami gangguan cairan 3-4 hari sebelum masuk
dan belum ada kontak mata. Hasil laboratorium ke rumah sakit karena diare, muntah dan demam.
hemoglobin 10,1 g/dl, albumin 4,30 g/dl, protein Pengkajian pada kasus 3 terdapat masalah defisit
total 8,10 g/dl, SGOT (AST) 146 U/L, SGPT (ALT) volume cairan disebabkan karena adanya pening-
67 U/L, Gamma GT 134 U/L, Alkali fosfatase 234 katan permeabilitas membran kapiler yang ditandai
U/L, rontgen thorak efusi pleura. dengan penurunan nilai trombosit dan hematokrit,
Trophicognosisyang ditetapkan yaitu nilai elektrolit dalam batas normal. Hal ini berbeda
bersihan jalan napas tidak efektif, risiko ketidak- dengan masalah cairan pada kasus 1, 2, 4, 5 yang
seimbangan cairan dan elektrolit, risiko infeksi se- disebabkan oleh output berlebihan, intake tidak
kunder. Tindakan keperawatan yang dilakukan me- adekuat atau sirkulasi yang tidak efektif.
ngukur tanda vital, mengkaji status oksigenasi dan Pengkajian konservasi energi pada kasus 1,
hidrasi, fisioterapi dada, menghitung asupan, halua- 2, dan 3 ditemukan kesamaan yaitu kesadaran
ran cairan dan diuresis, melakukan cuci tangan 6 kompos mentis, ada diare, muntah, urin output
langkah 5 waktu, deteksi dini plebitis dan mengganti berwarna kuning. Pada kasus 5 klien masih berisiko
set infus setiap 3 hari. Tindakan kolaborasi memberi mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
terapi oksigen, inhalasi, cairan infus, nutrisi/NGT, kurang dari kebutuhan tubuh, hal ini disebabkan
obat oral. Klien diizinkan pulang tanggal 18 April, karena klien sudah terpasang infus dan sudah tidak
namun mengalami perburukan dan masuk ruang diare dan demam.
picu tanggal 20 April 2016, pukul 16.00. Pengkajian konservasi integritas struktur
pada kasus 2 dan 3 mengalami persamaan yaitu mata
Hasil dan Pembahasan tidak cekung, turgor kulit elastis, berat badan tidak
Kekurangan volume cairan tubuh dapat turun turgor kulit elastis, akral hangat, CRT < 2
menyebabkan terganggunya keseimbangan energi. detik, dan pada kasus 3 dan 4 pada didapatkan
Alligood (2014) menjelaskan bahwa konservasi persamaan bahwa masalah gangguan cairan dise-
sebagai suatu usaha mencapai keseimbangan antara babkan oleh diare. Studi sistematik review dan
suplai dan kebutuhan energi individu. metaanalisis yang dilakukan oleh Fleming et al.
Pengkajian berdasarkan model konservasi (2015) di departemen darurat pada anak dengan
Levine pada kelima kasus tidak hanya terkait satu diare dan muntah, hasilnya menunjukkan bahwa
prinsip konservasi saja, melainkan menggali waktu pengisian kapiler adalah tanda tertentu yang
pengaruh seluruh faktor internal dan eksternal yang dapat digunakan untuk menilai dehidrasi, dimana
mempengaruhi kondisi klien, yaitu konservasi anak-anak yang waktu pengisian kapilernya lama
energi, integritas struktural, personal dan sosial. memiliki risiko 4 kali lipat pada kematian
Setelah pengkajian dilakukan, penelitimerumuskan dibandingkan anak-anak dengan waktu pengisian
masalah berdasarkan kebutuhan klien yang disebut kapiler normal.
dengan trophicognosis. Jevon (2014) menyatakan bahwa
Setelah merumuskan trophicognosis, maka pengukuran CRT dapat membantu kita dalam
menyusun hipotesis yang memberi arah pada mengkaji sirkulasi, dimana CRT yang lebih dari 2
intervensi. Intervensi dibuat berdasarkan pada detik menunjukkan perfusi perifer yang buruk,
prinsip konservasi yaitu konservasi energi, integritas bersamaan itu dapat juga dilakukan pengecekan
struktural, integritas personal, dan integritas sosial. nadi, tekanan darah, warna kulit, temperatur kulit
Tujuan dari intervensi adalah untuk memper- perifer dan tingkat kesadaran. Pada pasien yang
tahankan wholeness dan membantu memfasilitasi mengalami syok sirkulasi kemungkinan akan terjadi
adaptasi (Alligood, 2014). Implementasi kepera- takikardi dan dan hipotensi.
watan yang dilakukan pada kelima kasus bertujuan Pengkajian konservasi integritas personal
untuk menguji hipotesis yang sudah dibuat (hypo- pada kasus 1, 2, 4 dan 5 hanya dapat dikaji
tesisis testing) apakah dapat mengatasi masalah. pencapaian tumbuh kembang, namun tidak dapat
Evaluasi respon organismik klien terhadap mengkaji konsep diri. Hal ini disebabkan usia klien
intervensi yang peneliti lakukan dengan cara dibawah 2 tahun dan belum bisa berkomunikasi
mengkaji respon klien apakah mendukung atau tidak dengan baik. Pada kasus 3 konsep diri mulai dapat
hipotesis yang sudah dibuat. Dalam hal ini dilakukan dikaji karena klien usia hampir 4 tahun dan dapat
penilaian apakah masalah ketidakseimbangan cairan berkomunikasi cukup baik.

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 22


Penerapan Model Konservasi Levine pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Anak yang Dirawat

Pengkajian konservasi integritas sosial pada kasus 1, dengan dokter untuk pemenuhan kebutuhan cairan
2, 3, 4 dan 5 didapatkan interaksi klien dengan dan elektrolit melalui oral, enteral maupun paren-
keluarga dan orang lain baik. Keluarga masing- teral. Perawat juga berkolaborasi tim gizi untuk
masing klien sangat perhatian dan selalu ada dan pemenuhan kebutuhan elektrolit dalam asupan
bersedia bekerjasama melakukan perawatan pada nutrisi, enteral dan parenteral (Alligood, 2014).
klien. Implementasi konservasi integritas struk-
Trophicognosis ketidakseimbangan cairan tural yaitu tindakan mandiri berupa penimbangan
dan elektrolit ditemukan pada kasus 1 dan 2, risiko berat badan, pengukuran tanda vital, kelopak mata,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit ditemukan mukosa bibir, turgor kulit, waktu pengisian kapiler,
pada kasus 5, defisit volume cairan ditemukan pada benghitung balance cairan dan diuresis. Selain itu
kasus 3, dan risiko penurunan curah jantung pada juga melakukan tindakan kolaborasi berupa
kasus 4. Sementara Trophicognosis yang lain juga pemberian terapi oksigenasi, inhalasi, antibiotik,
ditemukan dan bervariasi sesuai data yang antidiare, pemeriksaan laboratorium urin lengkap,
ditemukan dan patofisiologi penyakit yang diderita. feses lengkap dan darah lengkap terutama nilai
Analisis trophicognosis berdasarkan 5 kasus terpilih hematokrit dan elektrolit natrium, kalium dan
didapatkan persamaan antara kasus 1, 2 dan 5 yaitu klorida.
masalah cairan dan elektrolit bukan menjadi Implementasi konservasi integritas personal
prioritas pertama karena ada masalah yang lebih antar lain memberikan terapi bermain dan stimulasi
prioritas yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. tumbuh kembang sesuai usia dengan cara mengajak
Trophicognosis kurang cairan menjadi prioritas klien bernyanyi, bercerita, mendengarkan musik,
pertama hanya pada kasus 3. bermain game gadget. Penulis dalam memper-
Hipotesa untuk trophicognosis kekurangan tahankan konservasi integritas sosial bekerjasama
volume cairan tubuh dan ketidakseimbangan cairan dengan keluarga melakukan perawatan klien diawali
dan elektrolit pada kelima kasus terpilih pada dengan memberikan edukasi perawatan klien pada
prinsipnya sama dengan intervensi yang ditujukan orang tua.
untuk mempertahankan konservasi energi, kon- Analisis implementasi pada kelima kasus
servasi integritas struktur, personal, dan sosial. memiliki persamaan mendapat terapi intravena,
Selain itu semua kasus mendapat terapi intravena, sehingga perawat juga harus menjaga kelancaran
sehingga ditetapkan hipotesa pemantauan kelancaran akses intravena agar terapi dapat diberikan sesuai
akses vena dan deteksi dini plebitis menggunakan instruksi. Penilaian kelancaran akses intravena
skala INS. sekaligus juga melakukan deteksi dini adanya
Perbedaan yang ada pada kelima kasus plebitis pada setiap shift. Hal ini ditujukan untuk
dapat dilihat dari kebutuhan cairan berdasarkan berat mencegah terjadinya plebitis tahap lanjut yang
badan, ada demam atau tidak, derajat dehidrasi dan berakibat mengganggu asupan cairan, elektrolit serta
kondisi pasien. Selain itu perbedaan dalam membuat obat-obatan melalui intravena (Infusion Nurses
hipotesa pada kasus 3 dibandingkan kasus 1, 2, 4 Society, 2011; Baruel, Polit, Murfield, and Rickard
dan 5 adalah dilakukan pemeriksaan laboratorium (2013); Helton, Hines and Best, 2016).
trombosit dan IgG dan IgM pada kasus 3 karena Analisis evaluasi dari 5 kasus terpilih
defisit volume cairan disebabkan karena peningkatan terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dari
permeabilitas membran kapiler akibat replikasi virus kasus tersebut. Padakasus 1, 2 dan 3 ditemukan
dengue. persamaan perkembangan terakhir yaitu tidak
Hasil akhir yang diharapkan pada kelima ditemukan tanda-tanda dehidrasi, tanda-tanda vital
kasus untuk trophicognosis kekurangan volume dalam batas normal, urin output normal, warna
cairan tubuh dan ketidakseimbangan cairan dan kuning, klien tidak demam, diuresis cukup intake
elektrolit adalah kebutuhan cairan dan elektrolit output seimbang, CRT< 2 detik, muntah dan diare
terpenuhi. Pada kasus 1, 2 dan 5 hasil akhir yang tidak ada, berat badan cenderung meningkat, akses
diharapkan nilai elektrolit dalam batas normal dan intravena lancar, skala plebitis 0, tidak terdapat
kebutuhan cairan terpenuhi. tanda plebitis.
Implementasi pada kelima kasus tidak hanya Hal yang membedakan pada kelima kasus
berfokus pada konservasi energi mempertahankan adalah jumlah masukan cairan yang dihitung
cairan dan elektrolit saja, tetapi juga konservasi berdasarkan berat badan dan perhitungan IWL,
lainya sesuai kondisi klien. Implementasi tersebut sedangkan haluaran melalui urin selain dipengaruhi
tidak dapat dilakukan sendiri, namun membutuhkan oleh berat badan juga dipengaruhi oleh fungsi ginjal,
kolaborasi dari berbagai tim kesehatan yang lain kondisi tubuh dan penyakit. Hal ini sejalan dengan
untuk mempertahankan keutuhan dan meningkatkan penelitian tentang penerapan model konservasi
kemampuan adaptasi. Perawat melakukan kolaborasi Levine untuk mengatasi masalah cairan pada anak

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 23


Penerapan Model Konservasi Levine pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Anak yang Dirawat

(Naviati, Rustina, & Waluyanti, 2013; Zubaidah, Hockenberry& Wilson. (2009). Essential of
Rustina, & Syahreni, 2013). Selain itu, evaluasi pada pediatric nursing. St. Louis : Mosby Year
satu kasus yaitu kasus 5 berbeda antaraklien sudah Book.
diizinkan pulang dan semua masalah keperawatan
sudah teratasi, namun saat hendak pulang klien Hoxha, et al. (2015). Comparing the accuracy of the
mengalami perburukan. three dehydration scales in Childrenwith
acute diarrhea in a developing country of
Kesimpulan Kosovo. Mater Sociomed, 27 (3), 140-143.
Model konservasi Levine sangat tepat Doi 10. 5455/msm. 2015. 27. 140-143.
digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan
cairan dan elektrolit anak yang dirawat. Pemenuhan Infusion Nurses Society. (2011). Infusion nursing
kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan bagian standards of practice. Journal of Infusion
konservasi energi yang dibutuhkan anak untuk Nursing, 34 (1S), S1–S110.
beradaptasi mempertahankan fungsi tubuh secara
utuh (wholeness). Model ini memiliki sedikit James, Nelson, & Ashwil. (2013). Nursing care of
kelemahan yaitu tidak dapat diterapkannya prinsip children principles & practice. St Louis:
konservasi integritas personal khususnya konsep diri Saunders.
pada anak yang lebih kecil karena belum mampu
berkomunikasi dengan baik. Meskipun demikian Jauregui, et al. (2014). External validation and
tindakan stimulasi tumbuh kembang penting comparison of three pediatric clinical
dilakukan untuk membentuk integritas personal anak dehydration scales. Plos One, 9 (5).
di kemudian hari.
Jevon. (2014). Measurement of capillary refill time.
Dental Nursing, 10(2).
Daftar Pustaka
Alligood. (2014). Nursing theory: Utilization & Ludmir. (2012). A primer on pediatric dehydration..
application. Philadephia: Mosby. Emsworld, 41(7), 67-70.

Baruel, Polit, Murfield, and Rickard. (2013). Naviati, Rustina, & Waluyanti. (2013). Penerapan
Infusion phlebitis assessment measures: A konservasi energi dalam memenuhi
systematic review. Journal of Evaluation kebutuhan cairan anak post operasi di
Clinical Practice. 191-202, doi:10. 1111/jep. ruang pediatric intensive care unit RSUPN
12107, ISSN 1365-2753. Dr Cipto Mangunkusumo. Jurnal
Keperawatan Anak. 1, (2), 57-64.
Falszewska, Dziechciarz, & Szajewska. (2014). The
diagnostic accuracy of clinical dehydration Potts & Mandleco. (2012). Pediatric nursing caring
scale in identifying dehydration in children for children and their families. Third
with acute gastroenteritis: A sistematic edition. Delmar: USA.
review. Clinical Pediatric, 53(12), 1181-
1188. Doi: 10. 1177/0009922814538493. Tam, Wong, Plint, Lepabe, & Filler. (2014).
Comparison of clinical and biochemical
Fleming et al. (2015). The diagnostic value of markers of dehydration with the clinical
capillary refill time for detecting serious dehydration scale in children: A case
illness in children: A systematic review and comparison trial. BMC Pediatric, 14, 149.
meta-Analysis. Plos One, 10 (9): e0138155.
Doi: 10. 1371/journal pone. 0138155. Zubaidah, Rustina, & Syahreni. (2013). Penerapan
model konservasi levine pada bayiprematur
Gary& Ludwig. (2010). Textbook of pediatric dengan intoleransi minum. Jurnal
emergency medicine. 6 nd ed. Lippincott Keperawatan Anak. 1(2), 65-72.
Williams & Wilkins.

Helton, Hines and Best. (2016). Peripheral IV site


rotation based on clinical assessment vs
length of time since insertion. Medsurg
Nursing, 25(1), 44-49.

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 24

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai