Anda di halaman 1dari 67

A.

Judul Penelitian

“Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Guru Dan Motivasi Belajar

Siswa Terhadap Prestasi Belajar siswa Pada Mata Pelajaran Matematika

Kelas VI”

B. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan suatu pola interaksi

antara peserta didik dengan pendidik. Seorang siswa dikatakan belajar apabila

dapat mengetahui sesuatu yang belum dipahami sebelumnya. Sebaliknya

seorang guru yang dikatakan telah mengajar apabila dia telah membantu

siswa untuk memperoleh perubahan yang dikehendakinya. Sebelum

mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis

sehingga dapat terampil dalam proses pembelajaran. Dimana pembelajaran

merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan pengajar supaya bisa terjadi

proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta

tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada murid.

Prestasi belajar merupakan tingkatan kemampuan dari hasil belajar

yang dicapai oleh peserta didik (siswa) setelah melakukan proses belajar.

Meningkatnya hasil belajar yang diperoleh siswa dapat diukur dari nilai hasil

belajar yang dicapainya. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada suatu

jenjang pendidikan dapat dijadikan dasar sebagai indikator untuk mengukur

kemampuan siswa dalam menguasai kemampuan siswa dalam menguasai

pelajaran pada jenjang sebelumnya. Dalam skala yang lebih kecil misalnya

sekelompok siswa sebagai subyek belajar merupakan suatu hal yang sangat

1
memegang peranan penting dalam keberhasilan pendidikan diukur dengan

nilai ataupun angka. Idealnya prestasi belajar siswa harus mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM).

Namun pada kenyataanya, seperti di SD Negeri 1 Darma dalam mata

pelajaran Matematika hasil belajar siswanya masih ada yang di bawah KKM

(70). Hal ini terliha dari nilai Ulangan Akhir Smester dalam mata pelajaran

Matematika dimana masih terdapat siswa yang harus melakukan remedial

karena nilai sangat kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah

ditetapkan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Ulangan Akhir Semester kelas VI


SD Negeri 1 Darma

Nilai
No Kelas KKM
Sumber : Rata-Rata Guru
1 VI A 63
70
2 VI B 65
Matematika SD Negeri 1 Darma

Tentunya dengan hasil belajar sebesar itu kiranya masih belum bisa

dikatakan memuaskan. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya tertentu agar hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika dapat lebih ditingkatkan

kembali. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mencapai prestasi belajar

tersebut antara lain karena faktor guru dan motivasi belajar yang kurang.

Dimana pada akhirnya masalah ini berdampak pada rendahnya prestasi

belajar siswa dilihat dari ulangan harian siswa, dimana masih banyak siswa

yang mengikuti remedial. Oleh karena itu, perlu ada upaya-upaya tertentu

agar prestasi belajar siswa dapat lebih ditingkatkan, yaitu melalui

keterampilan dasar mengajar guru dan motivasi belajar.

2
Motivasi belajar sangat berperan penting dalam belajar, dengan

motivasi belajar inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar mengajar,

dan dengan motivasi belajar itu pula kualitas hasil belajar siswa dapat

diwujudkan dengan baik. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai

motivasi belajar yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam

belajarnya.

Mengembangkan motivasi terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan

untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti

menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu

mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan

kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan

suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila

siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa

kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan termotivasi untuk

mempelajarinya.

Keterampilan mengajar guru merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi belajar. Dimana kemampuan mengelola pembelajaran yang

baik akan menjadikan proses pembelajaran menarik, sehingga peserta didik

secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan

pembelajaran akan berjalan baik dan dengan sendirinya siswa akan mudah

memahami materi yang disampaikan guru.

3
Dari uraian di atas penyusun tertarik untuk dapat meneliti yang lebih

mendalam dengan judul penelitian “Pengaruh Keterampilan Dasar

Mengajar Guru dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa”

Pada Mata Pelajaran Matematika (Survey pada Siswa kelas VI SD Negeri 1

Darma Tahun Pelajaran 2017/2018)”.

C. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka masalah

penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh keterampilan dasar mengajar guru terhadap prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas VI SD Negeri 1

Darma?

2. Bagaimana pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas VI SD Negeri 1 Darma?

3. Bagaimana pengaruh keterampilan dasar mengajar guru dan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran pelajaran

Matematika di kelas VI SD Negeri 1 Darma?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memprtoleh data dan informasi

tentang pegaruh keterampilan dasar mengajar guru terhadap prestasi belajar

siswa. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh keterampilan dasar mengajar guru

terhadap prestasi belajar siswa di kelas VI SD Negeri 1 Darma.

4
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi

belajar siswa di kelas VI SD Negeri 1 Darma.

3. Untuk mengetahui pengaruh keteramplan dasar mengajar guru kelas

terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di

kelas VI SD Negeri 1 Darma.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian mengenai Keterampilan Dasar Mengajar Guru

Terhadap Prestasi Belajar Siswa ini diharapkan memberi manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori strategi

belajar mengajar, khususnya keteramilan dasar mengajar guru

hubungannya dengan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru

kelas VI di SD Negeri 1 Darma dalam upaya meningkatkan prestasi

beljar siswa melalui peningkatan keterampilan dasar mengajar dan

motivasi belajar.

F. Keterbatasan Penelitian

5
Begitu luasnya permasalahan pada penelitian ini mendorong penulis untuk

merumuskan beberapa keterbatasan penelitian sehingga dalam hal tersebut

diharapkan dapat memberikan kemudahan. Maka peneliti membatasi

permasalahan sebagai berikut :

1. Konsep yang dijadikan penelitian adalah keterampilan dasar mengajar

guru dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran Matematika.

2. Siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas VI SD

Negeri 1 Darma.

3. Data untuk meneliti variabel X1 dan X2 dengan menggunakan

kuisoner yang diisi oleh responden sehingga keakuratan data sesuai

dengan kejujuran responden.

G. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar

a. Prestasi

Prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas

belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar

merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses

belajar.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan. Menurut Sardiman A.M (2001:46) “Prestasi

adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara

6
berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar

individu dalam belajar”.. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto

(1990:110) bahwa “hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu

kognitif, afektif dan psikomotorik”.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat

dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat

tersebut, penulis menyimpulkan hasil yang didapat atau yang telah

dicapai siswa dalam proses pembelajaran yaitu meliputi ranah 3 aspek

kemampuan antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan.

b. Belajar

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar

adalah proses mental yang terjadi dalam diri seorang, sehingga

menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Menurut Slameto

(2003:2) bahwa “belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dalam lingkungannya”. Sementara Hamalik (2001:28)

menjelaskan bahwa “belajar adalah suatu perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Sejalan dengan itu Gulo (2002:73) memberikan batasan tentang

belajar yaitu “seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental

intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai

7
kegiatan yang rumit. Mudjiono dan Dimyati (2000:10) mengatakan

bahwa “pengertian belajar yaitu merupakan kegiatan yang kompleks”.

Hakim (2002:1) menjelaskan pengertian belajar yaitu ”suatu proses

perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan,

sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan

kemampuan”.

Selanjutnya Muhibbin Syah (2003:15) berpendapat “belajar itu

sendiri dapat pula diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri mulai

pengalaman yang bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah

bimbingan guru”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan

bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu

sehingga dapat membawa perubahan tertentu terhadap tingkah laku,

sikap, keterampilan dan pengetahuan secara sadar dan bertahap

sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Sikap dan tingkah

laku pemahaman tentang konsep belajar secara teoritis cukup beragam

pandangan dan tinjauan yang dicapainya.

Kegiatan belajar pada akhirnya bertumpu pada satu tujuan, yaitu

terjadinya perubahan dan hasil belajar tertentu yang diharapkan adalah

perubahan kearah yang lebih baik dan positif.Kata perubahan yang

berarti seseorang yang telah mengalami proses belajar akan

mengalami proses perubahan tingkah laku, baik dalam aspek

8
pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya.

Perubahan tingkah lakunya dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak

tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, dalam aspek

keterampilan ialah dari tidak terampil menjadi terampil.

Nilai perubahan yang diharapkan dalam proses belajar bukanlah

perubahan tanpa arah yang jelas, tetapi harus mencakup suatu arah

pembinaan yang lebih terarah sesuai dengan tujuan pendidikan dalam

skala yang lebih luas.

Belajar merupakan kegiatan yang penting dalam aktivitas manusia,

karena melalui belajar terwujud perubahan tingkah laku, sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Tujuan pemdidikan yang lebih

mendasar yaitu terlepas dari kebodohan dan menciptakan masyarakat

negara yang mandiri.

Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar

itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau

melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan

individu sebenranya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang

dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya

kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat

dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

9
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yng diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang

ingin dicapai.

c. Prestasi Belajar

Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus

bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli

mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan

pandangannya. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita

temukan satu titik persamaan, sehubungan dengan prestasi belajar,

menurut Poerwanto (1986:28) bahwa prestasi belajar yaitu “hasil yang

dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang

dinyatakan dalam raport”.

Selanjutnya Winkel dalam Muhibbin Syah (1996:162) mengatakan

bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya

sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut

S.Nasution (1996:17) “prestasi belajar adalah kesempurnaan yang

dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat”. Prestasi

belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni :

kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi

kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target

dalam ketiga kriteria tersebut.

10
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki oleh

siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi

yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar

seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau

raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil

dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya

prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan

psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur

dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi

prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang

menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada perode

tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap

peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen yang relevan.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005:8-9)

11
mengemukakan tentang tes prestasi belajar bisa dilihat dari tujuannya

yaitu “mengungkap keberhasilan seeorang dalam belajar”. Testing

pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang

disusun secara terencana untuk mengungkap informasi maksimal

subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah

diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat

berbentuk ulangan harian, tes formatif, bahkan UTS dan UAS, dan

ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil

tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu

evaluasi, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauhmana siswa dapat

memahami materi setelah proses belajar mengajar berlangsung.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pretasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang

diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Menurut Dimyati dan Mujiono faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain : faktor yang

terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri

dari luar siswa (faktor ekstern), faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri anak bersifat biologis, sedangkan faktor yang berasal

dari luar diri anak antara lain adalah guru sebagai pembina siswa

12
belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, lingkungan sosial

siswa di rumah.

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri

individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam

faktor intern yaitu kecerdasan / intelegensi, bakat, minat, dan

motivasi.

1) Kecerdasan/Intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai

kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang

dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi

rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan

kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-

kemajuan antara satu anak dengan anak yang lainnya,

sehingga seorang anak pada usia tertentu sudah memiliki

tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor

intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan

dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Kartono (1995:1) “kecerdasan merupakan

salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan

berhasil tidaknya studi seseorang, kalau seorang murid

13
mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal

maka secara potensi ia dapat mencapai potensi yang

tinggi”. Slameto (1995;56) mengatakan bahwa “tingkat

intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai tingkat intelegensi yang rendah”.

Muhibbin Syah (1999:135) berpendapat bahwa

“intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan intelegensi

seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk

meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan

intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil

peluangnya untuk lebih sukses”.

Dari pendapat diatas jelaslah bahwa intelegensi

yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor

yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha

belajar.

2) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah

dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan,

ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini

lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang

berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-

kesanggupan tertentu”.

14
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah

potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan

untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi

kecakapan yang nyata”. Menurut Syah Muhibbin

(1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak

bergantung pada upaya pendidikan dan latihan”.

Dari pendapat diatas jelaslah bahwa tumbuhnya

keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh

bakat yang dimilikinya. Sehubungan dengan bakat ini

dapat menentukan tinggi rendahnya prestasi seseorang dari

bidang-bidang tertentu. Dalam proses belajar terutama

belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting

dalam mencapai suatu prestasi yang baik. Seorang guru

atau orang tua yang memaksa anaknya untuk melakukan

sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan

merusak keinginan anak tersebut.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan

yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang

disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1995:57)

mengemukakan bahwa “minat adalah kecenderungan yang

15
menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada

bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung

dalam hal itu”. Selanjutnya Slameto (1995:57)

mengemukakan bahwa “minat adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus yang disertai dengan rasa sayang”.

Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan

“minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang

melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang

dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-

kebutuhannya sendiri”.

Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa minat

besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan, bahkan

pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah

dipelajari, sehingga lebih mudah dimengerti oleh siswa.

Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima

pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat

mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.

Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap

sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan

16
sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai

dengan keinginannya.

4) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting

karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong

siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Persoalan

mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara

mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula

dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan

berhasil jika mempunyai motivasi yang tinggi untuk

belajar.

Nasution (1995:73) mengemukakan “motivasi

adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu”. Sedangkan Sardiman (1992:77)

mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakan siswa

untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu”.

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik dimaksudkan dengan

motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang

atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu

pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik

dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar

17
diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut

melakukan kegiatan belajar.

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus

berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk

mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu.

Dengan adanya dorongan ini diharapkan akan timbul

inisiatif dalam diri siswa untuk menekuni pelajaran.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya diluar diri siswa,

yaitu guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana

pembelajaran, lingkungan masyarakat. Pengaruh lingkungan

ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan

paksaan kepada individu.

1) Guru sebagai Pembina Siswa Belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya

mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya,

tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.

Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada

kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan

kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut

merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru

18
yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar

siswa di sekolah.

Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi

yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang

studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga

mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai

seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia

juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuham

kebutuhan hidup sebagai manusia.

Menurut Kartono (1995:6) “guru dituntut untuk

menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan

memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh

sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan

pelajaran yang disajikan, dan menggunakan metode yang

tepat dalam mengajar”.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan

bahwa guru harus mampu menguasai keadaan siswa agar

terjalin komunikasi yang efektif dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah.

2) Prasarana dan Sarana Pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah,

ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang

kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran

19
meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas

laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang

lain. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran

merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak

berarti bahwa lengkapnya prasarana dan sarana

pembelajaran menentukan jaminan terselenggaranya

proses belajar yang baik.

3) Lingkungan Masyarakat

Disamping orangtua, lingkungan juga merupakan

salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap

hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan,

karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam

kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul

dengan lingkungan dimana anak itu berada.

2. Keterampilan Dasar Mengajar

a. Konsep dasar Mengajar

Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi

pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Dengan demikian mengajar

membutuhkan suatu keterampilan dan kemampuan tertentu untuk

dapat mengubah perilaku dengan penanaman sikap dan nilai pada

diri siswa yang sedang belajar. Sejalan dengan hal tersebut

20
Winataputra (2003:7.1) menyatakan bahwa “mengajar adalah suatu

pekerjaan profesional, yang menuntut kemampuan yang kompleks

untuk dapat melakukanya”.

Selain itu Arnie Fajar (2002:13) menyatakan bahwa

“mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing

dan membantu kegiatan belajar kepada seorang siswa dalam

mengembangkan potensi intelektual ditambah dengan emosional

dan spiritual sehingga potensi-potensi tersebut dapat berkembang

secara optimal”. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh

Moh.Uzer Usman (2009:6) bhawa “mengajar pada prinsipnya

membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau suatu

usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak

didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”.

Dengan demikian dalam proses mengajar terdapat kegiatan

membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-

tugas perkembangannya, melatih keterampilan intelektual dan

keterampilan motorik sehingga siswa dapat berani hidup di

masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi

siswa agar mereka dapat memecahkan berbagai persoalan hidup

dalam masyarakat yang penuh dengan tantangan dan rintangan,

serta membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan

kreatif.

21
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan

bahwa mengajar adalah kegiatan untuk membelajarkan siswa yang

di dalamnya terdapat kegiatan membimbing, mentransfer ilmu dan

memotivasi siswa agar mampu memecahkan masalah serta

mengembangkan kemampuan intelektual siswa itu sendiri.

a. Keterampilan Dasar Mengajar

Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan

dasar yang perlu dimiliki oleh guru dari semua bidang studi. Hal

tersebut bertujuan agar pendidik mampu melaksanakan tugasnya

dengan cara yang efektif, efisien, serta profesional ketika

memberikan materi pelajaran kepada anak didik (aktivitas

belajar mengajar). Jadi, keterampilan dasar dalam mengajar

yang berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan

yang sifatnya mendasar dan melekat harus dimiliki dan

diimplementasikan oleh setiap pendidik dalam melaksanakan

tugasnya.

Keterampilan dasar mengajar guru merupakan

subkomponen dari kompetensi pedagogik, yang berkenaan

dengan keterampilan teknis dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Berikut ini adalah jenis-jenis keterampilan dasar

mengajar yang perlu dimiliki oleh seorang pendidik :

1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

22
Keterampilan membuka pelajaran merupakan

keterampilan awal untuk berhasilnya pembelajaran. Berhasil

tidaknya membuka pelajaran akan berpengaruh terhadap

berhasil tidaknya proses pembelajaran dalam satuan

pertemuan.Wina Sanjaya (2006:41) mengemukakan bahwa

“Membuka pelajaran (set induction) adalah usaha yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk

menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun

perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan

sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang

diharapkan.” Moh.Uzer Usman (2009:91) mengungkapkan

bahwa “Set induction adalah usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk

menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun

perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya

sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif

terhadap kegiatan belajar.”

Sementara Sardiman (2010:211) mengemukakan

bahwa : “yang dimaksud membuka pelajaran adalah

seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai interaksi

belajar mengajar untuk satu jam pelajaran tertentu”. Lebih

lanjut Wina Sanjaya (2006:41) mengemukakan tujuan

membuka pelajaran untuk :

23
a) Menarik perhatian siswa.

b) Menumbuhkan motivasi belajar.

c) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran

yang akan dilakukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bhawa

keterampilan membuka pelajaran adalah kemampuan guru

dalam usahanya memulai kegiatan pembelajaran, yang

dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa, memotivasi

siswa serta memberikan arahan/acuan tentang hal-hal yang

akan dipelajarinya. Sedangkan keterampilan menutup

pelajaran adalah kegiatan menutup pelajaran setelah kegiatan

selesai. Dalam hal ini guru harus dapat memberikan

gambaran yang menyeluruh tentang pelajaran yang sudah

diterangkan.

Wina Sanjaya (2007:42) mengemukakan “Menutup

pelajaran dapat diartikan kegiatan yang dilakukan guru untuk

mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan

gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa

dengan keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya,

mengetahui tingkat pencapaian siswa dan serta keberhasilan

guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran”. Moh.Uzer

Usman (2009:92) mengatakan bahwa “Menutup pelajaran

ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri

24
pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup

pelajarn itu dimaksudkan untuk memberi gambaran

menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa,

mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat

keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.”

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan

guru dalam usahanya mengakhiri kegiatan pembelajaran yang

dapat dilakukan dengan merangkum inti pelajaran yang telah

disampaikan atau dengan memberikan penilaian untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa maupun guru itu

sendiri dalam kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.

2) Keterampilan menjelaskan

Sebagian besar waktu yang digunakan dalam

mengajar adalah dengan menjelaskan. Moh.Uzer Usman

(2009:88) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan

keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah :

“Penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara

sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu

dengan yang lainnya misalnya antara sebab dan akibat,

definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum

diketahui”.

25
Daeng Sudirwo (2002:107) mengemukakan tujuan

keterampilan menjelaskan adalah : “Agar apa yang

diterangkan guru dapat dipahami oleh siswa dengan tuntas,

mengerti apa yang diterangkan, mengetahui hubungannya

dengan komponen yang lain serta mampu menjelaskan

kembali yang diterangkan guru”.

Dari pengertian di atas, penulis menyimpulkan

bahwa keterampilan menjelaskan adalah keterampilan dalam

menyajikan atau menyampaikan informasi secara lisan, yang

dapat dilakukan dengan menerangkan, menjelaskan,

memberi motivasi atau mengajukan pendapat pribadi.

3) Keterampilan bertanya

Pertanyaan merupakan salah satu alat belajar.

Sardiman (2010:224) mengemukakan : “Bagi siswa,

bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang

dipelajari dan ada upaya untuk menemukan jawab sebagai

bentuk pengetahuan. Bagi guru, bertanya adalah upaya

mengaktifkan siswa”. Menurut Daeng Sudirwo (2002:109)

keterampilan bertanya dapat dibagi dua yaitu :

“Keterampilan bertanya dasar, dan keterampilan bertanya

lanjutan”. Paparan lebih jelasnya penulis uraikan sebagai

berikut :

26
Keterampilan bertanya dasar yaitu keterampilan

bertanya pada tingkat kognitif yang masih rendah yang

meliputi pengetahuan (knowledge), pengetahuan

(comprehension), dan penerapan (application).

Keterampilan bertanya lanjutan yaitu keterampilan

bertanya pada tingkat kognitif yang tinggi yang meliputi

analisis, sintesis, dan evaluasi. Moh.Uzer Usman (2007:75)

mengemukakan dasar-dasar pertanyaan yang baik yaitu :

1) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa


2) Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
3) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu
4) Berikan waktu yang cukup untuk anak berfikir sebelum
menjawab pertanyaan
5) Bagikan semua pertanyaan kepada seluruh murid dengan
merata
6) Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga
timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
7) Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat
menemukan sendiri jawaban yang benar.

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

keterampilan dasar bertanya dikelompokkan atas

keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya

lanjutan. Keterampilan bertanya dasar mencakup

pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat,

pemberian acuan, pemusatan, pemindahan giliran,

penyebaran, pemberian waktu berfikir, dan pemberian

tuntutan. Sedangkan keterampilan bertanya lanjutan

mencakup pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab

27
pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan

pertanyaan, dan peningkatan terjadinya interaksi.

4) Keterampilan memberikan penguatan

Penguatan adalah respon positif yang dilakukan

guru atas perilaku positif yang dicapai anak dalam proses

belajarnya. Wina Sanjaya (2006:35) bahwa “Keterampilan

dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk

respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku

guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk

memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas

perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu

dorongan atau koreksi.”

Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman (2009:81)

menyatakan bahwa “Penguatan berpengaruh positif terhadap

proses belajar siswa karena bertujuan untuk meningkatkan

perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan

meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kegiatan

belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.

Dengan demikian penguatan juga dapat diartikan

pula sebagai respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat

meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah

laku tersebut. Dimana tindakan tersebut dimaksudkan untuk

28
membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat

berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.

5) Keterampilan mengadakan variasi

Variasi dalam mengajar dimaksudkan untuk

menghilangkan kebosanan siswa, sehingga merasakan

kegairahan, antusiasme, partisipasi dan ketekunan. Moh.

Uzer Usman (2009:84) menjelaskan bahwa : “Variasi

stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses

interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi

kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar

murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta

penuh partisipasi.

Menurut Wina Sanjaya (2006:37) ada 3 jenis variasi

stimulus yang dapat dilakukan oleh guru, yakni :

1) Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan proses


pembelajaran.
a) Penggunaan variasi suara (teacher voice)
b) Pemusatan perhatian (focusing)
c) Kebisuan guru (teacher silence)
d) Mengadakan kontak pandang (eye contact)
e) Gerak guru (teacher movement)
f) Perubahan posisi guru

2) Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran


a) Dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat
(visual) seperti menggunakan gambar, foto, bagan dan
lain-lain.
b) Variasi alat atau media yang bisa didengar (auditif)
seperti menggunakan radio, musik, deklamasi, puisi, dan
lain-lain.

29
c) Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi
dan digerakkan (motorik) seperti berbagai macam
peragaan, model dan lain-lain.

3) Variasi dalam berinteraksi


Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar
mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari
kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri
yang dilakukan siswa.

6) Keterampilan mengelola kelas

Kegiatan mengelola kelas dilakukan untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal

dalam kegiatan belajar mengajar. Daeng Sudirwo

(2002:120) menyatakan bahwa : “Keterampilan mengelola

kelas yaitu keterampilan untuk melihat dan menciptakan

kondisi belajar yang optimal. Apabila kondisi kelas

terganggu, guru harus mengambil tindakan agar kelas dalam

keadaan normal kemudian ditingkatkan menjadi kondisi

optimal”.

Wina Sanjaya (2006:42) mengemukakan bahwa :

“Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan

dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat

mengganggu suasana pembelajaran”. Moh. Uzer Usman

(2009:97) menyatakan bahwa : “Pengelolaan kelas adalah

keterampilanguru untuk menciptakan dan memelihara

30
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila

terjadi gangguan dalm proses belajar mengajar”.

Menurut Suharsimi : “Pengelolaan kelas berarti

suatu usaha yang dilaksanakan penanggung jawab kegiatan

belajar mengajar atau yang membantunya dengan maksud

agar tercapai suatu kondisi optimal sehingga terlaksana

kegiatan belajar mengajar dapat tercapai sesuai yang

diharapkan”.

Moh. Uzer Usman (2007:10) menyatakan bahwa :

Tujuan utama pengelolaan kelas ialah menyediakan dan


menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam
kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang
baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
mneyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

tujuan pengelolaan kelas adalah agar guru memfasilitasi

siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

sehingga kemampuan siswa dapat berkembang dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi merupakan teknik pembelajaran yang dapat

melibatkan seluruh siswa untuk berperan aktif dalam

kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan pertanyaan

dan pendapatnya. Dalam kegiatan diskusi guru berperan

31
penting sebagai kordinator belajar, promotor, perencana,

motivator, pemandu, narasumber dan evaluator.

Daeng Sudirwo (2002:123-124) mengemukakan

bahwa komponen keterampilan membimbing diskusi yaitu :

a) Pemusatan perhatian
- Merumuskan tujuan diskusi
- Merumuskan topik yang akan dibahas
- Mengemukakan masalah-masalah khusus
- Catat penyimpangan dari diskusi
- Merangkum hasil diskusi tahap demi tahap
b) Urun pendapat
- Merangkum urun pendapat dari siswa
- Meminta komentar siswa terhadap rangkuman
tersebut
- Memperdalam gagasan siswa, dengan menambah
informasi yang diperlukan siswa
c) Meningkatkan pandangan siswa
- Mengajukan pertanyaan yang menantang untuk
berfikir
- Memberikan contoh-contoh
- Memberikan waktu untuk berfikir
- Memberikan dukungan pendapat siswa dengan
antusias
d) Menganalisis pandangan siswa
Guru harus mampu memberikan analisis pandangan
siswa yang berebda bahkan kadang-kadang bertentangan
dengan jalan :
- Apakah alasan tersebut memiliki dasar yang kuat
- Memperjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal
yang tidak disepakati
e) Mendistribusikan partisipasi siswa
- Memberi kesempatan pada siswa yang belum
berpartisipasi
- Mencegah seseorang siswa mendominasi
pembicaraan
- Memberikan kesempatan tukar pendapat antara
sesama siswa
- Jalan buntu dijadikan kesempatan siswa
berpartisipasi lebih luas
f) Menutup siswa
- Merangkum hasil diskusi

32
- Siswa menilai proses diskusi yang baru saja
dilakukan
- Tindak lanjut diskusi

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

komponen keterampilan membimbing diskusi yaitu

memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau

uraian pendapat, menganalisis pandangan,

meningkatkan uraian, menyebarkan kesempatan

berpartisipasi, dan menutup diskusi. Semua itu dapat

menjadikan kegiatan diskusi berlangsung secara efektif.

Keterampilan mengajar pada dasarnya guru harus dapat

memberikan gambaran yang menyeluruh tentang

pelajaran yang sudah diterangkan, serta terampil dalam

menjelaskan pelajaran, juga mampu mengajak siswa

untuk berfikir dan mengajukan pendapat sehingga dapat

meningkatkan perhatian siswa, agar mampu

menghilangkan kebosanan siswa.

3. Motivasi Belajar

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi

(motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge),

keinginan (wish) dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan

istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang

33
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

Menurut Sardiman (1992:73) bahwa : “Motivasi berasal dari kata

motif yang berarti daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melaksanakan sesuatu atau daya penggerak dari dalam subyek untuk

melakukan sesuatu atau kegiatan tertentu, untuk mencapai tujuan”.

Selanjutnya menurut Siagian (2003:134) “Motivasi belajar yag

merupakan daya pendorong yang mengakibatkan peserta didik agar

mau dan rela untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam proses

pembelajaran”.

Nawawi (2000:351) mengatakan bahwa “Motivasi adalah kekuatan


yang mendorong seseorang yang menimbulkan dan mengarahkan
perilaku. Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan organisasi, yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu
kebutuhan individual.

Hakim (2000 :26) mengemukakan bahwa “motivasi adalah

suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan

sesuatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar,

tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat

lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut ”.

Hasibuan (2001 : 92) :Motivasi adalah dorongan yang timbul


dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang ataui klompok orang tergerak melakukan
suatu kegiatan kaena ingin mencapai tujuan dalam hidup dan
kehidupannya.

34
Dari pengertian motivasi di atas, penulis menyimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah dorongan-dorongan yang timbul pada seseorang

untuk melakukan suatu kegiatan perubahan tingkah laku kearah yang

lebih baik lagi guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi belajar sangatlah penting bagi siswa maupun guru.

Bagi siswa yaitu : 1) menyadarkan kedudukannya pada awal, proses

dan hasil belajar, 2) menginformasikan kekuatan usaha belajar, 3)

mengarahkan kegiatan belajar, 4) membesarkan semangat belajar, 5)

menyadarkan proses belajar kemudian bekerja. Bagi guru yaitu : 1)

membangkitkan, meningkatkan, memelihara semangat belajar siswa

sampai berhasil, 2) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa

belajar di kelas, 3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih

salah satu diantara beberapa peran yaitu sebagai penasihat, fasilitator,

teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik.

Siswa yang mempunyai motivasi belajar dapat dilihat dari berbagai

kegiatan sehari-hari ketika sedang belajar antara lain bersemangat,

senang, siap menerima pelajaran baru, suka mengerjakan soal, mampu

beragumentasi, mampu bekerjasama, dan dapat berinteraksi dengan

lingkungan dengan baik.

Menurut Abin Syamsudin (2007:40) mengemukakan bahwa :

“Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah

merupakan suatu substansi yang dapat kita amati. Yang dapat kita

lakukan ialah mengidentifikasi beberapa indikatornya”, antara lain :

35
1. Durasi kegiatan belajar
2. Frekuensi belajar
3. Persistensi dalam belajar
4. Ketabahan dalam belajar
5. Devosi dalam belajar
6. Aspirasi dalam belajar
7. Tingkat kualifikasi prestasi
8. Arah sikapnya dalam belajar

Untuk memahami semua kriteria tersebut, di bawah ini penulis

akan membahas secara terperinci.

1) Durasi kegiatan belajar

Dalam kegiatan pembelajaran, siswa memerlukan waktu yang

cukup untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah. Waktu belajar

di sekolah telah diatur oleh pihak sekolah dan disesuaikan dengan

kebutuhan siswa untuk dapat menguasai materi pelajaran. Waktu

belajar di sekolah juga disesuaikan dengan materi yang disampaikan

oleh guru, karena waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran

harus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

dibuat oleh guru. Waktu belajar di rumah di atur oleh masing-masing

siswa, semakin banyak waktu siswa untuk belajar di rumah, semakin

mudah dan cepat dalam menguasai materi pelajaran. Jika kegiatan

belajar di rumah sering dilakukan, maka akan menjadi suatu kebiasaan

untuk belajar.

2) Frekuensi belajar

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (1984), frekuensi adalah

kekerapan atau jarang kerapnya, sedangkan belajar adalah berusaha,

36
berlatih supaya mendapat sesuatu kepandaian. Jadi frekuensi belajar

adalah kekerapan atau keteraturan dalam berusaha/belajar untuk

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Dalam belajat, siswa

harus berusaha untuk memperbanyak latihan serta melakukan belajar

berulang-ulang untuk dapat menguasai materi tersebut. Siswa juga

memiliki waktu untuk belajar. Dengan penggunaan waktu dan

pembagian waktu untuk belajar secara teratur, berarti siswa

menerapkan prinsip belajar yang efisien, karena belajar dilakukan

dengan rentang waktu yang lama tidak akan efektif jika hanya

dilakukan sekali atau jarang, jadi belajar harus selalu dilakukan secara

teratur setiap hari.

3) Persistensi dalam belajar

Belajar menurut Muhibbin Syah (2007:83) adalah “tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif”. Sedangkan persistensi adalah kecenderungan bagi

suatu proses untuk terus berlanjut sekalipun mendapat perlawanan dan

kesulitan. Jadi persistensi dalam belajar yang dimaksud disini adalah

tingkat ketetapan seseorang siswa dalam belajar untuk mencapai

tujuan, maka dalam diri siswa tersebut memiliki tujuan yang ingin

dicapai, yaitu untuk menguasai materi pelajaran yang diharapkan.

Siswa yang memiliki persistensi belajar akan terus berusaha untuk

37
mencapai tujuannya tersebut dan tidak akan terpengaruhi oleh hal-hal

yang lain.

4) Ketabahan dalam belajar

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1984), tabah adalah tetap

dan kuat hati, sedangkan belajar adalah berusaha, berlatih supaya

mendapat sesuatu kepandaian. Dengan demikian ketabahan dalam

belajar adalah perilaku seorang siswa yang kuat hati dalam berusaha

dan berlatih dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dalam

proses pembelajaran, siswa harus memiliki ketabahan, keuletan dan

memiliki kemampuan dalam menghadapi segala rintangan dan

kesulitan. Selain harus tabah, siswa juga harus mampu mengatasi

masalah-masalah dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan.

Siswa juga harus mampu melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan guru.

5) Devosi dalam belajar

Devosi dalam belajar yaitu suatu bentuk kegiatan yang dilakukan

oleh siswa untuk melaksanakan pengabdian dan pengorbanan seperti

pikiran, uang/materi, tenaga dan sebagainya dalam proses

pembelajaran. Siswa harus selalu memusatkan pikiran,konsentrasinya

ketika kegiatan belajar berlangsung tanpa memperkaitkan hal-hal yang

lain, supaya materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat

dikuasai. Selain pikiran siswa juga harus mengeluarkan tenaga,

misalkan untuk menulis, berbicara, bergerak dan sebagainya. Siswa

38
juga harus membeli buku-buku materi pelajaran dan LKS jika

diperlukan, supaya dapat menunjang dan mempermudah dalam

mempelajari materi pelajaran.

6) Aspirasi dan belajar

Aspirasi siswa dalam belajar dimaksudkan sebagai rencana, ciat-

cita, sasaran atau target yang hendak dicapai. Dalam proses

pembelajaran, siswa memiliki rencana, maksud dan target yang akan

dicapai, yaitu untuk dapat menguasai materi pembelajaran. Siswa juga

harus aktif dalam proses pembelajaran, misalkan siswa melakukan

kegiatan bertanya kepada guru, mengungkapkan pendapat atau

aspirasinya. Siswa diberikan kebebasan oleh guru untuk

mengembangkan pengetahuan, potensi dan keterampilan yang

dimilikinya, sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran.

7) Tingkat kualifikasi prestasi

Pada umumnya dalam proses pembelajaran, siswa selalu

mengharapkan nilai yang tinggi dari hasil belajarnya. Sebenarnya yang

harus dicapai dari hasil belajar selain nilai yang tinggi yaitu perubahan

sikap dan prilaku ke arah yang lebih baik. Selain itu, siswa juga harus

mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh guru. Hasil

belajar siswa dapat dapat diperoleh dari evaluasi, miasalkan tes,

ulangan, tugas dan sebagainya. Biasanya siswa yang berprestasi dapat

memperoleh nilai yang tinggi dari hasil ulangan yang menjadi

39
kepuasan bagi siswa tersebut. Siswa juga harus mampu menguasai

kompetensi yang telah ditetapkan dalam pembelajaran.

8) Arah sikapnya dalam belajar

Siswa yang menyukai terhadap suatu materi pelajaran akan

memiliki motivasi belajar untuk mata pelajaran tersebut. Siswa akan

selalu melakukan kegiatan belajar pada mata pelajaran tersebut, baik di

sekolah maupun di rumah.

a. Fungsi Motivasi Belajar Siswa

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan

pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya

motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan

menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain, dengan

adanya usaha yang yang tekun dan terutama didasari adnanya

motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan

proses yang baik. Menurut Nawawi (2000 : 352) ada tiga fungsi

motivasi yaitu :

1) Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai penggerak atau


motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberika arahdan kegiatanyang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan. Seorang siswa
yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan
melakukan kegiatan belajar dan tidsak akan menghabiskan waktunya
untuk bermain, atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan
tujuan.

40
Senada dengan pendapat diatas Hakim (2000:31) fungsi

motivasi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi


tidak akan tibul suatu perbuatan misalnya belajar
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakan tingkah
laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan.

Hal senada dengan pendapat diatas, Menurut Sardiman

(20011:85) mengemukakan bahwa :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagi penggerak dari


setiap kegiatan yang akan dikerjakan
2) Menentukan arah perbuatan, motivasi memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya
3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan yang harus
dikerjakan.

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat

berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama

didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan

dapat melahirkan proses yang baik. Intensitas motivasi seseorang

siswa akan sangat menentukan pencapaian prestasi belajarnya.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik

instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi,

siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat

41
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan

belajar.

Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis

menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk

motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga

bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan

dan memberikan motivasi bagi kegiatan belajar pada anak didik.

Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di

atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa

dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya macam-macam

motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat

meningkatkan prestasi belajar.

H. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh keterampilan dasar mengajar guru terhadap prestasi

belajar siswa

Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai peserta didik

dalam penguasaan dan pemahaman ilmu yang diberikan. Hasil belajar

tersebut diukur menggunakan alat penilaian tertentu, sehingga dapat

diketahui sejauhmana tingkat kemajuan peserta didik setelah

mengalami proses belajar. Idealnya hasil belajar tersebut harus

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Untuk mencapai hal tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya,

baik itu dari faktor siswa maupun dari faktor guru. Faktor yang ada

42
pada guru adalah kedisiplinan yang dimiliki oleh guru, wawasan dalam

bidang ilmu yang diajarkannya, motivasi kerja, kepribadian guru (sifat

dan sikap), dan salah satunya adalah keterampilan dasar mengajar

dalam proses pembelajaran.

Dimana dengan keterampilan dasar mengajar yang baik diharapkan

mampu mendorong ketercapaian prestasi belajar.

Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu kemampuan

dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang harus dipahami dan

dikuasai oleh seorang guru. Sehingga dengan pemahaman dan

penguasaan keterampilan dasar mengajar akan memudahkan guru

dalam pengelolaan proses pembelajaran, serta diharapkan mampu

meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran dengan

efektif, sehingga akan menjadikan proses pembelajaran menarik.

Dengan demikian siswa akan berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran yang sedang berlangsung, kegiatan ini akan membantu

siswa untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang

diharapkan dalam standar kompetensi lulusan yang akan dicapai.

2. Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa

Motivasi belajar adalah dorongan-dorongan yang timbul pada

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan perubahan tingkah laku

kearah yang lebih baik lagi. Siswa yang memiliki motivasi belajar

tinggi terlihat ketika dalam proses pembelajaran, dimana siswa

43
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga siswa mampu bertanya

dan mengungkapkan pendapat kepada guru, siswa dapat mengerjakan

soal-soal yang diberikan oleh guru, siswa terlihat bersemangat dalam

proses pembelajaran, mampu bekerjasama, dan dapat berinteraksi

dengan lingkungan dengan baik. Hal tersebut menunjukkan tingginya

motivasi yang tinggi dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai

motivasi yang tinggi dalam belajar. Jika motivasi dalam siswa tinggi

maka prestasi belajarpun akan bisa ditingkatkan sesuai dengan yang

diharapkan. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan motivasi kepada

siswa sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan

dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

3. Pengaruh keterampilan dasar mengajar guru terhadap motivasi

belajar siswa

Keterampilan mengajar guru merupakan suatu kemampuan atau

keterampilan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh guru

dalam proses belajar mengajar. Dimana dalam proses mengajar

terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai

dengan keterampilan, memotivasi siswa agar mereka dapat

memecahkan berbagai persoalan yang penuh dengan tantangan dan

rintangan, serta membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif

dan kreatif.

44
Motivasi belajar merupakan dorongan-dorongan yang timbul pada

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan perubahan tingkah laku ke

arah yang lebih baik lagi guna mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa

yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat terlihat dari kegiatan

sehari-hari ketika sedang belajar antara lain bersemangat, senang, siap

menerima pelajaran baru, suka mengerjakan soal, mampu

beragumentasi, mampu bekerjasama, dan dapat berinteraksi dengan

lingkungan dengan baik.

Maka guru diharapkan memiliki keterampilan dasar mengajar yang

baik, diantaranya dengan keterampilan membuka dan menutup

pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,

keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan

variasi, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan membimbing

diskusi. Dimana dengan adanya keterampilan dasar mengajar yang

baik akan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Salah satunya dengan keterampilan membuka pelajaran dalam

memulai proses pembelajaran karena dengan keterampilan membuka

pembelajaran dengan baik, guru dapat menumbuhkan motivasi belajar

pada siswa di awal proses pembelajaran. Apabila guru menggunakan

media pembelajaran dalam proses pembelajaran, maka siswa akan

merasa lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran tersebut dan akan

meningkatkan motivasi dalam belajar. Hal itu bisa terlihat dalam

keterampilan memberikan variasi yang digunakan guru dalam proses

45
pembelajaran. Sejalan dengan itu, keterampilan memberikan

penguatan juga dapat memberikan motivasi yang tinggi kepada siswa

dimana guru memberikan respon yang positif ketika ada siswa yang

mampu memberikan pendapat dalam proses pembelajaran, guru

memberikan pujian pada siswa yang menyampaikan pendapat. Hal

tersebut dapat meningkatkan motivasi kepada siswa karena siswa

merasa guru memberikan perhatian yang besar kepada mereka

sehingga mereka bisa lebih giat berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

Jadi keterampilan dasar mengajar guru dan motivasi sangatlah

penting guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Dimana guru

mempunyai peranan penting dalam menguasai proses pembelajaran

dan guru diharapkan mampu menumbuhkan rasa motivasi yang tinggi

pada siswa. Sehingga dengan adanya keterampilan mengajar dan

motivasi yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari penjabaran di atas, maka jelaslah bahwa keterampilan dasar

mengajar guru dan motivasi berpengaruh positif terhadap prestasi

belajar siswa. Bentuk hubungan tersebut dapat digambarkan dalam

model kerangka pemikiran sebagai berikut :

46
X1

X2

Gambar 2.1

Pengaruh antar Variabel

Keterangan :

X1 : Keterampilan dasar Mengajar

X2 : Motivasi Belajar

Y : Prestasi Belajar

: Garis yang menggambarkan pengaruh antar variabel

I. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus

dibuktikan kebenarannya. Hipotesis sangat berguna untuk mengarahkan

penelitian secara lebih jauh, sebagaimana dikemukakan Winarno

Surakhmad (1998;68) “hipotesis adalah sebuah kesimpulan, tetapi

kesimpulan itu belum final, masih harus dibuktikan kebenarannya”.

Bertitik tolak dari kerangka berfikir yang telah dikemukakan,

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh yang positif antara keterampilan dasar mengajar

guru terhadap prestasi belajar siswa.

47
2. Terdapat pengaruh yang positif antara motivasi belajar terhadap

prestasi belajar siswa.

3. Terdapat pengaruh yang positif antara keterampilan dasar mengajar

terhadap motivasi belajar siswa.

J. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah dalam

memecahkan masalah dengan cara yang sistematis yang telah ditetapkan

untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun untuk

mendapatkan data dalam penelitian ini penulis terlebih dahulu memilih

metode apa yang akan digunakan, sebab dengan menggunakan metode

yang tepat akan mempermudah dalam langkah-langkah penelitian.

Menurut Winarno Surakhmad (1998:131)

Metode merupakan suatu cara utama yang dipergunakan


untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian
hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu, cara
utama itu dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan
kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi
penyelidikan.

Penelitian ini berusaha untuk mengumpulkan data tentang keadaan

yang terjadi sekarang. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong penelitian

yang menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang dilaksanakan

berdasarkan teori dan kemudian diselaraskan dengan kenyataan, baru

kemudian disimpulkan. Hal tersebut berkenaan dengan ciri-ciri yang

dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1998:142) yaitu :

48
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada masa sekarang

pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan kemudian disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisis.

Selain penulis menggunakan metode deskriptif penulis juga

menggunakan metode korelasional. Menurut Nur Indriantoro dan

Bambang Supomo (1999:26) mengemukakan bahwa Metode korelasional

merupakan metrode penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-

fakta saat ini dari suatu populasi dengan karakteristik masalah berupa

korelasional antara dua variabel atau lebih.

Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

korelasional. Metode deskriptif korelasional adalah salah satu metode

penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta yang ada dengan

cara pengumpulan dan kemudian data tersebut dikorelasikan dan dianalisis

untuk menarik kesimpulan.

K. Variabel dan Pengukurannya

Variabel merupakan segala sesuatu yang hendak dijadikan sebagai

objek penelitian di dalam sebuah penelitian. Variabel menurut Nur

Indriantoro dan Bambang Supomo (1999:61) Segala sesuatu yang dapat

diberi berbagai macam nilai. Selanjutnya Nana Sudjana (1989:43)

mengemukakan tentang variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut

Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dipengaruhi

49
intensitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat

adalah variabel yang timbul akibat dari variabel bebas. Oleh karena itu

variabel terikat menjadi tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel

bebas. Sejalan dengan pendapat di atas, maka keterampilan dasar mengajar

bagi guru sebagai variabel bebas sedangkan prestasi belajar sisiwa sebagai

variabel terikat.

Pengukuran merupakan masalah yang kompleks, karena berkaitan

dengan fungsi variabel untuk memberikan gambaran mengenai abstraksi

yang diwakilinya. Adapun pengukuran yang digunakan untuk variabel X 1

dan X2 adalah angket (skala sikap) dengan model Likert. Menurut Nur

Indriantoro dan Bambang Supomo (1999:104) Skala Likert adalah metode

yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya

terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Skor tertinggi yang

digunakan adalah 4 dan skor terendah adalah 1 berlaku untuk pernyataan

positif maupun negatif seperti yang tertera di bawah ini:

Tabel 3.1

Nilai Pernyataan Positif dan Negatif

Nilai Item
Pilihan Pernyataan
Positif Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak pernah 1 4

50
Sedangkan untuk variabel Y, pengukuran prestasi belajar siswa

menggunakan nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) berdasarkan dokumen

hasil belajar siswa SD Negeri 1 Darma

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu pengaruh keterampilan

dasar mengajar guru dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa

kelas VI maka peneliti mencoba menyusun definisi oprasional dan

pengukuran variabel sebagai berikut :

Tabel 3.2

Variabel dan Pengukuran

Variabel Konsep Variabel Indikator Pengukuran

Keterampilan 1. Keterampilan Skala Sikap


dasar mengajar membuka dan Model Likert
merupakan menutup pelajaran. Pernyataan
KETERAMPILAN keterampilan atau 2. Keterampilan Positif
DASAR kemampuan yang menjelaskan. SL : 4
MENGAJAR bersifat mendasar 3. Keterampilan SR : 3
GURU dan harus bertanya. KD : 2
(VARIABEL X1) dikuasai oleh 4. Keterampilan TP : 1 Skala
guru dalam memberi Sikap Model
melaksanakan penguatan. Likert
proses belajar 5. Keterampilan Pernyataan
mengajar. memberi variasi. Negatif
6. Keterampilan SL : 1
mengelola kelas. SR : 2
7. Keterampilan KD : 3
membimbing. TP : 4

(Wina Sanjaya,2006:32
dan Winataputra,7.60)
Motivasi belajar 9. Durasi kegiatan
merupakan belajar
MOTIVASI dorongan- 10. Frekuensi
BELAJAR SISWA dorongan yang belajar
(VARIABEL X2) timbul pada 11. Persistensi
seseorang untuk dalam belajar
melakukan suatu 12. Ketabahan

51
kegiatan dalam belajar
perubahan 13. Devosi dalam
tingkah laku belajar
kearah yang lebih 14. Aspirasi dalam
baik lagi guna belajar
mencapai tujuan 15. Tingkat
yang diinginkan. kualifikasi prestasi
16. Arah sikapnya
dalam belajar

(Abin Syamsudin,
2007:38)
Prestasi belajar
merupakan hasil Nilai Ulangan Akhir
dari pengukuran Semester kelas VI mata
PRESTASI terhadap peserta pelajaran Matematika
BELAJAR SISWA didik yang
(VARIABEL Y) meliputi aspek
kognitif, afektif
dan psikomotor
setelah mengikuti
proses
pembelajaran
yang diukur
dengan
menggunakan
instrumen yang
relevan.

L. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-

benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada objek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

52
karakteristik / sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut.

(Sugiyono,2004:57).

Berdasarkan pengertian di atas populasi untuk penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VI SD Negeri 1 Darma. Adapun rincian populasi

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Darma

No Kelas Jumlah L P

1 VI A 24 10 14
2 VI B 31 19 12
Jumlah 55 29 26

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang dapat mewakili populasi tersebut. Menurut Arikunto

(2003:117)Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian

tersebut disebut penelitian sampel.

Teknik pengambilan sampel digunakan cara random, sampel yang

demikian biasa disebut sampel random. Alasan menggunakan ini agar

penelitian tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif, sehingga setiap

anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi

anggota sampel. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suharsimi Arikunto

53
(1993:107) Oleh karena hak setiap sebuyek sama, maka peneliti terlepas

dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk

dijadikan sampel.

Untuk menentukan sampel minimal penulis menggunakan Rumus

Slovin yaitu:

N 55
n= n=
1+N (e)2 1+55( 0,05)2

55
n=
1+55( 0,0025)

55
n=
1+0,375

n=40

n=40( ditetapkan)

Teknik pengambilan sampel yang dipergunakan yaitu propotional

stratifield random sampling, yang merupakan teknik pengambilan sampel

bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

berstrata secara proposional. Dengan e (level of error) 0,05 atau dengan

kata lain tingkat kepercayaannya 90%. Sementara itu, untuk penentuan

jumlah sampel dari masing-masing kelas, penulis mengacu pada rumus

sebagai berikut :

¿= ¿ ×n
N

Keterangan :

ni = ukuran sampel untuk strata ke -1

54
Ni = ukuran populasi untuk strata ke-1
N = ukuran populasi keseluruhan
n = ukuran sampel keseluruhan

Dengan demikian masing-masing sampel untuk 2 kelas VI adalah

sebagai berikut

No Kelas Jumlah Perhitungan Sampel


24
1 VI A 24 × 40=17,45 17
55

31
2 VI B 31 × 40=22,54 23
55

Jumlah 55 40

Setelah penulis menghitung jumlah sampel menggunakan rumus

Slovin, maka dengan demikian penulis menetapkan jumlah sampel

penelitian sebanyak 40 orang.

M. Teknik Pengumulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Angket

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar

pertanyaan atau pernyataan yang dibagikan kepada responden tentang

masalah yang diteliti, responden tinggal mengisi alternatif jawaban yang

dianggap paling sesuai dengan membubuhkan cheklist. Bentuk angket

yang digunakan adalah angket tertutup dengan menggunakan skala likert

55
dengan 4 option yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah,

dengan skor tertinggi 4 (empat) dan skor terendah 1 (satu), berlaku untuk

pernyataan positif maupun negatif. Dalam penyusunan angket penulis

berpedoman kepada indikator-indikator dari setiap variabel, sehingga

dengan demikian data yang terungkap diharapkan dapat mengukur setiap

variabel, yaitu variabel keterampilan dasar mengajar (X1) dan motivasi

belajar (X2).

2. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dokumen-

dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Data ini

didapat dari studi dokumentasi yang berupa nilai dari hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Matematika kelas VI SD Negeri 1 Darma tahun

pelajaran 2017/2018.

N. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya

instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data. Dalam uji

validitas ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memberi skor jawaban pada setiap option dari masing-masing

responden.

b. Menghitung skor total dari hasil penjumlahan masing-masing skor

item dari tiap-tiap responden (∑x)

56
c. Menghitung perolehan skor total dari masing-masing responden

(∑Y).

d. Menghitung jumlah total dari hasil penjumlahan masing-masing

skor item dari tiap-tiap responden, setelah dikuadratkan (∑ x 2).

e. Menghitung perolehan skor total dari masing-masing responden,

setelah dikuadratkan (∑Y2).

f. Menghitung skor hasil total hasil perkalian dari masing-masing

skor item yang diperoleh tiap-tiap responden dengan skor total

yang diperoleh masing-masing responden (∑XY).

g. Memasukan ke dalam rumus korelasi Product Moment dengan

kasar yaitu:

N ∑ xy−( ∑ x )( ∑ y )
r xy=
√¿ ¿ ¿

h. Mengkonsultasikan ke r tebel Product Moment, dengan ketentuan

jika rxy (hitung) lebih besar dari tabel harga kritik dari rt Product

Moment, bulir dinyatakan valid.

Untuk variabel Y (prestasi belajar) penulis tidak melakukan uji

validitas karena data yang diperoleh bukan dari angket, melainkan data

yang diperoleh dari nilai Ulangan Akhir Semester (UAS).

2. Uji Reliabilitas

57
Instrumen penelitian yang dianggap baik, selain valid (tepat) juga

harus reliabel (dapat dipercaya) atau memiliki ketetapan, yang mana

bila diteskan pada kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda

menghasilkan nilai yang sama pula.

Dalam menghitung reliabilitas, penulis menggunakan metode belah

dua awal-akhir, yaitu dengan mengkorelasikan skor belah awal (X) dan

skor belah akhir (Y) dengan menggunakan rumus product moment

angka kasar, untuk mencari nilai koefisien korelasi separoh tes

N ∑ xy−( ∑ x )( ∑ y )
r xy=
√¿ ¿ ¿ ¿

(Suharsimi Arikunto, 1997 : 69)

Untuk mengetahui nilai koefisien korelasi separoh tes digunakan

rumus Spearmen Brown :

2 ×r 1/2
R ½½=
(1+ r ½½)

3. Konversi data

Konversi data dilakukan penulis untuk variabel keterampilan dasar

mengajar (X1) dan motivasi belajar (X2) sebagai salah satu upaya

untuk menggunakan statistik parametrik, karena jenis data yang

penulis kumpulkan merupakan data ordianal (ranking) maka harus

dikonversi menjadi data interval (jarak antar data bobotnya sama).

Dalam mengkonversi data adapun langkah-langkahnya sebagai berikut

58
a. Menghitung frekuensi setiap alternatif respon untuk seluruh

responden

b. Menghitung proporsi (P) tiap alternatif respon. Dengan cara

mengisi setiap frekuensi (F) dengan banyaknya responden (N).

c. Setiap proporsi untuk setiap alternatif dihitung, kemudian

dilanjutkan dengan perhitungan Proporsi Kumulatif (PK)

dengan cara menjumlahkan dengan proporsi alternatif dengan

proporsi sebelumnya.

d. Kemudian dihitung PK-tengahnya (PKt) dengan cara

menjumlahkan ½ P alternatif yang sedang dicari PK-tengahnya

dengan PK alternatif sebelumnya.

e. Selanjutnya untuk tiap-tiap PK-tengah dicari nilai Z-nya dengan

menggunakan tabel Deviasi Normal.

f. Sesudah nilai Z untuk masing-masing alternatif respon (Pk-

tengah), maka untuk memperoleh nilai Z yang pertama

(alternatif nilai skala kecil) angka mutlaknya ditambahkan pada

nilai Z tiap alternatif sedangkan untuk nilai yang paling kecil

lansung diterapkan sesuai judgment yang telah ditentukan,

apabila nilai skala dimulai 0, nilai Z yang diperoleh langsung

ditambahkan, sedangkan jika nilai terkecil sama dengan 1, maka

nilai Z harus ditambah 1 dahulu baru kemudian ditambahkan

pada masing-masing nilai Z berikutnya.

59
g. Melakukan pembulatan harga Z. Pembulatan dilakukan dengan

melihat angka dibelakang koma. Apabila angka di beakang

koma lebih kecil daripada 0,500 maka dapat dihilangkan saja

sedangkan apabila angka tersebut sama dengan atau lebih besar

dari 0,500 maka dibulatkan ke atas.

O. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Untuk mengetahui gambaran tentang keterampilan dasar mengajar

(variabel X1) dan motivasi belajar (variabel X2) terhadap prestasi

belajar siswa (variabel Y) dihitung dengan menggunakan teknik

persentase sebaga berikut:

a. Menghitug skor ideal denga cara mengalihkan jumlah item

dengan nilai tertinggi angket.

b. Menghitng interval dengan cara mengurangi skor ideal

dengan jumlah item dengan nilai tertinggi angket.

c. Menemtukan sekor atas, tengah, bawah dalam tiga kategri

yaitu :

- 33% skor atas = kategori tertinggi

- 33% skor tengah = kategori sedang

- 33% skor bawah = kategori rendah

d. Menghiung jumlah jawaban responden yang masuk ke dalam

kategori tinggi, sedang rendah terhadap masing-masing

variabel, kemudian di prosentasikan.

60
e. Menentukan jumlah Skor Kriteria (SK) dengan mengguankan

rumus :

SK = ST × JB × JR

Keterangan:

SK = Skor Kriterium

ST = Skor Tertinggi

JB = Jumlah Bulir

JR = Jumlah Responden

f. Membandingkan jumlah skor hasil angkat dengan untuk

variabel X dan variabel Y dengan jumlah kriterium variabel

X dan variabel Y, untuk mencari jumlah skor hasil dengan

menggunakan rumus :
n

∑ xi=x1 + x 2 +…+ x n
i=1

Setelah diketahui skor kriterium dan skor hasil angket,

kemudian dimasukan ke dalam rumus :

Skor Angket
×100 %
Skor Kriterium

g. Menentukan daerah kriterium menjadi 3 tingkatan : rendah,

sedang dan tinggi dari prosentase sebagai berikut :

1) Prosentase ideal yaitu 100 % : 3 =33,33%

2) Nilai 33,33% ini dijadikan selisish untuk tiap tingkatan,

sehingga menjdi :

- Daerah rendah = 0 +33,33% =3,33%

61
- Daerah sedang = 33,33% +33,33% = 66,67%

- Daerah tinggi = 66,67% +33,33% = 100%

3) Dari perhitungan diatas dapat di tentukan daerah kriterum

menjadi beberapa bagian (berdasarkan hasil pembulatan) :

- Daerah rendah pada interval = 0% - 33%

- Daerah sedang pada interval = 34% - 67%

- Daerah tinggi pada interval = 68% - 100%

2. Uji Persyaratan Statistik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan

populasi yang ditunjukan oleh kenormalan distribusi data sampel.

Perhitungan untuk menguji normal tidaknya variabel digunakan uji

normalitas Kolmogorov Smirnov Test dengan bantuan aplikasi

SPSS Windows Versi .................................

Secara teporitis apabila data yang telah diuji normalitasnya

namun tidak berdistribusi normal maka penulis akan menggunakan

perhitungan statistik non parametik dengan metode korelasi rank

sperman dan apabila datanya berdistribusi normal maka analisis

data dengan menggunakan statistik parametik dengan rumus

korelasi Product Moment.

b. Analisis Regresi Linier

Setelah uji persyaratan data dianalisis menggunakan

analisis linier sederhana. Analisis regresi dilakukan dengan

62
bantuan aplikasi program SPSS For Windows Versi............. .

analisis regresi linier digunakan untuk mengetahui bagaimana

variabel dependen dapat diprediksikan melaui variabel indpenden

maka penulis melakukan perhitungan dengan rumus:

Y^ =a+b X 1

Y^ =a+b X 2

Keterangan :

^
Y = Subjek dalam variabel dependen yang dprediksikan

a = Harga Y ketika harga X = o (harga konstan)

b = Koefisien Regresi

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai

nilai tertentu.

Untuk mengetahui nilai a dan b dapat dicari dengan

menggunaka rumus sebagai berikut :

a=( ∑ Y ) ¿ ¿

b=N ∑ XY −¿ ¿ ¿

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana variabel

dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen, maka

dilakukan analisis regresi ganda. Regresi Ganda merupakan regresi

dengan dua variabel bebas (misal X1 dan X2) dan variabel satu

yang terkait (Y). Dalam penelitian ini akan mencari seberapa besar

pengaruh keterampilan dasar mengajar dan motivasi terhadap

prestasi, menggubakan rumus sebagai berikut:

63
Persamaan regresi ganda variabel Y atas X1 dan X2. (Ating

Somantri, 2006:250)

Y^ =a+b1 X 1 +b 2 X 2

Keterangan :

Y = Prestasi belajar siswa

a, b = Nilai konstanta

X 1 = Ketrerampilan dasar mengajar

X 2 = Motivasi belajar

Untuk menghitung nilai konstanta a, b 1, dan b 2 dapat digunakan

tiga buah persamaan yaitu :

1. ∑ Y =Na+ b1 ∑ X 1 +b2 ∑ X 2
2. ∑ X 1 Y =a ∑ X 1 +b 1 ∑ X 12 +b 2 ∑ X 1 X 2
3. ∑ X 2 Y =a ∑ X 2 +b 1 ∑ X 1 X 2+b 2 ∑ X 22
3. Uji Korelasi

Apabila data telah di uji normalitasnya dan berdistribusi normal

maka penulis akan menggunakan perhitungan statistik parametikdengan

metode korelasi product moment rumusnya yaitu:

r xy =
∑ XY
Sugiyono (2011:255)
√( ∑ X 2 ) (∑ Y 2)
Jadi, untuk menghitung korelasi ganda, maka harus dihitung

terlebih dahulu korelasi sederhananya seperti rumus di atas. Apabila

sudah dihitung korelasi sederhananya mala baru dapat dihitung korelasi

ganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

64

r y. x +r y . x −2 r y x r y x r x
2 2
x2
Ry . x1 x 2= 1 2 1 2 1

2
1−(r x x )
1 2

Keterangan:

Ry . x1 x 2 = korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama

sama dengan variabel Y

r yx 1
= korelasi product moment antara X1 dengan Y

r xy 2 = korelasi product moment antara X2 dan Y

rx x
1 2
= korelasi product moment antara X1 dengan X2

Analisis korelasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiga

variabel mempunyai tingkat pengaruh dimana bentuk hubungan bisa

korelasi positif atau negatif. Koefisien korelasinya diberi tanda r yaitu

menghitung luas tidaknya atau besar kecilnya hubungan antara variabel

X dan variabel Y besarnya ada diantara -1 dan +1 dengan symbol

aljabar -1< r <1, dimana:

a. Apabila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua

variabel sangat lemah atau tidak ada hubungan sama sekali

b. Apabila r = + 1 atau mendekati +1, maka hubngan kedua variabel

sangat kuat dan mempunyai hubungan searah (positif dan

signifikan)

c. Apabila r = -1, maka hubugan kedua variabel sangat atau cukup

kuat dan mempunyai hubungan terbaik (negative dan signifikan)

65
Setelah angka korelasi diperoleh untuk mengetahui sejauh mana

hubungan ketiga variabel tersebut harus di konsultasikan dengan

tabel klasifkasi Guilford, sebagai berikut:

Tabel 1....

Batasan Tafsiran Nilai r

Batas nilai r Tafsiran


0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,39 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat

4. Signifikansi Korelasi

Untuk langkah selanjutnya dalam analisis data adalah pengujian

hipotesis rumus yang untuk menguji signifikan koefisien korelasi

sederhana menggunakan uji t, yaitu:

r √ n−2
t= (sugiyono, 2011:230)
√1−r 2
Keterangan:

t : distribusi student dengan derajat kebebasan dk = N-2

r : Koefisien korelasi

N : banyaknya populasi

Sedangkan untuk pengujian signifikansi korelasi ganda

menggunakan uji F, yaitu:

66
2
R /k
F= 2 (Sugiono, 20011:235)
(1−R )/(n−k −1)

Keterangan:

R =koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

5. Uji Koefisien Determinasi

untuk mengetahui pengaruh atau daya determinasi variabel X1

(Keterampilan dasar menajar)dan variabel X2 (Motivasi belajar) terhadap

variabel Y (Prestasi belajar) dapat dihitung dengan mencari nilai R square,

menggunakan program SPSS WindowsVersi................. Sedangkan secara

teoritis untuk mencari nilai koefisien determinasi digunakan rumus sebagai

berikut:

KD=( r xy 2 ) ×100 %

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi
2
r = koefisien determinasi keterampilan dasar mengajar (X1) dan

motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar (Y).

67

Anda mungkin juga menyukai