Anda di halaman 1dari 18

Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa mempunyai pengetahuan dan
pemahaman tentang konsep dasar dan konsep terapan untuk objek matematika
yang dipergunakan dalam pembelajaran matematika tingkat dasar dan menengah,
dalam pembelajaran ilmu komputer, dan dalam kehidupan sehari-hari yang
Berbasis Budaya dan TIK (Teknologi, Informasi, & Komunikasi) serta berlandaskan
pada sikap Peduli, Mandiri, Kreatif, dan Adaptif.

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)


CPMK-1 Mahasiswa mampu menunjukkan sikap bertanggungjawab atas
pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri. (CPL-S9);
CPMK-2 Mahasiswa mampu menguasai konsep matematika yang meliputi
logika matematika dan himpunan, aljabar, geometri, teori peluang dan
statistika, matematika diskrit, pemodelan matematika, program linear, kalkulus,
persamaan diferensial, metode numerik, dan analisis yang mendukung
pembelajaran matematika di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi
lanjut. (CPL-P6);
CPMK-3 Mahasiswa mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan
inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang
sesuai dengan bidang matematika. (CPL-KU1);
CPMK-4 Mahasiswa mampu merencanakan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi pembelajaran matematika secara inovatif dengan
mengaplikasikan konsep matematika dan keilmuan matematika serta
memanfaatkan berbagai sumber belajar dan IPTEKS yang berorientasi pada
kecakapan hidup. (CPL-KK1).

Kemampuan yang Diharapkan (Sub CPMK)


 SUB CPMK-1 Mahasiswa mampu mengenali, memberi contoh, dan
mengimplementasikan tentang definisi, berbagai alasan dan/atau kegunaan
mengkaji materi kuliah matematika diskrit. (C3, KC3);
 SUB CPMK-2 Mahasiswa mampu menemukan makna tersirat konsep fungsi
rekursif, aljabar booelan, graf, dan pohon. (C4, KC4);
 SUB CPMK-3 Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan
fungsi rekursif, aljabar booelan, graf, dan pohon. (C3, PC3).

1
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Pengalaman Belajar
 Mahasiswa berdialog untuk dapat memahami konsep dan prosedur perihal
Terminologi Dasar Graf dan contoh terapannya di dalam kehidupan sehari-hari;
 Mahasiswa dapat menjelaskan detail Terminologi Dasar Graf atas sebuah graf
yang sudah dibuat berdasarkan pengalaman yang dilalui (dilewati) dalam suatu
perjalanan masing-masing Mahasiswa dari rumah tempat tinggal ke kampus;
 Mahasiswa dapat menyebutkan secara lisan dan menuliskan dalam bentuk
tulisan tangan dari penerapan Terminologi Dasar Graf berbasis Teknologi,
Informasi, Komunikasi (TIK) sesuai dengan bahasa masing-masing mahasiswa.

Materi Perkuliahan

A. Terminologi Dasar Graf


Kita akan sering menggunakan terminologi (istilah) yang berkaitan
dengan graf. Masing-masing terminologi harus Anda pahami dengan sebaik-
baiknya. Adapun terminologi-terminologi dalam graf adalah sebagai berikut:
1. Bertetangga (Adjacent)
Dua buah simpul pada graf tidak berarah 𝐺 dikatakan bertetangga bila
keduanya terhubung langsung dengan sebuah sisi. Dengan kata lain, 𝑢
bertetangga dengan 𝑣 jika (𝑢,𝑣) adalah sebuah sisi pada graf 𝐺.
Pada graf berarah, sisi kita sebut busur. Jika (𝑢,𝑣) adalah busur maka
𝑢 dikatakan bertetangga dengan 𝑣 dan 𝑣 dikatakan tetangga dari 𝑢.
dengan kata lain, pada graf berarah dua buah simpul disebut bertetangga
jika terjadi timbal balik arah.

G
11 1
G2
e
2
2 e
e 3
3 1

3 e
5
5 2 e
4 4

2
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Pada G1 di atas, simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3 tetapi


tidak bertetangga dengan simpul 4. Pada G1, simpul 5 tidak bertetangga
dengan simpul manapun, meskipun jarak simpul 5 dengan simpul 4
sangat dekat namun tetap tidak bertetangga.
Pada G2 di atas, simpul 1 bertangga dengan simpul 2 (simpul 1 timbal
balik dengan simpul 2 pada sisi e 1 dan e2. Pada G2, simpul 1 tidak
bertetangga dengan simpul 3 karena simpul 3 tidak timbal balik ke
simpul 1. Pada G2 juga, simpul 2 tidak bertetangga dengan simpul 3.
2. Bersisian (Incident)
Pada sebuah graf G, untuk sembarang sisi e = (u,v), sisi e dikatakan
bersisian dengan simpul u dan simpul v. Perhatikan graf di bawah ini:
G11 1
G2
e
2
2 e
e 3
3 1

3 e
5
5 2 e
4 4

Pada G1, sisi (1,2) bersisian dengan simpul 1 dan simpul 2; sisi (1,3)
bersisian dengan simpul 1 dan simpul 3; sisi (2,3) bersisian dengan
simpul 2 dan simpul 3; dan seterusnya. Pemahamannya adalah pada graf
yang tidak diberi nama sisi, cara menyebutkan sisi bisa berupa
penyebutan langsung pasangan simpulnya, seperti sisi (1,2), sisi (1,3),
sisi (2,3), sisi (2,4), dan sisi (3,4).
Pada G2, sisi e1 bersisian dengan simpul 1 dan simpul 2; sisi e 2
bersisian dengan simpul 2 dan simpul 1; sisi e 3 bersisian dengan simpul 1
dan simpul 3; sisi e4 bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3; dan sisi e 5
bersisian hanya dengan simpul 3 (simpul 3 hanya bersisian dengan
dirinya sendiri pada e5.

3
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

3. Simpul Terpencil (Isolated Vertex)


Pada suatu graf, simpul terpencil adalah simpul yang tidak
mempunyai sisi yang bersisian dengannya. Atau dengan kata lain, dapat
juga dinyatakan bahwa simpul terpencil adalah simpul yang tidak
satupun bertetangga dengan simpul-simpul lainnya. Perhatikan graf di
bawah ini:
G1 G2
1 1
G3 2

2 3 3

5 4
5 6
4
Pada G1, simpul 5 adalah simpul terpencil; dan pada G2, simpul 3
adalah simpul terpencil.
4. Graf Kosong (Null Graph atau Empty Graph)
Pada suatu graf, graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan
kosong disebut sebagai graf kosong dan ditulis sebagai Nn, yang dalam
hal ini n adalah jumlah simpul. Perhatikan, graf di bawah ini merupakan
graf kosong.
1
G1

4 2
5

3
Graf G1 merupakan graf kosong, yang dalam kehidupan sehari-hari
misalkan konteksnya adalah Kepulauan Seribu maka pulau-pulau yang
ada di Kepulauan Seribu seperti Pulau Pramuka, Pulau Tidung, Pulau
Bidadari, dll. dapat direpresentasikan dengan sebuah graf kosong.

4
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

5. Derajat (Degree)
Pada suatu graf yang tidak berarah, derajat suatu simpul adalah
jumlah sisi yang yang bersisian dengan simpul tersebut. Perhatikan graf
di bawah ini:
1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3
Pada G1, derajat pada simpul 1 adalah 2; derajat pada simpul 2 adalah
3; derajat pada simpul 3 adalah 3; derajat pada simpul 4 adalah 2. Atau
dengan kata lain dapat dinyatakan d(1)=d(4)=2 dan d(2)=d(3)=3 yang
dalam penulisannya bisa dengan cara: G1 dengan empat buah simpul
(1,2,3,4) berderajat masing-masing 2,3,3,2.
Pada G2, derajat pada simpul 1 adalah 3; derajat pada simpul 2 adalah
3; dan derajat pada simpul 3 adalah 4 (pada sisi gelang/loop dihitung
berderajat 2). Atau dengan kata lain dapat dinyatakan d(1)=d(2)=3 dan
d(3)=4 yang dalam penulisannya bisa dengan cara: G2 dengan tiga buah
simpul (1,2,3) berderajat masing-masing 3,3,4.
Pada G3, derajat pada simpul 1 adalah 2; derajat pada simpul 2 adalah
2; derajat pada simpul 3 adalah 3; derajat pada simpul 4 adalah 1; dan
derajat pada simpul 5 adalah 0. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan
d(1)=d(2)=2; d(3)=3; d(4)=1; dan d(5)=0 yang dalam penulisannya bisa
dengan cara: G3 dengan lima buah simpul (1,2,3,4,5) berderajat masing-
masing 2,2,3,1,0.

5
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Berlatihlah membuat graf yang tidak berarah, jika simpul-simpulnya


diketahui dan derajat masing-masing simpul juga diketahui. Kerjakanlah
soal-soal di bawah ini sebagai latihan anda!
Untuk setiap butir soal di bawah ini, gambarkanlah graf tidak berarah
(untuk masing-masing butir, gambarkan graf sederhana dan graf tidak
sederhananya)!
Nama Simpul A, B, C
a.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 1, 2, 1
Nama Simpul A, B, C
b.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 2, 2, 2
Nama Simpul A, B, C, D
c.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 1, 2, 3, 0
Nama Simpul A, B, C, D
d.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 3, 1, 2, 2
Nama Simpul A, B, C, D, E
e.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 1, 3, 2, 3, 1
Nama Simpul A, B, C, D, E
f.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 0, 1, 2, 3, 4
Nama Simpul A, B, C, D, E, F
g.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 3, 2, 1, 1, 2, 3
Nama Simpul A, B, C, D, E, F
h.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 2, 3, 2, 2, 3, 2
Nama Simpul A, B, C, D, E, F, G
i.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 1, 2, 3, 4, 3, 2, 1,
Nama Simpul A, B, C, D, E, F, G
j.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 3, 2, 3, 0, 3, 2, 3

Pada suatu graf yang berarah, derajat suatu simpul adalah jumlah
derajat masuk dan derajat keluar. Atau dengan kata lain, derajat simpul
𝑣 dinyatakan dengan din(𝑣) dan dout(𝑣), yang dalam hal ini din = derajat
masuk (in degree) dan dout = derajat keluar (out degree). Dengan
demikian pernyataannya bisa ditulis: d(𝑣)=din(𝑣)+dout(𝑣). Perhatikan
graf di bawah ini:

6
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

1 1

2 3 2 3

4 4

G4 G5
Pada graf G4: Pada graf G5:
din(1) = 2; dout(1) = 1 din(1) = 3; dout(1) = 1
din(2) = 2; dout(2) = 3 din(2) = 1; dout(2) = 2
din(3) = 2; dout(3) = 1 din(3) = 3; dout(3) = 4
din(4) = 1; dout(3) = 2 din(4) = 2; dout(3) = 2

Catatan Penting: sisi gelang/loop pada graf berarah menyumbang 1 untuk


derajat masuk dan 1 untuk derajat keluar.

Kajian Khusus: Lemma Jabat Tangan


Lemma Jabat Tangan: jumlah derajat semua simpul pada suatu graf
adalah genap, yaitu dua kali jumlah sisi pada graf tersebut. Dengan kata
lain, jika 𝐺 = (𝑉, 𝐸), maka:

∑ 𝑑 (𝑣 ) = 2|𝐸|
𝑣∈𝑉

(catatan: ingatlah 2|𝐸| selalu bernilai genap).


Lemma Jabat Tangan (handshaking lemma) disebabkan oleh setiap
sisi dihitung dua kali, yaitu pada ujung kiri sebagai bagian dari simpul
kiri dan pada ujung kanan dihitung sebagai bagian dari simpul kanan.
Layaknya orang yang berjabat tangan, maka jumlah tangan maka jumlah
tangan yang berjabat adalah genap dan jumlah tangan yang berjabatan
adalah dua kali jumlah jabat tangan yang terjadi. Catatlah bahwa Lemma
Jabat Tangan (handshaking lemma) juga benar untuk graf berarah, yang
dalam hal ini d(𝑣)=din(𝑣)+dout(𝑣).

7
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Akibat dari Lemma Jabat Tangan (handshaking lemma) di atas, kita


menurunkan teorema berikut: “untuk sembarang graf G, banyaknya
simpul yang berderajat ganjil selalu genap”. Adapun bukti atas teorema
tersebut adalah sebagai berikut:
Misalkan V1 dan V2 masing-masing adalah himpunan simpul
berderajat genap dan berderajat ganjil pada graf 𝐺 =(𝑉,𝐸). Maka:

∑ 𝒅(𝒗) = 𝟐|𝑬|
𝒗∈𝑽

∑ 𝒅(𝒗) + ∑ 𝒅(𝒗) = 𝟐|𝑬|


𝒗∈𝑽𝟏 𝒗∈𝑽𝟐

(catatan: ingatlah 𝟐|𝑬| selalu bernilai genap).


Karena 𝑑 (𝑣 ) genap untuk 𝑣 ∈ 𝑉1, maka suku pertama dari ruas kiri
persamaan selalu genap. Ruas kanan persamaan juga bernilai genap.
Nilai genap pada ruas kanan hanya benar bila suku kedua dari ruas kiri
juga harus genap agar: 𝒈𝒆𝒏𝒂𝒑 + 𝒈𝒆𝒏𝒂𝒑 = 𝒈𝒆𝒏𝒂𝒑.
Karena 𝑑 (𝑣 ) ganjil untuk 𝑣 ∈ 𝑉2 , maka banyaknya simpul 𝑣 di dalam
𝑉2 harus genap agar jumlah seluruh derajatnya bernilai genap. Jadi,
banyaknya simpul yang berderajat ganjil selalu genap.
Perhatikan graf di bawah ini sebagai contoh yang menunjukkan
bahwa banyaknya simpul berderajat ganjil selalu genap.

1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3

8
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

6. Lintasan (Path)
Lintasan yang panjangnya 𝑛 dari simpul awal 𝑣0 ke simpul tujuan 𝑣𝑛
di dalam graf 𝐺 ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi
yang berbentuk 𝑣0 , 𝑒1 , 𝑣1 , 𝑒2 , 𝑣2, 𝑒3 , 𝑣3 ,…, 𝑣𝑛−1 , 𝑒𝑛 , 𝑣𝑛 sedemikian
sehingga 𝑒1 = (𝑣0 , 𝑣1 ), 𝑒2 = (𝑣1 , 𝑣2), 𝑒3 = (𝑣2 , 𝑣3), …, 𝑒𝑛 = (𝑣𝑛−1 , 𝑣𝑛 )
adalah sisi-sisi dari graf G. Istilah lain untuk lintasan adalah jalur.
Lintasan/jalur pada suatu graf sederhana dapat dituliskan dengan
barisan simpul-simpulnya saja, karena antara dua buah simpul berurutan
di dalam lintasan tersebut hanya ada satu sisi. Sedangkan lintasan/jalur
pada suatu graf yang mengandung sisi ganda harus dituliskan dengan
barisan berselang-seling antara simpul dan sisi guna menghindari
kerancuan sisi mana dari sisi ganda yang dilalui.
Perhatikan bahwa simpul dan sisi yang dilalui di dalam lintasan boleh
berulang. Sementara itu ada beberapa istilah lain terkait dengan
lintasan/jalur, diantaranya adalah: lintasan sederhana (simple path)
yaitu lintasan/jalur yang jika semua simpulnya berbeda (setiap sisi yang
dilalui hanya satu kali); lintasan tertutup (closed path) yaitu
lintasan/jalur yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama;
lintasan terbuka (open path) yaitu lintasan/jalur yang tidak berawal dan
berakhir pada simpul yang sama; dan panjang lintasan yaitu jumlah sisi
dalam lintasan tersebut. Sebagai contoh, perhatikanlah graf di bawah ini:

G1 1
G2
1

e2
2 e3
3 e1

3 e5
2 e4
4

9
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Pada graf G1:


 Lintasan/jalur 1,2,4,3 adalah lintasan dengan barisan sisi
(1,2),(2,4),(4,3). Lintasan/jalur 1,2,4,3 adalah lintasan sederhana,
lintasan terbuka, memiliki panjang lintasan 3.
 Lintasan/jalur 1,2,4,3,1 adalah lintasan dengan barisan sisi
(1,2),(2,4),(4,3),(3,1). Lintasan/jalur 1,2,4,3,1 adalah lintasan
sederhana, lintasan tertutup, memiliki panjang lintasan 4.
 Lintasan/jalur 1,2,4,3,2,1 adalah lintasan dengan barisan sisi
(1,2),(2,4),(4,3),(3,2),(2,1). Lintasan/jalur 1,2,4,3,2,1 adalah bukan
lintasan sederhana, lintasan tertutup, memiliki panjang lintasan 4.
Pada graf G2:
 Lintasan/jalur 1,e1,2,e4,3 adalah lintasan dari simpul 1 ke 3 yang
melalui sisi e1 dan e4. Lintasan/jalur 1,e1,2,e4,3 adalah lintasan
sederhana, lintasan terbuka, memiliki panjang lintasan 2.
 Lintasan/jalur 1,e2,2,e4,3 adalah lintasan dari simpul 1 ke 3 yang
melalui sisi e2 dan e4. Lintasan/jalur 1,e2,2,e4,3 adalah lintasan
sederhana, lintasan terbuka, memiliki panjang lintasan 2.
7. Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit)
Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut
siklus atau sirkuit. Panjang sirkuit adalah jumlah sisi di dalam sirkuit
tersebut. Sirkuit sederhana adalah jika setiap sisi yang dilalui berbeda.
Graf G1 1

Pada graf G1:


2 1,2,4,3,1 adalah sebuah sirkuit dengan barisan
3
sisinya (1,2),(2,4),(4,3),(3,1). Sirkuit 1,2,4,3,1
adalah sebuah sirkuit sederhana dengan
4 panjang sirkuitnya 4.

10
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

8. Terhubung (Connected)
Konsep Terhubung pada Graf Tidak Berarah
Graf tidak berarah 𝐺 disebut graf terhubung (connected graph) jika
untuk setiap pasang simpul 𝑢 dan 𝑣 di dalam himpunan 𝑉 terdapat
lintasan dari 𝑢 ke 𝑣 (yang juga harus berarti ada lintasan dari 𝑣 ke 𝑢).
Jika tidak, maka 𝐺 disebut graf tidak terhubung (disconnected graph).

1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3
Graf G1 adalah graf terhubung; Graf G2 2
5
adalah graf terhubung; Graf G3 adalah graf
tidak terhubung; dan Graf G4 adalah graf
1 4
tidak terhubung.
6
Khusus untuk Graf G4, disebut graf tidak
terhubung karena konteksnya pada graf 3 8 7

tersebut simpul 1 s.d. simpul 8 (di mana G4


simpul 4 dengan simpul 5 tidak terhubung).
Catatan Penting: graf yang hanya terdiri atas satu simpul saja (tidak ada sisi)
tetap dikatakan terhubung, karena simpul tunggalnya terhubung
dengan dirinya sendiri.

Konsep Terhubung pada Graf Berarah


Graf berarah 𝐺 dikatakan terhubung jika graf tidak berarahnya
terhubung (graf tidak berarah dari 𝐺 diperoleh dengan menghilangkan
arahnya). Keterhubungan dua buah simpul pada graf berarah dibedakan
menjadi terhubung kuat dan terhubung lemah.

11
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Graf berarah 𝐺 disebut graf terhubung kuat (strongly connected


graph) apabila untuk setiap pasang simpul sembarang vi dan vj di 𝐺
terhubung kuat. Kalau tidak, maka 𝐺 disebut graf terhubung lemah
(weakly connected graph). Atau dengan kata lain, disebut graf terhubung
kuat jika sembarang sepasang simpul di dalam graf terdapat lintasan dari
dua arah. Dan disebut graf terhubung lemah jika tidak semua pasangan
simpul mempunyai lintasan dari dua arah.

1 1

5 2 5 2

4 3 4 3
G1 G2
Graf G1 adalah graf berarah, yang jika arahnya dihilangkan maka graf
G1 adalah graf terhubung, dengan demikian graf G1 merupakan graf
berarah yang terhubung. Oleh karena semua pasang simpul di graf G1
dapat dibuat lintasan dua arah, maka graf G1 disebut graf terhubung kuat.
Misal, dari simpul 1 ke simpul 2 atau dari simpul 2 ke simpul 1 dapat
dibuat lintasan; dari simpul 2 ke simpul 5 atau dari simpul 5 ke simpul 2
dapat dibuat lintasan; dan seterusnya.
Graf G2 adalah graf berarah, yang jika arahnya dihilangkan maka graf
G2 adalah graf terhubung, dengan demikian graf G2 merupakan graf
berarah yang terhubung. Oleh karena tidak semua pasang simpul di graf
G2 dapat dibuat lintasan dua arah, maka graf G2 disebut graf terhubung
lemah (yang dalam hal ini pasangan simpul 1 dan simpul 2 tidak dapat
dibuat lintasan dua arah, dimana dari simpul 2 ke simpul 1 ada
lintasannya sementara dari simpul 1 ke simpul 2 tidak ada lintasannya).

12
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

9. Upagraf (Subgraph) dan Komplemen Upagraf


Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graf. G1 = (V1, E1) adalah upagraf
(subgraph) dari G jika V1  V dan E1  E. Sedangkan komplemen dari
upagraf G1 terhadap graf G adalah graf G2 = (V2, E2) sedemikian
sehingga E2 = E - E1 dan V2 adalah himpunan simpul yang anggota-
anggota E2 bersisian dengannya.
A B C
2 2

1 1 1
3 3
3

6 6

4 5 2 5 5

Berdasarkan graf A, B, dan C di atas, maka: A merupakan sebuah graf


G=(V,E); B merupakan sebuah upagraf dari graf G; dan C merupakan
komplemen dari upagraf yang bersesuaian.
10. Komponen Terhubung (Connected Component)
Jika graf tidak terhubung, maka graf tersebut terdiri atas beberapa
komponen terhubung. Komponen terhubung adalah upagraf terhubung
dari graf 𝐺 yang tidak terdapat di dalam upagraf terhubung dari 𝐺 yang
lebih besar. Ini berarti setiap komponen terhubung di dalam graf 𝐺 saling
lepas (disjoint). Pada graf terhubung hanya terdiri dari satu komponen,
yaitu graf itu sendiri. Di bawah ini graf 𝐺 mempunyai 3 buah komponen
terhubung, yaitu G1, G2, dan G3.
G1 G2
1 2 5
G3
3 4 6 7

13
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

11. Upagraf Merentang (Spanning Subgraph)


Pada suatu graf, upagraf 𝐺 1=(𝑉1,𝐸 1) dari 𝐺 =(𝑉,𝐸) dikatakan upagraf
merentang jika 𝑉1= 𝑉 (yaitu 𝐺 1 mengandung semua simpul dari 𝐺).
Gambar di bawah ini memberikan contoh: 𝐺 1 adalah upagraf merentang
dari 𝐺, tetapi 𝐺 2 bukan upagraf merentang dari 𝐺 karena 𝐺 2 tidak
mengandung semua simpul 𝐺.
2
Graf 𝐺 2
Graf 𝐺 1 Graf 𝐺 2 2

1 1 1
3 3

6 6 6

4 5 4 5

12. Cut Set


Cut Set dari graf terhubung 𝐺 adalah himpunan sisi yang bila dibuang
dari 𝐺 menyebabkan 𝐺 tidak terhubung. Jadi, Cut Set selalu
menghasilkan dua buah komponen terhubung.
Nama lain untuk Cut Set adalah jembatan (bridge). Jembatan adalah
himpunan sisi yang apabila dibuang dari graf menyebabkan graf tersebut
tidak terhubung (menyebabkan graf tersebut menjadi dua buah
komponen terhubung). Yang harus diingat, di dalam Cut Set tidak boleh
mengandung himpunan bagian yang juga Cut Set, sehingga Cut Set yang
dimaksud adalah Fundamental Cut Set.
Sebagai contoh, misalkan diketahui sebuah graf sebagai berikut:
1 2

6
5

3 Graf 𝐶𝑆 4

14
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Berdasarkan Graf 𝐶𝑆 di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:


 Jika sisi (1,2) dibuang maka graf masih tetap terhubung.
 Jika sisi (1,2) dan sisi (1,5) dibuang maka graf masih tetap terhubung.
 Jika sisi di dalam himpunan {(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)} dibuang maka
graf menjadi tidak terhubung. Dengan demikian himpunan sisi-sisi
{(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)} adalah Cut Set.
 Jika sisi di dalam himpunan {(1,2), (1,5), (1,3)} dibuang maka graf
menjadi tidak terhubung. Dengan demikian himpunan sisi-sisi
{(1,2), (1,5), (1,3)} adalah Cut Set.
 Jika sisi di dalam himpunan {(1,2), (2,5)} dibuang maka graf menjadi
tidak terhubung. Dengan demikian himpunan sisi-sisi {(1,2), (2,5)}
adalah Cut Set.
 Jika sisi (2,6) dibuang maka graf menjadi tidak terhubung. Dengan
demikian (2,6) adalah Cut Set.
 Jika sisi di dalam himpunan {(1,2), (2,5), (4,5)} dibuang maka graf
menjadi tidak terhubung. Namun perhatikanlah himpunan sisi-sisi
{(1,2), (2,5), (4,5)} bukan Cut Set, karena himpunan bagiannya
{(1,2), (2,5)} adalah Cut Set.

Terdapat banyak Cut Set yang terbentuk di dalam sebuah graf


terhubung, yang harus diperhatikan adalah di dalam Cut Set tidak boleh
mengandung himpunan bagian yang juga merupakan Cut Set.
Cut Set berperan besar dalam jaringan komunikasi dan jaringan
transportasi. Misalkan Graf 𝐶𝑆 di atas menyatakan enam buah kota yang
dihubungkan dengan saluran telpon (yang dalam hal ini saluran telpon
berupa sisi). Kita ingin menemukan apakah terdapat titik-titik lemah
dalam jaringan yang memerlukan penguatan dengan alat saluran telpon
tambahan. Kita lihat semua Cut Set dari graf yang dimaksud dan Cut Set
yang memiliki jumlah sisi paling sedikit adalah saluran yang mudah
diserang/dipatahkan.

15
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

13. Graf Berbobot (Weighted Graph)


Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga
(bobot). Bobot pada tiap sisi dapat berbeda-beda bergantung pada
konteks masalah yang dimodelkan dengan graf. Bobot dapat menyatakan
jarak antara dua buah kota, biaya perjalanan antara dua buah kota, waktu
tempuh pesan dari sebuah simpul komunikasi ke simpul komunikasi lain
dalam jaringan computer, bobot dalam graf juga bisa menyatakan ongkos
produksi, waktu produksi, dan sebagainya.
Istilah lain yang sering dikaitkan dengan graf berbobot adalah graf
berlabel. Namun graf berlabel lebih luas definisisnya jika dibandingkan
dengan graf berbobot. Label tidak hanya diberikan pada sisi, tetapi juga
pada simpul. Sisi diberi label berupa bilangan tak negatif, sedangkan
simpul diberi label berupa data lain. Misalkan pada graf yang
memodelkan kota-kota, simpul diberi nama kota-kota, sedangkan label
pada sisi menyatakan jarak antara kota-kota.

10 12
8
e b

15 9
11

d 14 c

Graf di atas sebagai contoh graf berbobot. Bobot dalam graf di atas
merepresentasikan hal yang spesifik. Memberikan bobot dalam graf
harus sesuai dengan konteks apa (pesan apa) yang akan disampaikan
kepada orang lain yang hendak membaca graf tersebut.

16
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Tugas Terstruktur Ke-10

1. Dapatkah graf sederhana tidak berarah dibuat dengan 8 simpul memiliki


40 buah sisi?
2. Berapa jumlah maksimum dan jumlah minimum simpul pada graf
sederhana tidak berarah yang mempunyai 12 buah sisi dan tiap simpul
berderajat ≥ 3?
3. Dapatkah kita menggambar graf teratur berderajat 3 dengan 7 buah
simpul? Jika dapat, tunjukkan gambarnya! Jika tidak dapat, jelaskan
mengapa demikian!
4. Untuk setiap butir soal di bawah ini, gambarkanlah graf tidak berarah
(untuk masing-masing butir, gambarkan graf sederhana dan graf tidak
sederhananya)!
Nama Simpul A, B, C
a.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 1, 2, 1
Nama Simpul A, B, C
b.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 2, 2, 2
Nama Simpul A, B, C, D
c.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 1, 2, 3, 0
Nama Simpul A, B, C, D
d.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 3, 1, 2, 2
Nama Simpul A, B, C, D, E
e.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 1, 3, 2, 3, 1
Nama Simpul A, B, C, D, E
f.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 0, 1, 2, 3, 4
Nama Simpul A, B, C, D, E, F
g.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 3, 2, 1, 1, 2, 3
Nama Simpul A, B, C, D, E, F
h.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 2, 3, 2, 2, 3, 2
Nama Simpul A, B, C, D, E, F, G
i.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 1, 2, 3, 4, 3, 2, 1,
Nama Simpul A, B, C, D, E, F, G
j.
Jumlah Derajat Tiap Simpul 3, 2, 3, 0, 3, 2, 3

17
Matematika Diskrit untuk Pendidikan Matematika Edisi Revisi RPS Ke-10

Daftar Rujukan

Danny Manongga dan Yessica Nataliani. 2013. Matematika Diskrit. Jakarta:


Kencana Prenada Media.
Gede Suweken. 2017. Matematika Diskrit. Depok: Rajawali Pers.
Jong Jek Siang. 2006. Matematika Diskrit. Yogyakarta: Andi Offset.
M. Tohimin Apriyanto dan Arif Rahman Hakim. 2014. Matematika Diskrit.
Jakarta: Unindra Press.
Ngarep Imanuel Manik. 2014. Matematika Diskrit Soal Jawab. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Richard Johnsonbaugh. 1998. Discrete Mathematics: Fourth Edition. Jilid 1.
Jakarta: Prenhallindo.
Richard Johnsonbaugh. 1998. Discrete Mathematics: Fourth Edition. Jilid 2.
Jakarta: Prenhallindo.
Rinaldi Munir. 2007. Matematika Diskrit. Bandung: Informatika Bandung.
Samuel Wibisono. 2013. Matematika Diskrit. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Seymour Lipschutz dan Marc Lars Lipson. 2001. Matematika Diskrit.
Jakarta: Salemba Teknika.
Wahyudin dan Sudrajat. 2004. Ensiklopedia Matematika. Jakarta: Tarity
Samudra Berlian.
Yaya S. Kusumah. 2020. Matematika Diskrit. Bandung: Remaja Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai