Analisis Perbedaan Mutu Pelayanan antara Pasien BPJS dan Non BPJS
Dosen Pengampu :
Dosen Praktisi :
Hudriani Jamal
Disusun Oleh :
Kelompok 1
2023
ANGGOTA KELOMPOK 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia kesehatan. Dengan adanya
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Program ini didirikan pada tahun 2014 dan telah
kesehatan. Rumah sakit merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
sakit.
Menurut data BPJS Kesehatan, pada tahun 2022 terdapat sekitar 248,77 juta
jiwa penduduk Indonesia yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan atau setara
dengan 90,73% dari jumlah penduduk Indonesia yang tercatat sebanyak 270,20 juta
jiwa. Kemudian pada tahun 2023 pada bulan juni Peserta Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mencapai sekitar 93,6 persen dari penduduk
peserta BPJS, pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan layanan jaminan
kesehatan tersebut harus sesuai dengan standard an kualitas yang baik sehingga dapat
yang di tanggung oleh BPJS. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah
perbedaan biaya antara pasien BPJS dan non-BPJS. Pasien BPJS membayar biaya
yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien non-BPJS. Hal ini dapat
Selain itu, terdapat juga keterbatasan fasilitas dan tenaga medis di rumah sakit
yang melayani pasien BPJS. Rumah sakit yang melayani pasien BPJS seringkali
memiliki keterbatasan fasilitas dan tenaga medis. Perbedaan standar pelayanan juga
menjadi salah satu permasalahan dalam pelayanan antar pasien BPJS di rumah sakit.
Terdapat perbedaan standar pelayanan antara rumah sakit yang melayani pasien BPJS
dan non-BPJS. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.
Tingginya jumlah pasien BPJS juga menjadi salah satu permasalahan dalam
pelayanan bersama pasien di rumah sakit. Jumlah pasien BPJS yang tinggi dapat
membuat rumah sakit kesulitan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Hal
ini pun menjadi keluhan bagi pasien BPJS karena seringkali merasa ditelantarkan oleh
rumah sakit tertentu dan kurangnya daya tanggap perawat dan dokter. Pasien BPJS
pun merasa dipersulit karena waktu administrasi lebih lama dibandingkan waktu
Kepuasan pasien dapat dilihat dari mutu pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Jika pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan maka kualitas
mutu pelayanan yang diberikan sangat baik, dan jika pasien merasa kurang puas
dengan pelayanan yang diberikan, maka kualitas mutu layanan yang diberikan tenaga
kesehatan kurang baik. Apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh oleh pasien
pada suatu fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan keinginan pasien, maka pasien
akan merasa puas dan akan selalu datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut. Pasien akan selalu mencari pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan
pelayanan mutu antara peserta BPJS dan non BPJS di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Mutu pelayanan
pada pasien BPJS dan non BPJS di Rawat Inap Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada peserta BPJS dan non
D. MANFAAT
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
akan merasa puas atau tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan
sebagai akibat dari hal tersebut. Keinginan atau kesediaan pasien untuk
ini.[5]
diperoleh melalui proses berfikir dan belajar serta dipengaruhi oleh faktor
a. Pelaku Persepsi
c. Kesadaran Situasi
dan paling sulit, karena manusia memiliki sifat dinamis. Dari kedua jenis ini
lambang yang verbal dan non verbal. Manusia merupakan yang lebih
untuk manusia memiliki sifat yang dinamis. Oleh karena itu, persepsi
pasien lainnya.
berkaitan dengan kepuasan ditentukan oleh lima unsur yang biasa dikenal
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kesehatan et al., 2021). Rumah Sakit
adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis professional yang
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan Rumah Sakit Khusus
adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis
penyakit.[8]
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi yaitu :.
a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Dalam
Instalasi rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan
pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien
rehabilitasi medik.[10]
Ruangan rawat inap berupa bangsal yang di huni oleh beberapa pasien
sekaligus, namun pada beberapa rumah sakit juga menyediakan kategori kelas untuk
ruangan rawat inap. Semakin tinggi kelas tersebut maka ruangan rawat inap akan
memiliki fasilitas dan pelayanan yang melebihi standar fasilitas dan pelayanan kelas
biasa. 14
sikap dan perilaku dokter dan perawat serta tenaga profesi lainnya.
b) Efisiensi dan efektifitas, aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya
[11]
2013).
dikenal dengan BPJS merupakan badan hukum yang dbentuk pemerinatah untuk
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar
peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI
a) Peserta PBI
PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir
16
miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang
adalah fakir miskin yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui
peraturan pemerintah.
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota
Swasta dan Pekerja yang tidak termasuk yang disebut diatas yang menerima
upah.
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota
keluarganya terdiri atas pekerja diluar hubungan dan pekerjaan atau kerja
mandiri dan pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja
yang bukan penerima upah. Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri
kemerdekaan, janda,duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis
membayar iuran.
yang didapatkan peserta kelas 1 kurang lebih sama dengan kelas lainnya.
BPJS Kelas 2 adalah kelas yang membayar iuran Rp100.000 per bulan
dengan BPJS kelas 3, hanya saja peserta akan mendapatkan kamar rawat
BPJS kelas 3 adalah kelas terendah. Biaya BPJS kelas 3 adalah sebesar
Mengenai fasilitas rawat inap yang disediakan untuk BPJS Kesehatan kelas
A. LANDASAN TEORI
1. BPJS Kesehatan
2013).
dikenal dengan BPJS merupakan badan hukum yang dbentuk pemerinatah untuk
peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI
1) Peserta PBI
PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin
dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya
dibiayai pemerintah sebagai peserta Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir
miskin yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui peraturan
pemerintah.
(a) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing
Swasta dan Pekerja yang tidak termasuk yang disebut diatas yang menerima
upah.
(b) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing
keluarganya terdiri atas pekerja diluar hubungan dan pekerjaan atau kerja
mandiri dan pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang
janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan dan
(1) Setiap peserts BPJS mempunyai hak untuk mendapat identitas peserta,
berikut :
(1) Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), jaminan kesehatan iuran
dibayarkan oleh pemerintah.
(2) Iuran bagi peserta pekerja penerima upah yang bekerja pada lembaga
sebesar 5% dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan: 3% (tiga
persen), dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh
peserta.
(3) Iuran bagi peserta pekerja penerima upah yang bekerja di BUMN,
BUMD dan swasta sebesar 4,5 % (empat koma lima persen) dari gaji
atau upah per bulan dengan ketentuan 4% (empat persen) dibayar oleh
pemberi kerja dan 0,5% (nol koma limapersen) dibayar oleh peserta.
(4) Iuran untuk keluarga tambahan pekerja penerima upah yang terdiri dari
anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua, besaran iuran yang
harus dibayar sebesar 1% (satu persen) dari gaji yang diperoleh per
(5) Iuaran bagi kerabat lain dari penerima upah (seperti saudara kandung
atau ipar, asisten rumah tangga), peserta pekerja bukan penerima upah
22 pekerja adalah Rp 25.500,-
serta iuaran peserta bukan iuran peserta bukan
(dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per bulan dengan manfaat
ribu lima ratus rupiah) per bulan dengan manfaat pelayanan diruang
pelayanan kelas I.
(6) Iuran jaminan kesehatan bagi Veteran, Perintis kemerdekaan, dan janda,
duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis kemerdekaan,
iuran ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima
persen) gaji pokok pegawai Negeri Sipil golongan III/a dengan masa
2% perbulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu
Kualitas atau mutu pelayanan adalah suatu penelitian terhadap suatu pelayanan
dalam bentuk pelayanan. Arti kualitas menurut para ahli menyebutkan kualitas
pelayanan merupakan pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang diatur
(Nursalam, 2011).
pelayanan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pelanggan
sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk, serta dilain pihak tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik yang telah ditetapkan.
yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasiensesuai dengan
kepuasan rata-rata penduduk, serta dilain pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik yang telah ditetapkan (Immas et al, 2015)
masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi yang baik dengan pemanfaat sumber daya secara wajar, efisien, dan efektif
secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik
(Bustami, 2011).
tingkat pelayanan yang diberikan mampu dan sesuai dengan ekspektasi pelanggan.
mengakibatkan kepuasan pelanggan yang lebih baik yang selanjutnya berimbas pada
memiliki kualitas pelayanan yang unggul untuk bisa menjadi pemimpin dalam
persaingan pasar yang semakin ketat.
menjadi tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan
dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan akan mencari produk berupa
barang atau jasa dari perusahaan yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik
kepadanya.
dimensi keandalan dalam kategori baik, dimensi daya tanggap dalam kategori baik,
dimensi jaminan rumah sakit dalam kategori baik, dimensi empati dalam kategori
yang menyatu menjadi sebuah sistem. Menurut Nursalam (2011), kualitas pelayanan
25
dapat diukur menggunakan tiga variabel:
1) Input adalah segala sumber yang ada yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan seperti tenaga, dana, obat fasilitas peralatan, teknologi, organisasi dan
informasi.
berupa perubahan yang terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari pasien.
berkaitan dengan kepuasan ditentukan oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan
santun.
lain.
3. Kepuasan
a. Definisi Kepuasan
membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan
antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk yang sesuai dengan harapannya
27
(Nursalam, 2011).
hasil yang dirasakan dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah
harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan
akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan merasa puas
(Supranto 2016).
antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu layanan produk dengan harapannya
yaitu kepuasan. Kepuasan pasien ini dapat tercipta melalui pelayanan yang baik oleh
para tenaga medis yang ada di instansi kesehatan. Dengan demikian bila pelayanan
kurang baik maka pasien yang merasa tidak puas akan mengajukan komplain pada
pihak rumah sakit. Komplain yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan
tersebut. Kepuasan konsumen telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan
Hartono (2010) kepuasan pasien adalah suatu keadaan yang dirasakan oleh
seorang (klien/pasien) setelah ia mengalami suatu tindakan atau hasil dari tindakan
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan pasien adalah suatu perasaan senang, puas karena terpenuhinya harapan atau
pengguna BPJS akan merasa puas apabila mendapatkan pelayanan yang baik dan
merupakan salah satu cara untuk mengukur penampilan rumah sakit dalam
diberikan kepada paien harus terus dilakukan. Kondisi ini dilakukan sebagai langkah
untuk melihat apakah pelayanan yang bermutu telah diberikan kepada pengguna jasa
rumah sakit atau belum. Penilaian kepuasan pasien didapatkan dari seluruh
pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga. Pemantauan yang dilakukan
terus menerus merupakan bagian dari peningkatan pelayanan yang bermutu dan
2019).
pelanggan, yaitu :
Menurut Nasikin (2016) tingkat kepuasan yang akurat sangat dibutuhkan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kepuasan
Kemudian pasien diminta menilai setiap aspek, sesuai dengan tingkat kepentingan
aspek tersebut bagi pasien yang bersangkutan. Tingkat kepentingan diukur dengan
cukup penting, penting, kurang penting, dan tidak penting. Bobot nilainya 1-
5. Skala 1 adalah tidak puas dan skala 5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai
cukup baik, baik, kurang baik, dan tidak baik. Bobot nilainya 1-5. Skala 1 adalah
tidak puas dan skala 5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai skor (skor =
Pada kuisioner kepuasan pasien BPJS terdiri dari 4 alternatif jawaban yang
terdiri dari STP (Sangat Tidak Puas), TP (Tidak Puas), P (Puas), SP (Sangat Puas).
30
Dengan kategori penilaian tingkat kepuasan pasien BPJS kesehatan (Sugiyono,
2013) :
karakteristik yaitu:
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa
2) Harga.
Harga merupakan aspek penting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan
pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang
3) Emosional.
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap
konsumen bila dalam hal ini pasien memilih institusi pelayanan kesehatan yang
4) Kinerja.
5) Estetika.
Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh
6) Karakteristik Produk.
Produk ini merupakan kepemilikan yang bersifat fisik antara lain gedung dan
7) Pelayanan.
dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
pelayanan keperawatan. 32
8) Lokasi.
Lokasi meliputi letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek
Umumya semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau,
mudahnya transpotasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi
pasien.
9) Fasilitas.
fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang
nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan
10) Komunikasi.
Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan- keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap
keluhan pasien.
11) Suasana.
sejuk, dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam proses
penyembuhannya. Selain itu tidak hanya pada pasien saja yang menikmati itu akan
tetapi orang lain yang berkunjung akan sangat senang33dan memeberikan pendapat
tersebut.
Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang
tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi ikut menentukan suatu kenyamanan klinis.
4. Pelayanan Rawat Inap
penderita tinggal mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksanaan
pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksanaan pelayanan kesehatan lain (Jati,
2009).
Rawat inap menurut Crosby dalam Nasution (2010) adalah kegiatan penderita
berlangsung lebih dari 24 jam. Secara khusus pelayanan rawat inap ditunjukan untuk
penderita atau pasien yang memerlukan asuhan keperawatan secara terus menerus
lingkungan perawatan. Pelayanan rawat inap harus menerapkan prosedur yang jelas,
B. KERANGKA TEORI
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
kepesertaan BPJS dan pasien umum yang datang serta melakukan kunjungan dan
karateristiknya hendak diduga (Ahmad, 2019). Pada penelitian ini populasi yang
digunakan penulis adalah semua pasien yang berkunjung di Rumah Sakit. Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dengan demikian sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan subyek
penelitian (Ahmad, 2019). Untuk menetukan besarnya sampel dalam penelitian ini
umumnya digunakan 10% = 0,1. Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis
mengambil responden yang kebetulan ada suatu tempat sesuai dengan konteks
35
penelitian. Alasan penulis memilih sampel dengan menggunakan teknik accidental
sampling karena anggota populasi bersifat heterogen, yaitu seluruh pasien yang
berobat ke Rumah Sakir, dan seluruh populasi memilki kesempatan yang sama untuk
Unit Rawap Inap adalah salah satu instalasi layanan yang banyak dimanfaatkan oleh
pasien, baik pasien JKN maupun pasien umum. Pengelola fasilitas pelayanan kesehatan
sudah seharunya menerapkan layanan prima tanpa membedakan jenis pembiayaannya. Mutu
layanan rawat inap di suatu instansi kesehatan dapat diukur dengan melihat tingkat
kepuasannya. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbedabeda sesuai dengan
sistem dan nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap
kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan layanan kesehatan merupakan hasil evaluasi
yang menggambarkan seseorang atau perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau
tidak puas akan suatu layanan yang diberikan (Imelda et al., 2015).
Pasien JKN mempunyai kepuasan yang lebih rendah dibandingkan pasien umum. Hal ini
dikarenakan adanya pelayanan yang tidak efektif dan efisien. Berdasarkan fakta di lapangan,
masalah ketidakpuasan pasien yang terjadi adalah keterlambatan pelayanan dokter dan
perawat, dokter sulit ditemui, lamanya proses masuk rawat inap, keterbatasan obat dan
peralatan, ketersediaan sarana seperti toilet dan tong sampah, serta ketertiban dan kebersihan
rumah sakit. Banyaknya komplain dan penilaian yang kurang baik36dari peserta JKN terhadap
kualitas pelayanan kesehatan membuat konsumen merasa tidak puas. Mulai dari sistem yang
berbelit-belit, tidak ada batasan pembiayaan yang jelas, pembatasan obat, bahkan pelayanan
yang dinilai lama terhadap peserta JKN (Odi et al., 2019). Ketidakpuasan sarana dan
prasarana juga ditunjukan pada hasil penelitian Haerani et al (2018) dengan tingkat
ketidakpuasan mencapai 71,10%. Hal ini dikarenakan ruangan rawat inap yang panas.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan persepsi perbedaan pelayanan berbedaan dalam
hal kepuasan dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain misalnya pada pasien BPJS waktu
tunggu yang lama sebelum mendapatkan pelayanan karena administrasi, prosedur pada
pasien BPJS yang kadang- kadang menyulitkan (proses sistem rujukan yang berjenjang) dari
pada pasien umum. Ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan. Pertiwi, (2017) yang
mengatakan terdapat perbedaan yang sifnifikan antara efektifitas dan efisiensi kelompok
BPJS dan kelompok umum dikarenakan adanya lembaga kesehatan jasa BPJS kesehatan yang
terbatas dan tidak fleksibel, dimana peserta BPJS hanya boleh memilih salah satu fasilitas
kesehatan untuk memperoleh rujukan dan tidak bisa ke fasilitas kesehatan lain, meski bekerja
Dapat dilihat juga dari beberapa informasi langsung melalui media televisi, berita, radio,
koran, yang mengatakan bahwa beberapa rumah sakit membedakan pelayanan yang diberikan
kepada pasien BPJS dan NON BPJS (UMUM) bahkan beberapa rumah sakit menolak pasien
BPJS dengan alasan rumah sakit penuh berbeda halnya dengan pasien umum.
Triwibowo, (2013), seperti: kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, dana, dan
perlengkapan peralatan kesehatan serta proses pemberian pelayanan. Oleh karena itu untuk
profesionalisme diperlukan agar pelayanan yang bermutu dan pemerataan pelayanan dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk kinerja perawat seperti kemampuan,
37
keterampilan, kecekatan dan termasuk dalam kerapian, pelatihan-pelatihan yang pernah di
ikuti, pendidikan perawat, dan bahkan keuangan (gaji yang diterima, insentif atau jasa yang
diterima). Hal ini dapat mempengaruhi dalam mutu/ kualitas pelayanan keperawatan di
rumah sakit. Disebutkan bahwa jika sarana, tenaga, tidak sesuai dengan standar yang
ditetapkan maka sulitlah diharapkan mutu pelayanan yang baik.Ini dukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Hafid, (2014) yang mengatakan terdapat hubungan signifikan antar
kesehatan atau rumah sakit. Dengan meningkatkan kualitas kepuasan pelanggan maka rumah
sakit bisa bertahan dalam persaingan global, baik rumah sakit milik pemerintah atau swasta
sebaiknya lebih kompetitif. Pasien akan puas dengan layanan yang diberikan jika dalam
proses pemberian pelayanan selalu mengutamakan kepentingan pasien sehingga semua yang
diberikan sesuai dengan apa yang mereka harapkan atau persepsikan. Terpenuhinya
kebutuhan pasien akan mencerminkan tingkat kepuasan pasien. Kebutuhan pasien yang
Kepuasan pasien merupakan nilai subjektif pasien terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan yang dinilai dari kesan pertama masuk ke rumah sakit. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan pasien seperti pelayanan keperawatan yang kurang maksimal,
kolaborasi antara perawat dengan pasien kurang maksimal, ketanggapan perawat kurang,
komunikasi teraupetik yang kurang dilakukan oleh perawat dalam menyampaikan informasi
mengenai kondisi pasien, dan lama respon perawat terhadap keluhan pasien. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) yang merupakan dasar perawat
dapat lebih dekat dengan pasien sehingga mampu memantau dengan cepat masalah yang
terjadi pada pasien dan tanggap untuk memberikan perawatan yang sesuai. Perawat
38
diharapkan lebih profesional serta memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dan selalu
berhubungan langsung dengan pasien, semua tindakan harus dilakukan sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan, karena setiap tindakan yang dilakukan perawat adalah untuk
Hasil penelitian Putri et al., (2021) menunjukkan kepuasan responden dalam menilai
pelayanan di rumah sakit dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa factor yang dapat
mempengaruhi bisa jadi jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan. Hal ini dapat menjadi
dasar bahwa dalam pelayanan harus memperhatikan hal-hal yang detail dan spesifik sehingga
hasil yang diberikan bisa optimal. Perempuan tidak mudah merasa puas terhadap pelayanan
yaitu dikarenakan tuntutan yang cukup tinggi untuk mendapatkan fasilitas yang membuat
merasa nyaman.
Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan professional adalah
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan. sistem MAKP adalah suatu
kerangka kerja yang mengidentifikasi empat unsur yakni standar, proses keperawatan,
prinsip nilai yang dipercayai dan akan membantu kualitas produksi atau jasa layanan
keperawatan, jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan
memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terjadi (Patoding & Sari, 2022). Menunjukkan
A. Kepuasan pasien BPJS pada mutu pelayanan rawat inap di RSUD Kota Kendari
dan prasarana fisik instansi atau rumah sakit yang dapat diandalkan keadaan
lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh
pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik, (misal: gedung, gudang dan lain lain),
pegawainya.
Pada dimensi reliability sebagian besar responden menyatakan baik dan
merasa puas yaitu 20 orang (45,5%). Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan
responden bahwa petugas sigap dalam melayani pasien setiap saat, tidak berbelit-belit
pelayanan sesuai dengan yang SOP.Kinerja instansi harus sesuai dengan harapan
konsumen yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua
menyatakan baik dan merasa puas yaitu 17 orang (38,6%). Hal ini karena responden
sebagian besar menyatakan setuju dengan ketanggapan petugas dalam melayani setia
keinginan para karyawan atau staf membentu semua pelanggan serta berkeinginan dan
sikap dari penyedia jasa yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi
dengan pernyataan bahwa petugas terdiri dari perawat, dokter dan para medis lainnya
dan merasa puas yaitu 18 orang (40,9%). Hal ini karena responden responden
menyatakan setuju bahwa dokter dan perawat sangat perhatian kepada responden dan
B. Kepuasan pasien Non BPJS terhadap mutu pelayanan di ruang rawat inap di
mutu pelayanan dimensi tangible baik dan merasa puas yakni 19 orang (43,2%). Hal ini
karena responden memilih menjadi pasien umum atau non BPJS agar mendapatkan
pelayanan yang maksimal oleh petugas dan terpenuhi sehingga responden merasa puas.
Dimensi reliability sebagian besar responden menyatakan baik dan merasa puas yaitu 21
orang (47,7%). Hal ini menunjukkan bahwa reliability semakin baik maka pasien akan puas
dengan pelayanan yang diberikan. Dimensi ini menunjukkan kemampuan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang akurat dan handal dapat dipercaya, bertanggung jawab terhadap
apa yang dijanjikan, tidak pernah memberikan janji yang berlebihan dan selalu memenuhi
janjinya. Umumnya dimensi ini mencerminkan konsistensi dan kehandalan dari kinerja
petugasnya. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan berikut ini, apakah pelayanan yang
puas yaitu 20 orang (45,5%) karena pada awal masuk rumah sakit responden non BPJS tidak
mengalami kesulitan atau tidak lama dalam proses administrasi dan langsung dilayani dari
pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen, dengan menyampaikan informasi yang
jelas. Dimensi ini merupakan penilaian mutu pelayanan yang paling dinamis. Harapan
pelanggan terhadap kecepatan pelayanan cenderung meningkat dari waktu ke waktu sejalan
dengan kemajuan teknologi dan informasi kesehatan yang dimiliki oleh pelanggan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Susanti tentang kualitas pelayanan yang
diterima pasien BPJS dan non BPJS di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit PKU
terhadap lingkungan rumah sakit yang bersih, untuk pasien Non BPJS menyatakan bahwa
Dimensi assurances sebagian besar responden menyatakan baik dan merasa puas yaitu
20 orang (45,5%). Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan dimensi assurance
berbanding lurus dengan kepuasan pasien dimana semakin baik pelayanan pelayanan
assurances maka responden puas dengan pelayanan yang diberikan. Assurances merupakan
ditawarkan, dan sifat petugas yang dapat dipercaya oleh pasien. Dimensi jaminan pelayanan
merupakan dimensi mutu pelayanan yang berupa adanya jaminan yang mencakup
keamanan.
Pada dimensi empathy sebagian besar responden menyatakan baik dan merasa puas
yaitu 18 orang (40,9%). Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa puas dengan
pelayanan yang memberi perhatian pada setiap keluhan dan petugas dalam pelayanan yang
sangat ramah.
Dimensi empathy adalah dimensi kualitas pelayanan yang berupa pemberian
individual. Empati terkait rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada setiap pengguna
Perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dan Non BPJS terhadap mutu pelayanan di
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai probability (p) dimensi tangible adalah
0,001 < α = 0,05 yang berarti ada perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dan non BPJS
terhadap mutu pelayanan dimensi tangible. Adanya perbedaan antara kepuasan pasien BPJS
dan non BPJS pada dimensi tangble dikarenakan sebagian besar responden merasa puas
fisik, fasilitas fisik (kelengkapan fasilitas), penampilan petugas kesehatan dan berpakaian
rapi, serta memperhatikan kebersihan ruangan. Dimensi wujud/ tampilan pelayanan meliputi
sarana prasarana yang perlu tersedia di suatu penyedia pelayanan kesehatan yang dapat
dilihat secara langsung oleh pasien meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi.
43
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Exda tentang pengaruh mutu pelayanan
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan peserta jaminan kesehatan nasional di
wilayah kerja Puskesmas Ngrampal, Kabupaten Sragen dengan hasil analisis menunjukkan
nilai t hitung sebesar 1,993 dengan nilai sig. 0,049 lebih kecil dari (< 0,05) yang artinya
0,001 < α = 0,05 yang berarti bahwa Ha diterima yang berarti bahwa ada perbedaan tingkat
kepuasan pasien BPJS dan non BPJS terhadap mutu pelayanan dimensi reliability. Adanya
perbedaan karena sebagian besar respon BPJS maupun non BPJS merasa puas dengan mutu
pelayanan dimensi reliability yang dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa pasien BPJS dan
non BPJS dan merasa puas karena reliability baik sebanyak 41 orang (46,6%).
dengan sesuai janji yang ditawarkan. Penilaian ini berkaitan dengan ketepatan waktu
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Arwanda tentang pengaruh mutu pelayanan kesehatan
terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tahun
2015 yang menunjukkan bahwa ada hubungan keandalan (reliability) terhadap kepuasan
pasien rawat inap di Rumah Sakit Pelabuhan Medan (Prima Husada Cipta).
adalah 0,001 < α = 0,05 yang berarti ada perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dan non
BPJS terhadap mutu pelayanan dimensi responsiveness di Ruang Rawat Inap RSUD Kota
Kendari. Hal ini didukung oleh hasil penelitian bahwa sebagian besar responden pasien BPJS
dan non BPJS dan merasa puas karena responsiveness baik sebanyak
44 37 orang (42,0%).
jasa yang dibutuhkan konsumen yang meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian jasa,
ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu
konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pangarepan tentang hubungan antara mutu
pelayanan dengan kepuasan pasien di poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum GMIM
Pancaran Kasih Manado yang menunjukkan terdapat hubungan antara daya tanggap dengan
kepuasan pasien di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih
Manado.
Nilai probability (p) dimensi assurances adalah 0,000 < α = 0,05 yang berarti ada
perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dan non BPJS terhadap mutu pelayanan dimensi
assurances di Ruang Rawat Inap. Hal ini didukung hasil penelitian bahwa pada dimensi
assurances sebagian besarresponden pasien BPJS dan non BPJS dan merasa puas karena
Jaminan menjelaskan bentuk jaminan atau kepastian rasa aman dan nyaman pada saat
pemeriksaan, bebas dari resiko atau kehilangan, keamanan fisik, bertanggung jawab atas
semua tindakan yang dilakukan, mampu meminimalkan terjadinya resiko/ efek samping,
menghargai hak pribadi pasien, meminta izin terlebih dahulu sebelum memeriksa, dan teliti
Penelitian ini sejalan dengan penelitian susanti tentang kualitas pelayanan yang
diterima pasien bpjs dan non bpjs di poliklinik rawat jalan rumah sakit PKU Muhamadiyah
Gombong dimana hasil penelitian menunjukan bahwa adanya perbedaan kualitas pelayanan
yang diterima pasien BPJS dengan pasien Non BPJS dilihat dari persentase keduanya
45
berdasarkan dimensi Assurance 15,74%.
Nilai probability (p) dimensi empathy adalah 0,002 < α = 0,05 yang berarti ada
perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dan non BPJS terhadap mutu pelayanan dimensi
empathy di Ruang Rawat Inap. Hal ini karena sebagian besar responden BPJS dan non BPJS
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan hal ini didikung dengan hasil penelitian bahwa
responden pasien BPJS dan non BPJS dan merasa puas karena empathy baik sebanyak 36
orang (40.9%).
Kepedulian (empathy) berarti memberikan perhatian secara individual penuh kepada
berkomunikasi, perhatian yang tinggi kepada pasien. Empati terkait dengan rasa kepedulian
dan perhatian khusus staf kepada setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka, dan
memberikan kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa ingin
kesehatan karena mereka dapat langsung memenuhi kepuasan para pengguna jasa pelayanan
kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lidiana tentang pengaruh mutu pelayanan
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan peserta jaminan kesehatan nasional di
Analisis perbedaan pelayanan pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan
pasien non-BPJS dalam rawat inap di rumah sakit dapat melibatkan beberapa aspek, seperti:
a. Akses Pelayanan:
Pasien BPJS biasanya memiliki akses lebih mudah ke fasilitas kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS. Pasien non-BPJS mungkin harus mengandalkan jaminan kesehatan
pribadi atau membayar secara langsung, yang bisa menjadi lebih mahal.
b. Biaya: 46
Pasien BPJS biasanya membayar biaya yang lebih rendah atau bahkan gratis di beberapa
kasus, tergantung pada jenis layanan yang diberikan. Pasien non-BPJS akan dikenakan
c. Waktu Tunggu:
Pasien BPJS mungkin menghadapi waktu tunggu yang lebih lama karena jumlah pasien
BPJS yang lebih banyak. Pasien non-BPJS mungkin mendapatkan perawatan lebih cepat,
Pasien BPJS terkadang dibatasi dalam pemilihan rumah sakit atau dokter yang bekerja
sama dengan BPJS. Pasien non-BPJS memiliki fleksibilitas lebih besar dalam memilih
fasilitas kesehatan.
e. Kualitas Pelayanan:
Kualitas pelayanan dapat bervariasi tergantung pada rumah sakit dan staf medisnya,
bukan hanya bergantung pada status BPJS atau non-BPJS pasien. Penting untuk dicatat
bahwa pengalaman pasien dapat berbeda-beda, tergantung pada rumah sakit, lokasi, dan
kasus individu. Untuk analisis yang lebih mendalam, perlu dilakukan penelitian lebih
47
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
pelayanan yang diterima pasien BPJS dan non BPJS di Poliklinik Rawat Jalan Rumah
pelayanan kesehatan terhadap lingkungan rumah sakit yang bersih, untuk pasien Non
orang (80%) pasien mengatakan baik, 7 orang (20%) pasien pasien mengatakan
kurang baik. Dengan penelitian susanti tentang kualitas pelayanan yang diterima
pasien bpjs dan non bpjs di poliklinik rawat jalan rumah sakit PKU Muhamadiyah
pelayanan yang diterima pasien BPJS dengan pasien Non BPJS dilihat dari persentase
pengaruh mutu pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan
di rumah sakit dapat melibatkan beberapa aspek, seperti: Akses Pelayanan: Pasien
BPJS biasanya memiliki akses lebih mudah ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS.
B. Saran
1. Non bpjs harus selalu memerhatikan kepuasan pelayanan yang di terima oleh
pasiennya karna 20% pasien mangatakan kurang puas jadi untuk bagian Non
3. Dan untuk tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan atau
49
DAFTAR PUSTAKA
[1] D. Nakka Gasong, V. Agustina, and C. Valentina, “Hubungan Antara Kepuasan Pasien
BPJS Rawat Inap Terhadap Mutu Layanan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum
[2] P. H. Untari and Sunartono, “Per Juni 2023, Peserta BPJS Kesehatan Capai 93 Persen
[3] A. Sopiah, “BPJS Kesehatan Targetkan 91% Warga RI Jadi Peserta di 2023,” CNBC
Hipertensi Di Desa Ritabel,” Insight J. Pemikir. dan Penelit. Psikol., vol. 15, no. 1, p.
Kesehatan dan Dimensi Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah,” J. Pharm.
[6] J. Avalos, D. Roy, O. Asan, and Y. Zhang, “The influential factors on nurses’ situation
50
no. February, p. 100006, 2021, doi: 10.1016/j.hfh.2022.100006.
[7] Anifah, “Pengertian Rumah Sakit Umum,” J. eprints UMG, pp. 5–15, 2022.
[9] O. World Health Organization, World Bank Group et al., “No 主観的健康感を中心
とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title,” World
Heal. Organ. World Bank Group, OECD, no. July, pp. 1–100, 2014
[10] B. V. K. Jaya, “Pembangunan Aplikasi Mobile Alat Bantu Dokter untuk Menangani
Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (Doctoral dissertation,
UAJY).,” Lab. Penelit. dan Pengemb. FARMAKA Trop. Fak. Farm. Univ.
[11] F. A. Winarso, E. Paselle, and S. Rande, “Kualitas pelayanan kesehatan pada unit
rawat inap Rumah Sakit TK.IV Kota Samarinda,” Adm. Negara, vol. 8, no. 1, pp.
8943–8952, 2020.
Nakka Gasong, David, Venti Agustina, and Clara Valentina. 2023. “Hubungan Antara
Kepuasan Pasien BPJS Rawat Inap Terhadap Mutu Layanan Keperawatan Di Rumah Sakit
Sopiah, Anisa. 2023. “BPJS Kesehatan Targetkan 91% Warga RI Jadi Peserta Di 2023.”
CNBC Indonesia.
Untari, Pernita Hestin, and Sunartono. 2023. “Per Juni 2023, Peserta BPJS Kesehatan Capai
Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek. Salemba
Medika: Jakarta.
Sulistyo., dan Prasetyo, H. 2015. Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap Ditinjau dari Dimensi
Kualitas Pelayanan di RS. Bhayangkara Semarang. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. 2
(2).
Immas A.H.P, Saryadi, dan Dewi, R.S, 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Islam Kota Magelang. Jurnal Ilmu Administrasi
Bisnis. 2 (3).
Kesehatan 3 (5).
Linda, L., Haskas, Y., & Kadrianti, E. (2020). Perbedaan Persepsi Pengguna Jasa Bpjs Dan
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/180
Praramadhani, N., & Susilawati. (2022). Perbedaan Tingkat Kepuasaan Pasien JKN dan
Pasien Umum Terhadap Mutu Pelayanan Unit Rawat Inap. Nautical : Jurnal Ilmiah
pada Pelayanan Pasien BPJS dan Pasien Umum di Unit Rawat Inap RSUD Tuan
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JIKM/article/view/465/328
Zumria, Narmi, & Tahiruddin. (2020). Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Bpjs Dan Non
Bpjs Terhadap Mutu Pelayanan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Kendari. Jurnal