Anda di halaman 1dari 8

Lex Et Societatis Vol. V/No.

8/Okt/2017

PELAKSANAAN HAK RETENSI DALAM Manado dan Tomohon karena pasar swalayan
PENITIPAN BARANG PADA PASAR SWALAYAN yang ada didaerah dikemdalikan oleh
DIKAITKAN DENGAN PERLINDUNGN perusahan induk yang ada di Jakarta. model
KONSUMEN DI KOTA MANADO1 pengakuan terhadap hak konsumen oleh pasar
Oleh: Engelien Roos Palandeng, Atie Olii, Diva swalayan. Aspek lain yaitu model penyelesaian
Adela Amelia Rombot2 keluhan dan sengketa terkait hak retensi dalam
penitipan barang yang merugikan konsumen.
ABSTRAK Sebagai kesimpulan Temuan penelitian akan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji menggambarkan belum optimalnya
pelaksanaan hak retensi dikaitkan dengan perlindungan hak – hak konsumen terkait
perlindungan konsumen pada pasar swalayan dengan hak retensi penitipan barang. Solusi
dalam penitipan barang pada counter atau dalam penerapan hak retensi dalam penitipan
tempat yang ditetapkan manajemen. Dalam barang yang berkeadilan dan berkepastian
kenyataan hak retensi sering menjadi alasan hukum.
bagi manajemen pasar swalayan untuk tidak Kata Kunci : Hak Retensi, Pasar Swalayan
memberikan ganti rugi terhadap kerusakan dan
kehilangan barang. Hal ini terjadi karena tidak PENDAHULUAN
ada aturan hukum yang tegas dalam A. Latar Belakang Penelitian
pelaksanaan hak retensi pada pasar swalayan Dalam kegiatan sehari-hari khususnya
dikaitkan dengan perlindungan masyarakat di kota besar banyak berbelanja
konsumen.Untuk mencapai tujuan tersebut pada pasar swalayan baik mini market maupun
maka metode penelitian yang digunakan yaitu supermarket. Dalam melakukan aktivitas jual
deskriptif normatif yang terfokus pada kajian beli disupermarket masyarakat banyak
hukum perdata dan perlindungan konsumen menggunakan jasa penitipan barang pada bagin
pada pasar swalayan. Kajian hak retensi konter atau bagian lain yang telah ditetapkan
dikaitkan dengan perlindungan konsumen managemen pasar swalayan. Dalam penitipan
sangat penting karena sampai saat ini dengan barang pada pasar swalayan ada satu persoalan
berkembangnya pasar swalayan belum adanya hukum yang menarik untuk penitipan barang
aturan kusus yang spesifik mengatur tentang terjadi karena adanya perjanjian maupun tanpa
hak retensi dikaitkan dengan perlindungan perjanjian terkait dengan berbagai resiko. KUH
konsumen.Untuk mengambarkan pelaksanaan Perdata Pasal 1694 s/d 1739, telah mengatur
hak retensi pada pasar swalayan di kota tentang penitipan barang. Adapun mengenai
manado dilakukan survei pengumpulan data penitipan barang diatur mulai dari Pasal 1694
untuk mendukung analisis normatif dikaitkan s/d 1739. Sedangkan yang dimaksudkan dengan
dengan penerapan hukum. Hasil Penelitian penitipan barang berdasarkan Pasal 1694 ialah :
menunjukan Pasar swalayan belum ada aturan apabila seorang menerima sesuatu barang dari
khusus tentang penjaminan hak konsumen orang lain, dengan syarat bahwa ia akan
dalam penitipan barang. Tidak adanya aturan menyimpannya dan mengambilnya dalam
khusus menjadi tameng bagi pasar swalayan wujud semula. Dalam Buku III KUH Perdata
terkait dengan resiko dan tuntutan ganti rugi seseorang dapat mengenal bermacam-macam
konsumen. Sebagaimana l penelitian yang perjanjian-perjanjian tertentu (perjanjian
tewlah pada beberapa pasar swalayan di kota khusus), dan salah satu diantaranya ialah
manado seperti Manado Town Square, Mega penitipan barang. Jadi penitipan barang itu
Mall, Multi-Mart Manado dan Tomohon, Jumbo merupakan suatu perjanjian yang riil, yang
Swalayan, Lippo Plaza, Indo Maret dan Alfa berarti bahwa penitipan itu baru akan terjadi
Mart yang tersebar di Manado dan Tomohon. dengan dilakukannya suatu perbuatan yang
Hal lain yang ditemukan yaitu implikasi nyata, yaitu dengan diserahkannya barang yang
pemberlakuan hukum hak Retensi terkait hendak dititipkan tersebut. Jadi tidaklah sama
dengan perlindungan konsumen. Belum jelas di dengan perjanjian-perjanjian yang lain yang
terapkan pada berbagai pasar swalayan di sifatnya konsensuil yaitu sudah dilahirkan pada
saat tercapainya kata sepakat tentang hal-hal
1
Artikel Penelitian yang pokok dari perjanjian tersebut. Menurut
2
Dosen Pada Fakultas Hukum Unsrat.

59
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017

undang-undang, penitipan terdiri dua macam dikaitkan dengan perlindungan konsumen


yaitu: penitipan yang sejati dan sekestrasi, sangat penting karena saat ini dengan
sedangkan penitipan yang sejati dapat terjadi perkembangannya pasar swalayan belum ada
dengan sukarela atau pula karena terpaksa. aturan khusus yang spesifik mengatur tentang
Penitipan yang sejati dianggap dibuat dengan hak retensi dikaitkan dengan perlindungan
cuma-cuma, jika tidak diperjanjikan sebaliknya, konsumen. Untuk menggambarkan
sedangkan ia hanya dapat mengenal barang- pelaksanaan hak retensi pada pasar swalayan di
barang yang begerak. Sedangkan yang kota Manado dilakukan survey dan
sekestrasi adalah merupakan suatu penitipan pengmpulan data, untuk mendukung analisis
karena diperintah oleh hakim, sebab obyek normative dikaitkan dengan penerapan hukum.
tersebut dipersengketakan olah para pihak. Ketidakadanya aturan khusus menjadi tameng
Dalam penitipan barang pada pasar bagi pasar swalayan terkait dengan resiko dan
swalayan ada satu persoalan hukum yang tuntutan ganti rugi bagi konsumen. Sebagai
menarik untuk diteliti yaitu Hak Retensi, berupa sampel penelitian difokuskan pada beberapa
hak menahan barang yang dititipkan, dan tidak pasar swalayan di kota Manado dan kota
diberikan kepada konsumen kalau struk tanda Tomohon.
bukti hilang. Kehilangan barang pada tempat Data temuan penelitian selanjutnya dikaji
penitipan, kehilangan kendaraan di lokasi parkir tentang penerapan hukum, implikasi
ditemui pengelola pasar swalayan mengelak pemberlakuan hukum hak retensi terkait
seperti pada jasa parkir yang memasang tulisan dengan perlindungan konsumen. Kasus-kasus
”kehilangan barang bukan menjadi tanggung yang muncul tekait dengan penerapan hukum,
jawab pengelola parkir” di lokasi parkir sebagai model pengakuan terhadap hak konsumen oleh
bentuk pengalihan tanggung jawabnya atas pasar swalayan. Aspek lain yaitu model
kendaraan yang hilang atau barang yang hilang penyelesaian keluhan dan sengketa terkait hak
merugikan konsumen sesuai Undang Undang retensi dalam penitipan barang yang merugikan
NO 8 Tahun 1999 Pasal 8 yang mengatur konsumen. Yang menjadi permasalahan dalam
tentang hak konsumen atas keamanan dan penelitian ini yaitu bagaimana pengaturan
kenyamanan pengalihan tanggung jawab khusus yang dikeluarkan oleh Pasar swalayan
pelaku usaha adalah dilarang, dan berdasarkan untuk melindungi R konsumen terkait retensi
Pasal 18 ayat (3) UU perlindungan Konsumen dalam penitipan barang. Dan Bagaimana
telah mengatur Hak dari konsumen yang harus bagaimana kewajiban Pasar Swalayan
mendapatkan keamanan dalam transaksi melindungi hak konsumen dalam retensi
barang dan jasa yang ditawarkan, maka produk penitipan barang dan pemberian kompensasi
barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan akibat kerusakan dan kehilangan barang.
apa yang telah menjadi hak dari konsum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji B. METODE PENELITIAN
pelaksanaan hak retensi dikaitkan dengan 1. Jenis Penelitian
perlindungan konsumen pada pasar swalayan Bertitik tolak dari permasalahan maka
dalam penitipan barang pada counter atau penelitian dilakukan dengan mengunakan
tempat yang ditetapkan oleh managemen. metode penelitian hokum.Penelitian hukum,
Dalam kenyataan hak retensi sering menjai karena ilmu hukum memiliki karakter yang
alasan bagi managemen pasar swalayan untuk khusus ( merupakan suatu sui generis
tidak memberikan ganti rugi terhadp discipline). Merupakan suatu penelitian untuk
kerusakkan dan kehilangan barang. Hal ini menganalisis peraturan perundang – undangan,
terjadi karena tidak ada aturan hukum yang yang pada prinsipnya penelitian hukum
tegas dalam pelaksanaan hak retensi pada berbeda dengan penelitian sosial. Sesuai
pasar swalayan dikaitkan dengan perlindungan dengan metode yang digunakan yaitu metode
konsumen.Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian hukum normative maka dibutuhkan
maka metode penelitian yang digunakan yaitu bahan – bahan hukum untuk diteliti seperti:
deskriptif normative yang terfokus pada kajian A.Bahan hukum primer, seperti UUD 1945, UU
hukum perdata dan perlindungan konsumen no 8 tahun 1999 tentang perlindungan
pada pasar swalayan. Kajian hak retensi konsumen,B.Buku-buku hukum perdata yang

60
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017

berkaitan dengan penitipan barang dan hak terhadap bahan hukum serta informasi-
retensi dan kajian teori-teori tentang informasi yang didapat, analisis bahan hukum
perlindungan konsumen. Badan- badan hukum dilakukan dalam empat tahapan:
yang dapat menunjang bahan-bahan yang 1. Melakukan kajian literature mengenai
berkaitan dengan hak retensi, hak keperdataan aspek perundang-undangan dan
serta hak perlindungan konsumen yang terkait pelaksanaannya.
dengan pasar swalayan. 2. Melakukan analisis secara kualtatif
terhadap asas-asas hukum dalam
2. Lokasi penelitian hubungannya dengan kebijakan-kebijakan
Lokasi penelitian dilaksanakan di kota dalam pelaksanaan kegiatan usaha
Manado dan kota Tomohon, dimana 3. Melakukan analisis kebijakan dengan
perkembangan pasar swalayan begitu pesat menggunakan teknik deskriptif normative
dan ketertarikan para konsumen untuk yang berkaitan dengan hak retensi dalam
berbelanja pada pasar swalayan sangat tinggi. sistem perlindungan konsumen dan kinerja
Dalam penelitian selalu mengacu pada managemen dalam mengimplementasikan
kebutuhan data yang selalu berkembang dalam fungsi dan tujuan hukum dilapangan.
pelaksanaan pengumulan data. Untuk kajian 4. Melakukan identifikasi terhadap unsur-
yuridis berkaitan dengan hukum atau bahan unsur atau prinsip-prinsip hukum yang
kepustakaan yang difokuskan pada harus menjadi pegangan dari pelaku usaha
perpustakaan daerah provinsi Sulawesi utara di dalam menjalankan usahanya pada pasar
Manado dan di perpustakaan fakultas Hukum swalayan.
UNSRAT.
PEMBAHASAN
3. Metode pengumpulan Data 1. Pengaturan Khusus Hak Retensi Oleh Pasar
Dalam pengumpulan bahan hukum dapat Swalayan
dilakukan beberapa cara antara lain: Hasil penelitian menunjukan belum ada
1. Mengidentifikasi bahan hukum dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pasar
teknik mewawancarai secara spesifik dalam swalayan di Manado dan Tomohon tentang hak
bentuk Tanya jawab. Menjalankan Retensi ialah untuk menahan benda orang
kuesioner kepada responden yaitu dengan berbagai konsekwesi hukumnya.
karyawan dan konsumen. Peralatan yang Menahan barang oleh pasar swalayan
digunakan dalam kegiatan wawancara ini materinya sama dengan jaminan tapi
adalah menggunakan daftar pertanyaan konteksnya berbeda yaitu untuk penjaminan
atau kuesioner sebagai pedoman hak konsumen. Penelitian di pasar swalayan
wawancara. yang ada di kota Manado seperti Multimart,
2. Mengadakan observasi (pengamatan) pada Transmart, dan Hypermart serta penelitian
beberapa pasar swalayan di kota Manado yang dilakukan di Cool Tomohon dengan
dan kota Tomohon sebagai sampel. mengambil responden 50 orang menunjukkan
3. Studi kepustakaan yaitu teknik hasilnya sebagai berikut. 45 orang menyatakan
pengumpulan bahan hukum yang dilakukan bahwa tidak ada peraturan khusus dari pasar
dengan cara mempelajari jurnal, laporan, swalayan tentang jaminan retensi, sedangkan 5
dan berbagai dokumen atau naskah tertulis orang menyatakan tidak tahu. Begitu juga 20
yang berkaitan dengan sistem hukum dan orang responden yang terdiri dari pimpinan dan
berbagaiinformasi yang berkaitan dengan staf perusahaan pasar swalayan menyatakan
objek penelitian ini. tidak ada aturan khusus atau tidak tahu, karena
4. Pendokumentasian kegiatan di pasar pasar swalayan hanya tergantung pada
swalayan pengerahan dari pusat Jakarta.
Sifat zakelijk (kebendaan) tidak diberikan
4. Analisis Badan Hukum pada umumnya atas hak retensi ini karena yang
Setelah diadakan pengumpulan bahan berhak hanya untuk menahan benda tersebut,
hukum, maka tahapan yang paling penting dan bila benda itu jatuh pada tangan orang
dalam penelitian ini adalah melakukan analisis ketiga maka haknya itu menjadi tiada

61
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017

(hilang/gugur). Memang yang selalu sendiri. Jadi kewajiban yang paling utama
menimbulkan persoalan apakah hak retensi dalam perjanjian penitipan barang ialah
hanya ada seperti yang ditentukan undang- memelihara barang tersebut sebaik-baiknya.
undang, dan bagaimana dengan jaminan Dengan demikian, si penerima titipan tidak
terhadap hak konsumen . Pihak pasar swalayan boleh berlaku pasif dalam melakukan
dan konsumen seharusnya mempunyai pemeliharaan barang, tetapi harus benar-benar
kedudukan yang sama Pasal 1338 KUH Perdata memberikan jaminan atas keselamatan berang
tentang kebebasan untuk mengadakan suatu sejak adanya penyerahan sampai pada
perjanjian.3 penerimaan kembali barang tersebut. Dengan
Hasil penelitian menunjukan umumnya ini barulah dapat dikatakan sesuai dengan
Pasar swalayan tidak mengetahui ketika maksud dan tujuan dari perjanjian penitipan.
menerima atau menahan barang titipan pada Selanjutnya di dalam Pasal 1707 KUH
saat itu telah terjadi perjanjian. Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan, pemeliharaan atas barang
Perdata. Hak Retensi bersifat tidak dapat titipan harus dilakukan secara lebih berhati-hati
dibagi-bagi, dan Pasar swalayan harus jika :
bertangungjawab mutlak., . Hak retensi tidak 1. Penitipan dilakukan atas permintaan si
membawa serta hak boleh memakai terhadap penerima titipan.
barang yang ditahannya itu, jadi hanya boleh 2. Si penerima titipan menerima upah.
menahan saja tak boleh memakai bendanya. 3. Penitipan dimuat terutama untuk
Seperti halnya hak jaminan yang lain hak kepentingan si penerima titipan sendiri.
retensi mempunyai ciri-ciri sebagai perjanjian 4. Dalam persetujuan ditegaskan, bahwa si
yang bersifat accessoir, yaitu ikut beralih, hapus penerima titipan bertanggung jawab atas
dan batal dengan beralihnya, hapusnya dan segala kelalaian dalam pemeliharaan
batalnya perjanjian pokok. Seperti halnya pada barang.
gadai hak retensi tidak mengandung Dari ketentuan ini, timbul pertanyaan
kewenangan untuk memakai bendanya namun apakah yang dimaksud dengan berhati-hati?
harus memelihara benda tlersebut dengan Apakah di luar keempat hal itu, si penerima
baik.4 Di Indonesia sebagaian besar hak retensi titipan diperkenankan kurang berhati- hati?
diatur dalam undang-undang sebagaimana Sebenarnya di dalam Pasal 1706 KUH Perdata,
dijumpai dalam hukum perdata (Buku II KUH telah memberikan batasan yang cukup tegas
Perdata), hukum perutangan hukum dan jelas terhadap pemeliharaan barang
perburuhan (Buku III KUH Perdata), hukum titipan, yaitu pemeliharaan harus dilaksanakan
dagang dan peraturan-peraturan lainnya. Di sebagaimana layaknya memelihara barang milik
sampingnya itu dimungkinkan hak retensi itu sendiri. Kalau yang dimaksud dengan lebih
diperjanjikan antara para pihak sebagai berhati-hati adalah lebih menaruh perhatian
konsekuensi azas kebebasan berkontrak. juga sebenarnya sudah ada suatu peraturan
Menurut pendapat para pengarang dan umum yang dapat dipakai, yaitu Pasal dalam
perkembangan hukum sekarang, demikian juga perjanjian penitipan barang untuk
menurut Arrest HR tanggal 10 Desember 1948 menyerahkan barang pada pihak lain, selama
N.J. 1949, 122 dimungkinkan adanya hak bulan terjadi penyerahan, wajib memelihara
retensi yang timbul karena perjanjian.5 barang itu sebagai seorang bapak rumah yang
Menurut Pasal 1706 KUH Perdata, si baik.
penerima titipan diwajibkan mengenai Jadi sebenarnya ketentuan ini sudah cukup
perawatan barang yang dipercayakan padanya, baik pengertian yang dimaksud oleh Pasal 1706
memeliharanya dengan minat yang sama KUH Perdata maupun pengertian yang
seperti ia memelihara barang-barangnya dimaksud oleh Pasal 1707 KUH Perdata. Di
dalam praktek mungkin, agak sukar
menentukan apa yang dinamakan lebih berhati-
3
H.F.A. Vollmar, Hukum Perdata, Tarsito, Bandung, 1980, hati dan apa yang dinamakan kurangnya
hal. 235
4
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di
berhati-hati, oleh karena undang- undang
Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan sendiri tidak memberikan penjelasan. Oleh
Perorangan, Liberty Yogyakarta, 1980, hal. 63. karena itu apabila diberikan tafsiran yang lain
5
I b i d, hal. 66.

62
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017

terhadap Pasal tersebut, barangkali akan lebih keperluan sendiri tanpa izin dari si pemberi
mudah penerapannya di dalam titipan, yang dinyatakan secara tegas atau
praktek.Sehubungan dengan masalah ini, dianggap, atas ancaman penggantian biaya
kiranya perlu dikemukakan pendapat dari kerugian dan bunga jika ada alasan untuk itu.
Wirjono Prodjodikoro, yang mengatakan Pasal ini menujukkan suatu ciri yang khas dari
sebagai berikut : bahwa hal pemeliharan perjanjian penitipan barang. Yaitu larangan bagi
barang sebagai seorang kepala rumah tangga si penerima titipan untuk memakai atau
harus diukur secara "obyektif" yaitu dilihat dari menggunakan barang titipan. Si penerima
kebiasaan kebanyakan orang-orang yang titipan baru dapat memakainya, jika hal itu
diwajibkan memelihara sesuatu barang sedang dinyatakan secara tegas dalam perjanjian atau
hal pemeliharaan barang sebagai penyimpanan dianggap diperbolehkan oleh si pemberi titipan.
barang miliknya sendiri diukur "secara Dari keadaan dan barang yang dititipkan itu,
subyektif", yaitu dilihat dari kebisaan seorang sudah memberikan petunjuk dan yang
penyimpanan tertentu itu saja dalam hal memberikan pihak museum (penerima titipan)
memelihara barang miliknya sendiri."6 memakai barang tersebut dengan jalan
Jadi untuk menentukan apakah seseorang memajangkannya untuk dipamerkan. Demikian
dalam memelihara barang sebagai seorang pula buku-buku yang dititipkan di
kepala rumah tangga yang diwajibkan perpustakaan yang tentunya si pemberi titipan
memelihara suatu barang yang diukur secara tidak keberatan untuk dibaca. Jelaslah bahwa
obyektif, dibandingkan dengan orang tersebut dalam keadaan tertentu si penerima titipan
yang diukur secara subyektif dalam dapat memakai atau menggunakan barang
pemeliharaan barang miliknya sendiri. titipan. Akan tetapi harus diingat bahwa prinsip
Selanjutnya menurut Pasal 1708 KUH Perdata dari perjanjian penitipan barang adalah
ditentukan bahwa sekali-kali si penerima titipan larangan untuk memakai atau juga
bertanggung jawab tentang peristiwa-peristiwa menggunakan barang titipan. Sebab kalau tidak
yang tak dapat disingkiri, kecuali apabila ia lalai disebutkan dalam perjanjian penitipan
dalam pengembalian barang yang dititipkan. melainkan perjanjian peminjaman barang.
Bahwa dalam hal yang terakhir ini tidak Kewajiban selanjutnya menurut Pasal 1713
bertanggung jawab jika barangnya akan KUH Perdata ialah, si penerima titipan tidak
musnah seandainya telah berada di tangan boleh menyelidikinya barang yang dibungkus
orang yang menitipkan. atau tertutup dalam kotak dalam suatu sampul
Sehubungan dengan ketentuan ini segel. Larangan untuk melihat isi barang yang
sebenarnya Pasal 1444 KUH Perdata telah tertutup dalam kotak atau tersegel, adalah
mengatur dengan jelas bahwa resiko sesuai dengan tertutupnya atau tersegelnya
pemusnahan barang karena sesuatu keadaan barang titipan itu, sudah memberi penjelasan
memaksa (overmacht), pada azasnya harus sifat-sifat kerahasian dari barang itu. , dalam
dipikul oleh pemilik barang. Karena tidaklah Pasal 1714 KUH Perdata ayat (1) dan Pasal 1715
tepat kalau si penerima titipan bertanggung ayat (1), pada dasarnya sama dengan kewajiban
jawab atas musnahnya barang karena suatu mengembalikan barang dalam wujudnya
keadaan memaksa (overmacht), kecuali ia lalai semula ini, adalah tanpa kecuali. Baik terhadap
dalam menyerahkan kembali barangnya. barang maupun terhadap mata uang tunai
Demikian pula ia tidak bertanggung jawab wajib dikembalikan dalam mata uang yang
apabila barang itu dikembalikan, juga tetap sama seperti yang dititipkan. Selanjutnya dalam
akan musnah, misalnya terjadi banjir meliputi Pasal 1715 ayat 2 KUH Perdata, meyatakan
rumahnya maupun si pemberi titipan. bahwa apabila dalam pengembalian barang
Berikut adalah kewajiban yang diatur dalam titipan ternyata ada kekurangan dalam ujud
Pasal 1712 KUH Perdata, yang menentukan atau nilai harga dari barang itu di luar
bahwa si pemberi titipan tidak diperkenankan kesalahannya, maka si penerima titipan tidak
memakai barang yang dititipkan padanya untuk bertanggung jawab. Dalam keadaan seperti ini
si penerima titipan cukup mengembalikan
6
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Persetujuan- barang sebagaimana adanya pada saat
Persetujuan Tertentu, Sumur, Bandung, Cetakan VII, 1981, dilakukan pengembalian. Sebaliknya, kalau
hal. 124.

63
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017

7
barang titipan itu menghasilkan sesuatu, maka Hak Konsumen terkait dengan.kepentingan
hasil tersebut dikembalikan pula kepada si yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam
pemberi titipan (Pasal 1718 ayat KUH Perdata). melaksanakannya.8 Pasal 4 Undang-undang
Akan tetapi dalam hal yang dititipkan uang, si Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
penerima titipan tidak diharuskan membayar konsumen telah mengatur hak konsumen yang
bunga, kecuali telah ditegur ia tidak mendapaktan jaminan dan perlindungan dari
mengembalikan uang itu, ia wajib hukum yaitu:
a. Hak atas kenyamanan,keamanan,dan
2. Kewajiban Pasar Swalayan dan Hak keselamatan dalam mengonsumsi
Konsumen barang dan/atau jasa
Dalam Undang undang No 8 Tahun 1999 b. Hak untuk memilih barang dan/atau
Pasar Swalayan sebagai pelaku usaha jasa serta mendapatkan barang
menpunyai kewajiban terhadap konsumen dan/atau jasa tersebut sesuai dengan
yaitu memberikan rasa aman dan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
nyaman.Dalam KUH Perdata, soal keadaan yang dijanjikan
memaksa itu diatur dalam Pasal 1244 dan Pasal c. Hak atas informasi yang benar, jelas,
1245. Dua Pasal ini terdapat dalam bagian yang dan jujur mengenai kondisi dan
mengatur tentang ganti rugi. Dasar pikiran jaminan barang dan/atau jasa
membuat undang-undang ialah keadaan d. Hak untuk didengar pendapat dan
memaksa ialah suatu alasan untuk dibebaskan keluhannya atas barang dan/atau jasa
dari kewajiban membayar ganti rugi. Dalam yang digunakan
Pasal 1244 KUH Perdata mengatakan, jika ada e. Hak untuk mendapatkan advokasi,
alasan untuk itu, si berhutang harus di hukum perlindungan dan upaya penyelesaian
mengganti biaya, rugi dan bunga, bila ia tidak sengketa perlindungan konsumen
membuktikan, bahwa hal tidak dilaksanakan secara patut
atau tidak pada waktu yang tepat f. Hak untuk mendapatkan pembinaan
dilaksanakannya perjanjian itu disebabkan dan pendidikan konsumen
karena suatu hal yang tak terduga, pun tidak g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani
dapat dipertanggung jawabkan kepadanya secara benar dan jujur serta ridak
kesempatan itupun jika itikad buruk tidak ada diskriminatif
pada pihaknya. Selanjutnya dalam Pasal 1245 h. Hak untuk mendapatkan
KUH Perdata mengatakan tidaklah biaya, rugi kompensasi,ganti rugi,dan/atau
dan bunga harus digantinya, bila karena penggantian apabila barang dan/atau
keadaan memaksa atau karena suatu kejadian jasa yang diterima tidak sesuai dengan
tak disengaja, si berhutang berhalangan perjanjian atau tidak sebagaimana
memberikan atau berbuat sesuatu yang wajib, mestinya
atau karena hak-hak yang mana telah i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan
melakukan perbuatan yang terlarang. Dengan peraturan perundang-undangan
segera sudah dapat dilaksanakan, bahwa ada lainnya.
dua Pasal tersebut di atas (Pasal 1244 dan Di Negara Amerika Serikat sendiri dalam
1245) maksudnya mengatur suatu hal yang pidatonya presiden Jhon F.Kennedy pada waktu
mana yaitu dibebaskannya si debitur dari mengemukakan gagasan tentang perlindungan
kewajiban mengganti kerugian karena suatu konsumen,beliau sekaligus menyebutkan
kejadian yang dinamakan keadaan memaksa. empat hal hak konsumen yang perlu mendapat
Secara terus menerus dikatakan bahwa dua perlindungan secara hukum yaitu:
Pasal itu merupakan suatu doublure, dua Pasal 1. Hak memperoleh keamanan (the right to
yang mengatur suatu hal yang sama. Yang satu safety)
tidak memberikan suatu hal yang lebih dari 2. Hak memilih (the right to choose)
pada yang sudah diberikan oleh yang lainnya.
Hanya Pasal 1245 menyebutkan kejadian yang 7
Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan IV, PT Inter masa,
dimaksud itu dengan nama keadaan memaksa. Jakarta, 1979, hal. 56.
8
Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum Suatu
Pengantar, Liberty, 1986, Yogyakarta, hlm.40.

64
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017

3. Hak mendapat informasi (the right to be d. Hak untuk rehabilitasi nama baik
informed) apabila terbukti secara hukum bahwa
4. Hak untuk didengar (the right to be kerugian konsumen tidak diakibatkan
heard)9 oleh barang dan/atau jasa yang
Berbeda dengan Negara Eropa yang baru diperdagangkan
menyikapi masalah perlindunagan e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan
konsumen,khususnya tanggung jawab produk perundang-undangan.12
ini pada tahun 1985 melalui petunjuk
pengarahan (directive) yang dikeluarkan Dewan KESIMPULAN & SARAN
masyarakat Eropa pada 25 Juli 1985 di Brussel A. Saran
dan ditandatanggani oleh J.Poos sebagai 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
presiden Dewan. Baru kemudian, pada tanggal tidak adanya aturan khusus tentang hak
11 Septenber 1986 Ratu Beatrix retensi terkait dengan jaminan terhadap
menandatanggani perubahan sebagai barang yang dititipkan konsumen pada
penyesuaian ke dalam burgelijk wetboek.10 pasar swalayan yang ada di sampel. Tidak
Masyarakat ekonomi Eropa juga menetapkan adanya aturan khusus karena
hak-hak dasar konsumen warga masyarakat manajemen pasar swalayan bersifat
Eropa yang perlu mendapat perlindungan di tertutup dan selalu dikendalikan oleh
dalam perundang-undangan Negara-negara Pusat dalam hal ini sentral pasar
Eropa,yaitu: swalayan seperti matahari group, dll.
1. Hak perlindungan kesehatan dan 2. Belum adanya jaminan tentang hak-hak
keamanan konsumen dalam penitipan barang pada
2. Hak perlindungan kepentingan ekonomi beberapa swalayan yang menjadi sampel
3. Hak mendapat ganti rugi penelitian baik di Manado maupun di
4. Hak untuk didengar.11 Tomohon. Belum adanya jaminan
Di dalam Undang-undang Nomor 8 tahun tersebut karena manajemen pasar
1999 tentang Perlindungan Konsumen swalayan yang bersifat tertutup. Tidak
digunakan istilah pelaku usaha bagi pihak-pihak ada jaminan terhadap hak retensi
yang mengahasilkan dan memperdagangkan penitipan barang konsumen merupakan
produk,yaitu mereka yang terlibat di dalam pengabaian terhadap hak-hak konsumen
penyediaan produk hingga sampai ke tangan oleh pasar swalayan. Pengabaian
konsumen. Yang menjadi hak-hak dari tersebut karena terkait dengan
produsen pelaku usaha itu menurut pasal 6 kerusakan barang dan kehilangan barang
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang dalam penitipan pada pasar swalayan
perlindungan konsumen adalah sebagai berikut berupa Kompensasi kerusakan dan ganti
: rugi yang layak bagi konsumen.
a. Hak untuk menerima pembayaran yang
sesuai dengan kesepakatan mengenai B. Saran
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau 1. Tidak adanya aturan khusus pada pasar
jasa yang diperdagangkan swalayan terhadap jaminan retensi
b. Hak untuk mendapat perlindungan penitipan barang serta tertutupnya
hukum dari tindakan konsumen yang manajemen pasar swalayan
beritikad tidak baik mengharuskan segera diadakan aturan
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri khusus tentang pencabutan izin lokasi
sepatutnya di dalam penyelesaian bagi pasar swalayan yang mengabaikan
sengketa konsumen hak konsumen. Pencabutan izin operasi
pasar swalayan yang harus dilakukan
oleh pemerintah kota dan dituangkan
9
Mariam Darus,Op.Cit.,hlm.61.Lihat juga dalam peraturan daerah.
Gandi,Op.Cit.,hlm.80
10
Periksa J.M van Dunne,1988, Pertanggungjawaban
Khusus: Tanggung Jawab Produk, DKIH Belanda-Indonesia,
12
Yogyakarta, hlm.20 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
11
Loc.Cit. Perlindungan Konsumen

65
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017

2. Tidak ada jaminan bagi hak-hak George Whitecross Paton. A Text Book of
konsumen dalam penitipan barang pada Jurisprudence. Terjemahan Arieff S.
pasar swalayan merupakan kelemahan Pustaka Tinta Mas, Surabaya, .
perlindungan konsumen dalam penitipan Prodjodikoro Wirjono. Hukum Perdata dalam
barang. Untuk itu sebaiknya segera Persetujuan Persetujuan tertentu
diterbitkan aturan khusus baik di tingkat diterbitkan oleh CV Sumur Bandung. 1891.
pusat maupun di daerah tentang jaminan
perlindungan barang konsumen yang
dititipkan pada pasar swalayan.

DAFTAR PUSTAKA
Ali A. 2002. Menguak Tabir Hukum. Penerbit.
PT. Toko Gunung Agung Tbk. Jakarta.
Karto Hadiprojo S Pengantar Tata Hukum
Indonesia . Kondisi ekonomi.
Diterbitkan oleh Chalia Indonesia
Jakarta 1979,.
Fuadi, M, 1996. Hukum Bisnis Dalam Teori dan
Praktek. Buku Kesatu. Citra Aditya
Bakti. Bandung.
Gunarto Suhardi. Beberapa Elemen Penting
dalam Hukum Perdagangan
Internasional. Yogyakarta : Universitas
Atmajaya, 2004. Hlm. 45.
Subekti R., Aneka Perjanjian, Alumni Bandung,
1977,
----------, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta,
1979.
------------, dan Tjitrosudibio R., KUH Perdata,
Cet. XIX, Pradnya Paramita, Jakarta,
1985.
Hans Kelsen, 2006. Teori Hukum Murni. Dasar-
Dasar Ilmu Hukum Normatif,
terjemahan Raisul Muttaqien dari Pure
Theory of Law. Penerbit Nusamedia,
Penerbiat Nuansa, Bandung, h. 1
________, 1970. Pure Theory of Law.
Translated by Max Knight. University of
California Press, Berkeley, Los Angeles,
London, h. 1.
________, Pure Theory of Law, University of
California Press, 1978. Diterjemahkan
oleh Somardi, Penerbit Rimdi Press,
1995, h. 126-137.
Harjono, D.K. 2007. Hukum Perdata dterbitkan
oleh. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
________, 2002. Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia. Diterbitkan
oleh Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.

66

Anda mungkin juga menyukai