Makalah Bolos
Makalah Bolos
(MAKALAH)
Di Susun Oleh :
SURAT KETERANGAN
Nomor : /PERPUS_SMKN2/III-2017
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Kepala Perpustakaan SMK Negeri 2
Kota Jambi:
Nama : Afsah, S.Pd
NIP : 19690909 200801 2 008
Pangkat/Gol : Penata Tingkat I. III/d
Jabatan : Kapala Perpustakaan
2
Afsah, S.Pd.
NIP. 19690909 200801 2 008
3
PEMERINTAH KOTA JAMBI
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 KOTA JAMBI
Jalan Gelatik Pasir Putih Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi 36139
Phone/Fax 0741-572493 E-mail: smknduajambi@yahoo.co.id
Website: www.smkn2kotajambi.sch.id
LEMBAR PERNYATAAN
Nomor : /I.IO/SMK.2/Ac-2017
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Kepala SMK Negeri 2 Kota Jambi:
Nama : Drs. Syamsul Bahri, M.Pd..
NIP : 19621113 198803 1 006
Pangkat/Gol : Pembina, IV/a
Jabatan : Kepala Sekolah
ii
NIP. 19621113 198803 1 006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidyah-Nya sehingga kita dapat memberikan yang terbaik untuk dunia pendidikan
ini.
Alhamdulillah, makalah yang berjudul “Mengatasi Siswa Bolos
Sekolah di SMK Negeri 2 Kota Jambi” ini dapat terselesaikan dengan baik,
adapun tujuan dari penulisan ini yaitu untuk menambah pemahaman secara nyata
tentang peran guru Bimbingan Konseling di SMK Negeri 2 Kota Jambi, Sehingga
arah tujuan pendidikan pada satuan pendidikan memiliki visioner yang
memberikan bimbingan secara langsung dan memberikan konstribusi pada peserta
didik yang sedang berada dalam masa transisi dan membutuhkan pembinaan.
Dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan pada tatacara
penulisan, sehingga kritik, saran sangat dibutuhkan yang sifatnya membangun
oleh penulis.
Demikian penulisan makalah ini, atas perhatiannya diucapkan terima
kasih.
iii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan..............................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Abstrak.................................................................................................................iv
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Perumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................31
B. Saran.................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
iv
ABSTRAK
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan non penelitian, paparan berupa deskritif,
Tujuan penulisan ini sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam menulis Karya Tulis Ilmiah. Guru melakukan pendekatan persuasif dan
edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan
sebagai terdakwa Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan
sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat
dibiarkan saja. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta
ceria menyenangkan dan hidup. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi
diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.
Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur
dan tidak merekayasa
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
pelajaran yang tidak diminati atau tidak disenangi. . Tentu saja sistem pendidikan
yang ketat tanpa diimbangi dengan pola pengajaran yang sifatnya 'menyejukkan'
membuat anak tidak lagi betah di sekolah. Mereka yang tidak tahan itulah yang
kemudian mencari pelarian dengan membolos, walaupun secara tidak langsung
hal seperti ini sebenarnya bukan merupakan suatu jawaban yang baik. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa siswa yang suka membolos seringkali menjadi ikut serta
terlibat pada hal - hal yang cenderung merugikan.
Betapa seriusnya perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh
dari berbagai pihak. Bukan saja hanya perhatian yang berasal dari pihak sekolah,
melainkan juga perhatian yang berasal dari orang tua, teman maupun pemerintah.
Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan bisa saja menjadi sumber
masalah baru. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan berlalu, maka yang
bertanggung jawab atas semua ini bukan saja dari siswa itu sendiri melainkan dari
pihak sekolah ataupun guru yang menjadi orang tua di sekolah juga akan ikut
menangungnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini ialah :
1. Apa pengertian dari membolos ?
2. Apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos ?
3. Apakah akibat yang akan ditimbulkan oleh siswa yang suka membolos ?
4. Bagaimana mengatasi siswa yang suka membolos ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan dari makalah
ini adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari membolos.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa
membolos.
2
3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang akan ditimbulkan pada siswa
yang suka membolos.
4. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi siswa yang suka membolos.
5. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Manfaat yang bisa diambil bagi penulis setelah menyelesaikan
pembuatan makalah ini, penulis sekarang menjadi lebih tahu bagaimana
mengatasi kasus perilaku membolos pada pelajar/siswa.
b. Bagi Pembaca
Bagi pembaca, makalah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah
ilmu pengetahuan mengenai bagaimana mengatasi kasus perilaku
membolos pada pelajar/siswa.
3
BAB II
KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Membolos
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah
dengan alasan yang tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai
ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu alasan yang jelas. Membolos merupakan
salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau
dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu
penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat
serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga
perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering
berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah
dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa
tersebut.
4
Selain faktor internal dan faktor eksternal yang telah dikemukakan di atas, Faktor
pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja juga dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1. Faktor Keluarga
Mungkin kita pernah mendengar (atau mungkin sering) ada siswa yang
tidak diperbolehkan masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu
mungkin hal ini dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis atau permasalahan
dalam keluarganya. Misalkan kakaknya sakit, sementara kedua orang tuanya harus
pergi bekerja mencari nafkah. Untuk menemani kakaknya tersebut maka adiknya
terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut bolehlah sang adik tidak
masuk sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang anak tersebut tidak
membuat surat izin kepada pihak sekolah, sehingga piha sekolah tidak tahu duduk
permasalahannya. Yang mereka tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi
anak tersebut ialah ia harus kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi
kebiasaan (membolos), lambat laun siswa tersebut tidak peduli lagi dengan
peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau masuk atau tidak.
5
3. Membeda - bedakan anak.
Ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anak laki-laki
lebih penting daripada anak perempuan. Anak laki - lakilah yang menjadi
tumpuan dan kebanggaan keluarga, sementara anak perempuan pada akhirnya
akan kawin dan hanya mengurusi masalah dapur, sehingga tidak memerlukan
pendidikan yang terlalu tinggi. Dalam hal ini, anak perempuan didorong untuk
tidak masuk sekolah. Mengurangi uang saku. Meskipun tidak semua anak
menginginkan uang saku yang banyak, namun tidak sedikit pula anak - anak yang
merasa kurang percaya diri jika uang saku mereka sedikit dibanding dengan
teman-temannya. Sehingga akibatnya pada anak tersebut ialah ia menjadi malas
untuk masuk sekolah.
Di zaman modern seperti sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak
terkecuali pada bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan
siswa-siswanya untuk membeli LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain
demi kepentingan proses belajar. Untuk barang-barang tersebut kadang orang tua
tidak mau mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa yang tidak
membeli akan malu pada siswa lain yang membeli. Dan siswa yang tidak membeli
akan malas untuk berangkat ke sekolah.
6
suka, ia cenderung berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih
jika akan masuk sekolah. Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan
tidak masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran.
Melarikan diri dari masalah malah akan menambah masalah tersebut.
5. Perasaan
Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang
rasa itu muncul tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak
diinginkan atau diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas
atau mungkin gurunya sendiri dengan sindiran atau ucapan. Siswa yang ditolak
oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman berada di rumah. Ada
siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada juga
yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol
bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor
tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).
7
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Faktor Personal
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau
hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena
kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.
1. Faktor yang Berasal dari Sekolah
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku
membolos pada remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian
terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos
karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian
masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten,
kadang menghukum kadang menghiraukannya. Ketidakkonsistenan ini akan
berakibat pada kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang
mereka mencoba - coba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku
membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan
melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas
dengan sangsi - sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk
peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat
diminimalkan.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah
adalah kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam
menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan individual perlu
dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan pribadi
dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap
kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas - tugas yang ada
sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau
sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi.
8
Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos
adalah mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa - siswanya.
Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta
informal di luar kelas.
Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa,
termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan
baik dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi pelajaran di
kelas, peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa tidak
merasakan menariknya pergi ke sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan merasakan
manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi
minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana
perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran.
Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka
terhadap guru sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu.
Dengan suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku
membolos yang mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi. Tentu saja,
pendekatan dari pihak sekolah ini hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor
lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah penting dan
memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga pencarian
mengenai penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih
dahulu sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana
tempat siswa - siswa belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila
bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang
sesuai dengan minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya
tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar. Jadi, suasana
kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan
pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys.
Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
9
Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko
meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain
kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim
antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif,
atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.
10
B. Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa
yang Suka Membolos
Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu
sering kali menjadi momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa
karena lebih berfungsi sebagai pengadilan siswa dari pada membimbing
siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka
langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang cenderung
ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu
bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang
bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi
sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat.
Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada
siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah
yang dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan
dan lain sebagainya. Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan
maupun stress dikalangan siswa bisa semakin dieliminir.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi
otak anak - anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha
membentuk pribadi anak menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar
tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk
membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika
terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga
turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting.
Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui
pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan
pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat
gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan
sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah
minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan
tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah
11
dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah
melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum
karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk
membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut
malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab
siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah
tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika
dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu,
penanganannya harus hati - hati.
12
dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi
masalah anak.
2. Menerapkan Gerakan Disiplin. Gerakan disiplin ini difokuskan
untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi pada waktu
jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau
di tempat hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya
sendiri juga berpotensi untuk menimbulkan keresahan di masyarakat
karena biasanya pelajar yang suko membolos mempunyai tingkat
kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti
pengompasan pelajar yang lebih kecil atau dibawahnya sampai
dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan pelajar juga
muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali
tidak di rumah karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat
negatif. Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak bisa dianggap
remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral
pelajar dimulai. Oleh karena itu perlu tindakan tegas dari para aparat
Satpol PP untuk sering melakukan operasi agar menjadi sebuah
shock therapy yang mempunyai efek jera bagi para pembolos dan
juga ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya bolos
sekolah. Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada jam sekolah
haruslah seijin sekolah dengan menggunakan surat ijin.
13
pelajar bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika
peringatan tidak diindahkan maka bisa dilakukan penyegelan
sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan aturan
yang berlaku.
D. SOLUSI
1. Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa,
memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
2. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa
terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria
menyenangkan dan hidup.
4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat
menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.
5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur
dan tidak merekayasa.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, proses
membantu individ, Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu
yang, bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya
secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinyak dan kegiatan yang
bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami
keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
2. Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam
penanganannya perlu perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya
kegiatan membolos dapat dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir
tetap ada.
3. Faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos terbagi menjadi
dua golongan, yaitu faktor internal dan eksternal. Selain itu, faktor –
faktor lain yang menjadi penyebab siswa membolos lainnya, meliputi :
faktor keluarga, faktor kurangnya kepercayaan diri, perasaan yang
termarginalkan, faktor personal serta faktor yang berasal dari sekolah.
4. Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos, akan mengalami
kegagalan dalam pelajaran. Selain mengalami kegagalan belajar, siswa
tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh
teman - temannya.
5. Peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi
siswa yang suka membolos, yakni dengan mengetahui faktor - faktor
penyebab siswa membolos, menerapkan gerakan disiplin serta sosialisasi
kepada pengelola hiburan.
6. Melalui program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka
yang suka membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka
15
dalam penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah
juga mengikutsertakan orang tua.
7. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini
BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat
diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui
tentang cara menanggulangi Perilaku siswa yang suka membolos yang kerap
dilakukan para siswa sekolah.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://enisuryanitas3.blogspot.com/2012/05/kajian-bimbingan-konseling.html
Sumber : http://depdiknas.go.id, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Edisi 36. Diunggah tanggal 4 Juni 2012
http://www.teacheracim.blogspot.com/ diunggah tanggal 5 Juni 2012
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2010.
Willis, Sofyan S., 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek, Bandung :
Alfabeta.2004.
17