Anda di halaman 1dari 5

Perspektif Sosial dan Kognisi Sosial Pasien BPJS dengan Pasien Non-BPJS di Rumah

Sakit

Nama : Noerdahlia

NIM : 33178k20081

A. Pendahuluan
Kognisi sosial merupakan cara individu untuk menganalisa, mengingat, dan
menggunakan informasi mengenai kejadian atau peristiwa-peristiwa sosial. Pendapat
lain menyatakan bahwa kognisi sosial adalah bagaimana cara kita berfikir tentang
dunia sosial, bagaimana cara mencoba kita untuk memahaminya dan bagaimana cara
kita memahami diri kita dan tempat kita didalam dunia itu, jadi secara singkat kognisi
sosial adalah tatacara kita mengiterpretasikan, menganalisa, mengingat, dan
menggunakan informasi tentang dunia sosial yang terjadi secara otomatis. Faktor
yang mempenngaruhi kognisi sosial : Bias negativitas, bias optimistic, pemikiran over
yang merugikan, pemikiran counterfactual, pemikiran magis, dan menekan pikiran.
Kognisi sosial dengan afeksi sebenarnya ada keterkaitan antara kedua hal
tersebut, tampak ketika perasaan suasan hati memiliki pengaruh yang kuat terhadap
beberapa aspek kognisi, dan kondisi bverperan kuat pada perasaan dan suasana hati
kita. Afeksi merupakan istilah psikologis yang digunakan dalam menjabarkan suatu
perasaan. Afeksi termasuk kebutuhan manusia untuk mendapatkan respon baik atau
perlakuan hangat dari orang lain dalam bentuk kasih saying dengan prinsip dasar
perasaan untuk dicintai dengan unsur memberi dan menerima.
Namun berbeda dengan perspektif sosial, dimana perspektif sosial berperan
terhadap pandangan kita dari apa yang kita dapatkan baik itu berupa sikap maupun
tindakan orang lain termasuk individu maupun suatu instansi dunia kesehatan yang
menyebabkan kita berasumsi negative maupun positif. Hal ini dapat digambarkan
melalui kerangka konsep berikut ini.

Persepsi
Isu Kesehatan Fasilitas
Pasien

Penerapan
Sosial Kesimpulan Pelaksanaan
Kognitif
B. Studi Kasus
Kesenjangan sosial kerap kali kita temui dalam dunia kesehatan khususnya
farmasi mengenai perspektif pasien antara pasien BPJS dengan pasien non-BPJS.
Dilihat dari perlakuan, pelayanan hingga obat-obatan yang didapatkan pasien kadang
menurut perspektif pasien itu berbeda, diluaran hal itu bahwa fasilitas yang
didapatkan pasien juga kerap kali berbeda antara pasien BPJS maupun non-BPJS.
Jika diasumsikan dalam skema permasalahan, maka akan terbentuk skema
permasalahan berikut ini :

Pasien
BPJS non-BPJS

Pelayanan
Proses terbilang cukup lama Proses terbilang cukup cepat

Sarana dan Prasarana


Kurang memadai Cukup Memadai

Terapi
Obat Generik Obat Paten

Terlihat tampak perbedaan persepsi antara pasien BPJS dengan pasien non-
BPJS dalam skema tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dapat mengambil
kesimpulan bahwa pihak instansi kesehatan akan memandang lebih terhadap pasien
non-BPJS daripada pasien BPJS.
C. Pembahasan
Dalam skema diatas, bahwa alur perbedaan yang menunjukkan pelayanan
yang didapatkan antara pasien BPJS dengan non-BPJS sangat berbeda, namun dari
sini kita tahu bahwa meskipun terbilang adanya perbedaan namun hal itu tidak lepas
dari beberapa faktor penunjang. Beberapa faktor penunjang secara umum diantaranya
ada tiga faktor utama :
a. Faktor personal
Faktor personal adalah faktor dasar yang terdapat didalam diri setiap
individu. Seperti misalnya, seseorang individu akan selalu berinteraksi
dengan orang lain. Karena manusia adalah makhluk sosial, jadi manusia
tidak akan bisa hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
b. Faktor situasional
Faktor situsional adalah perilaku dalam sehari-hari akan
mempengaruhi komunikasi antar individu. Manusia yang menunjukan
perilaku baik, maka komunikasi akan berjalan dengan lancar dan
sebaliknya.
c. Pelaku persepsi
Pelaku persepsi yaitu pelaku persepsi memandang suatu target dan
mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadinya. Karakteristik
pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif,
kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.

Ketiga faktor diatas termausk kedalam faktor penunjang dalam persepsi pasien
baik pasien BPJS maupun non-BPJS. Hal ini dibuktikan dalam fasilitas yang
didapatkan cukup berbeda, dimulai dari Kejelasan; Kepastian waktu; Tanggung
jawab; Kelengkapan sarana dan prasarana; Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan;
juga Kenyamanan; (Sreenivas, 2012)

a. Kejelasan. Kejelasan yang dimaksud ialah mengenai persyaratan-


persyaratan dan administratif dirumah sakit. Disetiap rumah sakit
memang harus ada yang dipenuhi yaitu dua persyaratan dan
administratif.
b. Kepastian Waktu. Dalam hal ini kepastian waktu termasuk kedalam
waktu tunggi proses administrasi khususnya administrasi di rumah
sakit.
c. Tanggung jawab. Meliputi tanggung jawab karyawan / tenaga
kesehatan yang ada di rumah sakit berperan penting terhadap pasien
baik itu pasien BPJS maupun non-BPJS
d. Kelengkapan Sarana dan Prasarana. Termausk kedalam fasilitas yang
didapatkan oleh pasien selama pengobatan yang ada di rumah sakit.
Hal ini sangat berperan terhadap persepsi pasien, sehingga dapat
diasumsikan bahwa pasien akan merasakan kenyamanan selama proses
pengobatan berlangsung di rumah sakit.
e. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan. Peran tenaga kesehatan akan
merubah persepsi pasien dilihat dari 3 aspek tersebut.
f. Kenyamanan. Kenyamanan ini akan timbul dari diri pasien jika pasien
mendapatkan sarana prasarana, dan aspek lain yang menunjang
kenyamanan pasien tersebut.

Penerapan kognisi sosial yang dapat kita lakukan di rumah sakit jika dilihat
dari kasus diatas terbagi kedalam dua aspek, diantaranya :

1. Psikoedukasi, merupakan tindakan dengan menggunakan metode edukatif


yang bertujuan untuk memberikan informasi dan pelatihan yang berguna
untuk mengubah pemahaman mental/psikis individu. Singkatnya,
psikoedukasi ini termasuk kedalam salah satu cara untuk mengedukasi
pasien maupun keluarga pasien dalam menganggapi persoalan yang berada
di rumah sakit, baik itu dilihat dari persepsi pasien maupun fasilitas yang
dirasakan pasien.
2. Terapi Kognitif, psikoterapi individu yang pelaksanaannya dengan melatih
klien untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala
sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa
lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif. Sama hal nya dengan
psikoedukasi, dimana terapi kognitif ini sering kali digunakan dalam
menanggapi pasien yang memang terlihat bahwa persepsi pasien mengenai
fasilitas yang didapatkan pasien cukup negative. Seperti halnya dalam
pemberian obat-obatan untuk pasien BPJS dan non-BPJS bahwa obat-
obatan baik itu paten maupun generic kandungan nya tetap sama tetapi
efektivitasnya saja yang berpengaruh terhadap kesembuhan pasien.
D. Kesimpulan
Dalam kasus ini, dapat disimpulkan bahwa perpektif pasien dan sosial kognitif
ini berperan pada pasien BPJS dengan non-BPJS dilihat dari segi pelayanan yang
didapatkan di rumah sakit terjadi kesenjangan sosial yang sering kita temui secara
langsung. Cara dalam menghadapi permasalahan ini terdiri dari 2 cara, yaitu dengan
psikoedukasi dan juga terapi kognitif.

Sumber :
Sreenivas, T. Babu, N. S. (2012). A Study on Patient Satisfaction in Hospitals. International
Journal of Management Research and Business Strategy, vol. 1 No. 1 October, pp:
102

Anda mungkin juga menyukai