Anda di halaman 1dari 28

DASAR-DASAR TEORI LINGUISTIK

MATERI KULIAH SEMESTER IV (2011~2012)

Upik Rafida, M. Hum


NIP 19570608199802201

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA
RUSIA 2012
PENGANTAR

 Teori Kebahasaan (Parera, 1991)

 Teori/Aliran Linguistik (Soeparno, 2002)

 Teori dan Madhab Linguistik (Alwasilah, 1993)

 Linguistik dari Segi Sejarah (Pateda, 1994 )

 Sejarah dan Aliran Linguistik (Chaer, 1994)

DASAR-DASAR TEORI LINGUISTIK

LINGUISTIK

Linguistik:

 Memberi pemahaman mengenai HAKIKAT dan SELUK BELUK BAHASA sebagai


alat KOMUNIKASI manusia

 STUDI BAHASA secara ilmiah (Parera, 1991: 3-4)  sebagai satu ilmu
menyumberkan pengetahuan tentang bahasa pada rasio dan pengalaman lewat
pancaindera kebahasaan

 Ilmu yang mempelajari, menganalisis, dan meneliti BAHASA sebagai OBJEKnya


berdasarkan struktur bahasa tersebut; bahasa merupakan bagian kebudayaan (Parera,
1991: 18-19)

 Sebagai PENGKAJIAN ILMIAH/studi bahasa secara ilmiah melalui pengamatan-


pengamatan yang teratur dan secara empiris dapat dibuktikan benar/tidaknya yang
mengacu kepada suatu teori umum tentang struktur bahasa (Lyons dalam Soetikno, 1995:
DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 2
1)

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 3


 Studi linguistik harus dapat menelaah dan menganalisis ciri-ciri universal (kesemestaan
bahasa) dan ciri-ciri spesifik/khusus bahasa sebagai satu gejala alamiah dan manusiawi
(Parera, 1991: 8).

Tiga tahapan perkembangan/penelitian studi linguistik (Chaer, 1994: 332):

 Tahap PERTAMA/tahap SPEKULASI;

Pernyataan tentang bahasa bukan berdasarkan data empiris/spekulatif  dongeng/cerita


rekaan belaka (misal: pernyataan Kemke, filolog Swedia abad ke-17: Nabi Adam dulu di
surga berbicara dalam bahasa Denmark atau pendapat suku Dayak Iban: manusia tadinya
hanya

mempunyai satu bahasa, karena mereka mabuk cendawan menjadi berbicara dalam
berbagai bahasa)

 Tahap KEDUA/tahap OBSERVASI dan KLASIFIKASI;

Pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki; belum sampai


pada perumusan teori  belum dapat dikatakan sebagai pekerjaan ilmiah

 Tahap KETIGA/PERUMUSAN TEORI

Penyelidikan; bersifat ilmiah: diteliti (diamati dan diklasifikasi)  dibuat teori.

Perkembangan selanjutnya muncul berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan.

TEORI

HIPOTESA: DALIL-DALIL yang didukung oleh FAKTA-FAKTA  sebagai dugaan kuat; sudah
dibuktikan kebenarannya  TEORI;

TEORI: satu SISTEM dari hipotesa yang melukiskan hubungan antara fakta-fakta;

 CARA: untuk MENGETAHUI objek tertentu

 TERORGANISIR: memungkinkan untuk MENELUSURI semua objek yang diamati

 UMUM: alat untuk MENGERTI objek yang sudah diamati atau teralami

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 4


 SENJATA: MENGHADAPI kejadian yang sudah lewat, kejadian apapun

 Sistem DEDUKTIF; dapat digunakan untuk MEMPERKIRAKAN kemungkinan yang


muncul dari PREMIS-premisnya, premis ditarik dari kesemestaan yang paling UMUM
yang mampu memenuhi kondisi-kondisi penerapannya pada sejumlah besar DATA
EMPIRIS

TEORI BAHASA; rasional: asumsi  hipotesis (data diuji; pemikiran dan empiris); konsep-
konsep rasional tentang bahasa  fakta bahasa diuji kebenaran ilmiahnya  konsep sesuai dengan
fakta bahasa  kebenaran ilmiah  teori; deduktif (Parera, 1991: 4)

OBJEK: teks UJARAN dan TULISAN.

Tujuan: menyusun METODE PROSEDURAL, dengan metode ini satu teks tertentu bisa
dipahami dengan DESKRIPSI yang AJEG dan MENYELURUH;

 Diharapkan teori linguistik ini dapat MENJAMIN untuk teks lain dalam kondisi yang
sama untuk teks yang dimaksud

 Lebih jauh teori ini mampu MENYUSUN DESKRIPSI dan PREDIKSI bukan hanya
teks-teks dalam satu bahasa, tetapi dapat dijadikan patokan dan PRINSIP UMUM tentang
bahasa

 Mampu memberi deskripsi dan prediksi dari teks-teks bahasa apapun.

Faktor:

 APPROPRIATENESS (kelayakan)  menjadikan EMPIRIS

 ARBITRARINESS (kearbriteran)  menjadikan CALCULATIVE (kesanggupan


memperkirakan  mewadahi segala kemungkinan dalam kerangka/rumusan tertentu.

TEORI LINGUISTIK identik dengan GRAMMAR

Istilah GRAMMAR:

 Konteks sangat bervariasi

 Kedwiartian yang sistemik (Chomsky)

 Mengacu kepada teori yang eksplisit yang diajukan sebagai pemerian kemampuan
penutur.

BATASAN grammar Palmer (1971: 11-12) dalam Alwasilah (1993: 30-31):

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 5


 Tata bahasa suatu bahasa adalah buku yang DITULIS tentang bahasa itu

 Tata bahasa suatu bahasa ditemukan hanya dalam BAHASA TULISAN; bahasa ucapan
hanya sebagian yang bertata bahasa

 Beberapa bahasa memiliki tata bahasa (misal: bahasa Inggris/sedikit sekali), yang lain
tidak (misal: bahasa Cina)

 Tata bahasa, sesuatu yang bisa baik atau jelek (misal: mengatakan “It’s me”), benar atau
tidak benar.

PENGERTIAN GRAMMAR Francis (1966: 18-33) dalam Alwasilah (1993: 31-32):

 Seperangkat POLA FORMAL, di mana kata-kata dalam satu bahasa disusun agar
menyampaikan MAKNA-MAKNA lebih luas; diketahui tanpa sadar apa grammar itu

 Cabang dari ilmu linguistik yang membahas PEMERIAN, ANALISIS dan FORMULASI
pola-pola formal dari BAHASA; orang tertentu yang tahu grammar (misal: mahasiswa)

 ETIKET kebahasaan; grammar sudah dibayangi NORMA-norma SOSIAL  kesan:


BAIK/BURUK (misal: “He aint here”, grammar kampungan); meskipun dalam batasan
pertama/pola formal tidak ada cacat.

Grammar (Francis):

 Sebagai bentuk tingkah laku

 Sebagai bidang studi

 Sebagai cabang dari etiket pergaulan.

Istilah LINGUISTK:

Acuan RELATIF yang disepakati bersama

Pemahaman:

TEORI LINGUSTIK MENGACU PADA ANALISIS BAHASA SECARA ILMIAH; diantaranya


pada grammar.

Simpulan:

 Linguistik lebih umum dari grammar

 Arti tata bahasa: memasukkan segala sesuatu yang berhubungan dengan bahasa.

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 6


TEORI/ALIRAN LINGUISTIK

 AliranLinguistik Tradisional (Traditional Grammar);

 Masa India/Hindu

 Masa Yunani; Linguistik Zaman Yunani

 Masa Romawi

 Masa Pertengahan

 Masa Renaissance

 Abad Kedelapan Belas

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 7


 Abad Kesembilan Belas

 Kaum “80” dan sesudahnya

 Aliran Linguistik
Strukturalis;

 Ferdinand de Saussure

 Aliran Praha

 Aliran Glosemantik

 Aliran Firthian (Tata Bahasa Madhab Firth)

 Linguistik Sistemik

 Leonard Bloomfield dan

 Strukturalis Amerika; Madhab Struktural Amerika (The American Structuralism)

 Aliran Tagmemik (Tagmemic Grammar)

 Tata Bahasa Taksonomi (Taxonomic Grammar)

 Tata Bahasa Madhab Halliday (Neo-Firthian)

 Tata Bahasa Madhab Stratifikasi (Stratificational Grammar)

 Kenneth L. Pike

 Charles Fillmore

 Linguistik Transformasional dan

 Aliran-aliran sesudahnya;

 Tata Bahasa Transformasi/Tata Bahasa Generatif (Transformational Generative


Grammar)

 Semantik Generatif

 Tata Bahasa Kasus

 Tata Bahasa Relasional.

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 8


TATA BAHASA TRADISIONAL
(TRADITIONAL GRAMMAR)

Pengertian/pemahaman Tata Bahasa Tradisional:

o Sekumpulan penjelasan mengenai aturan gramatik yang digunakan lebih kurang selama
dua ratus tahun yang lalu (Alwasilah, 1993: 33)

o Warisan dari studi preskriptif abad ke-18 mengenai studi merumuskan aturan-aturan
berbahasa yang benar (Alwasilah, 1993: 33)

o Menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik (Chaer,1994: 333)

o Teori berdasarkan pola pemikiran secara filosofis (Soeparno, 2002: 44).

Ciri-ciri teori tradisional (Soeparno, 2002: 44-47), (Alwasilah, 1993: 33) dan (Parera,1991: 9-
10):

o Paling tua  tumpuan perkembangan teori-teori kebahasaan yang lain

o Bertolak dari pola pikir secara FILOSOFIS

Plato (orang pertama yang memikirkan bahasa dan ilmu bahasa) menelorkan pembagian
jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka TELAAH FILSAFATnya  2 golongan
jenis kata: onoma ( ditafsirkan sebagai jenis/golongan kata yang mengalami perubahan
bentuk kata secara deklinatif: perbedaan bentuk jenis kelamin/genus, jumlah, dan kasus)
dan rhema (diartikan sebagai golongan kata yang mengalami perubahan konyugatif:
perubahan bentuk kata yang disebabkan perbedaan persona, jumlah, dan kala); telaah
kata/menggeluti kata (Soeparno, 2002: 12-44); dan Parera, (1991: 9) yang menyatakan
berlatar belakang filsafat (dan logika) lahirlah asumsi dan hipotesis tentang bahasa

o Tidak ada pengenalan perbedaan antara bahasa ujaran dan bahasa tulis (Alwasilah, 1993:
33)  deskripsi hanya bertumpu pada bahasa tulis

Teori ini MENCAMPURADUKKAN pengertian BAHASA (dalam arti yang sebenarnya)


dan TULISAN (perwujudan bahasa dengan media huruf)  mencampuradukkan bunyi
DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 9
dan huruf; misal, mencampuradukkan pengertian bunyi/fonem dan huruf berikut:
“Antara vokal-vokal itu huruf a adalah yang membentuk lubang mulut yang besar…”,
secara logika dan menurut kenyataan tidak ada huruf yang berurusan dengan mulut,
bahwa huruf berurusan/berkaitan dengan produksi huruf (Soeparno, 2002: 44-45)

o Data bahasa yang diteliti pada awalnya adalah data bahasa tertulis dan bahasa yang telah
mengenal ejaan (terbatas pada data bahasa Yunani dan Latin (Parera, 1991: 10)

o Penyusunan tata bahasa pada suatu bahasa dideskripsikan dengan mengambil patokan-
patokan dari bahasa lain  bahasa Latin

o Bermain dengan DEFINISI

Semua istilah diberi definisi  diberi contoh; pengaruh dari cara berpikir deduktif; teori
tidak menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa (Alwasilah, 1993: 33 dan Soeparno, 2002:
45)

o Pemakaian bahasa berkiblat pada POLA/KAIDAH

Kaidah harus benar-benar ditaati , pelanggaran kaidah  salah/tercela; Tata Bahasa


NORMATIF ( pemakai bahasa harus taat pada norma tata bahasa yang digariskan) dan
Tata Bahasa PRESKRIPTIF (cenderung menghakimi benar/salah pemakai bahasa)
(Alwasilah,1993: 33 dan Soeparno, 2002: 45)

o TATARAN GRAMATIKA BELUM ditata secara RAPIH

HURUF (level terendah yang didefinisikan sebagai unsur bahasa yang terkecil)  KATA
(kumpulan dari huruf yang mengandung arti)  KALIMAT (level tertinggi yang
didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung pengertian lengkap) (Soeparno,
2002: 46)

o Tata bahasa diDOMINASI oleh JENIS KATA (part of

speech) Ciri paling menonjol dominasi jenis kata

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 10


(Soeparno.2002: 46)

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 11


o Dalam pemerian/deskripsi atau memutuskan persoalan bahasa para tata bahasawan sering
melibatkan LOGIKA (Alwasilah,1993: 33); dan Parera, (1991: 9) yang menyatakan
berlatar belakang logika (dan filsafat) lahirlah asumsi dan hipotesis tentang bahasa

o Para tata bahasawan cenderung atau bahkan MEMPERTAHANKAN PENEMUAN-


penemuan atau KAIDAH-kaidah TERDAHULU (Alwasilah, 1993: 33)

o Bahasa bukan merupakan produk kebudayaan, melainkan yang utama adalah sarana dan
alat komunikasi (Parera, 1991: 10)

o Teori-teori kebahasaan yang bersifat trsdisionil merupakan penerapan teori-teori filsafat


dan logika dalam analisis bahasa (Parera, 1991: 10)

o Fakta dan data bahasa yang tidak sesuai dengan teori filsafat dan logika  primitif/kurang
baik  kekecualian/kesalahan/perlu diperbaiki sesuai teori filsafat dan logika
(Parera,1991: 10)

o “ALAM” dan “KONVENSI”

“Alamiah”: lembaga tersebut berasal dari asas-asas yang abadi dan tidak berubah di luar
manusia sendiri  tidak dapat diganggu gugat; “Konvensional”: hasil dari kebiasaan dan
tradisi (persetujuan yang tidak terucapkan/”Perjanjian Sosial” antara anggota-anggota
masyarakat; perbuatan manusia sendiri  dapat dibatalkan (Lyons dalam Soetikno, 1995:
4); Etimologi: asal sebuah kata yang berarti yang “benar” (kebenaran “alam”)  kaun
Naturalis Yunani/filsuf-filsuf Stoa: perangkat “nama”/”penamaan”( hubungan dasar
antara kata dan artinya)  dasar perkembangan bahasa Lyons dalam Soetikno, 1995: 5);
prinsip dasar etimologi 2: (1) arti sebuah kata mungkin menjadi luas karena hubungan
“alamiah” antara pemakainya yang pertama kali dan yang kedua, (2) bentuk sebuah kata
mungkin berasal dari bentuk kata lain dengan tambahan, pelesapan, substitusi, dan
transposisi bunyi-bunyi (bila ada hubungan “alamiah” antara arti kedua kata itu) (Lyons
dalam Soetikno, 1995: 6)

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 12


o KAUM ANALOGIS (“keteraturan”) dan KAUM ANOMALIS (“ketidakteraturan)

Analogis (lebih khusus “perbandingan”) berpendapat, bahwa hakikat bahasa adalah


sistematis dan teratur, misal (bahasa Inggris): boy – boys, girl – girls, cow – cows);
Anomalis > < Anologis  sangat kabur  keduanya menerima adanya “keteraturan”
dalam bahasa; perbedaannya dalam hal “tujuan”: kelompok Stoa/Anomalis pada masalah
filosofis tentang asal usul bahasa, logika , dan retorika sedangkan kelompok
Iskandaria/Analogis pada kritik sastra (Lyons dalam Soetikno, 1995: 8).

MASA INDIA

Masa/Tradisi India/Hindu;

 Sudah berlangsung jauh mendahului linguistik dan tata bahasa Greko-Latin

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 13


 Diwarisi secara turun temurun

 Linguistik deskriptif

 Berkembang secara OTONOM dan bebas (pada perkembangan itu belum ada kontak
antara Yunani-Romawi dengan India  ada persamaan: pertentangan status “alamiah”
atau “konvensioanal” bahasa, “analogi-anomali”,juga klasifikasi “nomen-verbum”
(nomina dan verba); pembedaan “subjek” dan “predikat” cara Plato dalam bahasa Yunani

 Keunggulan: melebihi tradisi Linguistik Barat dalam bidang FONETIK: berhubungan


dengan penyampaian tradisi sanjak-sanjak buku Veda (mengucapkan doa-doa) 
penyampaian memperhatikan segi-segi ucapan; keunggulan lain adalah STRUKTUR
INTERNAL KATA/struktur dalam sebuah kata

 Abjad yang digunakan adalah abjad Brahmi, menurut dugaan diciptakan kaum Brahmana
yang cerdik, yang terdiri dari 46 huruf

 Bahasa dipelajari untuk tujuan RITUAL (keagamaan)  mempelajari bahasa (Sanskerta)


lebih saksama  dapat mengucapkan doa-doa dengan lebih baik (permintaan kepada
dewa akan terkabul)

 Terdapat sekitar dua belas aliran teori tata bahasa yang berbeda-beda

 Sarjana besar dari tradisi India: PANINI, karya linguistiknya: ASTADHYASI;


digambarkan dari sudut pandang KETUNTASAN (dalam batas-batas yang ditetapkan
sendiri, terutama berkenaan dengan struktur kata-kata), KONSISTENSI internalnya
(kaidah-kaidah diatur berurutan sedemikian, sehingga lingkup suatu kaidah tertentu
didefinisikan atau dibatasi oleh kaidah-kaidah sebelumnya, dan PENGHEMATAN
pernyataannya (menggunakan singkatan-singkatan dan lambang-lambang); jauh lebih
unggul dari tata bahasa apapun yang pernah ditulis

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 14


 Besar pengaruhnya terhadap linguistik modern.

MASA YUNANI

Masa Yunani:

 Studi bahasa zaman Yunani kurang lebih 600 tahun (dari abad ke-5 SM sampai abad ke-2
M)

 Pada waktu itu orang yang bergerak dalam bidang bahasa adalah filosof  pandangan
terhadap bahasa bertitik tolak dari FILSAFAT

 Telah mempersoalkan KELAS KATA; Plato membagi atas onoma dan rhema/nomen dan
verbum (kata benda dan kata kerja); Aristoteles membagi tiga, yaitu: onoma, rhema, dan
syndesmoi (kata sambung/konjungsi); kaum Stoa memperluas pembagian menjadi empat:
nomen, verbum, syndesmoi, dan arthron (kata sandang); Kaum Aleksandrian (cenderung
bersikap analogis) memperluas menjadi delapan: onoma, rhema, metosche (partisipel),
arthron, antonymia (kata ganti), prosthesis (kata depan, epirrhema (kata keterangan), dan
syndesmo

 Pengenalan kategori “kala” pada kata kerja bahasa Yunani oleh Aristoteles; kaum Stoa
(bersikap anomalis) memperkenalkan penggolongan infleksi (misal: boy – boys, atau sing
– sang, sung), memberi makna pada istilah “kasus”,dan membedakan istilah “aktif” dan
“pasif” juga antara verba “transitif” dan “intransitif”; kaum Aleksandrian (cenderung
berskaap analogis) menetapkan aturan-aturan/pola-pola infleksi

 Masalah pokok kebahasaan yang menjadi PERTENTANGAN para linguis waktu itu
adalah: (1) antara fisis (alami) dan nomos (konvensi), (2) analogi dan anomali

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 15


 Pertentangan antara bahasa yang bersifat alami (FISIS) atau konvensi (NOMOS); bahasa
mempunyai hubungan asal usul (sumber: prinsip-prinsip abadi, tidak dapaat digantti di
luar manusia itu sendiri  tidak dapat ditolak)  setiap kata mempunyai hubungan dengan
benda yang ditunjuknya  setiap kata mempunyai makna secara alami/fisis (misal: kata
yang terbentuk berdasarkan peniruan bunyi); penganut paham ini: kaum naturalis. Kaum
konvensionalis berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi: makna kata itu diperoleh
dari hasil tradisi/kebiasaan-kebiasaan; mempunyai kemungkinan bisa berubah

 Pertentangan ANALOGI dan ANOMALI: bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak
teratur. Kaum analogi berpendapat (antara lain: Plato , Aristoteles): bahasa bersifat
teratur (misal: book – books, muslimun – muslima:ni – muslimu:na)  disusun tata
bahasa. Kaum anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur (misal: child –
children, bukannya childs; write – wrote, bukannya writed)

 KAUM SOPHIS (Sofis);

muncul pada abad ke-5 SM, melakukan pekerjaan secara empiris, melakukan kerja secara
pasti dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu, lebih mementingkan bidang retorik,
membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi serta maknanya; salah satu tokoh Sophis
yaitu Protogoras membagi kalimat atas 7 tipe: kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat
jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa, dan undangan

 PLATO (429 -347 SM);

memperdebatkan tentang bahasa analogi dan anomali dalam karangannya Dialog,


mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional, memberi batasan bahasa
yang berbunyi (melalui Socrates): “Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan
perantaraan onomata dan rhemata” (onomata berarti: 1. nama dalam bahasa sehari-hari,
2. nomina, nominal dalam istilah tata bahasa, 3. subjek dalam hubungan dengan subjek
logis; rhemata berarti: 1. frasa, ucapan dalam bahasa sehari-hari, 2. verba, verbal dalam
istilah tata bahasa, 3. predikat dalam hubungan predikat logis); kedua istilah tersebut
merupakan anggota logos yang berarti kalimat atau frasa atau klausa

 ARISTOTELES (384 – 322 SM);

salah seorang murid Plato, selalu bertolak dari segi logika, menambahkan satu kelas kata
atas pembagian yang dibuat Plato yaitu: syndesmoi membedakan jenis kelamin/gender
DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 16
dalam tiga jenis yaitu: maskulin, feminin, dan netral, rhema menunjukkan “kala” dalam
sebuah pekerjaan selesai, belum selesai

 Kaum STOIK; kelompok filsuf dan logikus yang berkembang pada permulaan abad ke-4
SM , telah membedakan antara studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara
gramatikal/tata bahasa, telah menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa,
membedakan tiga aspek utama dari bahasa yaitu: 1. bunyi/materi: tanda/symbol,
sign/semainon, 2. makna/semainomenon/lekton (apa yang disebut), 3. hal-hal eksternal/di
luar bahasa yang disebut benda atau situasi, membedakan legein (bunyi yang merupakan
bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna) dan propheretal (ucapan bunyi bahasa yang
mengandung makna), mengatakan bahwa “kasus” itupun onoma juga yang sesuai dengan
fungsinya  kasus “nominatif” – “genetif” – “datif” – “akusatif” dan sebagainya,
membedakan rhema dan kategorrhema dengan pengertian sekarang bentuk “infinitif” dan
bentuk “finit”, membagi jenis kata (part of speech) menjadi empat yaitu: kata benda, kata
kerja, syndesmoi, dan arthoron, membedakan antara sistem kata kerja komplet dan kata
kerja tak komplet, serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif

 Kaum ALEXANDRIAN; melanjutkan pekerjaan yang telah dirintis kaum Stoik, di


sinilah Tata Bahasa Tradisional dihasilkan yang sekarang kita miliki  hasil-hasil karya
tata bahasa secara pasti dapat dikodifikasikan, penganut paham analogi  menyusun pola
“hukum-hukum kanon” (hasil penyelidikan terhadap kereguleran dalam bahasa: “Tata
Bahasa “DIONYSIUS THRAX”, lahir kurang lebih tahun 100 SM, buku tata bahasa
pertama yang bersifat komprehensif dan sistematis, yang dibicarakan bidang fonologi dan
morfologi  sebagai model penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya; cikal bakal Tata
Bahasa Tradisional  ada susunan-susunan paradigma; diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin oleh Remmius Palaemon dengan judul “ARS GRAMMATIKA” pada awal abad
pertama Masehi). Memiliki 24 huruf mulai dari alpha sampai omega; 8 jenis kata: 1.
onoma (jenis kata yang berinfleksi untuk kasus, menyatakan orang/barang; tiga jenis
kelamin: maskulin, feminin, netral; tiga pernyataan jumlah: singular, dualis, pluralis; lima
kasus: orthe, genike, dotike, aitiatike, kletike), 2. rhema (jenis kata yang tidak berinfleksi
dengan kasus  berinfleksi utk menyatakan: kala, persona, jumlah, aktif, dan pasif), 3.
metoche (jenis kata yang disebut partisipel  bertugas mencirikan benda dan kerja), 4.
arthron (artikel; berinfleksi untuk kasus; berada di depan/di belakang benda), 5.
antonymia (pronomen; jenis kata yang menggantikan benda atau menyatakan orang), 6.
prosthesis (preposisi; jenis kata yang ditempatkan di depan kata-kata baik dalam
penggabungan dan sintaks), 7. epirrhema (adverbium; jenis kata tanpa infleksi yang
ditambahkan pada kata kerja), 8. syndesmoi; {jenis kata yang menghubungkan
percakapan yang mengisi lekang dalam interpretasi, dibedakan: kopulatif, disjungtif,
DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 17
kondisional, kausal, final, dubitatif (barangkali, entah), ratiocinative (karena itu,
akibatnya), ekspletif (sungguh, benar, memang}. Kata sifat termasuk dalam kata benda
(berinfleksi menurut kata benda/sama dengan kata benda). Disebutkan dalam uraian kelas
kata diterapkan 5 kategori (parepomena): 1. genos (maskulin,feminin, netral), 2. eidos
(tipe) ( primer dan derivasi/turunan), 3. schema/bentuk (dasar/simple dan majemuk), 4.
arithmos/jumlah (singular, dualis, pluralis), 5. ptosis/kasus (nominatif, genetif, datif,
akusatif, vokatif).

MASA ROMAWI

Masa Romawi:

 Dianggap KELANJUTAN zaman Yunani

 Ahli-ahli tata bahasa Romawi mengikuti MODEL-model Yunani

 MENGUASAI bahasa Romawi dengan baik  orang INTELEK

 Berkembang kebudayaan Romawi “HELLENISME” (ilmu pengetahuan disoroti


berdasarkan ajaran Stoik)

 Linguistik Romawi secara umum merupakan APLIKASI/PENERAPAN dari pikiran-


pikiran Yunani

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 18


 Kelas kata menjadi SEMBILAN dengan penambahan numeralia (kata bilangan) (dari
delapan pembagian kaum Alexandrian)

 TATA BAHASA ROMAWI disusun dalam TIGA BAGIAN (seperti tata bahasa
Dionysius Thrax): bagian pertama menentukan lingkup tata bahasa sebagai seni berbicara
yang benar dan alat untuk memahami para penyair, juga membicarakan huruf-huruf dan
suku-suku kata; bagian kedua membicarakan kelas-kelas kata  lebih terperinci, variasai-
variasinya menurut kala, jenis, jumlah, kasus, dan sebagainya; bagian ketiga:
membicarakan gaya yang baik dan yang buruk, peringatan-peringatan akan “kesalahan-
kesalahan” umum dan “barbarisme”, serta contoh-contoh yang dianjurkan

 VARRO; dengan bukunya “DE LINGUA LATINA” yang terdiri atas 25 jilid: masih
memperdebatkan masalah analogi dan anomali; buku ini terdiri dari bidang-bidang
ETIMOLOGI, MORFOLOGI, dan SINTAKSIS. Etimologi (asal usul kata beserta
artinya), Varro mencatat perubahan bunyi dari zaman ke zaman (misal: kata duellum
menjadi belum ‘perang’ juga perubahan makna dari sebuah kata (misal: kata hostis yang
semula berarti ‘orang asing’ berubah menjadi ‘musuh’). Morfologi (mempelajari kata dan
pembentukannya), Varro menunjukkan originalitasnya dalam menjelaskan kata; Kata
menurut Varro (Parera, 1991: 43) adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dpisahkan
lagi yang merupakan bentuk minimum; kata-kata terjadi bisa secara analogi juga secara
anomali  ada bentuk yang regular dan ada bentuk yang tidak regular. Membagi kelas
kata dalam empat bagian: 1. kata benda (termasuk kata sifat)  berinfleksi kasus, 2. kata
kerja (kata yang membuat pernyataan)  berinfleksi “kala”, 3.partisipel (kata yang
menghubungkan); dalam sintaksis: kata benda dan dan kata kerja  berinfleksi kasus dan
kala”. Kasus ada enam: 1. nominativus (bentuk primer/pokok), 2. genetivus (bentuk yang
menyatakan kepunyaan), 3. dativus (bentuk yang menyatakan menerima), 4. akusativus
(bentuk yang menyatakan objek), 5. vokativus (bentuk sebagai sapaan/panggilan), 6.
ablativus (bentuk yang menyatakan asal). Deklinasi {perubahan kata berkenaan dengan
kategori kasus,jumlah, dan jenis  dua macam: 1. deklinasi naturalis (perubahan yang
bersifat alamiah  perubahan dengan sendirinya dan sudah berpola); bersifat reguler 
biasanya sudah dapat diketahui pemakai bahasa tanpa ragu-ragu, 2. deklinasi voluntaris
(perubahan terjadi secara morfologis; bersifat iregular  selektif dan manasuka  pemakai
bahasa harus sadar bagaimana melaksanakan deklinasi itu

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 19


 TATA BAHASA PRISCIA (INSTITUTIONES GRAMMATICAE) (500M); terdiri dari 18
jilid (16 jilid mengenai MORFOLOGI: priscianus mayor dan 2 jilid mengenai
SINTAKSIS: priscianus minor); menjadi model/contoh dalam penulisan buku tata bahasa
di Eropa dan juga di luar Eropa; tata bahasa Latin paling lengkap/dituturkan pembicara
aslinya; sebagai tonggak/sumber utama bahasa tradisional; dasar tata bahasa Latin dan
filsafat masa pertengahan; norma utama/pembahasan buku ini adalah semantik/makna.
FONOLOGI, membicarakan tulisan/huruf: litterae {bagian terkecil dari bunyi yang dapat
dituliskan (Chaer, 1994: 340 dan Parera, 1991: 44)}, nama huruf: figurae; nilai bunyi:
postestas, ada 4 macam: 1.vox artikulata: membedakan makna, 2. vox martikulata:
menunjukkan makna, 3. vox litterata: bunyi yang dapat dituliskan baik yang artikulata
maupun martikulata, 4. vox illiterate: bunyi yang tidak dapat dituliskan. MORFOLOGI,
dibicarakan mengenai dictio/kata: bagian yang minimum dari sebuah ujaran dan harus
diartikan terpisah dalam makna sebagai satu keseluruhan (Chaer,1994: 341). Kata terdiri
atas 8 jenis (partes orationis ‘jenis kata’ ) (Chaer, 1994: 341 dan Parera, 1991: 45): 1.
nomen {kata benda(menunjukkan substansi dan kualitas) dan kata sifat; klasifikasi
sekarang}, 2. verbum (kata: menyatakan perbuatan/dikenai perbuatan; memiliki infleksi
untuk kala dan modus  tidak berinfleksi kasus), 3. participium (kata: berderivasi dari
verbum, mengambil kategori verbum dan nomen/kala dan kasus), 4. pronomen (kata-kata
yang dapat menggantikan nomen: orang pertama, kedua dan ketiga), 5. adverbium (kata-
kata secara sintaksis dan semantik merupakan atribut verbum; digunakan dalam
konstruksi bersama verbum), 6. praepositio (kata-kata yang terletak di depan bentuk yang
berkasus), 7. interjection (kata-kata yang menyatakan perasaan, sikap atau pikiran;
terlepas dari verbum), 8. conjunction (kata-kata yang secara sintaksis bertugas
menghubungkan anggota-anggota kelas kata yang lain untuk menyatakan hubungan
antarsesamanya; tidak mengalami infleksi). SINTAKSIS/oratio: tata susun kata yang
berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai; sebuah kata  kalimat penuh; kalimat
jawaban singkat.

MASA PERTENGAHAN

Masa Pertengahan:

o BAHASA LATIN menduduki posisi PENTING dalam sistem pendidikan (pendidikan


bersifat liberal); bahasa liturgi, kitab suci/bahasa gereja  bahasa universal: diplomasi,
ilmu pengetahuan, kebudayaan  lingua franca

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 20


o Tujuh SISTEM utama dalam PENDIDIKAN: trivium (gramatika, dialektika/logika,
retorik) dan quadrivium ( aritmetika, geometrik, astronomi, dan musik)

o Tujuan ahli tata bahasa mencari persesuaian antara peristiwa-peristiwa bahasa dan prinsip
teori yang telah disusun lebih dahulu

o Jaman filsuf-filsuf skolastik; SKOLASTIS berkembang (suatu cara mempelajari ilmu


yang diperoleh di biara-biara, pertemuan alim ulama, dan di sekolah-sekolah istana)

o Interpretasi Skolastis akan ajaran-ajaran Aristoteles; buku pegangan berdasar tata bahasa
Donatus dan Priscianus

o Karya penting yang dilakukan para sarjana: memasukkan PRADUGA-praduga


FILOSOFIS; ke dalam studi bahasa

o Tata bahasa: teori filsafat mengenai kelas-kelas kata dan “modus-modus penandaan”
yang khas

o Membentuk kategori-kategori tata bahasa dari kategori-kategori LOGIKA,


EPISTEMOLOGI, dan METAFISIKA

o Semantik sebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk-bentuk bahasa  mencari


sumber makna  etimologi berkembang pesat; sumber: 20 jilid Etymologies

o Perbedaan-perbedaan tata bahasa atau perbedaan-perbedaan gramatikal bukan


“kebetulan”/tidak penting; keUNIVERSALan tata bahasa

o Perkembangan linguistik: kaum Modistae dan Tata Bahasa Spekulatif.

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 21


o MODISTAE mengagungkan unsur SEMANTIK  tiap benda mempunyai beberapa ciri:
modi essendi (pikiran manusia yang dapat menangkap pengertian konsep baik secara
aktif/pasif: modi significandi activi)  dialihkan ke dalam bunyi-bunyi/kegiatan aktif
yang dibagi atas bentuk kata dan ujaran  DE MODIS SIGNIFICANDI; Pertentangan
antara Fisis – Nomos, Analogi dan Anomali; menerima konsep ANALOGI  bahasa
bersifat regular dan universal

o Tugas tata bahasa ilmiah/”SPEKULATIF”: menemukan asas-asas/prinsip-prinsip yang


menjadi dasar hubungan antara kata sebagai “TANDA” dengan pikiran manusia di satu
pihak, dan dengan benda yang digambarkannya/yang “DITANDAI”nya/referencenya di
lain pihak  prinsip bersifat UNIVERSAL/KONSTAN (Lyons dalam Soetikno, 1995:
15); (kata tidak secara langsung mewakili reference); substansial: sama dalam segala
bahasa  semua bahasa mesti memiliki KATA-kata untuk PENGERTIAN-pengertian
yang sama (mempunyai kata untuk konsep yang sama) dan semua bahasa mesti
menunjukkan kelas- KELAS KATA yang SAMA (kesamaan jenis kata) dan kategori-
kategori tata bahasa/gramatikal yang lain (Chaer, 1994: 342)

o PETRUS HISPANUS; pernah menjadi Paus “Paus Johannes XXI” (1276 – 1277), wakil
kaum Modistae, judul buku “SUMMULAE LOGICALES”, peran di bidang linguistik: 1.
memasukkan PSIKOLOGI dalam analisis makna bahasa, 2. membedakan antara
SIGNIFIKASI UTAMA dan KONSIGNIFIKASI (pembedaan pengertian pada bentuk
akar/root dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan/afik), 3. membedakan
NOMEN atas NOMEN SUBSTANTIVUM dan NOMEN ADJECTIVUM berdasarkan kasus
(infleksi kasus kedua bentuk ini sama), 4. membedakan PARTES ORATIONIS {(menurut
Aristoteles dan kaum Stoik dicirikan sebagai substansi dan kualitas untuk kata benda;
aktif dan pasif untuk kata kerja)  para logikus: mewakili sesuatu dan menunjuk sesuatu}
atas CATEGOREMATIK (semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat) dan
SYNTATEGOREMATIK (semua bentuk yang lain dalam tutur); pada Aristoteles yang
membedakan anoma, rhema, dan syndesmoi, 5. membedakan antara SIGNIFICATIO,
SUPPOTIO, dan APPELATIVA (Chaer, 1994: 342).

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 22


MASA RENAISSANCE

 Dianggap sebagai jaman PEMBUKAAN abad PEMIKIRAN MODERN (renaitre: lahir


kembali)  masa kehidupan kembali mempelajari masa kuno/Yunani dan Romawi
(filsafat, kesenian, sastra abad XVI dan XVII); menolak tradisi skolastik; yang
berpengaruh humanisme (humanitas/istilah Cicero, yang bersinonim dengan
“peradaban”/sivilisasi dan berlawanan dengan “barbarisme”)

 HUMANISME, prinsip: menggunakan bahasa kuno sebagai dasar studi; kesusasteraan


klasik: sumber NILAI-nilai PERADABAN  mempelajari bahasa dan kebudayaan klasik
yang bertujuan PEDAGOGIS dan ILMIAH  ada usaha mengumpulkan dan
memPUBLIKASIkan NASKAH -naskah para PENULIS KLASIK; ditemukan alat
pencetak  penyebaran naskah-naskah yang benar secara luas dan cepat

 Buku GRAMMAIRE GENERALE ET RAISONNEE (Tata Bahasa Umum dan Penalaran)


diterbitkan oleh guru-guru di Port Royal (menghidupkan cita-cita tata bahasa spekulatif)
bertujuan menunjukkan bahwa struktur suatu bahasa adalah: PENALARAN; bahasa yang
berbeda-beda  ragam sistem yang lebih logis, rasional, dan umum; semua tata bahasa
“rasional” berkisar dalam batas-batas tradisi klasik dan tidak menghasilkan teori-teori
linguistik baru

 Selain bahasa Latin, bahasaYunani, Ibrani, dan Arab, juga bahasa-bahasa Eropa lain
mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa juga
perbandingan  HOMO TRILINGUIS (menguasai bahasa Latin, Yunani, dan Ibrani)

 BAHASA IBRANI perlu  kedudukan sebagai bahasa kitab “PERJANJIAN LAMA” dan
“PERJANJIAN BARU”, tata bahasa Ibrani ditulis: Roger Bacon, N. Clenard, dan
Reuchlin/Jerman (buku: DE RUDIMENTIS HEBRAICIS; penggolongan/pengelasan kata
DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 23
bahasa Ibrani: NOMEN, VERBUM, dan PARTIKEL mirip penggolongan dalam linguistik
bahasa Arab: ismun, fi’lun, dan harfun); linguistik Ibrani berkembang dalam pengaruh
linguistik Arab; abad ke-14 bahasa Ibrani dan bahasa Arab diakui resmi di Universitas
Paris; akhir abad ke-21 tata bahasa Ibrani ditulis oleh orang-orang Yahudi yang tinggal di
Spanyol (misal: keluarga Qimbi), Ibn Barun membuat studi perbandingan bahasa Ibrani
dan bahasa Arab

 LINGUISTIK ARAB dimulai abad ke-7 M, berkembang pesat: kedudukan sebagai


bahasa dalam kitab suci “AL QURAN” (dalam terminologi bahasa Arab Al Quran tidak
boleh diterjemahkan  tafsir; timbulkan eksegisi dan komentar linguistik); Dua aliran
linguistik Arab: aliran BASRA (pengaruh konsep analogi masa Yunani  berpegang pada
KEREGULERAN dan KESISTEMATISAN bahasa Arab sebagai bahasa tutur yang
logis) dan KUFAH (KEANEKARAGAMAN bahasa termasuk dialek-dialek; paham
anomali); Buku tata bahasa Arab: Al Kitab “KITAB AL AYN” karya Sibawaihi (aliran
Basra) membagi kata atas tiga kelas: ISMUN (nomen), FI’LUN (verbum), dan HARFUN
(partikel); Deskripsi FONETIK secara sistematik artikulatoris dan arus (dimulai dari
belakang: bunyi glotal stop ayn), velarisasi dan palatalisasi sudah digambarkan, satu
kontras yang belum dibahas yaitu antara bunyi bersuara dan tak bersuara

 BAHASA-bahasa EROPA; selain bahasa Latin dan bahasa Yunani, abad VII ada buku
tata bahasa IRLANDIA/tata bahasa Gaelig, abad X PENYELIDIKAN BAHASA oleh
Basque, abad XII adanya buku tata bahasa ISLANDIA/tata bahasa Islan, abad XIII ada
buku tata bahasa PROVENCAL/tata bahasa Pruvenco. Adanya studi yang serius
mengenai bahasa ROMAN/NEO-LATIN. Buku tulisan Dante “DE VULGARI
ELOQUENTIA” (Gaya Bahasa Orang Banyak): mempelajari bahasa yang digunakan
sehari-hari yang diketahui sejak kecil, gaya epik Virgilius; Milton mirip dengan
Homerus; Racine yang dijiwai Sophocles; perubahan bunyi/waktu itu perubahan huruf
dipelajari (hubungan dan perubahan bunyi bahasa Spanyol, Perancis, Itali dengan bahasa
Latin), lahirnya studi bahasa-bahasa secara diakronik, muncul diskusi tentang perubahan
linguistik, kontak-kontak bahasa, percampuran bahasa, pengalihan bahasa dari generasi
satu ke generasi lain

 Perhatian bahasa DI LUAR EROPA telah ada; usaha para misionaris Yesuit dari
Propaganda Fide (laporan tentang bahasa-bahasa di Asia: bahasa Jepang, Tionghoa,
India, Indonesia; tujuan: melengkapi perbandingan bahasa yang mereka kerjakan);
Kegiatan keagamaan, politik, perdagangan, diplomasi dan sebagainya menyadarkan
perlunya akan sebuah bahasa perhubungan (lingua franca) antarbangsa (misal: bahasa
DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 24
Melayu/bahasa suku bangsa di daerah Selat Malaka  lingua franca bagi para pedagang,
pelaut, juga kaum penjajah)

 PETRUS RAMUS/Pierre Rames (1515 – 1572); TOKOH TRANSISI jaman pertengahan


ke jaman modern, dianggap sebagai tokoh PELOPOR strukturalisme, menolak gagasan
Aristoteles, menulis tata bahasa Yunani, Latin, dan Perancis, meletakkan dasar teori tata
bahasa “SCHOLAE GRAMMATICAE”  analisis dan deskripsi bahasa bersifat formal dan
struktural, meninggalkan semantik dan logika  hubungan antara masing-masing kata
dan ciri-ciri formal. FONOLOGI; menyusun kamus dasar ucapan bahasa Perancis,
membedakan antara bahasa tulisan dan bahasa lisan. MORFOLOGI; mengakui sistem
klasifikasi tradisional  memberi ciri formal dan membedakan sistem klasifikasi formal
dalam ke-parisilaba-an dan ke-imparisilaba-an. SINTAKSIS; membedakan kata dalam
hubungan mereka dalam bentuk infleksi, menentukan hubungan sintaksis bentuk concord
‘kesesuaian’

MASA ABAD KEDELAPAN BELAS

 Perhatian para sarjana TIDAK EROPASENTRIS lagi  diarahkan juga kepada bahasa-
bahasa di luar Eropa; PENGUMPULAN BAHASA SECARA BESAR-BESARAN
(misal: P. S. Pallas, dengan bantuan ratu Rusia Katharina II berhasil mengumpulkan kata-
kata dari 272 bahasa di Eropa, Asia, dan Amerika; Lorenzo Hervasy Panduro membuat
ikhtisar bahasa dari 300 bahasa, 40 diantaranya bahasa Indian Amerika)

 Sudah mempersoalkan ASAL USUL BAHASA/perhatian tertuju pada asal ususl bahasa
(meskipun perhatian masih pada bahasa-bahasa tertulis  hanya membaca dan
membandingkan teks)  menyatukan para filsuf yang berciri PERSUASI EMPIRIS dan
RASIONALIS dengan Pergerakan ROMANTISISME; bahasa sebagai alat komunikasi
akal (VERNUNFTMENSCH) dan perasaan (GEFUHLSMENSCH)

 Age of Reason/Age of English tenment sebutan abad ke-18: MENDEWAKAN


PEMIKIRAN  abad kemenangan akal terhadap kepercayaan, dilihat dari akal dan rasio
 muncul pemikir-PEMIKIR DUNIA

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 25


 G.W. LEIBNITZ (1646-1716), sarjana yangbergerak di bidang bahasa, yang
menguraikan KEKELUARGAAN BAHASA-bahasa yang terdapat di EROPA dan ASIA

 LAMBERT TEN KATE (1674-1731), menyatakan bahwa HUKUM BAHASA TIDAK


boleh dinyatakan secara APRIORI, melainkan harus dicari atas dasar PENYELIDIKAN
KENYATAAN

 E. B. CONDILLAC, mendiskusikan ASAL MULA BAHASA dan PERKEMBANGAN


PERTAMA bahasa/UJARAN manusia, berpendapat: mulanya bahasa merupakan
ISYARAT-isyarat DEITIK dan IMITATIF serta bunyi-BUNYI ALAMIAH  tidak
memenuhi sebagai alat komunikasi  menjadi sistem TANDA (= LAMBANG) bahkan
mendukung MAKNA tertentu, membicarakan hubungan bahasa dengan bentuk-bentuk
puisi, berpendapat bahwa dalam bahasa lebih penting BAHASA TUTUR dan bukan
bahasa tulis, tahun 1746 Condillac membahas bahasa dalam karyanya ESSAI SUR
L’ORIGINALE DES CONNONISSANCES HUMAINES, kaum tradisi rasionalis
empiris

 ROUSSEAU, mendiskusikan asal mula bahasa dan perkembangan pertama bahasa/ujaran


manusia, berpendapat: mulanya bahasa merupakan isyarat-isyarat deitik dan imitatif serta
bunyi-bunyi alamiah  tidak memenuhi sebagai alat komunikasi  menjadi sistem tanda
(= lambang) bahkan mendukung makna tertentu, membicarakan hubungan bahasa dengan
bentuk-bentuk puisi, berpendapat bahwa dalam bahasa lebih penting bahasa tutur dan
bukan bahasa tulis, mengatakan bahwa bahasa puisi itu sesungguhnya adalah bahasa
tutur, tahun 1755 membahas bahasa mengenai asal mula ketaksamaan dan menyitir
beberapa pandangan Condillac, Gerakan Romantik

 JOHANN GOTFRIED HERDER (1744-18040), penjelasannya mengenai


ketidakterpisahkan antara bahasa dan pikiran tertuang dalam karangannya
ABHANDLUNG UBER DEN URSPRUNG DER SPRACHE  konsekuensi: bahasa
rasional harus dipelajari untuk mengenal dan mengetahui pikiran, kesusasteraan, dan
sebagainya; untuk mengenal budaya suatu bangsa maka gunakanlah bahasa bangsa itu
sendiri, mendapat pengaruh dari gerakan rasionalis dan romantik, penerima hadiah
Akademi Prusia dalam tulisannya mengenai asal mula bahasa

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 26


 JAMES HARRIS, seorang wakil teori filsafat yang universal, dipandang sebagai wakil
dari kelompok “Platonist Cambridge”, menganggap bahwa dalam bahasa terdapat hal-hal
yang universal yang diketahui oleh semua pemakai bahasa, mengakui mengenai
kemampuan manusia menciptakan kata dan makna sebagai pemberian Tuhan karyanya
yaitu teori filsafat bahasa Inggris

 SIR WILLIAM JONES, pegawai perpustakaan dari Inggris yang bekerja di India, tahun
1786 membawa hasil penelitian orang India Kuno, membacakan kertas kerja dihadapan
The Royal Asiatic Society mengenai HUBUNGAN antara BAHASA SANSKERTA,
KLASIK INDIA, YUNANI, LATIN, dan bahasa-BAHASA JERMAN YANG LAIN;
menimbulkan minat para sarjana Barat/Eropa mempelajari bahasa di Timur Dekat dan
India  KETERBUKAAN SEJARAH LINGUISTIK dan BANDINGAN BAHASA,
memperkenalkan Gantula dan Manu

 TAhun 1786 sebagai PATOKAN permulaan ilmu pengetahuan LINGUISTIK MODERN


 tahun BREAKTHROUGHS

DAFTAR PUSTAKA

Kepustakaan Wajib:

1. Alwasilah, A Chaedar. 1993. Beberapa Madhab & Dikotomi. Teori Linguistik. Bandung:
Angkasa

2. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta


DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 27
3. Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Introduction to Theoritical Linguistics.
Diindonesiakan oleh I Soetikno. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

4. Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi
Struktural. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

5. Pateda, Mansoer. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa

6. Robins, RH. 1995. Sejarah Singkat Linguistik. Edisi Ketiga. Bandung: ITB

7. Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik. Yogya: PT Tiara Wacana

Yogya Kepustakaan Pendukung:

1. Bloomfield Leonard. 1995. Language. Bahasa. Diindonesiakan oleh I Sutikno. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama

2. Newmayer, Frederick J. 1997. Generative Linguistics. A Historical Perspective. London


and New York: Routledge

3. O’ Grady, William at all. Linguistics. Contamporary Linguistics. An Introduction. Second


Edition. New York: St. Martin’s Press

4. Robins, R. H. 1992. Linguistik Umum. Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius

5. Saussure, Ferdinand. 1993. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

6. Verhaar, J. W. M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada


university Press

7. Verhaar, J. W. M. 1995. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 28

Anda mungkin juga menyukai